ISLAM
PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW
Topik Inti:
Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw.
1. Muhammad Rasulullah
a. Strategi Dakwah dan
Pengembangan Masyarakat Mekah
b. Strategi Dakwah dan
Pengembangan Masyarakat Madinah
2. Profil Negara Madinah
3. Makna Perang dan Damai
1
2 Sejarah Peradaban Islam (Muqaddimah)
B. MUHAMMAD RASULULLAH
Muhammad SAW adalah tokoh historis yang agung dan tokoh dunia
yang paling berpengaruh di bumi ini. Muhammad SAW bukan tokoh
mitologis, tetapi pembawa agama yang sukses dalam menyampaikan
dakwahnya ke segenap umat manusia.
Dalam Islam, Muhammad Saw, diyakini sebagai Nabi dan Rasul
terakhir. Allah Swt, mengukuhkan beliau saat beliau menginjak usia 40
tahun, setelah mencapai puncak pendakian rohaninya dalam rangkaian
tahannus (merenung) di Gua Hira selama kurang lebih 7 tahun.
Oleh karena itu, mengakui kerasulan Muhammad SAW berarti
mengakui bahwa beliau adalah Rasulullah seperti para rasul Allah yang
lainnya. Akibat logis dari pengakuan demikian, maka wahyu yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada ummatnya berasal
dari Allah SWT, bukan buah pikirannya atau jiplakan dari kitab suci yang
dimiliki kaum Yahudi, Nasrani, dan umat-umat lain.
Wahyu yang diterimanya disebut Al-Qur’an, yaitu al-wahy al-
matluww (wahyu yang dibacakan), bukan wahyu dalam bentuk ide-ide
tanpa kata-kata. Al-Qur’an adalah kalam (firman, kata-kata) Tuhan
sendiri yang disampaikan kepada Muhammad SAW melalui
perantaraan Malaikat Jibril. Kata-kata itu mengacu kepada ide-ide yang
berada dalam ilmu Tuhan.
Wahyu turun kepadanya secara berangsur-angsur dalam jangka
waktu 23 tahun. Wahyu tersebut telah diturunkan menurut urutan
yang diberikan Muhammad, dan dikumpulkan dalam kitab bernama Al
Mushaf yang juga dinamakan Al-Qurʾān (bacaan). Kebanyakan ayat-
3 Sejarah Peradaban Islam (Muqaddimah)
Allah berfirman:
5 Sejarah Peradaban Islam (Muqaddimah)
Setelah itu, Hamzah bin Abdul Muthallib, Umar bin Khattab dan
Izzuddin memeluk agama Islam.
Allah menjanjikan Syurga bagi mereka sebagaimana disebutkan
dalam al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 100:
antara lain; Usman bin Affan beserta isterinya Ruqayyah yang juga
puteri Rasulullah SAW serta sahabat dekat lainnya.
Kematian istri Muhammad SAW, *Khadijah, dan pamannya, Abi
Thalib pada tahun ke-10 dari kenabian, membuat kehidupan dan ruang
geraknya menjadi semakin sempit, sehingga tahun itu dikenal sebagai
‘Am al-Huzn (tahun duka cita). Kelapangan diharapkan datang dari
negeri Tha’if (kurang lebih 65 km dari Mekah) yang dipimpin oleh
kerabatnya dari Bani Saqif. Akan tetapi, ketika ia berkunjung ke negeri
itu, penduduk Thaif melemparinya dengan batu yang membuatnya
terluka. Nabi SAW yang ketika itu disertai oleh Zaid bin Harisah
memutuskan untuk kembali ke Mekah setelah mendapat jaminan
perlindungan dari Mut’im bin Adi.
Karakter dakwah Rasulullah SAW, di Mekah memeperlihatkan
karakter Islam yang universal (rahmatan lil’alamin) dengan
menanamkan dasar-dasar keimanan yang berpijak pada prinsip keesaan
Allah SWT, tauhid (monoteistik).
Islamnya Abu Bakar
Abu Bakar bin Abi Quhafah masuk Islam. Ia adalah seorang yang
memiliki kedudukan di kalangan Quraisy lantaran kepintaran, harga
diri & kesederhanaannya. Ia kemudian menampakkan keislamnya.
Abu Bakar juga seorang yang penyayang & mudah bergaul. Ia
mengetahui nasab-nasab Quraisy dan kisah-kisahnya. Ia seorang
pedagang dan memiliki moral yang baik. Maka mulailah ia
berdakwah, mengajak beriman kepada Allah dan masuk agama
Islam. Ia mengajak orang-orang yang tsiqah (percaya) kepadanya,
yang biasa bergaul dengannya.
12 Sejarah Peradaban Islam (Muqaddimah)
ُ َوإِ ْذ يَ ْم ُك ُر ِبكَ الَّ ِذينَ َكفَ ُروا لِيُ ْثبِتُوكَ أَ ْو يَ ْقتُلُو َك أَ ْو يُ ْخ ِر
ُۖ َواللَّـه ُۚ َويَ ْم ُك ُرونَ َويَ ْم ُك ُر اللَّـه جو َك
ََخ ْي ُر ا ْل َما ِك ِرين
Pengertian Hijrah
Secara kebahasaan, kata Hijrah berasal dari Bahasa Arab
yang artinya: “berpindah, meninggalkan, berpaling, dan tidak
mempedulikan lagi.” Dengan demikian, kata “Hijrah” sekurang-
kurangnya mempunyai tiga pengertian, yaitu: (1) kaum muslimin
meninggalkan negeri asalnya yang berada di bawah kekuasaan
18 Sejarah Peradaban Islam (Muqaddimah)
pemerintah yang *kafir; (2) menjauhkan diri dari dosa; dan (3)
permulaan tarikh Islam.
Hijrah dalam sejarah Islam biasanya dihubungkan dengan
kepindahan Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah. Dalam
hubungan ini, hijrah berarti berkorban demi Allah SWT, yaitu
memutuskan hubungan dengan yang paling dekat dan dicintai demi
tegaknya kebenaran dengan jalan berpindah dari kampung
halaman ke negeri lain. Hijrah seperti ini telah menjadi pusaka para
rasul sebelum Nabi Muhammad SAW dan terbukti telah menjadi
prelude (babak pendahuluan) bagi kebangkitan perjuangan.
Pada tahun ke-11 dari kenabian, persiapan untuk
mengembangkan Islam di Yatsrib (sekarang Madinah) memasuki babak
permulaan. Pada musim haji, ketika duduk di dekat Aqabah (bukit atau
tugu batu antara Mina dan Mekah) Nabi SAW bertemu dengan enam
orang dari Suku Khazraj. Setelah mendengarkan ajaran dan seruan dari
Nabi SAW, mereka mengatakan diri memeluk Islam. Pada tahun ke-12
kenabian, datang dua belas orang lainnya (10 orang khazraj dan 2 orang
Aus). Pengislaman keenam orang yang belum masuk Islam di antara
mereka diikuti dengan perjanjian kesetiaan terhadap mereka diikuti
dengan perjanjian kesetiaan terhadap Islam yang dikenal dengan nama
Bai’at al-‘Aqabah (Perjanjian Aqabah) pertama. Kepulangan mereka ke
Yatsrib disertai oleh Mus’ab bin Umair yang ditugasi oleh Nabi SAW
19 Sejarah Peradaban Islam (Muqaddimah)
Ini adalah bukti keimanan yang dalam kepada Allah SWT dan
keberanian yang luar biasa, yang dipertunjukkan olehnya ketika
21 Sejarah Peradaban Islam (Muqaddimah)
Dalam pada itu, setelah keluar dari rumahnya, Nabi SAW pergi
menemui Abu Bakar as-Siddiq dan memberitahukan apa yang
dikehendaki oleh Allah SWT. Maka Abu Bakar ra., mempersiapkan dua
ekor unta dan putri sulungnya, “Asma’,” mempersiapkan perbekalan
22 Sejarah Peradaban Islam (Muqaddimah)
tentang perginya Nabi SAW dari Mekah dan tidak sabar menunggu
kedatangannya. Setiap hari mereka keluar dari kota untuk memberinya
penyambutan yang hangat. Akhirnya, Nabi SAW tiba di sebuah tempat
yang dikenal dengan nama Quba (dekat Yatsrib) pada hari senin, 8
Rabiulawal 1/20 september 622, setelah tujuh hari di perjalanan. Di
tempat ini dia menetap selama empat hari dan membangun masjid
yang dilukiskan di dalam Al-Qur’an sebagai berikut: “….Sesungguhnya
masjid yang didirikan atas dasar taqwa (Masjid Quba), sejak hari
pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya….”
(QS.9:108).
Pada hari jumat, 12 Rabiulawal 13/24 September 622, Nabi
SAW meninggalkan Quba dan tiba di Yatsrib. Di tengah perjalanan, di
Bani Salim, Nabi SAW mengadakan salat Jumat yang diimaminya.
Inilah salat Jumat yang pertama di dalam sejarah Islam. Setiap orang di
dalam kota memohon untuk menjadi tuan rumah bagi tamu agung ini.
Akan tetapi, karena sulit untuk menentukan di mana harus tinggal, Nabi
SAW membiarkan untanya berjalan seraya berkata kepada penduduk,
bahwa dia akan tinggal di rumah di mana unta itu berhenti.
Keberuntungan jatuh pada Abu Ayyub al-Ansari karena unta berhenti
dan berlutut tepat di depan rumahnya; di tanah kosong milik dua anak
yatim, Sahl dan Suhail, di situ beliau membangun Masjid Nabawi. Abu
Ayyub merasa gembira. Dia mempunyai rumah bertingkat dua dan
tingkat paling atas ditawarkannya kepada Nabi SAW. Akan tetapi, Nabi
24 Sejarah Peradaban Islam (Muqaddimah)
dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil
di antara mukminin.
Pasal 9
Banu Al-Nabit sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu
membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan
setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di
antara mukminin.
Pasal 10
Banu Al-‘Aws sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu
membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan
setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di
antara mukminin.
Pasal 11
Sesungguhnya mukminin tidak boleh membiarkan orang yang berat
menanggung utang diantara mereka tetapi membantunya dengan
baik dalam poembayaran tebusan atau diat.
Pasal 12
Seorang mukmin tidak diperbolehkan membuat persekutuan
dengan sekutu mukmin lainnya tanpa persetujuan dari padanya.
Pasal 13
Orang-orang mukmin yang taqwa harus menentang orangyang
diantara mereka mencari atau menuntut sesuatu secara dzalim ,
jahat, melakukan permusuhan atau kerusakan di kalangan
mukminin. Kekuatan mereka bersatu dalam menentangnya,
sekalipun ia anak dari salah seorang di antara mereka.
Pasal 14
34 Sejarah Peradaban Islam (Muqaddimah)
Pasal 26
Kaum Yahudi Banu Najjar diperlakukan sama seperti Yahudi Banu
‘Awf.
Pasal 27
Kaum Yahudi Banu Hars diperlakukan sama seperti Yahudi Banu
‘Awf.
Pasal 28
Kaum Yahudi Banu Sa’idah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu
‘Awf.
Pasal 29
Kaum Yahudi Banu Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi Banu
‘Awf.
Pasal 30
Kaum Yahudi Banu Al-‘Aws diperlakukan sama seperti Yahudi Banu
‘Awf.
Pasal 31
Kaum Yahudi Banu Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu
‘Awf.
Pasal 32
Kaum Yahudi Banu Jafnah dari Sa’labah diperlakukan sama seperti
Yahudi Banu ‘Awf.
Pasal 33
Kaum Yahudi Banu Syutaibah diperlakukan sama seperti Yahudi
Banu ‘Awf.
Pasal 34
37 Sejarah Peradaban Islam (Muqaddimah)
Kaum Yahudi Al-‘Aws, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan
kewajiban seperti kelompok lain pendukung piagam ini, dengan
perlakuan yang baik dan penuh dari semua pendukung piagam ini.
Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan) itu berbeda dari kejahatan
(pengkhianatan). Setiap orang bertanggung jawab atas
perbuatannya. Sesungguhnya Allah paling
membenarkan dan memandang baik isi piagam ini.
Pasal 47
Sesungguhnya piagam ini tidak membela orang zalim dan khianat.
Orang yang keluar (bepergian) aman, dan orang berada di Madinah
aman, kecuali orang yang zalim dan khianat. Allah adalah penjamin
orang yang berbuat baik dan takwa. Dan Muhammad Rasulullah
SAW.
Jadi tujuan utama terselenggaranya piagam madinah adalah
untuk mempersatukan semua komunitas atau golongan di Yastrib
(Madinah) sebagai tolak ukur keadilan dan toleransi kepada
golongan-golongan lain dan salah satu keberhasilan piagam
madinah adalah mempersatukan semua golongan menjadi satu
golongan yang disebut dengan UMMAH.
Salah satu alasan kenapa UMMAH itu sangatlah penting bagi
ROSULULLAH karena UMMAH berawal dari kata Ummun yang
artinya ibu.
B. SIMPULAN
60 Sejarah Peradaban Islam (Muqaddimah)
dan berwibawa sesuai dengan moral atau akhlak Islam dan selalu
mengutamakan kepentingan umum ketimbang kepentingan pribadi
atau kepentingan keluarga. Faktor ini sangat mendukung proses
implementasi yang optimal terhadap semua prinsip Islam dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Gaya kepemimpinan
Nabi sangat berbeda dengan gaya kepemimpinan kepala-kepala
negara yang semasa dengan beliau, misalnya Kaisar Romawi dan
Persia, yang berwatak feodal, keras dan cenderung diktatur. Nabi.
Salah satu prinsip sentral yang telah membentuk karakter dan gaya
kepemimpinan khas Islam ialah prinsip Musyawarah sebagaimana
diperintahkan oleh al-Qur’an kepada mereka. Dengan menerapkan
prinsip ini, Nabi telah berhasil menjadikan Negara Madinah sebagai
suatu negara demokrasi dalam makna yang dikatakan sebagai dua
sokoguru dalam Negara Madinah yang sangat mempengaruhi
pembentukan sikap, watak dan gaya kepemimpinan Nabi sesuai
dengan akhlak Islam. Sikap feodal dan gaya kepemimpinan otoriter
sama sekali tidak terdapat dalam pribadi Nabi.
3. Kesadaran rakyat sangat tinggi terhadap kewajiban-kewajiban dan
hak-hak mereka. Siapapun di antara penduduk berhak menuntut
hak-hak mereka apabila dilanggar oleh Pemerintah, tanpa
membedakan apakah mereka dari kalangan Islam atau bukan.
Kesadaran hukum yang dimiliki oleh rakyat Madinah ketika itu
sangat tinggi. Salah satu faktor yang mendukung dan membentuk
62 Sejarah Peradaban Islam (Muqaddimah)
C.
67 Sejarah Peradaban Islam (Muqaddimah)
D.
2
Ketika itu ia berusia sepuluh tahun dan dalam asuhan Rasulullah saw. sejak sblm Islam. Beliau mengambilnya dari Abu
Thalib pada masa-masa sulit dan mengajak hidup bersamanya.
3
Catatan:
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad (Jakarta: Pustaka Jaya dan Tintamas, 1982), h. 218. Philip K. Hitti,
The Story of The Arabs (London: MacMillan, 1973), h. 116. Abdul Malik A. al-Sayed, Social Ethics of Islam (New York:
Vantage Press, 1973), h. 10. Bernard Lewis, Kebangitan Islam di Mata Seorang Sarjana Barat (Bandung: Mizan, 1983), h.
11. Mohammad Abd Aallah Draz, “Asal-usul Islam” dalam Kenneth W. Morgan, Islam Jalan Lurus (Jakarta: Pustaka Jaya,
1980), h. 15-16, Wilfred Cantwell Smith, Islam in Modern History (New York: New American Library, 1957), h. 23.
Muhammad Hamidullah mencatat bahwa Nabi Muhammad s.a.w. telah mendirikan negara kota di Madinah dan ketika itu
lahir konstitusi pertama di dunia. Beberapa prinsip-prinsip penting telah diletakkan dalam konstitusi itu yaitu (1) persamaan;
(2) keadilah; (3) kebebasan beragama; (4) jaminan sosial; dan (5) tanggung jawab bersama dalam keamanan. Lihat,
Muhammad Hamidullah, Pengantar Studi Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 25-26. Lihat pula, Munawir Sjadzali,
Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran (Jakarta: UI Press, 1990), h. 9-16. Perlu diperhatikan pula, W.
Montgomery Watt, Pergolakan Pemikiran Politik Islam (Jakarta: Bina Cipta, 1987), h. 4-6. Nugroho Notosusanto
melukiskan: “Sejak tiba di Quba…, Rasulullah melakukan pembangungan di bidang agama dengan jalan meletakkan
landasan bagi pembangunan mesjid yang pertama kali di dunia”. Lihat, Nugroho Notosusanto, Nabi Muhammad s.a.w.
sebagai Pembangun Umat (Jakarta: Universitas Indonesia, 1980), h. 6. Fathi Osman menamakan negara yang didirikan oleh
Nabi sebagai “Negara Hijrah”. Lihat, Fathi Osman, Negara dalam Sunnah Rasulullah (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), h. 3-
16.
4
Q.S. Ali Imran/3:112.
5
Abdul Malik A. al-Sayed, op.cit., h. 9-10.
6
Muhammad Husain Haekal, op.cit., h. 316-317. Haekal menyimpulkan bahwa prinsip musyawarah oleh Nabi Muhammad
s.a.w. telah dijadikan sebagai “undang-undang dalam kehidupannya”.
7
. Uhud adalah sebuah bukit terletak di sebelah utara Madinah.
8
Sebagaimana dikutip Moh. Tolchah Mansoer, Hukum, Negara, Masyarakat, Hak-hak Asasi manusia dan Islam (Bandung:
Alumni, 1979), h. 120.
9
Q.S. al-Maaidah/5:9.
10
Muhammad Hamidullah menamakan Konstitusi Madinah sebagai “Konstitusi negara pertama di dunia”. Sebagian penulis
menyebutnya Piagam Madinah. Teksnya (terjemahannya) secara lengkap dapat dibaca dalam Zainal Abidin Ahmad,
Piagam Nabi Muhammad s.a.w.: Konstitusi Negara Tertulis yang pertama (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 11-30. Lihat
pula, Haekal, op.cit., 221-225. Munawir Sjadzali, op.cit., h. 10-15. W. Montgomery Watt, Muhammad at Medina (Oxford:
The Clarendon Press, 1956), h. 220-260. Lihat pula, Watt, Muhammad: Prophet and Statesman (London: Oxford University
Press, 1964), h. 93-95.
11
Zainal Abidin Ahmad, op.cit., h. 28.
12
Ibid., h. 26
13
Pasal 25 Konstitusi Madinah; Ibid. Lihat pula, Sjadzali, op.cit., h. 30.
14
Sebagaimana dikutip Moh. Tolchah Mansoer, op.cit., h. 128.
15
Diatur dalam pasal 47 Konstitusi Madinah. Lihat, Zainal Abidin Ahmad, op. cit., h. 30.
16
Said Ramadan, Islamic Law; its Scope and Equity, 2nd Edition, 1970, h. 125.
17
Muhammad Hamidullah, op. cit., h. 220-221.
18
Said Ramadan, op. cit., h. 135.
19
Ibid., h. 132-135.
20
Ibid., h. 134.
21
Ibid., h. 136.
22
Ibid., h. 136-137.
23
Ibid., h. 136.
24
Q.S. al-Anfaal/8:41.
25
Muhammad A. al-Buraey, Islam Landasan Alternatif Administrasi Pembangunanan (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 254-255.
Salah satu doktrin Islam yang harus diperhatikan hakim ialah “seorang hakim dilarang memutus perkara sementara ia dalam
keadaan marah” (hadis Rasul). Ibid., h. 87.
26
Badruzzaman Busyairi, “Surat-surat Nabi” dalam Bulettin Dakwah, No. 2 Tahun ke-XVIII, Januari 1991 (Jakarta: Dewan
Dakwah Islamiah Indonesia).