Komunitas HIV

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

HALAMA JUDUL..............................................................................…..i
KATA PENGANTAR ...............................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................4
2.1 Pengertian dari HIV.........................................................................4
2.2 Etiologi dari HIV.............................................................................4
2.3 Manifestasi Klinis dari HIV.............................................................5
2.4 Patofisiologi dari Penyakit HIV.......................................................6
2.5 Komplikasi dari Penyakit HIV.........................................................8
2.6 Pemeriksaan penunjang dari Penyakit HIV.....................................9
2.7 Penatalaksanaan dari Penyakit HIV.................................................9
2.8 Peran pemerintah dalam mencegah penyakit HIV...........................9
2.9 Pencegahan dari Penyakit HIV........................................................10
2.10 Asuhan Keperawatan.....................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired
ImmunodeficiencySyndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit
mematikan di dunia yangmenjadi wabah internasional sejak pertama
kehadirannya (Arriza, Dewi, Dkk,2011). Penyakit ini merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh infeksivirus Human Immunodeficiency
Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalantubuh (Kemenkes, 2015).
Penyakit HIV dan AIDS menyebabkan penderita mengalami
penurunanketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi
berbagai macampenyakit lain (Kemenkes, 2015). Meskipun telah ada
kemajuan dalampengobatannya, namun infeksi HIV dan AIDS masih
merupan masalahkesehatan yang penting di dunia ini (Smeltzer dan Bare,
2015).
Penyakit AIDS diartikan sebagai sekumpulan gejala yang
menunjukkankelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang
diakibatkan oleh faktor luardan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi
HIV, mulai dari kelainan ringandalam respon imun dan tanpa gejala yang
nyata, hingga keadaan imunosupresiyang berkaitan dengan berbagai
infeksi yang dapat membawa kematian(Padila,2012).
Proporsi orang yang terinfeksi HIV, tetapi tidak mendapat
pengobatan anti HIVdan akhirnya akan berkembang menjadi AIDS
diperkirakan mencapai lebih dari90%. Karena tidak adanya pengobatan
anti HIV yang efektif, Case Fatality Ratedari AIDS menjadi sangat tinggi,
kebanyakan penderita di negara berkembang(80-90%) mati dalam 3
sampai 5 tahun sesudah di diagnosa terkena AIDS(Kunoloji,2012).
Penyebaran HIV tidak mengenal umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan,pekerjaan, status perkawinan, dan daerah tempat tinggal
penderitanya(Tangadi,1996 & Budiharto,1997 dalam Desima,2013).
Laporan dari JointUnited Nations Programme on HIV and AIDS atau

1
UNAIDS pada tahun 2015terdapat 2,1 juta infeksi HIV baru diseluruh
dunia, yang banyak tersebar diwilayah afrika dan asia. Data ini menambah
total penderita HIV menjadi 36.7juta dan penderita AIDS sebanyak 1,1
juta orang (UNAIDS, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari HIV/AIDS ?
1.2.2 Bagaimana Etiologi dari Penyakit HIV/AIDS?
1.2.3 Bagaimana Patofisiologi dari Penyakit HIV/AIDS?
1.2.4 Bagaimana Manifestasi Klinis dari Penyakit HIV/AIDS?
1.2.5 Bagaimana Komplikasi dari Penyakit HIV/AIDS?
1.2.6 Bagaimana Pemeriksaan penunjang dari Penyakit HIV/AIDS
1.2.7 Bagaimana Penatalaksanaan dari Penyakit HIV/AIDS
1.2.8 Bagaimana peran pemerintah dalam mencegah penyakit
HIV/AIDS?
1.2.9 Bagaimana Pencegahan dari Penyakit HIV/AIDS ?
1.2.10 Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Penyakit HIV/AIDS?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui Pengertian penyakit dari Penyakit HIV/AIDS
1.3.2 Untuk mengetahui Etiologi dari Penyakit HIV/AIDS.
1.3.3 Untuk mengetahui Manifestasi Klinis dari Penyakit HIV/AIDS.
1.3.4 Untuk mengetahui Patofisiologi dari Penyakit HIV/AIDS.
1.3.5 Untuk mengetahui Komplikasi dari Penyakit HIV/AIDS.
1.3.6 Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari Penyakit
HIV/AIDS
1.3.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Penyakit HIV/AIDS
1.3.8 Untuk mengetahui pemerintah dalam mencegah penyakit
HIV/AIDS.
1.3.9 Untuk mengetahui pencegahan penyakit HIV/AIDS
1.3.10 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari Penyakit HIV/AIDS
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui segala hal tentang penyakit HIV/AIDS.

2
1.4.2 Mahasiswa dapat menyebarkan pengetahuan tentang penyakit
HIV/AIDS.
1.4.3 Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mengidentifikasi penyakit
HIV/AIDS.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Definisi penyakit HIV/AIDS


AIDS (Acquired Immune Deficincy Syndrome) adalah infeksi atau
sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat dari infeksi virus HIV. Virus HIV (Human Immunodeficiency
Virus) yaitu virus yang memperlemah sistem kekebalan tubuh manusia
biasanya hanya salah satu dari 2 jenis virus (HIV-1 atau HIV-2) yang
secara progresif merusak sel-sel darah putih (limfosit) sehingga
menyebabkan berkurang atau gagalnya sistem kekebalan tubuh.(H. Akhsin
Zulkoni, 2011).
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah infeksi yang
disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
menyebabkan suatu penyakit yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh.
(Ersha & Ahmad, 2018)
Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang
menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan
turunnya kekebalan tubuh manusia. (Yudhi Tri Gunawan, Irma
Prasetyowati, 2016)

2.2 Etiologi dari penyakit HIV/AIDS.


1. Fase pertama
Orang yang terkena infeksi menjadi bersifat zero positif, artinya
orang tersebut tampak sehat dan setelah enam bulan darahnya baru
dapat dideteksi HIV nya secara tidak langsung ( melalui antibody ).
Gejala yang muncul pada fase ini adalah flue berat ( kurang lebih
seminggu ), keluhan muncul akibat infeksi dan reproduksi dari ribuan
HIV dalam sel limfo-T.
2. Fase kedua
Sistem menangkap dan mengurung semua virus di kelenjar limfa
dimana reproduksi berlangsung terus. Jaringanyang erinfeksi dan HIV

4
yang lolos dimusnahkan oleh masing-masing T-killer cell dan antibodi.
Proses berlangsung tanpa gejala. Setiap takut makin banyak HIV yang
meloloskan diri dan masuk ke dalam sirkulasi, juga lebih banyak limfo-
T yang mati dan sistem imun semakin lemah.
3. Fase ketiga
Suatu sampai 12 tahun kemudian jumlah HIV dalam darah (viral
load) menjadi lebih banyak sekali dan jumlah limfo-T helper cell (CD4
+) turun dari 1000 sampai 200/mm3 baru pada saat inilah penyakit
AIDS menjadi nyata (fullblown) dengan gejala-gejala klinis. .(H.
Akhsin Zulkoni, 2011)

2.3 Manifestasi klinis dari penyakit HIV/AIDS.


Setelah terkena penyakit HIV bisa berlnjut ke tahap AIDS , biasa
pada thap ini menimbulkan gejala-gejala yatu :
1. Gejala Mayor :
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan.
b. Diare kronis yang lebih dari 1 blan.
c. Demam berkepajangan lebih dari 1 bulan.
d. Penurunn kesadaran dan gannguan neurologis.
e. Dimensia/ HIV esenfalopi.
2. Gejala Minor :
a. Batuk menetap lebih dai 1 bulan.
b. Dematitis generalisita
c. Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster
berulng.
d. Kandidiasis orofanginial.
e. Herpes simpek kronis prokresif.
f. Limfadenopati generalisata.
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
Setelah tahap AIDS lalu masuk ke stadium komplikasi, gejala
tahap ini iasanya pasien akan mudah atau sering terserang penyakit.
1. Infeksi beberapa organ :

5
a. Infeksi pneumocystis penyebab radang paru-paru.
b. Infeksi otak dengan taksoplaosis yang dapat
menyebabkan kesulitan berfikir.
c. Infeksi MAC (Mycobacterium avium complex) yang
dapt menyebabkan demam dan berat badan turun.
d. Infeksi kerongkongan yang dapat menyebabkan rasa
sakit.
2. Lymphoma di otak yang dapat menyebabkan demam dan
kesulitan berfikir
3. Kanker yang disebut kaposis sarcoma, yang menyebabkan
kulit berwarna coklat, kemerahan, ungu atau bintink-bintik,
bisa juga terjadi pada mulut.
.(H. Akhsin Zulkoni, 2011)

2.4 Patofisiologi dari penyakit HIV/AIDS.


HIV secara terus menuerus memperlemah sistem kekebalan tubuh
dengan cara menyerang dan menghancurkan kelompok – kelompok sel-sel
darah putih tertentu yaitu CD4 dan T cell (sel T-helper/sel T4). Normalnya
sel T-helper ini memainkan suatu peranan penting pada pencegahan
infeksi. Ketika terjadi infeksi, sel-sel ini akan berkembang dengan cepat,
memberi tanda pada bagian sistem kekebalan tubuh yang lain bahwa telah
terjadi infeksi. Hasilnya tubuh memproduksi antibodi yang menyerang dan
menghancurkan virus-virus berbahaya. Selain mengerahkan sistem
kekebalan tubuh untuk memerangi infeksi, sel T-helper juga memberi
tanda bagi sekelompok sel-sel darah putih lainnya yang disebut sel T-
suppressor atau T8, ketika tiba saatnya bagi sistem kekebalan tubuh untuk
menghentikan serangannya.
Dalam keadaan normal kita memiliki lebih banyak sel-sel T-helper
dalam darah daripada sel-sel T-suppressor, dan ketika sistem imun sedang
bekerja dengan baik, sel T-helper 2x lebih banyak dibandingkan sel T-
suppressor. Sebaliknya pada penderita AIDS, jumlah sel-sel T-suppressor
melebihi jumlah sel-sel T-helper. Akibatnya penderita AIDS tidak hanya

6
mempunyai sedikit sel-sel penolong yaitu sel T-helper untuk mencegah
infeksi, tetapi juga memiliki sel-sel penyerang yang menyerbu sel-sel
penolong yang sedang bekerja.
HIV membunuh sel-sel T-helper dan mengubah struktur sel yang
diserangnya. Virus ini menyerang dengan cara menggabungksn kode
genetiknya dengan bahan genetic sel yang diserang. Hasilnya, sel yang
diserang berubah menjadi pabrik penghasil virus HIV yang dilepaskan ke
dalam aliran darah serta dapat menginvasi dan menginfeksi sel-sel T-
helper yang lain. Proses ini terjadi secara berulang-ulang. Virus yang
bekerja seperti ini seperti disebut retrovirus. Virus jenis ini lebih sulit
ditangani daripada virus lain karena virus ini menjadi bagian dari struktur
genetic sel yang diserang, dan tidak ad acara untuk melepaskan diri dari
virus ini. Hal ini berarti pasien pengidap HIV terinfeksi seumur hidupnya.
Mekanisme kerja HIV merusak fungsi sistem kekebalan tubuh
belum dapat diungkapkan sepenuhnya. Berdasarkan teori terbaru namun
belum dapat dibuktikan kebenarannya, menyatakan bahwa rusaknya
sistem kekebalan yang terjadi pada pengidap AIDS mungkin dikarenakan
tubuh menganggap sel-sel T-helper nya yang terinfeksi sebagai “musuh”.
Terjadi mekanisme pertahanan tubuh yaitu mulai memproduksi antibody
untuk menyerang sel-sel T yang telah terinfeksi. Akan tetapi, antibody
juga menyerang sel T-helper sehat bahkan juga akan merusak atau
membuat sel-sel sehat ini tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
HIV akan menyerang sistem kekebalan tubuh tidak hanya dengan
membunuh sel T tetapi juga dengan mengakali tubuh dan menyerang
mekanisme pertahannya sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
virus ini juga merusak otak dan sistem saraf pusat. Otopsi yang dilakukan
pada otak pengidap AIDS yang telah meninggal mengungkapkan bahwa
virus ini juga menyebabkan hilangnya banyak sekali jaringan otak.
Sehingga saat ini diketahui bahwa ada hal yang cukup mengerikan yaitu
bahwa mereka yang telah terimfeksi virus HIV pada akhirnya mungkin
menderita kerusakan otak dan sistem saraf pusat..(H. Akhsin Zulkoni,
2011)

7
2.5 Komplikasi Pada Penyakit HIV/AIDS.
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
Kandidiasis oral ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim dalam
rongga mulut. Jika tidak diobati, kandidiasis oral akan berlanjut mengeni
esophagus dan lambung. Tanda dan gejala yang menyertai mencakup
keluhan menelan yang sulit dan rasa sakit di balik sternum (nyeri
retrosternal).
2. Neurologik
a. Ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia
AIDS (ADC; AIDS dementia complex). Manifestasi dini
mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan
berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik, apatis
dan ataksia.
b. Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit
kepala, malaise, kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status
mental dan kejang-kejang. diagnosis ditegakkan dengan analisis
cairan serebospinal.
3. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit
dan sakit, nyeri rektal, gatal-gatal dan diare.

8
4. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi oportunis
seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan disertai dengan
pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit.

2.6 Pemeriksaan penunjang dari penyakit HIV/AIDS.


1. Mendeteksi antigen virus dengan PCR (Polimerase Chain Reaction)
2. Tes ELSA memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi
3. Hasil positif dikonfirmasikan dengan pemeriksaan western blot
4. Serologis : skrining HIV dengan ELISA, tes western blot, limfosit T
5. Pemeriksaan darah rutin
6. Pemeriksaan neurologist
7. Tes fungsi paru, bronscopi

2.7 Penatalaksanaan dari penyakit HIV/AIDS.


1. Pengobatan suportif
a. Pemberian nutrisi yang baik
b. Pemberian multivitamin
2. Pengobatan simtomatik
3. Pencegahan infeksi oportunistik, fapat digunakan antibiotic kotrimoksazol
4. Pemberian ARV

2.8 Peran Pemerintah Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan HIV AIDS


1. Meningkatkan komunikasi, informasi dan Edukasi HIV-AIDS
Ex: Sosialisasi atau penyuluhan tentang HIV/AIDS dengan media
leaflet,poster, sapanduk terkait penyakit tersebut
2. Program penanggulangan layanan VCT
3. Program pencegahan. Ex : program pelatihan sebaya
4. Program dukungan. Ex: memberikan dukungan terhadap ODHA dengan
dilakukannya kampanye anti stigma dan diskriminasi

9
2.9 Pencegahan penyakit HIV/AIDS
1. Hindari seks bebas
2. Jangan gunakan jarum suntik bergantian
3. Hindari kontak langsung dengan cairan yang terinfeksi HIV
4. Menggunakan kondom
5. Hindari obat-obatan terlarang
6.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Seorang wanita Ny B berusia 45 tahun dirawat diruang medikal bedah


karena diare sudah 1 bulan tidak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat ke
dokter. Adiknya mengatakan bahwa dia diare cair ±15 x sehari dan beberapa hari
ini pasien mengalami kesulitan menelan makanan yang masuk sehingga BB
menurun 4 kg dari BB sebelum sakit 60kg dalam satu bulanserta sariawan mulut
tak kunjung sembuh meskipun telah berobat dan tidak nafsu makan. Hasil foto
thorax ditemukan efusi pleura, hasil laboratorium sebagai berikut : HB 11 gr/dL,
leukosit 20.000/Ul, trombosit 160.000/UL, LED 30mm, Na 8 mmol/L, K 2,8
mmol/L, Cl 11o mmol/L, protein 3,5. Tanda-tanda vital TD : 110/70 mmHg, N :
50x/menit, RR : 15x/menit, S : 390C, kojungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
paru-paru : ronchi +/+ dan wheezing +/-. Ditemukan diagnosa medis HIV positif.

3.1 Pengkajian
I. Identitas Klien :
Nama/nama panggilan : Ny B
Tempat tanggal lahir/usia      : Kediri, 21 Januari 1975/ 45tahun
Jenis Kelamin                          : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan                              : smp
Alamat                                        : Bandar lor, kediri
Tanggal masuk                        : 18 Desember 2019
Tanggal pengkajian                 : 19 Desember 2019
Diagnosa Medik                      : HIV-AIDS

II. Keluhan Utama


Klien mengatakan bahwa dia diare cair ±15 x sehari dan BB
menurun 4 kg dari BB sebelum sakit 60kg dalam satu bulan serta
sariawan mulut tak kunjung sembuh meskipun telah berobat dan tidak
nafsu makan.

11
12
III. Riwayat Kesehatan.
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan bahwa dia diare cair ±15 x sehari dan
BB menurun 4 kg dalam satu bulanserta sariawan mulut tak
kunjung sembuh meskipun telah berobat dan tidak nafsu makan.
2.      Riwayat Kesehatan Lalu
Tidak Ada Keluhan

IV. Riwayat Kesehatan Keluarga


Anggota keluarga    : suami positif HIV

V. Riwayat Psiko Sosial


1. Pasien tampak gelisah dengan keadaannya saat ini
2. Pasien tampak cemas karena kurang pengetahuan terhadap
penyakitnya
VI. Riwayat spiritual
1.      Anggota Keluarga tidak taat melaksanakan ibadah
2.      Kegiatan keagamaan : jarang mengikuti kegiatan keagamaan

VII. Aktivitas Sehari-hari


a.       Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

Makan 3x sehari 1x sehari

b.      Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1.      Jenis minuman Air putih Tidak ada
2.      Frekwensi minum Setiap kali haus Sering
3.      Kebutuhan cairan Tidak diketahui Tergantung
4.      Cara pemberian Minum Infuse

13
c.       Eliminasi  (BAB & BAK)
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1.      Frekwensi/waktu BAK= sering BAK = sering,
BAB =  2 x sehari BAB = ±15 x sehari
2.      Konsistensi Sering encer Encer
3.      Kesulitan Tidak ada Tidak ada
4.      Obat pencahar Tidak pernah digunakan Tidak ada

3.2  Pemeriksaan Fisik


a.       Keadaan umum klien : Lemah, gelisah dan batuk sesak
- Ekspresi wajah biasa kadang tersenyum
- Berpakaian bersih.
b.      Tanda-tanda vital:
- TD : 110/70 mmHg,
- N : 50x/menit,
- RR : 15x/menit,
- S : 390C
c.       Antropometri
- Panjang badan            : 160 cm
- Berat badan                          : 56 kg
- Lingkaran lengan atas           : tidak dikaji
- Lingkaran kepala                    : tidak dikaji
- Lingkaran dada                      : tidak di kaji
- Lingkaran perut                    : tidak dikaji
- Skin fold                               : tidak dikaji
d.      Head To Toe
- Kulit  :Pucat dan turgo kulit jelek dipenuhi dengan bercak-bercak
dan gatal
- Kepal dan leher :
I: Normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam dan tidak
adaperadangan.
P: Normal, tidak ada benjolan dikepala

14
P: -
A: -
- Kuku :  Jari tabuh
- Mata / penglihatan :Sklera pucat dan nampak kelopak mata
cekung
- Hidung     :Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi,  tidak
ada polip, dan fungsi penciuman normal
- Telinga    :Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak
adaperdarahan
- Mulut dan gigi :Terjadi peradangan pada rongga mulut dan
mukosa, terjadi Peradangan dan perdarahan  pada gigi ,gangguan
menelan(-), bibir dan mukosa mulut klien nampak kering dan bibir
pecah-pecah
- Leher:  Terjadi peradangan pada eksofagus.
- Dada :
I : Dada terlihat normal, Tidak ada kelainan gerakan dada
P: Terdapat nyeri tekan pada epigastrium, Tidak nampak adanya
pembesaran hati
P: nada sonor
A: Tidak terdengar adanya bunyi nafas tambahan
Tidak ada retraksi dinding dada (+).
- Abdomen :
I : Nampak normal, simetris kiri kanan
P: Turgor jelek ,tidak ada massa, terdapat nyeri tekan pada bagian
kanan bawah
P : Bunyi timpany (+). Kembung (-)
A: terdengar bunyi peningkatan  peristaltic/ bising usus dan tidak
ada krepitasi abdomen.
- Perineum dan genitalia  : Pada alat genital terdapat bintik-bintik
radang

15
- Ekstremitas : Klien tidak mampu mengerakkan extremitas atas
dan extremitas bawah tonus otot lemah akibat tidak ada energi
karena diare dan proses penyakit
e.       Sistem Pernafasan
- Hidung      : Simetris, pernafasan cuping hidung : ada, secret : ada
- Leher        : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar
limfe di sub mandibula.
- Dada      :
1. Bentuk dada : Normal
2. Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal 1:1
3. Gerakan dada  : simetris, tidak terdapat retraksi
4. Suara nafas      : ronki 
5. Tidak ada clubbling finger
f.       Sistem Kardiovaskuler
- Conjungtiva : Tidak anemia, bibir : pucat/cyanosis, arteri carotis :
berisi reguler, tekanan vena jugularis : tidak meninggi
- Ukuran Jantung : tidak ada pembesaran
- Suara jantung : Tidak ada bunyi abnormal
- Capillary refilling time> 2 detik

g.      Sistem Pencernaan


- Mulut : terjadi peradangan pada mukosa mulut
- Abdomen : distensi abdomen, peristaltic meningkat > 25x/mnt
akibat adanya virus yang menyerang usus
- Gaster  : nafsu makan menurun,  mules, mual muntah, minum
normal,
- Anus : terdapat bintik dan meradang gatal
h. Sistem Indra
1. Mata : agak  cekung
2. Hidung : Penciuman kurang baik,
3. Telinga

16
- Keadaan daun telinga : kanal auditorius  kurang bersih akibat
benyebaran penyakit
- Fungsi pendengaran kesan baik
i.        Sistem Saraf
1. Fungsi serebral:
- Status mental : Cemas
- Bicara : -
- Kesadaran : Eyes (membuka mata spontan) = 4, motorik
(bergerak mengikuti perintah) = 6, verbal (bicara normal) = 5
2. Fungsi kranial :Saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda
kelainan dari Nervus I – Nervus XII.
3. Fungsi motorik : Klien nampak lemah, seluruh aktifitasnya dibantu
oleh   orang tua
4. Fungsi sensorik : suhu, nyeri, getaran, posisi, diskriminasi (terkesan
terganggu)
5. Fungsi cerebellum : Koordinasi, keseimbangan  kesan normal
6. Refleks : bisip, trisep,  patela dan babinski terkesan normal.
j.        Sistem Muskulo Skeletal
1.  Kepala : Betuk kurang baik, sedikit nyeri
2.  Vertebrae: Tidak ditemukan skoliosis, lordosis, kiposis, ROM pasif,
klien malas bergerak,  aktifitas utama klien adalah berbaring di
tempat tidur.
3.  Lutut :  tidak bengkak, tidak kaku,  gerakan aktif, kemampuan jalan
baik
4. Tangan :tidak bengkak,  gerakan dan ROM aktif
k.      Sistem  integumen
- Warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan gatal, turgor
menurun > 2 dt,
- Suhu meningkat 39 derajat celsius, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan
pada daerah perianal.
l. Sistem endokrin

17
- Kelenjar tiroid  tidak nampak, teraba tidak ada pembesaran
- Suhu tubuh tidak tetap, keringat  normal,
- Tidak ada riwayat diabetes
m.    Sistem Perkemihan
- Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam),
frekuensi berkurang.
- Tidak ditemukan odema
- Tidak ditemukan adanya nokturia, disuria , dan kencing batu
n.      Sistem Reproduksi : Alat genetalia termasuk glans penis  dan orificium 
uretra eksterna  merah dan gatal
o.      Sistem Imun
- Klien tidak ada riwayat alergi
- Imunisasi lengkap
- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca tidak ada
- Riwayat transfusi darah tidak ada

Hasil Laboratorium: HB 11 gr/dL, leukosit 20.000/Ul, trombosit


160.000/UL, LED 30mm, Na 8 mmol/L, K 2,8 mmol/L, Cl 11o mmol/L,
protein 3,5.

18
3.4 Analisa Data

No Data Etilogi Masalah


1 DS       : Imunitas tubuh Pola nafas tidak
o   klien mengatakan menurun efektif.
anaknya batuk-batuk dan
sesak Tubuh rentan terhadap
infeksi
DO      :
TD : 110/70 mmHg,
Pasien Terinfeksi HIV
N : 50x/menit,
RR : 15x/menit,
Infeksi pada sistem
S : 390C
pernafasan

Peradangan saluran
pernafasan dan
jaringan paru

Adanya sekresi di jalan


napas

Tidak dapat bernapas


secara normal

Ketidakefektifan pola
nafas
2 DS : Imunitas tubuh Ketidakseimbangan
o   Klien mengatakan bahwa menurun Nutrisi Kurang Dari
diare cair ±15 x sehari. Kebutuhan Tubuh
tidak nafsu makan.
Tubuh rentan terhadap
DO :
infeksi
BB sebelum sakit
60kg. BB setelah sakit

19
56kg

Pasien Terinfeksi HIV

Infeksi pada sistem


pencernaan

Infeksi jamur

Peradangan mulut

Sulit menelan

Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
3 DS       : Imunitas tubuh Hipertermi
o   Klien mangatakan menurun
badannya demam terus-
menerus Tubuh rentan terhadap
infeksi
DO      :
  TD : 110/70 mmHg,
Pasien Terinfeksi HIV
 N : 50x/menit,
RR : 15x/menit,
Infeksi pada sistem
S : 390C
pernafasan

Peradangan saluran
pernafasan dan
jaringan paru

Suhu meningkat

20
Hipertermi

3.5 Diagnosa
1. Pola nafas tidak efektif b.d adanya sekresi dijalan nafas.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Tubuhb.dgangguan menelan
3. Hipertermi b.d peradangan saluran pernafasan dan jaringan paru

3.6 Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


1 Ketidak efektifan pola NOC : - Buka jalan nafas ,
nafas b.d adanya sekresi  Respiratory status : gunakan teknik chin
dijalan nafas. Ventilation. lift atau jaw thrust
 Respiratory status : bila perlu.
 Airway Patency. - Posisikan pasien
 Vital sign Status. untuk
Kroteria hasil : memaksimalkan
 Mendemonstrasikan ventilasi.
batuk efektif dan - Indentifikasi pasien
suara nafas yang perliu pemasangan
bersih, tidak ada jalan nafas buatan.
sianosis dan - Auskultasi suara
dyspneu. nafas, catatat adanya
 Menunjukkan jalan suara tambahan.
nafas yang paten. - Atur intake untuk
 TTV dalam rentang cairan
normal. mengoptimalkan
keseimbangan.
- Monitor respirasi dan
O2.
- Monitor aliran

21
0ksigen.
- Pertahankan posisi
pasien
- Monitor TTV.
- Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan.
2 Ketidakseimbangan NOC: - Kaji adanya alergi
Nutrisi Kurang Dari Nutritional status : food and makanan.
Kebutuhan Tubuh b.d fluid intake. - Anjurkan pasien
gangguan menelan Kriteria hasil : untuk meningkatkan
 Adanya peningkatan intake Fe.
BB sesuai dengan - Kaji kemampuan
tujuan. pasien untuk
 BB ideal sesuai mendapatkan nutrisi
tinggi badan. yang dibutuhkan.
 Mampu - BB dalam batas
mengindentifikasi normal.
kebutuhan nutrisi. - Monitor adanya
 Tidak ada tanda- penurunan BB
tanda malnurisi. - Monitor turgor kulit.
 Menujukan - Catat adanya edema,
peningakatan fungi hiperemik,
pengecapan dan hipertonikpapila
menelan. lidah dan cavitas
 Tidak terjadi oral.
penurunan BB yang - Catat jika lidah
berarti. berwarna magenta,
scarlet.
3 Hipertermi b.d NOC : - Monitor suhu sesering
peradangan saluran Thermoregulation. mungkin.
pernafasan dan jaringan Kriteria hasil : - Monitor IWL
paru  Suhu tubuh dalam - Monitor warna dan

22
rentan normal. suhu kulit.
 RR dan Nadi dalam - Monitor TTV
rentan Normal. - Monitor penurunan
 Tidak ada perubahan tingkat kesadaran.
warna kulit dan tidak - Monitor intake dan
ada pusing. output.
- Kolaborsi pemberian
obat.
- Lakukan tapid sponge.

3.7 Implementasi

No Diagnosa Keperawatan Implementasi


1 Ketidak efektifan pola nafas - Dengan membuka jalan nafas , menggunakan
b.d adanya sekresi dijalan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu.
nafas. - Memposisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi.
- Mengidentifikasi pasien perlu pemasangan
jalan nafas buatan.
- Mengauskultasi suara nafas, catatat adanya
suara tambahan.
- Mengatur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
- Memonitor respirasi dan O2.
- Memonitor aliran 0ksigen.
- Mempertahankan posisi pasien
- Memonitor TTV.
- Memonitor frekuensi dan irama pernapasan.
2 Ketidakseimbangan Nutrisi - Mengkaji adanya alergi makanan.
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh - Menganjurkan pasien untuk meningkatkan
b.d gangguan menelan intake Fe.
- Mengkaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.

23
- Menjaga BB dalam batas normal.
- Memonitor adanya penurunan BB
- Memonitor turgor kulit.
- Mencatat adanya edema, hiperemik,
hipertonikpapila lidah dan cavitas oral.
- Mencatat jika lidah berwarna magenta,
scarlet.
3 Hipertermi b.d peradangan - Memonitor suhu sesering mungkin.
saluran pernafasan dan - Memonitor IWL
jaringan paru - Memonitor warna dan suhu kulit.
- Memonitor TTV
- Memonitor penurunan tingkat kesadaran.
- Memonitor intake dan output.
- Mengkolaborsikan pemberian obat.
- Melakukan tapid sponge.

3.8 Evaluasi

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1 Ketidak efektifan pola nafas b.d S = Klien mengatakan bisa bernafas dengan
adanya sekresi dijalan nafas. baik
O = Klien lebih tenang
A = Masalah teratasi sebagian
P = Lanjutkan Intervensi
2 Ketidakseimbangan Nutrisi S = Klien mengatakan bisa menelan lagi
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d O = klien lebih tenang
gangguan menelan A = Masalah teratasi
P = Intervensi dihentikan
3 Hipertermi b.d peradangan saluran S = Suhu tubuh klien turun (normal)
pernafasan dan jaringan paru O = klien lebih tenang
A = Masalah teratasi
P = Intervensi dihentikan

24
DAFTAR PUSTAKA

Huda,Amin , Hardhi kusuma.2015.Aplikasi Nanda NIC NOC.jogjakarta : Media


Action.
Zulkoni, H Akhsin.2011.Parasitologi. Yogyakarta : Muha Medika.
Kementrian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta:
Sekretaris Jenderal
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha
Medika
Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. (2015). Medical Surgical Neursing (Vol 1). :
LWW
UNAIDS, 2016.Global AIDS UP Date 2016.
http://www.unaids.org/en/resources/documents/2016/Global-AIDS-update-2016

25

Anda mungkin juga menyukai