Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FARMAKOTERAPI

“ANSIETAS DAN MANIA”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 14

KELAS A

1. WIDYA YOLANDA HERDISSA (1604003)


2. YULIANIS ALI PERMATASARI (1604031)
3. RANI NASUTION (1604071)
4. SILFANI AWLIA HURYANTI (1604101)

DOSEN PEMBIMBING: RINGGA NOVELNI, M.Farm, Apt

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA


YAYASAN PERINTIS
PADANG
2019
GANGGUAN KECEMASAN (ANSIETAS)

1. Definisi Ansietas

Anxietas (gangguan kecemasan) adalah suatu kumpulan gangguan dimana


kecemasan dan gejala lainnya yang terkait tidak rasional dialami pada suatu
tingkat keparahan sehingga mengganggu aktivitas/pekerjaan.

2. Etiologi

Penyebab multifaktorial, baik dari diri sendiri, faktor biologi, faktor social,
psikologis, penyalahgunaan/pemakaian obat tertentu secara berlebihan,
maupun gejala yang timbul dari suatu penyakit lain.

Beberapa faktor resiko ansietas

1. wanita 2x lebih besar dari pada laki-laki


2. etnik
3. perpisahan
4. pernah mengalami kekerasan fisik saat anak-anak, sexual abuse
5. status social dan ekonomi rendah
6. riwayat keluarga (pernah adanya penyimpangan yang hampir sama)
7. substance or stimulant abuse

3. Patofisiologi

1. Model noradrenergic
System saraf otonomik hipersensitif dan bereaksi berlebihan terhadap
berbagai rangsangan. Aktivitas berlebihan noradrenergic yang kronik
menurunkan jumlah aZ adrenoreseptor pada penderita gangguan
kecemasan umum (GAD), gangguan stress pasca trauma (PTSD) dan
gangguan kecemasan sosial (SAD).
2. Model reseptor asam y-aminobutirat (GABA)
Pada penderita GAD, ikatan Benzodiazepin dilobus temporalis kiri
dikurangi. Sensitivitas abnormal terhadap sifat antagonis tempat ikatan
benzodiazepin dan pengurangan ikatan ditunjukkan pada kondisi gangguan
kepanikan/panic disorder. Respon hormon pertumbuhan (growth hormone)
terhadap baclofen pada penderita SAD pada umumnya menunjukkan
adanya ketidaknormalan pada fungsi reseptor GABAB pusat.
Ketidaknormalan penghambatan GABA dapat menyebabkan peningkatan
respon terhadap suatu tekanan / stress pada penderita PTSD.
3. Model serotonin (5-HT)
Peranan 5-HT pada gangguan kepanikan tidak jelas, tetapi mungkin
berperan pada perkembangan anticipatory anxiety.
4. Penderita PTSD mengalami hipersekresi faktor pelepas kortikotropin,
tetapi menunjukkan tingkat kortisol yang abnormal pada saat trauma dan
berlangsung kronis
5. Penderita gangguan anxietas memiliki aktivasi abnormal pada daerah
parahippocampal dan korteks prefontal dalam keadaan istirahat. Panik
kecemasan berhubungan dengan dengan aktivasi batang otak dan daerah
ganglia basal. Penderita GAD mengalami peningkatan abnormal aktivitas
kortikal dan penurunan aktivitas ganglia basal. Pada penderita SAD,
mungkin terdapat ketidaknormalan pada amigdala, hippokampus dan
beberapa daerah kortikal. Rendahnya volume hippokampal pada penderita
PTSD mungkin merupakan pekursor perkembangan lanjut PTSD.
4. Manifestasi klinik
1. Gejala kepanikan umum (GAD)

Gejala psikologis dan kognitif

 Kecemasan yang berlebihan


 Kekhawatiran yang sulit dikendalikan
 Perasaan cemas / gelisah sebelum sesuatu terjadi
 Sulit berkonsentrasi atau pikrian kosong

Gejala fisik

 Gelisah
 Letih
 Otot tegang
 Sulit tidur
 Mudah marah

Dampak buruk

 Sosial, pekerjaan, atau tempat fungsional penting lainnya


 Kemampuan penanggulangan / pengatasan masalah yang rendah

2. Gejala gangguan stress pasca trauma (PTSD)

Gejala yang berulang

 Ingatan berulang tentang trauma yang mengganggu dan


mengkhawatirkan
 Mimpi-mimpi berulang yang mengganggu tentang suatu kejadian
 Perasaan bahwa peristiwa traumatic tersebut akan terjadi
 Reaksi psikologi terhadap ingatan akan trauma

Gejala – gejala menghindar / avoidance

 Menghindari pembicaraan tentang trauma


 Menghindari pemikiran atau perasaan tentang trauma
 Menghindari kegiatan-kegiatan yang dapat meningatkan pada
kejadian tersebut.
 Menghindari orang-orang ata tempat-tempat yang dapat
membangkitkan ingatan akan trauma
 Ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma
 Ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan / anhedonia
 Keterasingan dari orang lain
 Menahan emosi / restricted affect
 Perasaan memiliki masa depan yang pendek (contoh; tidak
berharap untuk mempunyai suatu karir, pernikahan)

Gejala hyperarousal

 Penurunan konsentrasi
 Mudah ketakutan
 Kewaspadaan yang berebihan
 Kesulitan tidur / insomnia
 Sensitive atau tiba – tiba marah

Subtipe

 Akut : lamanya gejala kurang dari 3 bulan


 Kronik : gejala berakhir lebih dari 3 bulan
 Mula gejala yang tertunda : mula gejala terjadi minimum 6 bulan
paska trauma
3. Gejala gangguan kecemasan sosial (SAD)
Rasa sakit / ketakutan
 Diamati dengan cermat oleh orang lain
 Dipermalukan
 Dihina

Beberapa situasi yang menakutkan

 Pidato dihadapkan sekelompok orang


 Makan atau menulis dihadapan orang lain
 Berinteraksi dengan pejabat berwenang
 Berbicara dihadapan umum
 Berbicara dengan orang asing
 Menggunakan toilet umum

Gejala fisik

 Wajahnya merah kemalu – maluan


 Gugup atau gembira yang berlebihan tentang sesuatu hal
 Diare
 Bekeringat
 Takikardia
 Gemetar
Jenis / tipe

 Tipe umum : rasa takut dan sikap menghindar pada banyak situasi
social
 Tipe tidak umum : rasa takut terbatas pada satu atau dua situasi

5. Diagnosis

Evaluasi terhadap penderita anxietas memerlukan pemeriksaan fisik dan


mental yang , pemeriksaan laboratorium yang tepat, riwayat penyakit kejiwaan
dan pengobatan.

6. Terapi

6.1 Tujuan terapi

1. Tujuan pengobatan GAD adalah untuk menurunkan tingkat keparahan,


lamanya dan frekuensi kekambuhan gejala dan untuk meningkatkan
kemampuan umum penderita secara keseluruhan.
2. Tujuan pengobatan gangguan kepanikan meliputi meniadakan serangan
panik (tidak selalu tercapai), menurunkan secara signifikan kecemasan
yang berulang dan ketakutan fobia, dan mengembalikan aktivitas normal
penderita.
3. Tujuan pengobatan SAD adalah untuk menurunkan gejala-gejala psikologi
dan menghindarkan fobia dan meningkatkan keterlibatan dalam aktivitas
sosial yang diminati.
4. Tujuan pengobatan PTSD adalah untuk menurunkan gejala-gejala utama,
ketidakmampuan dan komorbiditas dan meningkatkan kualitas hidup dan
kemampuan untuk mengatasi stress.

6.2 Pendekatan umum

- Gangguan kecemasan umum (GAD)


Algoritma pengobatan :
Pilihan obat :
Obat – obat antikecemasan nonbenzodiazepin untuk GAD

Nama generik Nama Produsen Dosis awal Rentang


dagang dosis
(mg/hari)a
Antidepresan
Escitalopramb Cipralex Lundbeck PT 10 mg/hari 10-20
Imipramin Tofranil Novartis 50 mg/hari 75-200
Paroksetinb Serocat Indonesia 20 mg/hari 20-50
Venlafaxinb Efexor GlaxoSmithKline 37,5 atau 75-225c
XR Wyeth 75 mg/hari
Azapiron
Buspironb Tran-Q Guardian 7,5 mg dua 15-60c
Xiety Pharmatama kali sehari
Lapi
Difenilmetan
Hidroksizinb,d Iterax UCB Pharma 25 atau 50 200-400
Bestalin Lapi mg 4 kali
sehari
a. pasien usia lanjut umumnya diterapi dengan setengah dosis dari daftar
diatas
b. direkomendasika FDA untuk GAD
c. penyesuaian dosis tidak diperlukan untuk penderita usia lanjut
d. rekomendasi FDA untuk kecemasan dan ketengangan pada anak-anak
adalah 50-100 mg sehari dalam dosis terbagi.
Obat – obat antikecemasan benzodiazepine

Nama generik Nama Produsen Rentang dosis Perkiraan


dagang yang ekuivalen
direkomendas dosis (mg)
ikan
(mg/hari)a
Alprazolamb Alganax Guardian 0,75-4 0,5
Alprazolam Pharmatama
Alviz Dexa Medica
Atarax Pharos
Feprax Mersifarma TM
Frixitas Ferzon
Soxietas Novell Pharma
Xanax XR Soho 1-10c
Zolastin Pfizer
Zypraz Gracia
Pharmindo
Klordiazepoksid Cetabrium Kalbe Farma 25-100 25
Librium Soho Veleant / 1-4c 0,25
Combiphar
Klonazepam Riklona 2 Mersifarma TM
Rivotril Roche
Klorazepat Tranxene Darya Varia 7,5-60 7,5
Diazepamb Mentalium Soho 2-40 5
Stesolid Actavis
Trazep Fahrenheit
Valdimex Mersifarma TM
Valium Sanbe
Roche
Sunthi Sepuri / 0,5-10 0,75-1
Wyeth – Ayerst
Lorazepam Ativan Mersifarma TM
Merlopam fahreinheit
Renaquil
Oksazepamd 30-120 15
a. pasien usia lanjut umumnya diterapi dengan setengah dosis dar daftar
diatas
b. tersedia bentuk generik
c. dosis untuk gangguan kepanikan
d. tidak tersedia di Indonesia
- Gangguan kepanikan
Pilihan obat :
Obat – obat yang digunakan untuk pengobatan gangguan kepanikan

Kelas/ Nama Nama Produsen Dosis Rentang


Generik Dagang Awal dosis
antipanik
(mg)
Penghambat
ambilan
kembali
serotonin
secara selektif
(SSRI) Cipram Landbeck PT 10 20-60
Citalopram Cipralex Landbeck PT mg/hari 10-20
Escitalopram Andep Medikon 5
Fluoksetin Ansi Bernofarm mg/hari
Antiprestin Pharos
Courage Soho
Deprezac Actavis
Elizac Mersifarma TM
Kalxetin Kalbe Farma
Nopres Ferron
Noxeline Novell Pharma
Oxipres Sandoz
Prozac Eli Lilly
ZAC Ikapharmindo
Zactin Merck
Fluvoksamin Luvox Solvay Pharm 25 100-300
mg/hari
Paroksetin Seroxat glaxoSmithKline 10 20-60
mg/hari
Sertralin Antipres Sandoz 25 50-200
Deptrak mg/hari
Fatral
Iglodep
Nudep
Serlof
Sernade
Zerlin
Zoloft
Benzodiazepin
Alprazolam Alganax Guardian 0,25 mg 4-10
Klorazepam Alprazolam Pharmatama 3 kali
Alviz sehari
Atarax
Feprax
Frixitas
Soxietas
Xanax XR Pfizer 1-10
Zolastin 0,5-1
Zypraz mg/hari
Antidepresan
trisiklik (TCA)
Klomipramin Anafranil Novartis 25 mg 2 75-250
Indonesia kali
sehari
Penghambat
Monoamin
Oksidan
(MAO)
Fenelzin 15 45-90
mg/hari

- Gangguan kecemasan social (SAD)


Algoritma pengobatan :
Pilihan obat :
Obat – obat yang digunakan untuk terapi gangguan kecemasan social

Kelas / nama Nama Produsen Dosis Rentang


generik Dagang awal dosis
(mg/hari)
SSRI
Citalopram Cipram Lundbeck PT 20 20-40
Escitalopram Cipralex Lundbeck PT mg/hari 10-20
Fluvoksamin Luvox Solvay Pharma 10 150-300
Paroksetin Seroxat GlaxoSmithKline mg/hari 20-60b
Sertralin Antipres Sandoz 50 50-200b
mg/hari
10-20
mg/hari
25-50
mg/hari
Penghambat
ambilan
kembali
serotonin-
norepinefrin
venlafaxin Efexor XR Wyeth 75 75-225b
mg/hari
Alternatif
pilihan obat
lainnya
Buspironc Tran-Q Guardian 10 mg 2 45-60
Pharmatama kali per
hari
a. dosis digunakan pada penelitian klinis, namun tidak direkomendasikan
oleh FDA
b. dosis direkomendasikan oleh FDA
c. digunakan sebagai obat tambahan
d. tidak tersedia di Indonesia

- Gangguan stress pasca trauma (PTSD)


Algoritma pengobatan :

Pilihan obat :
Antidepresan yang digunakan pada pengobatan gangguan stress pasca
trauma (PTSD)

Kelas / Nama Produsen Dosis Rentang


Nama Dagang awal dosis
Generik (mg/hari)
SSRI
Citalopramc Cipram Lundbeck PT 20 20-40
Escitalopra Cipralex Lundbeck PT mg/hari 10-20
m Andep Medikon 10 10-60
c
fluoksetin mg/hari
10-20
mg/hari
Obat
lainnya Limbritol Valeant/Combiphar 25-50 75-200
Amitriptilinb Tofranil Novartis Indonesia mg/hari
Imipramin
a. dosis digunakan pada penelitian klinis tetapi tidak direkomendasikan
oleh FDA
b. tersedia sediaan generic
c. dosis yang direkomendasikan oleh FDA
d. tidak tersedia di Indonesia

PENYAKIT BIPOLAR (MANIA)

1. DEFENISI
Penyakit bipolar dikenal dengan penyakit manik-depresi merupakan
gangguan yang memiliki siklus, dimana terjadi fluktasi yang sangat ekstrim pada
suasana hati (mood), energi dan tingkah laku yang berulang. Diagnosis penyakit
ini melibatkan kemunculan mania, hipomania, atau kombinasi antar episode
selama perjalanan penyakit.
Mania adalah kondisi gangguan suasana hati yang membuat seseorang
merasa sangat bersemangat secara fisik dan mental. Orang dengan bipolar yang
mengalami episode ini akan membuat keputusan yang tidak rasional.

2. ETIOLOGI
Etiologi pasti gangguan bipolar tidak diketahui. Penyakit bipolar dianggap
sebagai penyakit genetik kompleks yang bersifat lingkungan, dipengaruhi secara
mental, dan disebabkan oleh berbagai kelainan neurologis . Peristiwa kehidupan
yang penuh tekanan, penggunaan alkohol atau narkoba, dan perubahan dalam
siklus tidur-bangun dapat menimbulkan ekspresi genetik atau kerentanan biologis
yang menyebabkan disregulasi neurotransmiter, jalur neuroendokrin, dan sistem
messengar kedua.

3. PATOFISIOLOGI
Kondisi medis yang dapat menginduksi mania:
a. Gangguan SSP (tumor otak, stroke, trauma kepala, subdural hematoma,
multiple sclerosis, systemic lupus erythematosus, temporal lobe seizures,
penyakit Hungtinton)
b. Infeksi (ensefalitis, neurosifilis, sepsis, HIV)
c. Abnormalitas elektrolit dan metabolik (fluktasi kalsium atau natrium,
hiper atau hipoglikemia)
d. Disregulasi endokrin atau hormon (penyakit addison, penyakit cushing,
hiper atau hipotiroidisme, gangguan suasana hati terkait menstruasi atau
kehamilan atau perimenopause)
e. Defisiensi vitamin dan nutrisi (asam amino esensial, asam lemak
esensial, vitamin B12.

Obat yang dapat menginduksi mania:

a. Intoksikasi alkohol
b. Keadaan putus obat (alkohol, agonis α2-adrenergik, antidepresan,
barbiturat, benzodiazepin, opiat)
c. Substansi yang meningkatkan efek DA (stimulan SSP: golongan
amfetamin, kokain, golongan obat dengan efek simpatomimetik, agonis,
pelepas, atau penghambat ambilan kembali DA)
d. Halusinogen (LSD, PCP)
e. Intoksikasi ganja dapat memperburuk keadaan psikosis, pemikiran
paranoid, ansietas, dan tidak bersemangat
f. Substansi yang meningkatkan efek NE (agonis α2-adrenergik, agonis β,
penghambat ambilan kembali NE)
g. Golongan steroid (anabolik, hormon adrenokortikotropik, golongan
kortikosteroid)
h. Sediaan tiroid
i. Golongan xantin (kafein, teofilin)
j. Obat penurun berat badan dan dekongestan (efedra, pseudoefedrin)
k. Produk herbal

Terapi somatik yang dapat menginduksi mania:

a. Terapi dengan sinar terang


b. Pengurangan waktu tidur

4. MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS

Durasi dan tingkat keparahan episode gangguan suasana hati dan interval
waktu antar episode dapat bervariasi antar pasien. Episode mania umumnya lebih
singkat dan berakhir lebih mendadak dibandingkan episode depresi. Rata-rata
durasi episode mania tanpa terapi berkisar antara 4 sampai 13 bulan. Episode
dapat muncul secara teratur (pada saat atau musim yang sama sepanjang tahun)
dan seringkali berkelompok dalam interval waktu 12 bulan. Pada wanita episode
depresi lebih banyak dibanding episode mania. Sedangkan pada pria distribusi
episode lebih seimbang.
Mania akut biasanya timbul secara tiba-tiba dan gejala memburuk dalam
beberapa hari. Pada tingkat yang parah dapat meliputi tingkah laku yang tidak
lazim, halusinasi, dan delusi paranoida atau grandiosa. Pada tahap ini pasien akan
mengalami gangguan fungsi yang signifikan atau bahkan perlu perawatan di
rumah sakit. Episode mania dapat diperburuk dengan adanya pemicu stres, kurang
tidur, antidepresan, stimulan SSP, atau sinar yang terang.
Diagnosis berdasarkan manifestasi dan temuan klinis:
1. Pemeriksaan status mental
2. Riwayat psikiatrik, medis, dan pengobatan
3. Tes laboratorium dasar: darah lengkap, blood chemistry screen, fungsi tiroid,
urinalisis, urine drug screen
4. Tes psikologi
5. Brain imaging: magnetic resonance, imaging dan functional scan, alternatif;
alternatif: computed tomograpgy scan, positron emission tomography
6. Lumbar puncture
7. Elektroensefalogram

5. TERAPI
5.1. Tujuan Terapi
Tujuan terapi meliputi resolusi gejala, pencegahan episode yang akan
datang, minimalisasi efek samping obat, kepatuhan yang baik terhadap terapi,
edukasi pasien tentang penyakit maupun terapi yang didapatkan, dan pencegahan
pemicu stres yang dapat memperburuk episode akut.

5.2. Alogaritma dan Pedoman Terapi


5.3. Terapi Farmakologi
5.4. Terapi Non Farmakologi
1. Edukasi tentang psikologi penyakit mania, terapi, dan pemantauan yang
perlu dilakukan pasien dan keluarganya.
2. Psikoterapi (misalnya: individu, kelompok dan keluarga), terapi
interpersonal, dan atau terapi tingkah laku kognitif.
3. Teknik untuk mengurangi stres, terapi relaksasi, pijat, yoga, dan lain-lain.
4. Tidur (jadwal tidur-bangun yang teratur, hindari konsumsi alkohol atau
kafein menjelang tidur)
5. Nutrisi (konsumsi makanan atau minuman kaya protein dan asam lemak
esensial, suplemen vitamin dan mineral)
6. Olah raga (aerobik dan latihan beban secara teratur minimal 3 kali
seminggu)
7. Penggunaan terapi elektrokonvulsif bilateral untuk mania berat atau
kombinasi episode, depresi psikotik, atau siklus cepat, masih dianggap
sebagai terapi akut terbaik (sekitar 80% memberikan respon) pada pasien
yang tidak merespon pemberian obat untuk menstabilkan suasana hati
(mood stabilizing drugs) lini pertama, seperti litium dan valproat.

Anda mungkin juga menyukai