Oleh Kelompok 10 :
Jawaban :
Untuk mengatasinya menurut kami, kita coba dengan teknik evaluasi program
Bimbingan Konseling
Menurut kami, agar BK tetap berjalan disekolah dibukalah ketenagakerjaan untuk guru
BK di sekolah, kemudian seperti yang telah disebutkan guru mata pelajaran sebagian besar
dijadikan guru BK sehingga siswa dapat terlayani.
Sumber :
Mamat Supriatna, 2011. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi, Jakarta: Rajawali
2. Pertanyaan : Irma Mar'atus Sholihah (1172080028)
Izin bertanya. Apa hambatan dalam melakukan evaluasi program bimbingan dan
konseling di sekolah? Kemudian Siapa yang berhak melakukan evaluasi program bk?
Terimakasih.
Jawaban :
W.S. Winkel dan Sri Hastuti mengemukakan beberapa hambatan yang mengakibatkan
evaluasi program bimbingan dan konseling kurang terlaksana yaitu:
1. Guru bimbingan dan konseling kurang mempunyai waktu untuk melaksanakan evaluasi
program bimbingan dan konseling.
2. Guru bimbingan dan konseling menganggap dirinya kurang berkompeten untuk melakukan
evaluasi program bimbingan dan konseling.
3. Perubahan prilaku yang terjadi sulit untuk diukur dengan menggunakan alat yang tersedia
sampai sekarang.
4. Dana yang dialokasikan hanya cukup untuk melakukan kegiatan bimbingan sedangkan
evaluasi membutuhkan biaya sendiri.
6. Guru bimbingan dan konseling sulit menentukan kriteria dalam melaksanakan evaluasi
program bimbingan dan konseling.
7. Guru bimbingan dan konseling menganggap dirinya orang lapangan bukan ahli riset.
1. Pelaksaanaan bimbingan disekolah tidak mempunyai waktu yang cukup memadai untuk
melaksanakan evaluasi pelaksanaan program BK (bimbingan konseling).
2. Pelaksana bimbingan dan konseling memiliki latar belakang Pendidikan yang bervariasi,
baik ditinjau dari segi jenjang maupun program, sehingga kemampuanya dalam mengevaluasi
pelaksanaan program BK pun sangat bervariasi, termasuk dalam menyusun, membakukan dan
mengembangkan instrumen evaluasi.
3. Belum tersedianya alat-alat atau instrument evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling disekolah yang valid, reliable dan objektif.
5. Penyelenggara evaluasi membutuhkan banyak waktu dan uang. Oleh karena itu untuk
mulai mengadakan evaluasi diperlukan biaya yang cukup mahal dan banyak.
6. Belum adanya guru, konselor atau instrumen BK yang ahli dalam bidang evaluasi
pelaksanaan program BK disekolah. Sampai saat ini, kebanyakan ahli yang terlibat dalam
bidang ini adalah dari guru, konselor, konselor yang sudah tentu konsep kerjanya dan tidak
berorientasi pada kepentingan sekolah.
7. Sampai saat ini, belum ada perumusan kriteria keberhasilan evaluasi pelaksanaan
bimbingan yang tegas dan baku.
Evaluasi program bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh unsur-unsur seperti :
koordinator bimbingan dan konseling dalam menilai Guru Pembimbing dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya, Kepala Sekolah ataupun pengawas sebagai orang yang bertugas
dan bertanggung jawab membina dan mengawasi ataupun personel lain yang terlibat dalam
kegiatan bimbingan dan konseling.
Sumber :
Mashudi, Farid. 2015. Pedoman Lengkap Evaluasi & Supervisi Bimbingan Konseling.
Yogyakarta: Diva Press.
Winkel, W.S. dan Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.
Jawaban :
Kriteria pengukuran yang jelas merujuk pada sejauh mana kriteria tersebut
dapat dijadikan tolok ukur atau standar yang digunakan mengukur kondisi objek
bimbingan dan konseling. Selain itu, kriteria tersebut ditinjau dari berbagai aspek, dan
dapat digunakan dalam berbagai kondisi.
Antecedents 3. Metode: 3. Adanya strategi yang a. Bila < 56% = Kurang Baik
(Context) strategi yang di gunakan dalam b. 57% - 70% = Cukup Baik
digunakan pelaksanaan c. 71% - 85% = Baik
dalam pelayanan BK, d. 86% -100%= Sangat Baik
pelaksanaan meliputi:
pelayanan a. Pelayanan dasar
BK. b. Pelayanan responsif.
c. Perencanaan
individual
d. Dukungan sistem.
e. Penggunaan teknik
tes.
f. Penggunaan teknik
nontes
Sumber :
Jawaban :
Sumber :
Jawaban :
Unsur lain selain guru disini, diantaranya kepala sekolah, pengelola pendidikan
setempat, tenaga professional seperti konselor dan psikolog, para professional seperti
dosen-dosen di universitas, dan tenaga kesehatan.
Sumber :