Anda di halaman 1dari 3

A.

METODE EKSPLORASI TIDAK LANGSUNG


Metode eksplorasi tidak langsung adalah kegiatan eksplorasi yang
dilakukan dengan tidak berhubungan langsung dengan bahan atau endapan
bahan galian yang dicari. Kegiatan eksplorasi ini dilakukan melalui mengamati
atau menganalisis kelainan kelainan sifat sifat baik itu sifat fisik maupun sifat
kimia dari batuan. Salah satu metodenya ialah penginderaan jarak jauh,
penginderaan jarak jauh adalah pengukuran atau akuisisi data suatu objek atau
fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan
objek tersebut atau dari jarak jauh, misalnya dari pesawat, pesawat luar
angkasa, satelit, dan kapal. Menurut Lilesand dan Keifer (1990),
mendefinisikan penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau
fenomena yang dikaji. Contoh dari penginderaan jauh diantaranya satelit
pengamatan bumi, satelit cuaca, memonitor janin dengan ultrasonik dan
wahana luar angkasa yang memantau planet dari orbit.

B. CITRA SATELIT ( PENGINDRAAN JAUH ) UNTUK PERTAMBANGAN


Citra Penginderaan Jauh adalah data berupa gambar yang diperoleh
dalam sistem penginderaan jauh (Sabins, 1987: 434). Simonett dkk. (1983
dalam Sutanto, 1986:6) menyebutkan bahwa Citra Penginderaan Jauh adalah
gambaran rekaman objek yang dihasilkan dengan cara optik, elektro – optik,
optik – mekanik atau elektronik. Gambar yang dihasilkan mirip dengan objek
sesungguhnya di alam. Perkembangan teknologi saat ini berkembang dengan
sangat cepat begitu juga perkembangan teknologi citra satelit untuk berbagai
kebutuhan yang salah satunya adalah pemanfaatan citra satelit untuk
pertambangan. Berbagai regulasi untuk sektor pertambangan tentang kewajiban
pemanfaatan dari citra satelit ini telah dituangkan dalam berbagai peraturan
untuk dilaksanakan oleh pelaku usaha pertambangan.

Regulasi tentang kewajiban penggunaan citra satelit (Penginderaan Jauh)


sebagai berikut:

1. Keputusan Menteri ESDM Nomor 1806 Tahun 2018 (Tentang Pedoman


Pelaksanaan Penyusunan, Evaluasi, Persetujuan Rencana Kerja Dan
Anggaran Biaya, Serta Laporan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral Dan Batubara)
2. Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 Tahun 2018 (Tentang Pedoman
Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik)
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2012 (Tentang
Indikator Ramah Lingkungan Untuk Usaha Dan/Atau Kegiatan
Penambangan Terbuka Batubara)
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2018 (Tentang Pedoman Pinjam Pakai
Kawasan Hutan)
Keunggulan citra satelit adalah mempunyai biaya yang ekonomis, resolusi
yang tinggi dan mampu menjangkau area yang luas. Pada Sektor Pertambangan
dan Lingkungan Hidup Citra satelit dapat digunakan untuk memonitoring
kegiatan sebagai berikut:

1. Peta Citra satelit high resolution (natural colour) berupa raw data dan data
raster (sudah terkoreksi geometrik) sebagai lampiran Rencana Kerja dan
Anggaran Biaya (RKAB) perusahaan pertambangan mineral dan batubara.
2. Time series perubahan kemajuan tambang dari tahun ke tahun baik dari
awal penambangan sampai dengan saat ini.
3. Peta citra satelit resolusi tinggi realisasi kemajuan Reklamasi
Pertambangan Mineral dan Batubara.
4. Penataan lahan bekas tambang (pascatambang) sesuai dengan
peruntukannya.
5. Luas permukaan lubang galian yang terbentuk tidak lebih dari 20%
(duapuluh perseratus) dari luas IUP apabila lubangnya terkonsentrasi atau
tidak lebih dari 30% (tigapuluh perseratus) dari luas IUP apabila
lubangnya terfragmentasi dan setiap lubang tidak lebih dari 20%
(duapuluh perseratus) dari luas IUP.
6. Luas permukaan bekas lubang galian yang terbentuk tidak lebih dari 20%
(duapuluh perseratus) dari luas IUP apabila lubangnya terkonsentrasi atau
tidak lebih dari 30% (tigapuluh perseratus) dari luas IUP apabila
lubangnya terfragmentasi dan setiap lubang tidak lebih dari 20%
(duapuluh perseratus) dari luas IUP.
7. Pemegang IPPKH wajib menyampaikan Laporan berkala 6 bulan sekali
secara periodik yang salah komponen pelaporannya adalah peta Citra
Resolusi Sangat Tinggi dengan Resolusi < 1 meter (format geotiff).
8. Jarak tepi lubang galian paling sedikit 500 (limaratus) meter dari batas
IUP (rona awal berdekatan dengan permukiman).
9. Monitoring Penambangan Tanpa Izin (PETI) berupa luas bukaan tambang
PETI, Jumlah Alat Berat dan dampak negatif dari aktivitas PETI.
10. Ekplorasi Pendahuluan untuk pertambangan mineral dan batubara.

Salah satu jenis pengindraan jauh yaitu Sensor TM (Thematic


Mapper) merupakan sensor yang dipasang pada satelit Landsat-4 dan Landsat-
5. Sistem sensor TM pertama dioperasikan pada tanggal 16 Juli 1982 dan yang
kedua pada tanggal 1 Maret 1984. Lebar sapuan (scanning) dari sistem Landsat
TM sebesar 185 km, yang direkam pada tujuh saluran panjang gelombang
dengan rincian; 3 saluran panjang gelombang tampak, 3 saluran panjang
gelombang inframerah dekat, dan 1 saluran panjang gelombang termal (panas).
Sensor TM memiliki kemampuan untuk menghasilkan citra multispektral
dengan resolusi spasial, spektral dan radiometrik yang lebih tinggi daripada
sensor MSS. Penginderaan Jauh dapat digunakan sebagai sarana dalam
membantu proses identifikasi sebaran batubara. Penginderaan jauh sebagai
bidang keteknikan dan pengumpulan data menjadi lebih luas penggunaannya
dan memberikan hasil yang memuaskan dalam beberapa tahun belakangan ini.
Salah satu contohnya yaitu hasil interpretasi pada citra Landsat 5 TM sebagian
daerah Lahat dan Muara Enim Sumatera Selatan, didapatkan hasil berupa peta
pola aliran, peta bentuklahan, peta struktur geologi, peta hasil klasifikasi
penutup lahan, dari keempat peta tersebut dapat dibuat peta landunit dimana
peta tersebut digunakan untuk mengecek hasil interpretasi dengan kenyataan
yang ada dilapangan. Setelah dilakukan pengecekan lapangan maka didapatkan
hasil yang lebih akurat pada hasil reinterpretasi. Dalam reinterpretasi, pada peta
struktur geologi dilakukan rekonstruksi terhadap struktur geologi dan
singkapan batubara yang ada dilapangan. Dalam uji lapangan ini peneliti
mendapatkan uji ketelitian sebesar 81,33%. Hasil tersebut sudah merupakan
hasil paling baik, karena dalam penelitian seperti ini untuk mendapatkan
akurasi 60% dapat dikatakan baik.

Contoh 1. Pemetaan Menggunakan Citra Satelit

Anda mungkin juga menyukai