Oleh :
DR. Drs. R.Soelistijono, MP
Dra. Dwi Susilo Utami, MP
Ir. Setie Harieni MP
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN
SURAKARTA
2014
Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya Tim penulis dapat
menyusun sebuah buku ajar yang berjudul Botani Umum. Dalam buku ajar
Botani Umum ini menguraikan soal morfologi luar atau morfologi dalam arti
sempit. Selain memuat pengetahuan tentang istilah-istilah (terminologi), susunan
organ dalam (anatomi), sekaligus juga berisi tuntunan bagaimana cara mencandra
tumbuhan (taksonomi).
Karena yang ditengahkan terutama bentuk dan susunan luar tubuh
tumbuhan mengingat tubuhnya yang belum terdiferensiasi maka pada bab 1
hanya diuraikan bentuk dan susunan tubuh tumbuhan yang berupa thalus, jadi
menyangkut dua golongan yaitu Bryophyta dan Pteridophyta. Mengenai
golongan yang lain yang sudah dapat dibedakan menjadi batang, daun, dan akar
pembicaraannya lebih tepat dalam Bab 2 yaitu tentang Tumbuhan Berbiji yang
dapat dibagi menjadi Gymnospermae dan Angiospermae.
Bab selanjutnya akan membahas batang (Bab 3), daun (Bab 4), bunga
(Bab 5), dan akar (Bab 6). Klasifikasi tumbuhan akan dibicarakan dalam terakhir
(Bab 7) yaitu tentang Sistimatika Tumbuhan.
Kami menyadari banyak sekali kekurangannya , namun kami berharap
buku ini dapat sebagai pegangan bagi mahasiswa.
Hal
Kata Pengantar …………………………………………………………………………………….. 2
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………. 3
BAB I TUMBUHAN THALLUS ………………………………………………………….. 4
TUMBUHAN LUMUT (BRYOPHYTA) ………………………………………. 4
TUMBUHAN PAKU (PTERYDOPHYTA) ……………………………………. 8
BAB II TUMBUHAN BERBIJI …………………………………………………………….. 12
TUMBUHAN BERBIJI TERBUKA (GYMNOSPERMAE) ………………. 12
TUMBUHAN BERBIJI TERTUTUP (ANGIOSPERMAE) ………………. 18
BAB III BATANG (CAULIS) …………………………………………………………………. 25
BAB IV DAUN (FOLIUM) …………………………………………………………………… 33
BAB V BUNGA (FLOS) ……………………………………………………………………… 58
BAB VI AKAR (RADIX) ………………………………………………………………………. 92
BAB VII KLASIFIKASI ………………………………………………………………………….. 97
Tujuan Umum
Setelah mempelajari materi kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan secara
umum tentang ciri-ciri utama tumbuhan berthalus
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan dasar pengelompokan tumbuhan berthalus
2. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri kelompok tumbuhan lumut (Bryophyta)
3. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri kelompok tumbuhan paku
(Pterydophyta)
Klasifikasi
Jussieu pada tahun 1836 semula menggunakan nama Mosses untuk
kelompok tumbuhan lumut. Braun pada tahun 1864 memperkenalkan naman
Bryophyta, tetapi yang dimaksudkan bukan hanya lumut saja, termasuk di
dalamnya algae, fungi, ichens dan mosses. Yang pertama menempatkan
kelompok tumbuhan lumut dalam Divisi Bryophyta adalah Schimper pada tahun
1879, kemudian Eichler pada tahun 1883 membagi Bryophyta menjadi 2 kelas
yaitu Hepaticae dan Musci, selanjutnya oleh Engler pada tahun 1892 masing-
masing kelas dibagi menjadi 3 bangsa yaitu Hepaticae dibagi menjadi
Marchantiales, Jungermanniales, dan Anthocerotales sedangkan Musci dibagi
menjadi Sphagnales, Andreaeales dan Bryales.
Howe pada tahun 1899) membagi Bryophyta menjadi 3 kelas, yaitu
Hepaticae, Anthocerotae dan Musci. Perubahan berikutnya mengenai nama
kelas oleh Rothmale pada tahun 1951, sesuai dengan peraturan dalam tatanama
tumbuhan, yaitu Anthocerotae menjadi Anthoceropsida, tetapi yang terakhir
oleh Proskauer pada tahun 1957 diganti lagi menjadi Anthocerotopsida.
Selanjutnya nama-nama kelas tersebut masih tetap digunakan oleh para ahli
botani modern, yaitu kelas Hepaticopsida (Hepaticae), Anthocerotopsida
(Anthocerotae), dan Bryopsida (Musci).
Soal-soal:
1. Mengapa tumbuhan lumut (Bryophyta) digolongkan dalam tumbuhan
tingkat rendah?
2. Tumbuhan lumut merupakan peralihan dari tumbuhan air (Algae) ke
tumbuhan darat (Pterydophyta). Mengapa demikian?
3. Jelaskan siklus hidup dari tumbuhan lumut (Metagenesis) secara lengkap
(bila perlu dapat digambar).
4. Mengapa tumbuhan paku (Pterydophyta) disebut sebagai tumbuhan
kormus (Jelaskan dengan gambar).
5. Apa yang membedakan siklus hidup (Metagenesis) Bryophyta dengan
Pterydophyta.
6. Apa arti dari :
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan dasar pengelompokan tumbuhan berbiji
2. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri kelompok tumbuhan berbiji terbuka
(Gymnopspermae)
3. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri kelompok tumbuhan berbiji tertutup
(Angiospermae)
Secara umum tumbuhan berbiji memiliki perbedaan utama dengan
tumbuhan berthallus pada kemampuan reproduksinya. Pada tumbuhan berbiji
selain sudah bisa dibedakan bagian akar, batang, dan daunnya maka juga
memiliki kemampuan reproduksi seksual yang lebih maju yaitu adanya biji yang
merupakan hasil pembuahan putik oleh benang sari. Berdasarkan ada tidaknya
pelindung biji (carpella), maka tumbuhan berbiji dibedakan menjadi tumbuhan
berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).
Pengelompokan
Dalam klasifikasi tumbuhan modern, Gymnospermae tidak memiliki
status taksonomi karena tumbuhan berbunga (Angiospermae, tumbuhan berbiji
tertutup) adalah keturunan dari salah satu tumbuhan berbiji terbuka. Pemisahan
antara tumbuhan berbiji terbuka dengan berbiji tertutup akan menyebabkan
pemisahan yang parafiletik. Gymnospermae mencakup tiga divisi yang telah
punah dan empat divisi yang masih bertahan, meliputi:
1. Bennetophyta, punah
2. Cordaitophyta, punah
3. Pteridospermophyta, sudah punah namun dianggap sebagai moyang
Angiospermae.
4. Cycadophyta
5. Ginkgophyta
6. Gnetophyta
7. Coniferophyta
a b
c
e. Serong keatas atau condong (ascendens), pangkal batang seperti hendak
berbaring tetapi bagian lainnya lalu membelok keatas, misal pada kacang
tanah (Arachis hypogaea L)
f. Mengangguk (nutans), batang tumbuh tegak lurus ke atas tetapi ujungnya lalu
membengkok kembali ke bawah, misal pada bunga matahari (Helianthus
annuus L.)
g. Memanjat (scandens), jika batang tumbuh ke atas dengan menggunakan
penunjang, misal dengan :
- Akar pelekat, contoh sirih (Piper betle L.)
- Akar pembelit, contoh panili (Vanilla planifolia Andr.).
- Cabang pembelit (sulur dahan), contoh anggur (Vitis vinifera L.)
- Daun pembelit atau sulur daun, contoh kembang sungsang (Gloriosa
superba L.)
Soal
1. Jelaskan fungsi batang
2. Jelaskan macama-macam permukaan pada batang
3. Sebut dan jelaskan arah tumbuh cabang
* Tidak ada bagian yang terlebar atau dari pangkal sampai ujung hampir
sama besar, dibedakan dalam :
a. Bangun garis (linearis), penampang melintang pipih dan daun amat
panjang, misal daun dari bermacam-macam rumput (Gramineae)
Bangun jarum
Gambar 14. Bentuk daun yang dari pangkal ke ujung sama lebarnya
Melengkung Sejajar
Gambar 16. Pembagian tulang daun.
b. Daun yang bertulang menjari (palminervis), yaitu kalau dari ujung
tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar, memperlihatkan
susunan seperti jari-jari tangan. Terdapat pada Dicotyledoneae, misal
pada papaya (Carica papaya L.), jarak (Ricinus communis L.), kapas
(Gossypium sp.) dan lain-lain.
c. Daun yang bertulang melengkung (cervinervis), daun ini mempunyai
beberapa tulang yang besar, satu yang paling besar terdapat ditengah,
sedang lainnya mengikuti jalannya tepi daun, jadi semula memencar
kemudian kembali menuju kesatu arah yaitu keujung daun, hingga
selain tulang yang ditengah semua tulang-tulangnya kelihatan
melengkung. Terdapat pada Monocotyledoneae, misal genjer
(Limnocharis flava Buch.), gadung (Dioscorea hispida Dennst).
Permukaan Daun
Dibedakan dalam permukaan daun yang :
a. Licin (laevis), dalam hal ini permukaan daun dapat kelihatan :
1. Mengkilat (nitidus), sisi atas daun kopi (Coffea robusta Lindl.)
2. Suram (opacus), misal daun ketela rambat (Ipomoea batatas
Poir.)
3. Berselaput lilin (pruinosus), misal sisi bawah daun pisang (Musa
paradisiaca L.), daun tasbih (Canna hybrida Hort.)
b. Gundul (glaber), misal daun jambu air (Eugenia aquea Burm.)
c. Kasap (skaber), misal daun jati (Tectona grandis L.)
d. Berkerut (rugosus), misal daun jarong (Stachytarpheta jamaicensis
Vahl.), jambu biji (Psidium guajava L.)
e. Berbingkul-bingkul (bullatus), seperti berkerut, tetapi kerutannya
lebih besar, misal daun air mata pengantin (Antigonon leptopus
Hook et Arn.)
f. Berbulu (pilosus), jika bulu halus dan jarang-jarang, misal daun
tembakau (Nicotiana tabacum G. Don.)
g. Berbulu halus dan rapat (villosus), berbulu sedemikian rupa
sehingga jika diraba terasa seperti laken atau bludru.
h. Berbulu kasar (hispidus), jika rambut kaku dan jika diraba terasa
kasar, misal daun gadung (Dioscorea hispida Dennst.)
i. Bersisik (lepidus), misal sisi bawah daun durian (Durio zibethinus
Murr.)
Warna Daun
Sifat-sifat lain pada daun yang perlu pula untuk diperhatikan adalah warna
daun. Pada umumnya daun berwarna hijau, tetapi tidak jarang daun
mempunyai warna yang lain, misal :
- Merah, daun bunga buntut bajing (Acalypha wilkesiana M.Arg)
- Hijau bercampur atau tertutup warna merah, bermacam-macam daun
puring (Codiaeum variegatum Bl.)
- Hijau dengan bintik-bintik atau noda-noda kuning, juga pada puring
(Codiaeum variegatum Bl.)
- Hijau tua, daun nyamplung (Calophyllum inophyllum L.)
- Hijau kekuningan, daun tanaman yute (Corchorus capsularis L)
a b
Gambar 20. : a. Daun majemuk menyirip gasal
b. Daun majemuk menyirip ganda
SOAL
1. Sebutkan apa yang disebut kormus
2. Sebutkan fungsi daun bagi tumbuhan
3. Sebut dan jelaskan bagian-bagian daun
4. Sebut dan jelaskan macam-macam daun majemuk berdasarkan susunan
anak daun pada ibu tangkainya
5. Sebutkan deret Fibonacci
Cawan
Gambar 25. Bunga majemuk tak terbatas
Bagian-bagian bunga :
Bunga pada umumnya mempunyai bagian-bagian sebagai berikut :
a. Tangkai bunga (pedicellus), yaitu bagian dari bunga yang masih jelas bersifat
batang, padanya seringkali terdapat bagian-bagian yang menyerupai daun,
berwarna hijau.
b. Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung dari tangkai bunga yang seringkali
melebar.
c. Perhiasan bunga (perianthium), yaitu bagian bunga yang merupakan
penjelmaan dari daun yang masih nampak berbentuk lembaran dengan
Melihat bagian-bagian yang terdapat pada bunga (tanpa tangkai dan dasar
bunga), maka bunga dapat dibedakan dalam :
a. Bunga lengkap atau bunga sempurna (flos completus), yang dapat terdiri dari
: 1 lingkaran daun kelopak, 1 lingkaran daun-daun mahkota, 1 atau 2 lingkaran
benang-benang sari dan 1 lingkaran daun-daun buah.
Bunga yang mempunyai 4 lingkaran dikatakan bersifat tetrasiklis dan jika
bagian-bagiannya tersusun dalam 5 lingkaran dikatakan bersifat pentasiklis.
b. Bunga tidak lengkap atau tidak sempurna (flos incompletus) jika salah satu
dari bagian perhiasan bunga atau salah satu alat kelaminnya tidak ada.
Jika bunga tidak mempunyai perhiasan bunga, maka bunga disebut telanjang
(nudus), jika hanya mempunyai salah satu alat kelamin saja, dinamakan
berkelamin tunggal (unisexalis).
Kelamin bunga
Berdasarkan alat-alat kelamin yang terdapat pada masing-masing bunga
dibedakan :
a. Bunga banci atau berkelamin dua (Hermaphroditus) atau bunga sempurna
atau bunga lengkap, yaitu bunga yang padanya terdapat benang sari (alat
kelamin jantan) maupun putik (alat kelamin betina). Ditunjukkan dengan
tanda ♀.
b. Bunga berkelamin tunggal (Unisexalis), jika pada bunga hanya terdapat salah
satu dari kedua macam alat kelaminnya. Berdasarkan alat kelamin yang ada
padanya dapat dibedakan lagi dalam :
1. Bunga jantan (flos masculus), jika pada bunga hanya terdapat benang sari
saja, misal bunga jagung yang terdapat dibagian atas tanaman. Bunga
jantan seringkali ditunjukkan dengan tanda ♂.
2. Bunga betina (flos femineus), yaitu bunga yang hanya mempunyai putik
saja, misal bunga jagung yang tersusun dalam tongkolnya. Bunga betina
ditunjukkan dengan tanda ♀.
c. Bunga mandul atau bunga tidak berkelamin, jika pada bunga, tidak terdapat
benang sari maupun putik, misal bunga pinggir (bunga pita) pada bunga
matahari (Helianthus annuus L)
Bertalian dengan kelamin bunga yang terdapat pada suatu tanaman dibedakan
tanaman yang :
a. Berumah satu (monoecus), yaitu tanaman yang mempunyai bunga jantan dan
bunga betina pada satu individu (satu batang tanaman), misal bunga jagung
(Zea mays L.), mentimun (Cucumis sativus L.), jarak (Ricinus communis L.)
Kelopak (Calyx)
Daun-daun perhiasan bunga yang merupakan lingkaran luar, biasanya berwarna
hijau, lebih kecil dan lebih kasar daripada perhiasan bunga yang sebelah dalam
dan bagian ini disebut kelopak (calyx). Kelopak tersusun dari bagian-bagian yang
dinamakan daun kelopak(sepala)
Pada tumbuhan yang tergolong familia Malvaceae di luar lingkaran kelopak
bunga, bunganya masih mempunyai daun-daun yang menyerupai kelopak yang
disebut kelopsk tambahan (epicalyx). Pada bunga daun-daun kelopak satu sama
lain dapat :
Mengenai jumlah benang sari pada bunga dapat dibedakan dalam tiga golongan :
a. Benang sari banyak, yaitu jika dalam satu bunga terdapat lebih dari 20 benang
sari, seperti terdapat pada familia Myrtaceae, misal jambu biji (Psidium
guajava L.)
b. Jumlah benangsari lipat dua kali jumlah daun tajuknya. Dalam hal demikian
benangsari biasanya tersusun dalam dua lingkaran, jadi ada lingkaran luar dan
lingkaran dalam. Mengenai duduknya benangsari terhadap daun-daun tajuk
ada dua kemungkinan :
1. Diplostemon, yaitu benang-bebang sari dalam lingkaran luar duduk
berseling dengan daun-daun tajuk, misal pada kembang merak (Caesalpinia
pulcherrima Swartz.).
Perlekatan benangsari
Umumya benangsari terpisah dari putik, tetapi ada pula kalanya benangsari
berlekatan menjadi satu dengan putik, membentuk suatu badan yang dinamakan
ginostenium. Perlekatan benangsari dengan putik menjadi ginostemium
merupakan sifat yang amat karakteristik untuk anggrek pada umumnya
(Orchidaceae)
Putik (Pistillum)
Merupakan alat kelamin betina, daun-daun penyusun putik disebut daun buah
(carpellum) dan keseluruhan daun buah yang menyusun putik dinamakan
gynaecium. Menurut banyaknya daun buah yang menyusun sebuah putik, maka
putik dapat dibedakan :
a. putik tunggal (simplex) yaitu jika putik hanya tersusun dari sehelai daun buah
saja, misal terdapat pada semua tumbuhan yang berbuah polongan, kacang-
kacangan.
Sekat-sekat yang membagi bakal buah menjadi beberapa ruang dapat dibedakan
dalam :
a. Sekat yang sempurna (spetum completus), yaitu jika serat ini benar-benar
membagi bakal buah menjadi lebih dari satu ruang dan ruang-ruang yang
terjadi tidak lagi mempunyai hubungan satu sama lain. Melihat asalnya dapat
dibedakan :
1. Sekat asli (septum), yaitu jika sekat ini berasal dari sebagian daun buah
yang melipat kedalam dan lalu berubah menjadi sekat, misal pada durian
(Durio zibethinus Murr).
2. Sekat semu (septum spurius), jkka sekat tadi bukan merupakan sebagian
dari daun buah, tetapi misal dapat terdiri dari suatu jaringan yang
Menurut letak bakal biji pada papan biji, dapat dibedakan seperti berikut :
a. tegak (atropus), jika liang bakal biji letaknya pada suatu garis dengan tali
pusat (funiculus) pada arah yang berlawanan
b. Mengangguk (anatropus), jika liang bakal biji sejajar dengan tali pusat, karena
tali pusatnya membengkak, sehingga liang bakal biji berputar 180O.
c. Bengkok (campylotropus), tali pusat dan bakal bijinya sendiri membengkok,
sehingga liang bakal biji berkedudukan seperti pada bakal biji yang
mengangguk.
d. setengah mengangguk (hemitropus, hemianatropus), jika ujung dari tali
pusatnya yang membengkok, sehingga tali pusat dengan liang bakal biji
membuat sudut 90O satu sama lain.
e. Melipat (camptotropus), jika tali pusat tetap lurus, tetapi bakal bijinya sendiri
yang melipat, sehingga liang bakal biji menjadi sejajar pula dengan tali
pusatnya.
Diagram Bunga
Yang dinamakan diagram bunga ialah suatu gambar proyeksi pada bidang datar
dari semua bagian-bagian bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu
nampak penampang-penampang melintang dari kelopak, tajuk bunga, benang
sari dan putik, juga bagian lain dari bunga jika masih ada disamping ketempat
Ternyata bahwa seringkali bidang median itu membagi bunga dalam dua bagian
yang setangkup (simetri).
Bagi bunga yang letaknya pada ujung batang atau cabang, tidak dikenal bidang
mediannya, disebelah atas dari lingkaran yang terluar tidak pula digambar
penampang melintang batang (karena pada bunga yang demikian batang itu
RUMUS BUNGA
Kecuali dengan diagram, susunan bunga dapat pula dinyatakan dengan sebuah
rumus yang terdiri atas lambang, huruf dan angka, yang semuanya dapat
memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian-
bagiannya.
Oleh suatu rumus bunga hanya dapat ditunjukkan hal-hal mengenai 4 bagian
pokok bunga sebagai berikut :
1. Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singkatan dari Kaliks (= Calyx)
2. Tajuk, Mahkota yang dinyatakan dengan huruf C singkatan dari Corolla.
3. Benangsari dinyatakan dengan huruf A singkatan dari Androecium (alat
kelamin jantan)
4. Putik, yang dinyatakan dengan huruf G singkatan dari Gynaecium (Alat
kelamin betina)
Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warna mempergunakan
huruf P singkatan dari Perigonium (tenda bunga)
Dibelakang huruf-huruf tadi diletakkan angka-angka yang menunjukkan jumlah
masing-masing bagian tadi, dan diantara dua bagian bunga yang digambarkan
dengan huruf dan angka itu ditaruh koma. Didepan rumus hendaknya diberi
tanda yang menunjukkan simetri bunga. Dapat ditambahkan lambang yang
menunjukkan kelamin bunga.
Jika bagian-bagian bunga yang tersusun dalam masing-masing lingkaran
itu berlekatan satu sama lain maka bagian yang bersangkutan ditaruh dalam
SOAL
1. Sebutkan bagian-bagian bunga
2. Sebutkan bagian-bagian bunga majemuk
3. Sebutkan sifat-sifat bunga majemuk
4. Sebutkan apa yang disebut diagram bunga
Soal
1. Sebutkan bagian-bagian akar
2. Sebutkan dan jelaskan sistem perakaran tanaman
3. Sebutkan macam-macam akar berdasarkan sifat dan fungsi khusus
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 100
4. Nama-nama Tribus dan Subtribus
Nama-nama tribus dan subtribus seperti tersebut di atas, hanya
akhiran yang dipakai masing-masing eae dan inae.
Contoh : Asclepiadeae (dari Asclepias) dan Anemoninae (dari Anemone)
5. Nama Genus
Nama suatu genus ialah kata benda tunggal atau suatu perkataan. Kata
tersebut dapat berasal dari sumber apa saja.
Contoh : Nypa (dari Nipah), Durio (dari Durian)
6. Nama Species
Nama species merupakan suatu kombinasi ganda yang terdiri atas
nama genus yang diikuti oleh suatu penunjuk species. Kalau suatu penunjuk
species terdiri atas dua patah kata atau lebih maka kata-kata itu harus
disatukan. Kata-kata untuk penunjuk species dapat diambil dari apa saja.
Contoh : Oryza sativa, Tectona grandis, Hibiscus rosa-sinensis, Alisma
plantago-aquatica
7. Nama-nama takson dibawah tingkat species.
Nama-nama takson dibawah tingkat species merupakan kombinasi
antara nama species dan penunjuk takson di bawah species, dihubungkan
dengan istilah-istilah yang menujukkan tingkatnya (subspecies, varietas,
forma).
Contoh - Rubus rosaefolius sub sp. sumatranus
- Ipomoea quamoclit var. pectinata
- Allium cepa fa. ascalonicum
Cara klasifikasi ada dua macam yaitu buatan (artificial) dan alami
(natural). Pada klasifikasi sistem buatan penggolongan hanya didasarkan
pada salah satu sifat atau sifat-sifat yang paling umum saja. Sebagai contoh
penggunaan habitus pertumbuhan sebagai salah satu sifat dasar di dalam
penggolongan dan berdasarkan pada habitus tersebut alam tumbuh-
tumbuhan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu herba, semak dan pohon.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 101
Berdasarkan pada pembagian ini maka Pisum sativum dan Zea mays yang
masing-masing termasuk dalam familia Leguminosae dan Gramineae,
diletakkan dalam kelompok yang sama yaitu kelompok herba. Sedangkan
Pisum sativum dan Dalbergia sissoo yang kedua-duanya termasuk dalam
familia Leguminosae, diletakkan dalam kelompok yang berbeda yaitu Pisum
sativum dimasukan kedalam herba dan Dalbergia sissoo kedalam pohon-
pohonan. Jadi di dalam sistem buatan seperti pada kedua comtoh diatas,
tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan yang erat satu sama lain
mungkin diletakkan pada kelompok yang terpisah dan sebaliknya tumbuh-
tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin diletakkan
bersama di dalam kelompok yang sama. Hal yang sedemikian inilah yang
merupakan kelemahan utama dari sistem buatan.
Di dalam klasifikasi sistem alami penggolongan didasarkan pada
kombinasi dari beberapa sifat morofologis yang penting. Sistem alami lebih
maju dari pada sistem buatan, sebab menurut sistem inihanya tumbuh-
tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja yang dikelompokkan
ke dalam kelompok yang sama.
SEJARAH KLASIFIKASI
Semula orang-orang tertarik pada tumbuh-tumbuhan karena
kegunaannya, misal sebagai tanaman pangan, tumbuhan khasiat obat dan lain
sebagainya. Dengan tidak disengaja tulisan-tulisan mengenai tumbuh-tumbuhan
yang mempunyai nilai ekonomis tersebut telah memberikan sumbangan yang
berharga di dalam klasifikasi tumbuh-tumbuhan.
Karya-karya kuno
Kira-kira tahun 300 tahun sebelum masehi ARISTOTELES dan muridnya
THEOPHRASTUS membagi dunia tumbuhan menjadi tiga kelompok, yaitu
herba, semak dan pohon. Theophrastus dikenal sebagai Bapak Botani,
mendiskripiskan sebanyak ± 450 species tanaman.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 102
DIOSCORIDES menulis buku “Materia Medica” pada abad pertama sesudah
masehi.
PLINY (Romania) pada saat yang bersamaan menulis 9 buku tentang tumbuh-
tumbuhan yang bermanfaat.
Beberapa abad setelah penulis-penulis kuno, lama tidak muncul tulisan-tulisan
lagi dan sesudah abad ke 16 dimulailah dengan periode herba.
Periode herba
Periode herba dimulai dari abad 16 dan berakhir pada abad 17. Selama
periode ini ahli-ahli botani Eropa yang banyak mengadakan penulisan tentang
tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan yang ditulis pada umumnya adalah
tumbuhan kasiat obat yang kebanyakan terdiri dari herba.
Ahli-ahli herba pada saat itu adalah :
BOCK (1530) menulis buku “Materia Medica”membuat illustrasi herba.
BRUNFELS (1530) membuat illustrasi herba.
FUCHS (1542) menyusun klasifikasi tumbuhan berdasarkan alphabetik yang
dilengkapi denga glossary mengenai istilah-istilah teknis (istilah-istilah yang
dipakai)
TURNER (1551) menulis buku herba dalam bahasa Inggris
De I’OBEL (1581) membuat illustrasi herba dengan baik.
ANDREA CHAESALPINI (italia), ahli fisika dan herbalist menulis buku dalam 16
jilid dan membagi alam tumbuhan menjadi 15 klasis yang didasarkan pada
buah dan bijinya.
KASPAR BAUHIN, ahli botani Swiss. Tahun 1623 menulis buku “Pinax” yang
memuat 6000 species tumbuhan. Klasifikasi yang dibuatnya lebih banyak
didasarkan pada persamaan struktur dan belum mengenal sifat-sifat dari
bunga. Ia menganggap semak dan pohon merupakan tumbuhan khusus, juga
ia belum sepenuhnya menggunakan klasifikasi yang binomial.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 103
Pada akhir abad 17 dan pertengahan abad 18 beberapa ahli botani
memulai dengan dasar-dasar klasifikasi sistem modern. Diantara mereka, yaitu :
JOHN RAY, ahli botani Inggris, di dalam bukunya “Historia Plantarum” (1968-
1704) mengemukakan pentingnya embrio yang berkeping satu dan dua di
dalam klasifikasi dan ini perlu diingat merupakan dasar utama di dalam
klasifikasi sistem alami. Tetapi tidak ubahnya seperti angkatan kuno, ia
membuat kesalahan-kesalahan yaitu pada pemisahan herba dan pohon-
pohonan. Ia membagi Monokotil dan Dikotil dalam beberapa klasis, beberapa
diantaranya menjadi familia yang sekarang kita kenal. Penggolongan
menurutnya adalah sebagai berikut :
I. Herbae : A. Imperfectae (tidak berbunga)
B. Perfectae (berbunga)
- Dicotyledoneae (dengan 2 keping biji)
- Monocotyledoneae (dengan atu keping biji)
II. Arbores : A. Monocotyledoneae
B. Dicotyledoneae
CAMERARIUS (1665-1721), orang Jerman, memperkenalkan polen untuk
fertilisasi, pembentukan biji dan seksualitas pada tumbuhan berbunga.
TOURNEFORT (1656 – 1708) memperkenalkan pentingnya mahkota bunga
(corolla) dalam klasifikasi. Disamping itu ia sangat teliti dalam memberikan
batasan-batasan pada beberapa genera dan oleh karena itu ia dikenal sebagai
pencipta dasar-dasar genera.
CARLOUS LINNAEUS, botanist terkenal Swedia dan dikenal sebagai Bapak
Sistematika Tumbuhan. Ia mencipta buku “Systema Naturae” yang ditulis
pada tahun 1735. Sistem klasifikasinya didasarkan pada siaft-sifat stamen
(benang sari) dan carpela (daun buah) dan karena itu klasifikasinya sering
disebut seksual system. Menurutnya alam tumbuhan dibagi menjadi 24 klasis,
dimana yang 23 klasis termasuk dalam Phanerogamia dan yang satu klasis lagi
dalam Cryptogamia. Pembagian Phanerogamia kedalam 23 klasis didasarkan
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 104
pada jumlah stamen (no 1 – 13), panjang stamen (no 14, 15), letak stamen (no
16 – 19), perlekatan stamen (no 20) dan distribusi bunga uniseksual (no 21 –
23). Kesemua klasis itu adalah sebagai berikut :
1. Monandria : stamen 1
2. Diandria : stamen 2
3. Triandria : stamen 3
4. Tetrandria : stamen 4
5. Pentandria : stamen 5
6. Hexandria : stamen 6
7. Heptandria : stamen 7
8. Octandria : stamen 8
9. Enneandria : stamen 9
10. Decandria : stamen 10
11. Dodecandria : stamen 11
12. Icosandria : stamen lebih dari 12, duduk pada kelopak bunga (calyx)
13. Polyandria : stamen lebih dari 12, duduk pada dasar bunga
(reseptakulum)
14. Didynamia : stamen panjang 2
15. Tetradynamia : stamen panjang 4
16. Monadelphia : stamen dalam 1 tukal
17. Diadelphia : stamen dalam 2 tukal
18. Polydelphia : stamen dalam beberapa tukal
19. Synegenesia : stamen dengan kepala sari yang menyatu
20. Gynandria : stamen berlekatan dengan putik
21. Monoecia : tumbuhan berumah satu
22. Dioecia : tumbuhan berumah dua
23. Polygamia : tumbuhan poligami
24. Cryptogamia : tidak berbunga
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 105
Linnaeus menulis semua species dan genera yang dijumpainya di dalam
bukunya “Species Plamtarum” (1753) dan “Genera Plantarum” (edisi kelima
1754) dan dengan motto “God created, Linnaeus arranged”. Yang lebih
pentimg lagi ialah nomenklatur sistem binomialnya yang ditulis dalam
bukunya “Species Plantarum” (1753). Berdasarkan pada sistem ini tumbuh-
tumbuhan mempunyai nama yang terdiri dari dua kata, yaitu kata pertama
yang menujukkan nama genus dan diikuti oleh kata kedua yang menujukkan
speciesnya atau merupakan epitheton specificumnya.
A.L. de JUSSIEU. Ahli sitematika Perancis A.B. de Jussieu dan kemenakannya
A.L.de Jussieu, menciptakan klasifikasi yang lebih baik dari pada seksual sistem
Linnaeus. A.L.de Jussieu mempublikasikan bukunya “Genera Plantarum” pada
tahun 1789. A.J.de Jussieu membagi alam tumbuhan menjadi 15 klasis, yang
didasarkan pada jumlah cotyledon (keping biji) dan letak daun mahkota
(petala) dan benang sari (stamen) terhadap bakal buah, klasis-klasis tersebut
dibagi lagi menjadi 100 ordo dan sebagian besar dari ordo-ordo tersebut
masih dikenal sebagai familia-familia dalam klasifikasi kita sekarang. A.L.de
Jussieu dikenal sebagai pencipta dasar-dasar klasifikasi sistem alami.
Pembagian menurutnya ialah sebagai berikut :
- Acotyledones .............................................................................. klasis I
Stamina hypogyna ................. klasis II
Monocotyledones Stamina perigyna ................... klasis III
-
Stamina epigyna ..................... klasis IV
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 106
A.P. de CANDOLLE. Ahli taksonomi Perancis yang terkenal juga. Sistem
klasifikasinya lebih ditekankan pada sifat-sifat fisiologisnya. Klasifikasi yang
dibuatnya (1819) merupakan pendalaman dan modifikasi dari sistem de
Jussieu. Di dalam klasifikasinya ia menggunakan sifat-sifat seperti yang
digunakan oleh de Jussieu, di dalam susunannya ia menambahkan berkas
pengangkutan sebagai suatu sifat yang sangat penting.
ROBERT BROWN, morfologis Inggris, merupakan orang pertama yang
menaruh perhatian untuk menggambar buah dan biji yang telanjang dari
Coniferae dan Cycadaceae, dan mengelompokan Gymnospermae sebagai
suatu kelompok yang berbeda dari Angiospermae.
JOHN LINDLEY, Prof. Inggris yang mendirikan KEW Botanical Garden. Ia
menciptakan suatu sistem klasifikasi (1830) yang didasarkan pada sistem de
Candolle, tetapi tidak seperti Brown ia memisahkan Gymnospermae dari
Dicotyledoneae. Th. 1846 ia merevisi klasifikasinya. Lindley banyak
mengadakan kritik-kritik khususnya di Jerman.
STEVEN ENDLICHER, ahli sistematika Austria, sistem klasifikasinya didasarkan
pada karya Candolle dan dipublikasikan dalam bukunya “Genera Plantarum”
(1836 – 1840). Di atas tingkatan Thallophyta ia mengemukakan pentingnya
pertumbuhan memanjang dan kesamping (menebal). Berdasarkan pada ini,
penggabungan Gymnospermae dan Angiospermae menjadi suatu kelompok
merupakan kesalahan yang besar.
Tahun 1859 Charles Darwin mengemukakan teori evolusinya. Dengan
munculnya teori tersebur mengakibatkan banyak ahli sistematik terdorong
untuk menciptakan klasifikasi sistem alami, yang didasarkan pada hubungan
filogenetik dari tumbuh-tumbuhan. Untuk keperluan itu mereka hanya
mementingkan sifat-sifat morofologi saja yaitu lebih mementingkan alat
berkembang biak daripada vegetatifnya. Mereka banyak dibantu oleh sifat-
sifat penting morfologi dan embriologi yang dibuat oleh Brown, Lindley dan
Endlicher. Juga pada masa tersebut Hofmeister sudah memulai mengadakan
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 107
penelitian dengan menggunakan mikroskop. Sekarang tibalah pada karya-
karya setelah Charles Darwin.
Sistem BENTHAM dan HOOKER. Keduanya ahli sistematik erkenal di Inggris,
kerja part timer di KEW BOTANICAL GARDEN, publikasinya “Genera
Plantarum” (1862 – 1883). Karya mereka lebih menekankan pada keadaan
petala bebas yang merupakan lawan dari petala menjadi satu. Mereka
membagi Angiospermae kedalam Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae,
tetapi meletakkan Gymnospermae diantara keduanya dan menaruh ketiganya
kedalam kategori klasis. Dicotyledoneae dibagi lagi kedalam 3 subklasis :
1. Polypetalae, sepala dan petala ada, petala bebas
2. Gamopetalae, sepala dan petala ada, petala bersatu
3. Monochlamydae, salah satu perianthium tidak ada, jika ada tidak dapat
dibedakan kedalam sepala dan petala.
Pembagian lebih lanjut kedalam serie, kohor, ordo, genus dan species.
Kohornya sesuai dengan ordo dan ordonya sesuai dengan familia yang kita
pakai sekarang. Klasifikasi tumbuhan menurut Bentham dan Hooker :
Phanerogamia
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 109
B. Phanerogamae
1. Divisio : Gymnospermae
2. Divisio : Angiospermae
1. Klasis : Monocotyledoneae
2. Klasis : Dicotyledoneae
- Subklasis : Choripetalae
- Subklasis : Sympetalae
Sistem ENGLER. Adolf Engler adalah ahli sistematik Jerman, pencipta
klasifikasi sistem filogenetik yang paling terkenal. Klasifikasinya diterbitkan
pertama kali pada tahun 1892 dan dipakai sebagi petunjuk di Kebun Breslau.
Kemajuan-kemajuan yang pesat nampak dalam bukunya “Die Naturlichen
Pflanzenfamilien”, terbit dalam beberapa volume disertai dengan gambar dan
mulai terbit dalam tahun 1895. Sistem ini terutama didasarkan pada sistem
Eichler. Berdasarkan pada sistem ini Spermatophyta (Embryophyta
siphonogama) dibagi dalam Gymnospermae dan Angiospermae.
Angiospermae dibagi menjadi 2 klasis yaitu Monocotyledoneae dan
Dicotyledoneae. Dicotyledoneae masih dibagi lagi kedalam 2 subklasis :
1. Archichlamydae, perianthium salah satu tidak ada, jika ada sukar
dibedakan menjadi sepala dan petala, petala jika ada bebas.
2. Metachlamydae atau Sympetalae, sepala dan petala ada, petala berlekatan
Jadi Archichlamydae pada sistem ini merupakan penggabungan dari
Monochlamydae dan Polypetalae pada sistem Bentham dan Hooker,
sedangkan Metachlamydae sesuai dengan Gamopetalae dari sistem
Bentham dan Hooker.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 110
Pembagian menurut Engler adalah sebagai berikut :
Embryophyta siphonogama
(Spermatophyta)
Gymnospermae Angiospermae
Monocotyledoneae Dicotyledoneae
(11 ordo)
Archichlamydae Metachlamydae
(30 ordo) (11 ordo)
Alam tumbuhan yang diperkirakan meliputi 300.000 species tumbuhan itu dalam
klasifikasinya dibagi menjadi 5 divisio, yaitu :
1. Schizophyta atau tumbuhan belah, ± 35.000 species tumbuhan
2. Thallophyta atau tumbuhan talus, ± 60.000 species tumbuhan
3. Bryophyta atau tumbuhan lumut, ± 25.000 species tumbuhan
4. Ptoridophyta atau tumbuhan paku, ± 10.000 species tumbuhan
5. Spermatophyta atau tumbuhan biji, ± 170.000 species tumbuhan
Kelima divisio ini masing-masing masih dibagi lagi dalam takson yang lebih
rendah tingakatannya, yaitu klasis, ordo familia, genus dan species.
Soal-soal:
1. Mengapa perlu dipelajari sejarah klasifikasi pada tumbuhan?
2. Jelaskan pembagian klasifikasi yang sederhana menurut Aristoteles.
3. Jelaskan system binomial dari Carollus Linnaeus.
4. Jelaskan pembagian menurut Charles Darwin berdasar teori evolusinya.
5. Jelaskan pembagian klasifikasi menurut Engler.
Buku ajar Botani Umum FP-UTP Surakarta 2014[Type text] Page 112