Anda di halaman 1dari 8

Tanya Jawab Mengenai Materi “Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling”

Oleh Kelompok 10 :

1. Muhammad Rifqi Fathul Rizqi (Nim.1172080042)


2. Rifka Anisya Nurfitriyana (Nim. 1182080052)
3. Tika Ramdina Putri (Nim. 1182080064)
4. Vena Herlinda (Nim. 1192080076)

Diskusi tanya jawab :

1. Pertanyaan : Nevi Damayanti (1182080040)

Mengenai aspek yg dievaluasi dalam keterlaksanaan BK di sekolah, dalam


lapangan yang menjadi hambatan utama adalah sulitnya ketersediaan guru BK, atau ada
guru BK tapi hanya 1 orang saja sehingga terbatas dalam melayani murid, atau bahkan
ada kasus yang menjadi guru BK bukan dari ranah jurusan BK, namun guru pemegang
mapel lain.. nah bagaimana bentuk evaluasi yang di terapkan sekolah untuk mengatasi
hal ini? Dan apa saja bentuk kebijakan sekolah supaya BK tetap terlaksana dengan baik
dan siswa pun terlayani dengan maksimal?

Jawaban :

Untuk mengatasinya menurut kami, kita coba dengan teknik evaluasi program
Bimbingan Konseling

1. Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan. Masalah yang sulitnya ketersediaan


lapangan ketersediaan guru BK

2. Mengembangkan atau menyusun instrument pengumpul data, Apakah benar dilapangan


terjadi tersebut?

3. Mengumpulkan analisis data.

4. Melakukan tindak lanjut (follow up).

Menurut kami, agar BK tetap berjalan disekolah dibukalah ketenagakerjaan untuk guru
BK di sekolah, kemudian seperti yang telah disebutkan guru mata pelajaran sebagian besar
dijadikan guru BK sehingga siswa dapat terlayani.

Sumber :

Mamat Supriatna, 2011. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi, Jakarta: Rajawali
2. Pertanyaan : Irma Mar'atus Sholihah (1172080028)
Izin bertanya. Apa hambatan dalam melakukan evaluasi program bimbingan dan
konseling di sekolah? Kemudian Siapa yang berhak melakukan evaluasi program bk?
Terimakasih.

Jawaban :

W.S. Winkel dan Sri Hastuti mengemukakan beberapa hambatan yang mengakibatkan
evaluasi program bimbingan dan konseling kurang terlaksana yaitu:

1. Guru bimbingan dan konseling kurang mempunyai waktu untuk melaksanakan evaluasi
program bimbingan dan konseling.

2. Guru bimbingan dan konseling menganggap dirinya kurang berkompeten untuk melakukan
evaluasi program bimbingan dan konseling.

3. Perubahan prilaku yang terjadi sulit untuk diukur dengan menggunakan alat yang tersedia
sampai sekarang.

4. Dana yang dialokasikan hanya cukup untuk melakukan kegiatan bimbingan sedangkan
evaluasi membutuhkan biaya sendiri.

5. Data untuk melakukan evaluasi tidak lengkap.

6. Guru bimbingan dan konseling sulit menentukan kriteria dalam melaksanakan evaluasi
program bimbingan dan konseling.

7. Guru bimbingan dan konseling menganggap dirinya orang lapangan bukan ahli riset.

Menurut Farid Mashudi (2015), yaitu sebagai berikut :

1. Pelaksaanaan bimbingan disekolah tidak mempunyai waktu yang cukup memadai untuk
melaksanakan evaluasi pelaksanaan program BK (bimbingan konseling).

2. Pelaksana bimbingan dan konseling memiliki latar belakang Pendidikan yang bervariasi,
baik ditinjau dari segi jenjang maupun program, sehingga kemampuanya dalam mengevaluasi
pelaksanaan program BK pun sangat bervariasi, termasuk dalam menyusun, membakukan dan
mengembangkan instrumen evaluasi.

3. Belum tersedianya alat-alat atau instrument evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling disekolah yang valid, reliable dan objektif.

4. Belum diselenggarakanya penataran, Pendidikan atau pelatihan khusus yang berkaitan


tentang evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling pada umumnya, penyususnan
dan pengembangan instrument evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.

5. Penyelenggara evaluasi membutuhkan banyak waktu dan uang. Oleh karena itu untuk
mulai mengadakan evaluasi diperlukan biaya yang cukup mahal dan banyak.

6. Belum adanya guru, konselor atau instrumen BK yang ahli dalam bidang evaluasi
pelaksanaan program BK disekolah. Sampai saat ini, kebanyakan ahli yang terlibat dalam
bidang ini adalah dari guru, konselor, konselor yang sudah tentu konsep kerjanya dan tidak
berorientasi pada kepentingan sekolah.

7. Sampai saat ini, belum ada perumusan kriteria keberhasilan evaluasi pelaksanaan
bimbingan yang tegas dan baku.
Evaluasi program bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh unsur-unsur seperti :
koordinator bimbingan dan konseling dalam menilai Guru Pembimbing dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya, Kepala Sekolah ataupun pengawas sebagai orang yang bertugas
dan bertanggung jawab membina dan mengawasi ataupun personel lain yang terlibat dalam
kegiatan bimbingan dan konseling.

Sumber :

Mashudi, Farid. 2015. Pedoman Lengkap Evaluasi & Supervisi Bimbingan Konseling.
Yogyakarta: Diva Press.

Winkel, W.S. dan Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.

3. Pertanyaan : Lestari Aminulah (1172080034)


Dalam evaluasi program bimbingan ada evaluasi yang efektif memerlukan
kriteria pengukuran yang jelas, maksudnya seperti apa? Mohon dijelaskan 🙏

Jawaban :

Kriteria pengukuran yang jelas merujuk pada sejauh mana kriteria tersebut
dapat dijadikan tolok ukur atau standar yang digunakan mengukur kondisi objek
bimbingan dan konseling. Selain itu, kriteria tersebut ditinjau dari berbagai aspek, dan
dapat digunakan dalam berbagai kondisi.

Kriteria evaluasi program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah atau


madrasah dapat meliputi ketiga komponen tersebut yang meliputi:

(1) komponen antecedents,

(2) komponen transaction dan

(3) komponen outcomes, perlu dilakukan pula penilaian pada masing-masing


indikator tersebut.

Masing-masing indikator tersebut dijelaskan dengan kriteria sebagaimana tabel


berikut :
Komponen Indikator Kriteria Evaluasi Kriteria
Evaluasi
Antecedents 1. Organisasi 1. Adanya organisasi a. Bila < 56% = Kurang Baik
(Context) Pelayanan BK. pelayanan BK, b. 57% - 70% = Cukup Baik
berupa: c. 71% - 85% = Baik
a.Struktur organisasi d. 86% -100%= Sangat Baik
BK.
b.Uraian tugas.

2. Content: 2. Adanya program a. Bila < 56% = Kurang


program pelayanan BK yang Sesuai
pelayanan sesuai dengan b. 57% - 70% = Cukup
BK kebutuhan peserta Sesuai
didik. c. 71% - 85% = Sesuai
d. 86% -100%= Sangat
Sesuai

Antecedents 3. Metode: 3. Adanya strategi yang a. Bila < 56% = Kurang Baik
(Context) strategi yang di gunakan dalam b. 57% - 70% = Cukup Baik
digunakan pelaksanaan c. 71% - 85% = Baik
dalam pelayanan BK, d. 86% -100%= Sangat Baik
pelaksanaan meliputi:
pelayanan a. Pelayanan dasar
BK. b. Pelayanan responsif.
c. Perencanaan
individual
d. Dukungan sistem.
e. Penggunaan teknik
tes.
f. Penggunaan teknik
nontes

Antecedents 4. Fasilitas: 4. Adanya fasilitas berupa: a. Bila < 56% = Kurang


(Context) prasarana 4.1. Prasarana: Memadai
dan sarana. a. Ruang BK secara b. 57% - 70% = Cukup
menyeluruh. Memadai
b. Ruang kerja guru c. 71% - 85% = Memadai
BK d. 86% -100%= Sangat
c. Ruang konseling Memadai
individu
d. Ruang BK
kelompok
e. Ruang
administrasi.
f. Ruang tamu

Sumber :

Fatchurrahman,M. 2017. Konsep dasar Evaluasi Program Bimbingan dan


Konseling. Palangkaraya.
4. Pertanyaan : Anah (1172080005)
Menurut kelompok yang presentasi,seberapa pentingkah evaluasi dalam setiap
program? Karena kita tahu bahwasannya evaluasi ini tidak hanya dilakukan pada
program BK namun juga pada hampir semua bidang. Lalu bagaimana kita
merealisasikan atau menerapkan apa yang telah di evaluasi pada program BK
selanjutnya. Terimakasih

Jawaban :

Evaluasi sangat penting untuk dilakukan dalam setiap program, karena


informasi hasil evaluasinya dapat digunakan untuk menentukan dan menyusun
program baru, selain itu dengan adanya evaluasi dapat mengetahui keefektifan
pelaksanaan program (layanan bimbingan konseling) yang telah dilakukan.

Evaluasi ini diperlukan untuk mendapatkan informasi tentang efektivitas


dari program dan mengidentifikasi area untuk perbaikan program. Informasi
berharga mendapatkan hasil dari belajar bahwa tujuan program dapat tercapai,
tetapi informasi yang sama berharga untuk dapat diturunkan dari mengapa tujuan
programnya tidak tercapai. Evaluasi tidak hanya ditujukan untuk melihat “apakah
hal itu bekerja atau tidak, tetapi juga untuk siapa, di mana, dan dalam keadaan apa.
Sementara itu Kirkpatrik (2010) menambahkan ada tiga alasan mengapa
diperlukan evaluasi program, yaitu: (1) untuk menunjukkan eksistensi dan dana
yang dikeluarkan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran program yang
dilakukan, (2) untuk memutuskan apakah kegiatan yang dilakukan akan
diteruskan atau dihentikan, (3) untuk mengumpulkan informasi bagaimana cara
untuk mengembangkan program di masa mendatang.
Cara merealisasikan hasil evaluasi yaitu dengan mengklasifikasikan
terlebih dahulu hal-hal yang dianggap akan lebih baik jika dilakukan dari
sebelumnya. Sehingga, program bimbingan konseling selanutnya yang akan
direalisasikan beralan dengan baik.

Sumber :

Fatchurrahman,M. 2017. Konsep dasar Evaluasi Program Bimbingan


dan Konseling. Palangkaraya
5. Pertanyaan : Wahyuni Indriani (Nim. 1172080075)
Izin bertanya pada prinsip evaluasi pada prinsip ketiga telah disebutkan bahwa
evaluasi melibatkan berbagai unsur yang professional dan telah disebutkan juga bahwa
unsur itu ada guru. Pertanyaannya apa ada unsur lain selain guru?

Jawaban :
Unsur lain selain guru disini, diantaranya kepala sekolah, pengelola pendidikan
setempat, tenaga professional seperti konselor dan psikolog, para professional seperti
dosen-dosen di universitas, dan tenaga kesehatan.

Sumber :

Fatchurrahman,M. 2017. Konsep dasar Evaluasi Program Bimbingan


dan Konseling. Palangkaraya

Anda mungkin juga menyukai