Anda di halaman 1dari 24

FISIK DIAGNOSTIK

Sama seperti pada pemeriksaan Fisik Diagnostik untuk penyakit lain, pemeriksaan Fisik Diagnostik
untuk Penyakit Paru juga memiliki 2 komponen utama, yaitu:

1. ANAMNESE

2. PEMERIKSAAN FISIK

Setelah melakukan anamnese dan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik pasien, maka kita sebagai
dokter akan menegakkan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Tentu saja 
diagnose yang didapatkan tidak dapat mendiagnose secara akurat, untuk itu diperlukan pemeriksaan
tambahan lainnya.

===========================

ANAMNESE
Anamnese adalah wawancara yang dilakukan seorang dokter untuk mendapatkan informasi atau
keterangan tentang penyakit yang diderita seorang pasien. Anamnese terbagi atas 2 golongan, yaitu
Auto Anamnese dan Allow Anamnese.

1.Auto anamnese:

Keterangan tentang penyakit diberikan langsung kepada pasien yang meminta pengobatan.

2. Allow anamnese

Keterangan tentang penyakit pasien didapatkan dari orang lain atau keluarga yang membawanya
kedokter untuk mendapatkan pengobatan atau pertolongan.
Perihal yang perlu ditanyakan baik secara auto ananmnese ataupun allow anamnse adalah perihal
sebagai berikut :

 Keluhan utama dan keterangan tambahan lainnya


 Riwayat /pengobatan  terdahulu
 Riwayat merokok
 Penyakit penyerta lainnya
 Tindakan bedah yg pernah dialami
 Riwayat keluarga
 Status sosial ekonomi

1.Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan atau derita pasien yang menyebabkan dia datang pada dokter untuk
meminta pengobatan atau pertolongan. Pada penyakit Paru keluhan utama dari pasien paru dikenal
dengan Kardinal Simtom sebagai penyataan pasien bahwa dia mengalami kelainan pada parunya.
Adapun mengenai Kardinal Simtom sudah dibahas secara panjang pendek pada bab sebelumnya
yang meliputi sebagai berikut : 

1. Batuk
2. Sesak nafas
3. Batuk darah
4. Nyeri dada

Selain penjelasan Kardinal Simtom diatas, maka keterangan lain yang perlu didapatkan dari pasien
sehubungan dengan penyakit parunya adalah mengenai:

1.      Sputum

2.      Demam

3.      Mengorok disaat tidur

4.      Suara serak

5.      Penurunan berat badan dan anorexia

Begitu selesai mendapatkan keterangan tentang keluhan utama.tentukan segera status KU tersebut
akut atau kronis. Perihal menentukan status keluhan ini penting sekali karena dalam manajemen
penanganan untuk kedua jenis penyakit tersebut berbeda satu dengan lainnya. Selanjutnya marilah
kita bahas perihal yang perlu ditanyakan pada keluhan utama.

a. Batuk :

Defenisi – batuk adalah pengeluaran udara dari paru dan saluran nafas secara explosive dengan
tekanan yang tinggi sewaktu melewati glottis yang terbuka secara paksa dan mendadak.
Batuk – perihal yang perlu ditanyakan :

-          Tentukan batuk tersebut akut atau kronis

-          Timbul dadakan dan sukar dihentikan

-          Dahak ada atau tidak

-          Timbul pada posisi tubuh tertentu

-          Timbul pada saat atau cuaca tertentu

-          Timbul setelah mencium sesuatu atau bahan kimia tertentu

-          Terjadi setelah teraspirasi sesuatu benda baik yang bersifat padat atau cair

b. Sesak nafas (dyspnea) :

Defenisi – keluhan yang bersifat subjektif berupa kesulitan atau rasa tidak enak pada saat bernafas.

Sesak nafas – hal yang ditanyakan :

-          Tentukan status sesak nafas tersebut

-          Apakah sesak nafas timbul setelah batuk yang kuat

-          Sesak nafas tersebut timbul pada saat-saat tertentu saja

-          Sesak nafas terjadi setelah melakukan aktivitas

-          Sesak timbul pada posisi tubuh tertentu

-          Apakah sesak nafas ini timbul terus menerus

-          Apakah sesak nafas ini disertai dengan mengi

c. Batuk darah (hemoptysis) :

Dari ke-4 kardinal simtom, maka batuk darah adalah simtom yang sangat menakutkan pasien, karena
dengan simtom ini pasien menganggap ajalnya sudah dekat.

Defenisi – ekspektorasi darah segar, sputum yang disertai dengan bercak darah, atau darah yang
menyertai sputum.

Dalam melakukan anamnese pada pasien dengan sangkaan batuk darah harus berhati-hati, karena
sering sekali pasien menyatakan muntah darah sebagai batuk darah. Hal ini mungkin disebabkan
sewaktu terjadinya muntah darah sebagian kecil darah teraspirasi ke dalam saluran nafas sehingga
timbul refleks batuk, bersamaan dengan muntah darah tersebut terjadi batuk, maka oleh pasien
muntah darah yang dialaminya dinyatakan sebagai batuk darah.
Batuk darah – perihal yang perlu ditanyakan :

-          Tentukan status batuk darah tersebut

-          Volume darah setiap kali batuk

-          Apakah batuk darah terjadi setelah batuk yang kuat

-          Apakah batuk darah timbul setelah batuk biasa

-          Apakah darah yang keluar disertai sisa makanan

-          Warna darah, merah cerah atau merah kehitaman

-          Apakah darah yang dibatukkan berbusa

a. Nyeri dada (chest pain) :

Defenisi – sensasi rasa tidak enak pada dada hingga rasa sakit yang dapat dinyatakan/ditunjuk baik
mengenai intensitas ataupun lokasinya.

Penyebab nyeri dada ini dapat berasal intra thoracal atau extra thoracal. Rasa nyeri merupakan
problema yang agak menyusahkan terutama dalam menentukan asal nyeri tersebut.

Pada nyeri dada (chest pain) – hal yang perlu ditanyakan :

-          Tentukan status nyeri dada tersebut, akut atau kronis

-          Timbul setelah batuk dan disusul dengan sesak nafas

-          Apakah rasa nyeri tersebut menyebar atau setempat

-          Apakah dada pasien pernah mendapat trauma sebelumnya

Rasa nyeri pada dada timbul apabila pleura parietalis terkena rangsangan sehingga rasa sakit pada
dada dibagi menjadi 2 bahagian berdasarkan keterlibatan pleura yaitu pleuritic pain dan non-pleuritic
pain. Setelah pembahasan tentang kardinal simtom, selanjutnya anamnese dilanjutkan dengan
menanyakan hal lain yang erat kaitannya dengan kelainan paru.

b. Dahak (sputum) :

Defenisi – aggregasi sekresi yang berasal sistem trakheobronkhial, paring, hidung, sinus dan mulut.
Pada orang yang tidak mempunyai kelainan pada paru, sputum diproduksi dalam jumlah yang relatif
sedikit dan tidak merangsang untuk terjadinya batuk. Pengeluaran sputum ini dilaksanakan dengan
bantuan batuk.

Dahak (sputum) – perihal yang perlu ditanyakan :

-          Tentukan kondisi dahak yang dinyatakan pasien bersifat akut atau kronis

-          Viskositas dari sputum

-          Warna dan bau sputum

-          Apakah dahak tersebut sulit dibatukkan

-          Jumlah sputum yang diproduksi, apakah produksi sputum tersebut mempunyai priodisitas
tertentu

-          Apakah ada ditemukan butiran seperti pasir atau sejenisnya di dalam sputum tersebut

-          Apakah produksi sputum bertambah pada posisi tertentu 

c. Demam :

Defenisi – peningkatan suhu tubuh > 380C (oral) atau > 38,50C (rectal).

Demam – perihal yang perlu ditanyakan :

-          Tentukan status demam, akut atau kronis

-          Apakah demam ini disertai menggigil dan berkeringat

-          Selama demam mulut terasa pahit dan nafsu makan tidak ada sama sekali

-          Apakah demam tersebut mempunyai priodisitas

-          Apakah demam yang dialami dengan panas tinggi atau tidak 

CATATAN : Keringat malam merupakan hal yang abnormal bila          keringat malam tersebut
disertai dengan penurunan suhu tubuh.

d. Mengorok disaat tidur :

Defenisi – bising pernafasan sewaktu tidur

Mengorok – yang perlu ditanyakan, apakah sewaktu tidur mengorok tersebut mulut pasien tertutup
atau terbuka. Bila mulutnya tertutup (nasal snoring) bukan hal yang patologis, tetapi bila mengorok
tersebut disertai dengan mulut yang terbuka, berarti ada sumbatan pada saluran nafas bahagian atas
(oral snoring). Untuk suara mengorok pada waktu tidur tentu memakai anamnese tertentu, anamnese
yang mana?

h. Suara serak (dysphonia/hoarsenes) :

Defenisi – perubahan pada kekerasan dan ketajaman kualitas suara.


Suara serak ini berasal dari kelainan pada vocal cord, hendaklah suara serak dibedakan dari
dysarthria, dyslalia dan dysphasia.

Suara serak – perihal yang perlu ditanyakan :

-          Tentukan suara serak ini akut atau kronis

-          Penyakit yang dialami sebelum terjadinya suara serak

-          Apakah suara serak terjadi setelah terinhalasi sesuatu bahan

-          Apakah suara serak timbul setelah mengkonsumsi obat

-          Apakah serak ini terjadi setelah tindakan bedah

e. Anorexia dan penurunan berat badan (BB) :

Defenisi – hilangnya selera/keengganan terhadap sesuatu yang berhubungan dengan makanan.


Penurunan berat badan didefenisikan sebagai pengurangan berat badan sebesar > 10% dari berat
badan base line.

Anorexia/penurunan BB – perihal yang perlu ditanyakan :

-          Status anorexia/penurunan BB akut atau kronis

-          Apakah ada kelainan pada saluran cerna

-          Apakah cepat merasa kenyang setelah mengkonsumsi sejumlah kecil makanan

-          Apakah penurunan Berat Badan akibat anorexia tsb terjadi setelah


mengkonsumsi/menghentikan obat tertentu

2.Riwayat Penyakit/Pengobatan Sebelumnya

Setelah anamnese KU dan menentukan status penyakit akut atau kronis. Maka selanjutnya adalah
menanyakan tentang penyakit terdahulu termasuk pengobatannya.

 Apakah pernah menderita sakit yang sama sebelumnya, jika ada, berapa lama berselang dari
sekarang ini (tentukan waktunya dalam hari, minggu, bulan atau tahun, jangan memakai
jawaban yang spekulatif misalnya baru-baru ini, sudah lama dan sebagainya).
 Jika sebelumnya tidak pernah menderita penyakit seperti ini, anamnese dilanjutkan dengan
penyakit lain yang pernah diderita, jika ada, berapa lama berselang dari sakit sekarang ini.
 Riwayat pengobatan/pemakaian obat-obatan, baik untuk penyakit yang sama dengan
sekarang ini atau penyakit lain, berapa lama memakai obat tersebut, kurang dari 2 minggu
atau lebih dari 2 minggu.
 Cari tahu mengenai jenis obat yang dipakai, misalnya dengan menanyakan perubahan yang
dapat dirasakan/dikenal oleh pasien sewaktu mengkonsumsi obat tersebut.

3.Riwayat Merokok

Riwayat merokok perlu ditanyakan terutama pada pasien dengan umur lanjut (cancer age), tanyakan
jumlah rokok yang dikonsumsi, jangan tanya jumlah batang rokok, tetapi jumlah bungkus rokok yang
dikonsumsi perharinya, lama merokok, untuk ini tanyakan pada pasien sejak umur berapa mulai
merokok. Kalau sudah berhenti sudah berapa lama berselang dari saat sakit sekarang ini.
4.Penyakit Penyerta Lainnya

Penyakit penyerta lain yang dimaksud di sini adalah penyakit yang memerlukan pengobatan seumur
hidup (long live therapy). Penyakit yang dimaksud antara lain DM dan hipertensi, khusus untuk
penyakit pada paru, DM perlu ditanyakan, karena erat kaitannya dengan penyembuhan TB Paru yang
diderita.

5.Tindakan Bedah Yang Pernah Dialami

Tindakan bedah yang pernah dialami perlu ditanyakan terutama pada orang dengan usia lanjut,
misalnya operasi prostat untuk pria atau mastektomie untuk wanita. Jangan lupa untuk menanyakan
berapa lama berselang operasi tersebut dilakukan sejak sakit sekarang ini. Cari tahu penyakit apa
yang menyebabkan pasien tersebut memerlukan tindakan bedah. Biasanya pasien dapat
menjelaskannya secara rinci.

6.Riwayat Keluarga

Perihal yang perlu ditanyakan dalam anamnese sehubungan dengan penyakit yang diderita dengan
keluarga adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit sejenis dengan penyakit yang dialami
sekarang ini?
2. Apakah dalam keluarga ada riwayat atopi?
3. Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit dengan keganasan atau penyakit yang
dapat diturunkan secara genetis?

7.Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi pasien perlu ditanyakan, hal ini menyangkut lingkungan tempat tinggal,
pekerjaan, pendidikan.

Status sosial ekonomi ini perlu ditanyakan berkaitan dengan keberhasilan dengan pengobatan,
sebagai contoh pasien yang sering sesak nafas karena tidak tahan dengan cuaca dingin, tinggal di
pegunungan, sering tidak menyadari bahwa sesak nafasnya dipicu oleh cuaca dingin tersebut, maka
untuk pasien yang demikian tidak ada salahnya kita anjurkan untuk mencari tempat tinggal baru yang
lebih bercuaca panas. Namun terkadang hal ini terkendala dengan kemampuan ekonomi serta
kepentingan pekerjaan pasien.

Dengan selesainya pembicaraan tentang anamnese status sosial ekonomi pasien, maka
pembicaraan tentang Anamnese dalam Fisik Diagnostik Penyakit Paru dapat dianggap selesai hingga
di sini, selanjutnya kita melangkah pada Pemeriksaan Fisik pasien.

==================

PEMERIKSAAN FISIK
Garis dan titik orientasi
Sebelum membicarakan tata cara pemeriksaan fisik pasien ada baiknya kita mempelajari struktur
rongga dada serta menentukan titik/garis orientasi sebagai letak topografi dari organ yang akan
diperiksa nantinya. Dinding rongga dada dibentuk oleh cutis, subcutis, muscle, fat, tulang, jaringan
syaraf, pembuluh darah dan pembuluh getah bening (pb.lymph).

Rongga dada diisi oleh jantung dan paru. Paru berfungsi sebagai alat pensuplai oksigen yang
bermula pada mulut/hidung, laring, trakhea, lalu bercabang dua menjadi main bronkhus kanan dan
kiri, bronkhus kanan bercabang tiga, sedangkan bronkhus kiri bercabang dua (bronkhus sekunder),
bronkhus tertier dan selanjutnya bercabang-cabang hingga mencapai ukuran tertentu yang disebut
bronkhus terminalis, bronkhus respiratorius, ductus alveolaris, saccus alveolaris dan berujung pada
aveolus. Paru pada dada terdiri atas 2 bahagian yaitu paru kiri dan paru kanan, kedua paru ini
dibungkus oleh selimut yang disebut dengan pleura, pleura ini terdiri atas 2 jenis yaitu pleura
visceralis melekat langsung pada paru dan pleura parietalis melekat pada dinding dada sebelah
dalam. Diantara lapisan pleura tersebut terdapat cairan yang berfungsi sebagai pelumas agar kedua
lapisan pleura tersebut tidak mengalami gesekan sewaktu paru mengembang ataupun mengempis.
Pada waktu menarik nafas atau inspirasi terjadi aliran udara yang dimulai dari mulut/hidung hingga
sampai ke alveoli sebagai terminal akhir dari perjalanan udara yang kaya O 2, di sini terjadi aliran
udara dari saluran nafas yang berdiameter besar menuju ke saluran nafas yang berdiameter kecil
sehingga terjadi perubahan kecepatan aliran udara, akibat adanya perbedaan kecepatan aliran udara
tersebut, maka akan terjadi turbulensi udara, turbulensi udara inilah yang menimbulkan bising
pernafasan atau bising paru. Sedangkan pada saat ekspirasi udara berpindah dari saluran udara
berdiameter kecil menuju saluran udara yang berdiameter lebih besar, di sini turbulensi udara lebih
kecil dibandingkan pada saat inspirasi. Disamping adanya bising paru, aliran udara yang masuk ke
paru akan menyebabkan gerakan dari dinding rongga dada, ini dapat dilihat dengan ada
pelebaran/penyempitan sela iga disaat inspirasi dan ekspirasi. Perbedaan densitas organ yang
terdapat dalam rongga dada akan memberikan suara yang berbeda disaat pemeriksaan secara
perkusi. Disamping itu pada gangguan aliran udara di dalam paru sendiri akan memberikan sensasi
raba yang berbeda disaat melakukan palpasi, demikian juga bising paru tambahan yang terdengar
disaat auskultasi. Garis atau titik orientasi sebagai batas topografi organ yang akan diperiksa adalah
sebagai berikut :

1. Garis midstenalis.

Garis yang terbentang dari pertengahan sternum

2. Garis para sternalis

Garis yang tepat berada pada kedua sisi sternum

3. Garis midklavikularis

Garis yang ditarik vertikal pada pertengahan klavikula kanan dan kiri

4. Garis aksillaris anteriror

Garis yang ditarik dari lipatan aksilla anterior

5. Garis aksilla posterior

Garis yang ditarik dari lipatan aksilla posterior

6. Garis mid aksillaris

Garis yang ditarik vertikal pada pertengahan garis aksilla posterior dengan mid axillaris
anterior
7. Area interskapularis

Daerah dinding belakang dada yang terletak pada kedua skapula kanan dan kiri

8. Titik pungtum maksimum

Titik atau tempat di mana apex cordis memukul dinding dada kiri bahagian depan, titik ini
terletak pada sela iga ke-5 dan 1 jari medial garis midklavikularis kiri

Pungtum maksimum ini sangat penting sekali terutama pada kelainan yang telah melibatkan rongga
pleura.

Pemeriksaan fisik (jasmani) pada kelainan paru terdiri atas :

A.     Inspeksi

B.     Palpasi

C.    Perkusi

D.    Auskultasi

Untuk melakukan pemeriksaan fisik diperlukan peralatan sebagai berikut :

a. Stetoskop
b. Tensimeter
c. Tangue spatel
d. Termometer
e. Senter
f. Kipas angin (khusus bagi dokter paru)

Sebaiknya untuk dokter pria perlu didampingi oleh seorang paramedis wanita, untuk menjaga citra
dokter dan fitnah dari orang tertentu. Setelah peralatan tersebut tersedia, maka kita sudah dapat
memulai pemeriksaan fisik secara berurutan. Pasien kita suruh membuka baju. Sebaiknya untuk
pasien yang mengalami sesak nafas baik oleh karena kelainan paru terlebih lagi bila sesak nafas
tersebut oleh karena kelainan jantung, pasien jenis ini lebih baik didudukkan pada kursi yang tidak
mempunyai sandaran, karena kalau dalam posisi berbaring/tiduran untuk pasien dengan sesak nafas,
posisi berbaring tersebut akan menambah sesak nafasnya. Usahakan agar pasien berada dalam
kondisi yang tenang dan anak balita usahakan agar anak tersebut tidak panik atau menangis pada
saat diperiksa karena hal tersebut sangat menyulitkan dalam untuk menilai kelainan yang akan
diperiksa. Pemakaian kipas angin di sini adalah sebagai proteksi terhadap kemungkinan kontaminasi
dengan pasien yang batuk disaat melakukan anamnese ataupun saat pemeriksaan fisik/jasmani.
Karena umumnya infeksi penyakit paru ditularkan melalui udara yang dibatukkan oleh pasien, untuk
jaga dirilah.

INSPEKSI
Dada berbentuk tong

[ BARREL CHEST ]
 

     Dada emfisematous                                 Dada bronkhitis kronis

     

         Dada dengan fibrosis paru                      Dada burung merpati

Dada dengan skoliosis berat

Keadaan lain yg perlu mendapat perhatian


Pola dan Irama Pernafasan

Pola Pernafasan :

Dalam keadaan sehat seseorang bernafas dengan frekuensi 18 s/d 22 kali/menit. Irama pernafasan
pada orang yang sehat sifatnya teratur dalam keadaan emosi seperti di waktu marah atau bekerja
yang membutuhkan tenaga yang besar frekuensi pernafasan dapat berubah menjadi lebih cepat.
Perbandingan frekuensi nadi dengan nafas adalah 4:1. Pada keadaan tertentu misalnya pada
pneumoni perbandingan tersebut bisa menjadi 1:1, pada keracunan obat-obatan perbandingan
frekuensi nadi dengan pernafasan bisa 6:1. Irama pernafasan terdiri atas inspirasi dan ekspirasi.

Jenis Pernafasan :

Rongga dada mengembang dan mengempis sesuai dengan irama inspirasi dan ekspirasi. Pernafasan
seperti ini disebut dengan pernafasan dada, kebalikannya adalah pernafasan perut, pengembangan
perut seirama dengan inspirasi dan pengempisan perut seirama dengan ekspirasi. Kembang dan
kempisnya paru juga dipengaruhi oleh pergerakan diafragma. Umumnya pria pernafasannya adalah
torakoabdominalis dan wanita/anak-anak adalah pernafasan tipe torakal.

Gangguan Pernafasan :

Gangguan pernafasan dapat berupa gangguan pada kecepatan frekuensi dan irama pernafasan.
Pernafasan yang cepat disebut dengan tachypnoe, sedangkan pernafasan yang melambat disebut
dengan bradypnoe. Perubahan pada frekuensi pernafasan tersebut dapat bersifat normal atau
patologis. Dalam keadaan emosi (marah) frekuensi pernafasan bisa menjadi cepat, pada pneumoni
frekuensi pernafasan menjadi cepat, di waktu tidur pernafasan melambat, pada keracunan obat-
obatan dari golongan barbiturat, uremia, koma diabetikum.miks oedem frekuensi pernafasan
melambat. Penderita asthma dalam serangan frekuensi pernafasan menjadi cepat sebagai akibat
penciutan diameter lumen saluran nafas

Beberapa Bentuk Pernafasan Patologis

1. Pernafasan Cheyne Stokes

Pada mulanya terjadi pernafasan yang dalam secara berulang-ulang dan kemudian secara
perlahan-lahan menjadi cepat dan dangkal hingga pada saat tertentu pernafasan terhenti sama sekali
(apnoe) untuk beberapa saat. Setelah itu periode dengan pernafasan yang dalam dimulai kembali
hingga terjadi apnoe kembali demikian seterusnya. Keadaan pernafasan seperti ini ditemukan pada
keracunan obat bius, kelainan jantung, kelainan ginjal, dan sebagainya.

2. Pernafasan Biot
Pernafasan yang cepat dangkal dan diantaranya terdapat masalah apnoe yang tidak teratur
sama sekali. Keadaan ini dapat dijumpai pada meningitis

3. Pernafasan Kusmaull

Pada pernafasan tipe ini, waktu inspirasi sama panjangnya dengan waktu ekspirasi, sehingga
siklus pernafasan menjadi lebih lambat dan dalam. Pernafasan bentuk ini ditemukan pada keracunan
alkohol, uremia dan peninggian tekanan intra cranial.

Pernafasan yang dangkal, di mana dinding dada hampir tidak bergerak sama sekali dapat ditemukan
pada emphycema, adanya tumor pada paru, effusi pleura dan tumor mediastinum.

===============

PALPASI
PENJELASAN

1. Jika kedua hemitoraks bergerak simetris,tetapi gerakan peranjakan sela iga


kecil,mungkin pasien mengalami pengembang paru yg abnormal,keadaan seperti ini
dapat ditemukan pada emfisema paru.

2. Volkal resonan sama kerasnya pada kedua hemitoraks.mungkin telah terjadi


konsolidasi pada jaringan paru,misalnya pada pneumoni dupleks.

3. Vokal resonan pada kedua hemitoraks sama lemahnya atau


menghilang,berkemungkinan pada pasien ini telah terjadi efusi pleura dupleks.

Catatan : Keseragaman pada palpasi pada kedua hemitoraks belumlah menjadi


pegangan bahwa kedua paru tsb dalkam batas normal

PALPASI KHUSUS
Perhatikan gambar sketsa leher diatas dengan cermat

=========================

PERKUSI
SEBELUM MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK SECARA PERKUSI SEBAIKNYA 

DIBAHAS DAHULU BATAS TOPOGRAFI ORGAN YANG AKAN DIPERIKSA

1.ANGULUS LUDOVICI

Tempat lekat iga ke-2 dengan sternum. Garis yg ditarik horizontal melalui

 titik ini adalah batas atas jantung,titik ini jufga merupakan tempat percabangan trakhea

2. PAPILLA MAMMAE PRIA


Terletak pada sela iga ke-4,1 jari didalam garis midclavicularis

3. BATAS SCAPULA

Batas atas setinggi iga 2 atau 3,batas bawah setinggi iga ke-7

4.PUNGTUM MAKSIMUM

Terletak pada sela iga ke-5,1 jari didalam garis midclavicularis kiri

MENENTUKAN BATAS PARU DENGAN ORGAN SEKITARNYA SECARA


PERKUSI
BATAS Paru Jantung

Batas paru jantung secara perkusi dimulai setinggi angulus ludovici, dari arah lateral menuju arah
mendial, setiap perubahan suara sonor menjadi beda ditanda agar didapat batas paru jantung
dengan tegas. Perkusi pada hemithorax kiri dilanjutkan untuk iga-iga yang lebih bawah. Batas jantung
ini lebih kurang berbentuk segitiga. Batas paru jantung sebelah kanan adalah sekitar garis para
sternalis kanan. Batas paru – jantung sebelah kanan adalah garis imajiner yang menghubungkan titik
perpotongan garis mid clavicularis kiri dengan iga ke-5 dan titik tempat pertemuan iga ke-3 dengan
sternum.

Batas Paru Lambung

Batas Bawah Paru


Perkusi dimulai pada 3 garis orientasi, amati tempat dimana terjadi perubahan suara sonor disaat
melakukan perkusi. Tempat perubahan suara sonor tersebut dapat terjadi sebagai berikut :
1. Pada garis midclavicularis hingga iga-6
2. Pada garis midaxillaris hingga iga ke-8
3. Pada garis scapularis hingga iga ke-10
Pada hemithorax kanan batas tersebut lebih tinggi sekitar 1-2 jari.
 

 
========================

AUSKULTASI
]

Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Suara Paru

Sebelum mempelajari perubahan suara pada paru umumnya bersifat patologis, sebaiknya harus
membiasakan mendengarkan suara normal dari paru pada ketiga tempat seperti yang dijelaskan.

1. Suara pernafasan melemah atau menghilang

Keadaan suara paru seperti ini dapat ditemukan akibat adanya penebalan dinding dada, penurunan
aliran udara pada satu segmen paru akibat adanya hiperinflasi atau terpisahnya paru dengan dinding
dada akibat ada cairan atau udara pada rongga pleura.

2. Suara pernafasan mengeras

Apabila terjadi perubahan pada massa jaringan paru mengakibatkan hantaran suara menjadi lebih
baik, sehingga suara paru yang didengar lebih jelas, adakalanya kita dapat mendengar seperti suara
trakheal pada lapangan paru tertentu. Keadaan seperti ini dapat ditemukan pada konsolidasi massa
paru, misalnya pada pneumoni, atelektase, oedem paru, fibrosis jaringan paru yang luas.

Suara Tambahan Paru

Suara tambahan paru adalah bising paru yang berasal dari alat respirasi dan dinding dada yang tidak
dijumpai pada paru normal.

1. Krepitasi pada emphycema subkuitis


Bila terjadi penumpukkan udara pada subkuitis, bila kulit ditekan akan terdengar suara gemericik
halus seperti suara rambut diremas.

2. Gesekan pleura

Suara ini dapat terjadi bila dinding pleura tidak licin lagi sebagai akibat proses radang, bunyi suara
gesekan pleura ini mirip seperti gesekan jari tangan. Gesekan pleura dapat terdengar baik pada saat
inspirasi maupun pada saat ekspirasi.

3. Krepitasi

Suara ini timbul akibat alveoli yang mengempis tiba-tiba terbuka disaat inspirasi. Suara halus sekali
dan biasanya terdengar pada saat akhir inspirasi.

4. Ronkhi

Ronkhi adalah suara yang terjadi akibat penyumbatan pada bronkhus. Ronkhi dibagi menjadi 2
bahagian berdasarkan massa yang menyumbatnya, bila massa yang menyumbatnya mudah
dipindahkan pada saat batuk disebut sebagai ronkhi basah, bila sumbatan tersebut sulit untuk
dipindahkan disebut sebagai ronkhi kering. Baik ronkhi kering maupun ronkhi basah dapat terdengar
jelas pada saat inspirasi, namun bisa juga didengar pada saat ekspirasi. Berdasarkan lumen
bronkhus yang tersumbat, maka ronkhi dapat juga dibedakan atas gelembung kecil, sedang dan
besar. Suara yang terdengar mirip seperti suara gelembung air ditimbulkan yang ditiup memakai pipa
sedotan minuman, gemericik suara yang terjadi tergantung pada diameter sedotan yang
dipergunakan.

5. Wheezing (mengi)

Adalah bising paru yang terjadi akibat konstriksi / spasma dari bronkhus, bukan oleh penyumbatan
seperti pada ronkhi, sehingga refleks batuk tidak dapat menghilangkannya. Suara wheezing ini mirip
suara suitan dengan intensitas suara yang tinggi dan nyaring. Auskultasi pada trakhea sangat baik
untuk mendengarkan wheezing.

6. Bising paru kombinasi

Bising ini merupakan gabungan dari beberapa macam suara tambahan. Bila kombinasi antara
vesikular dengan bronkhial terjadi, bila bising vesikular lebih menonjol maka bising kombinasi tersebut
dinamakan dengan vesikobronkhial.

Pemeriksaan Gema Suara Dan Gema Bisikan

Getaran suara dan gema bisikan dapat diperiksa dengan stetoskop, sebagaimana pada fremitus
suara, hal yang sama juga berlaku dalam pemeriksaan gema suara dan suara bisikan. Bila gema
suara terdengar lebih keras keadaan ini disebut sebagai bronkhoponi, bila bunyinya melengking
disebut dengan aegoponi. Untuk melakukan pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menyuruh
pasien mengucapkan angka-angka tertentu seperti 77. Sedangkan untuk pemeriksaan gema bisikan
pasien disuruh mengucapkan huruf s atau pasien disuruh mengembus, gema bisikan sulit didengar
dengan stetoskop kecuali pada dada depan kanan atas, bila gema bisikan terdengar disembarang
tempat ini menyatakan gema bisikan mengeras. Tetapi bila pemeriksaan gema suara pada ditemukan
mengeras pada salah satu lobus paru sedangkan fremitus kedua pada kedua hemithorax sama,
apakah interpretasi tentang hal tersebut? Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut : bila pada lapang
paru kita tempelkan telapak tangan kita tidak akan merasakan adanya perbedaan fremitus suara
pada kedua hemithorax disebabkan lapangan observasi sedemikian kecilnya sehingga tidak dapat
dirasakan oleh telapak tangan, sedangkan dengan pemeriksaan gema suara dapat kita dengar
karena lapangan yang diamati sebanding dengan luas membran/bell stetoskop.
Auskultasi Trachea

Tempatkan stetoskop di depan m.sternocleidomastoideus kanan atau kiri. Suara yang terdengar
adalah bising trachea dengan intensitas suara yang keras, nyaring, terkadang agak melengking.
Bising trachea dapat terdengar sepanjang ekspirasi. Wheezing dapat didengar pada tempat ini

Anda mungkin juga menyukai