Anda di halaman 1dari 110

 

MORFOLOGI BUNGA

Laporan Praktikum
Yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

S ruktur dan Perkembangan Tumbuhan II


dibina
dibina O
Oleh
leh D
Drr. Murni Saptasari,M.Si dan Umi Fitriyati,S.Pd., .Pd
 

Disusun Oleh :
Kelompok 3 Offering C 2018
Lisa Meidya (180341617515)

NIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS M TEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2019
 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Melalui kegiatan praktikum, diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan

sebagai berikut :
1.  Mahasiswa dapat mengetahui struktur morfologi pada bunga
2.  Mahasiswa mampu memahami bagian-bagian bunga
3.  Mahasiswa dapat membedakan bunga tunggal dan bunga majemuk
4.  Mahasiswa mampu menentukan rumus bunga dan diagram bunga
1.2 Dasar Teori
Bunga merupakan alat perkembangbiakan generatif, tempat terjadinya
 peristiwa penyerbukan
penyerbukan dan pembua
pembuahan
han yang nantinya akan menghasilkan buah yang
di dalamnya terdapat biji. Bunga adalah pucuk yang termodifikasi, disebut demikian
karena menunjukkan beberapa perubahan dalam pengaturan apeks pucuk. Bunga
merupakan modifikasi dari batang dan daun. Hal ini terlihat dari keberadaan tangkai
dan dasar bunga yang merupakan perubahan dari batang yang terhenti
 pertumbuhannya
 pertumbuhannya da
dann struktur da
dari
ri kelopak dan mahko
mahkota
ta bunga yyang
ang menyer
menyerupai
upai daun
(Tjitrosoepomo, 2006).
Pada umumnya, bunga mempunyai sifat-sifat seperti mempunyai warna yang
menarik, umumnya mempunyai bau yang harum, memiliki bentuk yang bermacam -
macam dan biasanya mengandung madu. Secara garis besar bunga memiliki struktur

morfologi yang khas seperti adanya ibu tangkai bunga, tangkai bunga, dasar bunga,
kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari dan putik. Pada beberapa bunga, bagian-
 bagian ini bisa meng
mengalami
alami modif
modifikasi
ikasi (Nin
(Ningsih,
gsih, 2015
2015).
).
Berdasarkan jumlah bunga, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan
 berbunga tunggal (planta uniflora) dan tumbuhan berbunga banyak (planta
multiflora).  Berdasarkan letaknya,
l etaknya, bunga dibedakan menjadi bunga termi
terminal
nal bila
letaknya di ujung cabang atau ujung batang dan bunga aksilar apabila bunga terletak
di ketiak daun (Allard, 2011).
 

Suatu bunga dapat dikatakan sebagai bunga lengkap ketika bunga tersebut
memiliki perhiasan bunga secara lengkap (kelopak dan mahkota) serta memiliki alat
kelamin yang lengkap pula (benang sari dan putik). Sedangkan bunga dikatakan tidak
lengkap jika salah satu bagian hiasan bunganya atau salah satu alat kelaminnya tidak

ada. Jika bunga tidak mempunyai hiasan bunga, maka disebut bunga telanjang
(nudus), jika hanya memiliki salah satu dari kedua macam alat kelamin maka disebut
 bunga berkelam
berkelamin
in tunggal (unisexualis ). Bunga yang keberadaan kelopak dan
mahkotanya tidak dapat dibedakan dengan jelas, maka perhiasan bunganya disebut
tenda bunga atau perigonium dan termasuk bunga tidak lengkap pula (Tjitrosoepomo,
2006).
Seperti halnya pada daun, bunga juga memiliki jenis berdasarkan banyaknya
 bunga yaitu bunga tunggal dan bunga majemuk
majemuk.. Bunga majemuk dapat dibedaka
dibedakann
menjadi bunga majemuk terbatas dan bunga majemuk tidak terbatas. Contoh bunga
majemuk terbatas adalah monochasium yang terdiri atas monochasium tunggal,
sekrup, dan bercabang seling; dichasium yang terdiri atas dichasium tunggal dan
dichasium majemuk; pleiochasium; bunga kipas dan bunga sabit (Widya, 2000).
Bunga majemuk tidak terbatas dibedakan menjadi bunga majemuk dengan ibu
tangkai tidak bercabang dan bunga majemuk dengan ibu tangkai bercabang. Contoh
yang pertama adalah bunga bulir, tongkol, untai, tandan, cawan, payung, bongkol,
dan bunga periuk. Contoh yang kedua adalah bunga malai, thyrse, malai rata, bulir
majemuk, tongkol majemuk dan payung majemuk Tipe lain bunga majemuk adalah

 bunga karangan
karangan sem
semu,
u, cyathium
cyathium,, berkas, tu
tukal,
kal, dan lem
lembing
bing (D
(Dod,
od, 2001).
Suatu bunga majemuk harus dapat di bedakan dari cabang yang mendukung
sejumlah bunga di ketiaknya. Pada suatu cabang dengan sejumlah bunga di ketiak
 jelas kelihatan,
kelihatan, bahwa ddiantara
iantara bu
bunga-bung
nga-bunganya
anya sendir
sendirii yang terdap
terdapat
at pada caba
cabang
ng itu
terdapat daun-daun biasa yang berguna untuk berasimilasi. Pada suatu bunga
majemuk sumbu yang mendukung bunga-bunga yang telah berkelompok itu tidak
lagi berdaun, atau juka ada daunnya, daun-daun tadi telah mengalami metamorfosis
dan tidak lagi berguna sebagai alat untuk asimilasi. Walaupun demikian menurut
 

kenyataanya sering kali tidak mudah untuk membedakan suatu bunga majemuk dari
cabang yang mempunyai bunga – bunga di ketiak daunnya (Parwata, 2009).
Keadaan bunga dapat ditinjau dari beberapa macam hal seperti letak masing-
masing bagian bunga, simetri bunga, sifat sepal, sifat petal, sifat tepal dan aestivatio

kelopak dan mahkota bunga. Jika dalam satu tumbuhan terdapat 2 macam alat
reproduksi (jantan dan betina), maka tumbuhan tersebut disebut monoecus. Jika
individu hanya mendukung 1 macam alat reproduksi dan alat reproduksi lain
didukung di individu yang berbeda namun sama jenisnya, maka tumbuhan tersebut
disebut diooecus. Jika pada satu tumbuhan terdapat bunga jantan, betina dan banci
secara bersamaan, maka tumbuhan tersebut disebut  polygamu
 polygamuss (Tjitrosoepomo,
2006). 
Kelamin pada bunga ada yang dalam satu bunga terdapat alat reproduksi jantan
dan betina, jantan saja atau betina saja. Keberadaan alat reproduksi jantan pada bunga
dapat dilihat dari duduk benang sari jumlah benang sari dan berkasnya serta duduk
kepala sari. Sedangkan keberadaan alat reproduksi betina pada bunga dapat dilihat
dari banyak daun buah penyusun putik, letak bakal buah, bakal buah berdasarkan
daun buah dan bakal buah berdasarkan jumlah ruang serta letak tembuni
(Tjitrosoepomo, 2006).
Dalam bunga, ada juga yang disebut dengan rumus bunga. Rumus bunga
dapat diartikan sebagai susunan yang terdapat pada bunga yang dapat dinyatakan
dalam beberapa lambang ataupun angka. Dengan adanya keterangan lambang dan

angka tersebut dapat menunjukkan mengenai sifat bunga dan bagian-bagian bunga.
Rumus bunga dinyatakan dalam:
1. Kelopak (calyx) dinyatakan dengan huruf K
2. Mahkota atau tajuk (corolla) dinyatakan dengan huruf C
3. Benang sari (androecium) dinyatakan dengan huruf A, dan
4. Putik ( gynaecium
 gynaecium) dinyatakan dengan huruf G.
Jika antara kelopak bunga dan mahkota bunga tidak dapat dibedakan, untuk
menyatakan bagian tersebut digunakan huruf P untuk tenda bunga ( perigonium
 perigonium).
Penulisan rumus bunga, di belakang huruf-huruf tersebut diletakkan angka-angka
 

yang dapat menyatakan jumlah bagian-bagian bunga tersebut. Antara huruf dan angka
diberikan tanda koma (,). Di depan rumus bagian bunga, hendaknya di tambahkan
simetri yaitu (*) untuk untuk bunga bersimetri banyak, dan tanda (↑) untuk bunga
 bersimetri
 bersimetri satu. Selain lambang yang me
menunjukkan
nunjukkan jen
jenis
is kelamin bunga
bunga.Untuk
.Untuk bunga

 banci dipakai lambang (☿), untuk bunga jantan dipakai lambang (♂), dan bunga
 betina dipakai lambang (♀). Untuk menyata
menyatakan
kan keadaan antara daun-da
daun-daun
un kelopak,
tajuk, dan benang sari (berlekatan atau terpisah), digunakan tanda kurung untuk
mengapit angka. Sedangkan bakal buah, dinyatakan adanya garis (di atas atau di
 bawah) angka
angka yang m
menunjukka
enunjukkann jumlah putik sesua
sesuaii keduduk
kedudukannya.
annya. (Sa
(Savitri,
vitri, 2008).

Diagram bunga adalah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua
 bagian bunga yang dipotong melintang
melintang.. Jadi pada diagram itu digamba
digambarkan
rkan
 penampang-pena
 penampang-penampang
mpang melintang daun kelopak, mahkota bunga, benang sari, dan

 putik, juga bagian-b


bagian-bagian
agian bunga lainnya jika masih ada. Dari diagram bunga itu
selanjutnya dapat diketahui juga jumlah masing-masing bagian bunga tadi bagaimana
letak bunga dan susunannya antara satu dengan yang lain (Tjitrosoepomo, 2006). 
Jika kita hendak membuat diagram bunga, kita harus memperhatikan hal-hal
 berikut : 
a.  Letak bunga pada tumbuhan. Dalam hubungannya dengan perencanaan suatu
diagram, kita hanya membedakan dua macam letak bunga:  
1.   bunga pada
pada ujung bbatang  flos terminalis), 
atang atau cabang ( flos
2.   bunga yang
yang terda
terdapat
pat dalam kketiak
etiak dau
daunn ( flos terminalis). 
 flos terminalis

 b.  Bagian-bagian bunga yang akan kita buat diagram tadi tersusun dalam berapa
lingkaran.  
Pada lingkaran-lingkarannya sendiri berturut-turut dari luar ke dalam digambar
daun-daun kelopak, daun-daun tajuk, benang sari, dan yang terakhir penampang
melintang bakal buah. Dengan demikian kita dapat membedakan dua macam diagram
 bunga : 
a.  diagram bunga empirik , yaitu diagram bunga yang hanya membuat bagian-
 bagian bunga
bunga yang benar-benar ada, 
benar-benar
 

 b.  diagram teoritik , yaitu diagram bunga yang selain menggambarkan bagian-
 bagian bunga yang sesunggu
sesungguhnya,
hnya, dan juga memuat bagian-bagian yang sudah tidak
ada lagi (Tjitrosoepomo, 2006). 
 

BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
1. Alat : - Kamera Handphone

- Mikroskop Stereo
2. Bahan :
- Bunga Sepatu ( Hibiscus
 Hibiscus rosa-sinensis)
rosa-sinensis)
- Bunga Jagung Jantan (Zea mays)
- Bunga Jagung Betina (Zea mays)
- Bunga Soka (Ixora sp.)
- Bunga Padi (Oryza sativa)
- Bunga Kupu-Kupu ( Bauhinia
 Bauhinia purpurea)
purpurea)
- Bunga Kembang Merak (Caesalpinia pulcherrima)
- Bunga Turi (Serbania glandiflora)
- Bunga Tasbih (Canna hibrida)
- Bunga Pisang (Musa paradisiaca)
- Bunga Paitan (Tithonia diversifolia)
- Bunga Waluh Jantan (Curcubita moschata)
- Bunga Waluh Betina (Curcubita moschata)
- Bunga Krangkong (Ipomoea stipulacea)
- Bunga Markisa (Passiflora edulis)

- Bunga Coklat (Zephyrantes)
- Bunga Pepaya Banci (Carica papaya)
- Bunga Pepaya Jantan (Carica papaya)
- Bunga Pepaya Betina (Carica papaya)
- Bunga Cempaka (Magnolia champaca)
- Bunga Sirsak (Annona muricata)
- Bunga Racunan (Euphorbia pulcherrima)
- Bunga Widuri (Calotropis gigantea)
- Bunga Bakung (Crynum asiaticum)
 

2.2 Hasil Pengamatan


 

 
 

BAB III
PEMBAHASAN
Pada pengamatan mengenai struktur morfologi daun pada berbagai tumbuhan,
diketahui bahwa bunga berfungsi sebagai penghasil tumbuhan baru. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Tjitrosoepomo (2006) bahwa bunga merupakan alat
reproduksi seksual. Bunga terdiri atas bagian yang fertil, yaitu benang sari dan daun
 buah, serta bagian yang ste
steril
ril yaitu daun kelopak dan daun mahkota. Bunga
merupakan sebagian dari cara reproduksi seksual yang menghasilkan biji, dan
akhirnya dari bijilah diperoleh tumbuhan baru.
Menurut Tjitrosoepomo (2006) bunga berdasarkan tempatnya dibedakan
menjadi bunga pada ujung batang ( flos
 flos terminal is)
is) bila letaknya di ujung cabang atau
ujung batang dan apabila bunga terletak di ketiak daun dinamakan (flos lateralis/flos

axillaris). Berdasarkan hasil pengamatan, bunga coklat, bunga soka, bunga racunan,
 bunga jagung jantan,
jantan, bunga padi, kembang merak, bunga tasbih, bunga paitan,
paitan, bunga
 bakung,, bunga pisang mempuny
 bakung mempunyai
ai tipe  flos terminalis.  Sedangkan yang termasuk
dalam tipe  flos axillaris yaitu bunga cempaka, bunga sepatu, bunga waluh, bunga
markisa, bunga sirsak, bunga pepaya, bunga krangkong, bunga turi, bunga kupu-
kupu, bunga jagung betina.
Bunga yang digunakan sebagai bahan dalam praktikum kali ini memiliki tipe
yang berbeda-beda. Tipe bunga berdasarkan jumlah bunga, tumbuhan dapat
dibedakan menjadi tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora) yaitu tumbuhan
yang hanya menghasilkan satu bunga, seperti terdapat pada bunga coklat, dan
tumbuhan yang berbunga banyak (planta multiflora) seperti pada bunga cempaka,
 bunga sepatu, bunga waluh, bunga markisa, bunga sirsak, bunga pepaya, bunga
 pisang, bunga krangkong,
krangkong, bunga bakung, bunga paitan, bunga racunan, bunga tasbih,
 bunga turi, bunga kupu-kupu, kembang merak,
merak, bunga jagung, bunga padi, dan bunga
soka (Allard, 2011).
Selanjutnya pada  planta multifora dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu  flores
 sparsi dan inflorescentia . Dikatan flores sparsi jika bunga pada
pada satu tanaman ter
tersebut
sebut

terpencar atau terpisah-pisah, misalnya pada bunga sepatu, bunga waluh, bunga
 

sirsak, bunga markisa, dan bunga cempaka. Sedangkan bunga yang berkumpul
membentuk suatu rangkaian dengan susunan yang beraneka ragam dinamakan bunga
majemuk atau inflorescentia, misalnya pada bunga kembang merak, bunga jagung,
 bunga padi, bunga jagung, bunga pepaya, bunga krangkong
krangkong,, bunga paitan, bunga
racunan, bunga tasbih, bunga pisang, bunga turi (Tjitrosoepomo, 2006).
Tipe perbungaan hanya dimiliki oleh bunga majemuk, dari hasil pengamatan
yang termasuk bunga majemuk yaitu bunga soka, bunga racunan, bunga jagung
 jantan, bunga padi,
padi, kembang mer
merak,
ak, bunga tasbih, bunga pa
paitan,
itan, bunga pisang
pisang,, bunga
 pepaya, bunga krangkong
krangkong,, bunga turi, bunga kupu-kup
kupu-kupu,
u, bunga jagung betina. Tipe
 perbungaan
 perbungaan tandan sepe
seperti
rti pada bunga tu
turi,
ri, bunga kemba
kembang
ng merak, bung
bungaa kupu-ku
kupu-kupu.
pu.
Kemudian tipe perbungaan cawan seperti yang terdapat pada bunga paitan, tipe
 perbungaan
 perbungaan bulir terdapat pada bunga padi, bunga jagung jantan. Tipe perbunga
perbungaan
an

tongkol seperti pada bunga pisang dan bunga jagung betina, pada bunga racunan
 jantan tipe perbunga
perbungaannya
annya yaitu cincinus. Pada bunga krangkong tipe perbungan
perbungannya
nya
dichasial (Widya, 2000).
Bunga lengkap atau bunga sempurna ( flos
 flos completus), yang dapat terdiri atas:
kelopak, mahkota, benang-benang sari dan putik. Bunga yang bagian-bagiannya
tersusun dalam 4 lingkaran dikatakan bersifat tetrasiklik , dan jika bagian-bagiannya
tersusun dalam lima lingkaran dikatakan pentrasiklik . Bunga tidak lengkap atau
 pentrasiklik 
 bunga tidak sempurna
sempurna ( flos incompletus), jika salah satu bagian hiasan bunganya atau
 flos incompletus
salah satu alat kelaminnya tidak ada. Jika bunga tidak mempunyai hiasan bunga,
maka bunga itu disebut telanjang ( nudus), jika hanya mempunyai salah satu dari
kedua macam alat kelaminnya dinamakan berkelamin tunggal (unisexualis ). Sebagian
 besar bunga yang telah diamati
diamati merupaka
merupakann bunga lengkap, tetapi ada bebera
beberapa
pa bunga
yang tidak lengkap seperti bunga cempaka, bunga padi, bunga jagung, bunga racunan,
 bunga bakung,
bakung, bung
bungaa coklat (Tji
(Tjitrosoepom
trosoepomo,
o, 2006).
Keadaan bunga dapat ditinjau dari beberapa macam hal seperti letak masing-
masing bagian bunga (cyclis, acyclis, hemicylis). Bunga dikatakan cyclis  ketika
semua bagian-bagian bunganya tersusun dalam lingkaran contohnya seperti bunga

soka, bunga sepatu, bunga padi, bunga jagung, kembang merak, bunga kupu-
 

kupu,bunga turi, bunga tasbih, bunga paitan, bunga bakung, bunga pepaya, bunga
krangkong, bunga pisang, bunga coklat, bunga markisa, bunga waluh. Kemudian
 bunga dikatakan acyclis  ketika bagian-bagian bunganya tersusun menurut garis
spriral contohnya seperti bunga cempaka, bunga racunan. Sedangkan bunga dikatakan
hemicyclis  jika sebagia
sebagiann bagian
bagian-bagian
-bagian bunga duduk dalam lingkar
lingkaran
an dan sebagia
sebagiann
lain terpencar atau menurut garis spiral contohnya seperti bunga sirsak
(Tjitrosoepomo,2006).
Simetri bunga dapat dibedakan menjadi asimetris, monosimetris, disimetris,
 polysimetris).
 polysimetris). Asimetr
Asimetris
is yaitu bunga yang tidak dapat dibuat satu bidang simetri
dengan jalan apapun misalnya pada bunga cempaka, dan bunga tasbih. Monosimetris
yaitu jika pada bunga hanya dapat dibuat satu bidang simetri misalnya pada bunga
 padi, bunga jagung, bunga turi, bunga kembang merak. Polysimetris
Polysimetris yaitu jika bunga

dapat dibuat banyak bidang simetri misalnya pada bunga soka, bunga sepatu, bunga
krangkong, bunga pepaya, bunga racunan, bunga waluh (Tjitrosoepomo,2006).
Sifat sepal pada bunga ada dua yaitu gamosepalus dan polysepalus.
Gamosepalus yaitu pada kelopak biasanya yang berlekatan hanya bagian bawah
daun-daun kelopaknya saja, bagian atasnya tetap bebas, misalnya pada bunga bunga
soka, bunga kupu-kupu, bunga pepaya, bunga paitan. Polysepalus yaitu jika daun-
daun kelopak yang satu dengan yang lain benar-benar terpisah-pisah atau tidak
 berlekatan,
 berlekatan, misalnya pada bunga tasbih, bunga krangko
krangkong,
ng, bunga sirsak, bunga
markisa (Tjitrosoepomo,2006).
Sifat petal pada bunga ada dua yaitu gamopetalus dan polypetalus.
Gamopetalus yaitu pada mahkota biasanya yang berlekatan hanya bagian bawah
daun-daun mahkotanya saja, bagian atasnya tetap bebas, misalnya pada bunga soka,
 bunga paitan, bunga krangkong.
krangkong. Polypetalus yaitu jika daun-da
daun-daun
un mahkota yang satu
dengan yang lain benar-benar terpisah-pisah atau tidak berlekatan, misalnya pada
 bunga tasbih, bunga pepaya, bunga sirsak, bunga kupu-kup
kupu-kupu,
u, bunga markisa
(Tjitrosoepomo, 2006).
Berbagai jenis tumbuhan mempunyai hiasan bunga yang tidak lagi dapat

dibedakan mana kelopak dan mana tajuknya, itulah yang disebut tenda bunga
 

( perigonium)
 perigonium) atau tepal. Menurut bentuk dan warnanya dapat dibedakan menjadi dua
yaitu perigonium yang serupa kelopak (calcycinus) dan perigonium yang serupa
tajuk/mahkota (corollinus. Sifat perigonium juga ada dua yaitu berlekatan 
(gamophyllus) seperti pada bunga pisang dan lepas atau bebas (pleiophyllus) seperti
 pada bunga
bunga cempaka
cempaka,, bunga cok
coklat,
lat, bunga pa
padi,
di, bunga jagung (T
(Tjitrosoep
jitrosoepomo,
omo, 2006).
Pada hasil pengamatan ditemukan berbagai model aestivatio kelopak dan
mahkota bunga. Terbuka (aperta) misalnya pada bunga cempaka, berkatup (valvata) 
seperti pada bunga sirsak, berkatup dengan tepi melipat kedalam (induplicativa)
seperti pada bunga waluh, berkatup dengan tepi melipat keluar (reduplicativa) seperti
 pada bunga turi, menyirap (imbricata)  bunga pepaya dan bunga sepatu, kohlear
kohlearis
is
(cochlearis) seperti pada bunga kembang merak (Tjitrosoepomo, 2006).
Jika dalam satu tumbuhan terdapat 2 macam alat reproduksi (jantan dan

 betina), maka tumbuhan tersebut disebut monoecus seperti pada bunga waluh, bunga
sepatu, bunga pisang, bunga sirsak, bunga turi, bunga bakung, bunga coklat, bunga
krangkong. Jika individu hanya mendukung 1 macam alat reproduksi dan alat
reproduksi lain didukung di individu yang berbeda namun sama jenisnya, maka
tumbuhan tersebut disebut diooecus, tipe ini tidak ditemukan pada bahan pengamtan
akan tetapi contoh lainnya yaitu pada salak. Jika pada satu tumbuhan terdapat bunga
 jantan, betina dan banci secara bersamaa
bersamaan,
n, maka tumbuhan tersebut disebut
 polygamus seperti pada bunga pepaya (Tjitrosoepomo, 2006) . 
Tumbuhan memiliki dua alat kelamin bunga yaitu alat kelamin jantan
( Androcium
 Androcium) dan alat kelamin betina (Gynecium ). Pada pengamatan ( Androcium
 Androcium)
dilakukan pengmatan dengan memperhatikan beberapa karakteristik yaitu duduk
 benang sari, jumlah benang sari, jumlah berkas dan duduk kepala sari. Dudukny
Duduknyaa
 benang sari dapat dibedaka
dibedakann menjadi tiga macam yaitu benang sari jelas duduk pada
dasar bunga (Thalamiflorae) contohnya yaitu bunga kupu-kupu. Benang sari tampak
seperti duduk di atas kelopak .Benang sari tampak duduk di atas tajuk bunga
(Corolliflorae) contohnya yaitu bunga krangkong ( Ipomoea stipulacea). Selanjutnya
yaitu jumlah benang sari, pada hasil pengamatan didapatkan jumlah benang sari yang

 bermacam-macam
 bermacam-macam yaitu sama banyak dengan daun tajuk, contohny
contohnyaa bunga paitan,
 

 jumlah benang sari yang episepal ditemuka


ditemukann bunga tasbih, jumlah benang sari yang
 banyak ditemukan
ditemukan pada bung
bungaa cempaka (Tjitrosoep
(Tjitrosoepomo,
omo, 2006
2006).
).
Jumlah berkas benang sari sering berkaitan sengan jumlah benang sari,
apabila jumlah benang sari banyak maka jumlah berkas juga banyak. Kemudian yaitu
duduknya kepala sari pada tangkai yang dibedakan menjadi tiga yaitu tegak ( innatus)
contohnya yaitu bunga sepatu, menempel (adnatus), contohnya bunga waluh, dan
 bergoyang
 bergoyang (versatilis ) contohnya yaitu bunga bakung (Tjitrosoepomo, 2006).
Pada pengamatan alat kelamin betina (Gynecium) dilakukan pengamatan
dengan memperhatikan beberapa karakteristik. Pada hasil pengamatan, banyak daun
 penyusunn putik dapat dibedaka
 penyusu dibedakann menjadi dua yaitu putik tunggal (simplex) putik
hanya tersusun atas sehelai daun buah saja, misalnya pada bunga kembang merak
Sedangkan putik majemuk (Compositus), jika putik terjadi dari dua daun buah atau

lebih, misalnya pada bunga sepatu, bunga krangkong (Tjitrosoepomo, 2006).


Kemudian yaitu letak bakal buah yang dibagi menjadi tiga yaitu bakal buah
menumpang ( superus
 superus) ialah jika bakal buah duduk di atas dasar bunga , misalnya
 pada pada bunga sepatu. Bakal buah setengah tenggelam (hemi inferus), jika bakal
 buah dudk pada dasar bunga yang cekung
cekung.. Bakal buah tenggela
tenggelam
m (inferus), jika
seluruh bagian samping bakal buah berlekatan dengan dasar bunga, misalnya pada
 bunga waluh
waluh betina (Tjitrosoe
(Tjitrosoepomo,
pomo, 2006
2006).
). 
Kemudian yaitu bakal buah berdasarkan daun buah yang dapat dibagi
menjadi parakap, senokarp, apokarp dan sinkarp. Parakarp yaitu jika perlekatan daun-
daun buah itu hanya merupakan satu putik dengan satu ruang saja, misalnya pada
 bunga pepaya. Apokarp yaitu jika pada satu bunga mungkin terdapat lebih dari satu
 putik, yang masing-masing terdiri atas satu daun buah, misalny
misalnyaa pada bunga sirsak.
Sinkarp yaitu jika dari perlekatan daun-daun buah itu terbentuk putik dengan jumlah
ruangan yang sesuai dengan jumlah daun buahnya, misalnya pada bunga markisa
(Tjitrosoepomo, 2006).
Bakal buah berdasarkan jumlah ruangan yaitu bakal buah beruang satu
(unilocularis ), misalnya pada bunga sirsak. Bakal buah beruang dua ( bilocularis).

Bakal buah beruang tiga (trilocularis ), misalnya pada bunga waluh betina. Bakal
 

 buah beruang banyak (mutilocularis). Selanjutnya yaitu letak tumbuni, letak tumbuni
atau plasenta dapat dibagi menjadi tiga yaitu parietal ( parietalis), yaitu pada dinding
 bakal-bakal
 bakal-bakal buah, misalnya pada bunga pepaya. Letak tumbuni sentral yaitu dipusat
atau di poros, misalnya pada bunga sirsak. Letak tumbuni aksilar (axillaris) yaitu di
sudut tengah, misalnya pada bunga markisa (Tjitrosoepomo, 2006).
Setelah mengetahui sifat dan keadaan pada bunga, maka dapat menentukan
rumus bunga. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa rumus bunga merupakan
gambaran tentang keadaan suatu bunga. Rumus bunga menunjukkan keadaan kelopak
 bunga, mahkota, organ-o
organ-organ
rgan reproduk
reproduksi
si dan simetrisny
simetrisnya.
a. Berdasark
Berdasarkan
an hasil
 pengamatan,
 pengamatan, rumus bunga yang diperoleh rumus bunga yang beraneka
beraneka macam sesuai
dengan keadaan bagian-bagian bunga tersebut (Rosanti, 2013).
Kemudian setelah mengetahui rumus bunga barulah dapat menggambar

diagram bunga. Diagram bunga merupakan gambaran proyeksi pada bidang datar dari
semua bagian yang dipotong melintang, jadi pada diagram bunga digambarkan
 penampang-pena
 penampang-penampang
mpang melintan
melintangg bagian-bag
bagian-bagian
ian bunga. Berdasa
Berdasarkan
rkan hasil
 pengamatan,
 pengamatan, rumus bunga yang diperoleh diagram bunga yang beraneka macam
sesuai dengan keadaan bagian-bagian bunga tersebut (Rosanti, 2013).
 

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Struktur morfologi yang dimiliki bunga yaitu seperti ibu tangkai bunga,
tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari dan
 putik. Pada bebera
beberapa
pa bunga, bag
bagian-bagia
ian-bagiann ini bisa m
mengalam
engalamii modifika
modifikasi.
si.
2. Bagian-bagian bunga tunggal terdiri atas tangkai bunga ( pedicel 
 pedicel ),
), dasar
 bunga (receptacle), kelopak (calyx), mahkota (corolla),  benang sari (stamen),
dan putik (pistil). Bagian-bagian bunga majemuk terdiri atas ibu tangkai bunga
( peduncle
 peduncle), daun pelindung (bract), daun tangkai (bracteola), tangkai daun dan
 bunga.
3. Pada bunga tunggal, satu tangkai hanya mendukung satu bunga, sedangkan

 pada bunga
bunga majemuk, sa
satu
tu tangkai men
mendukung
dukung bany
banyak bunga.. Bunga majemuk
ak bunga
dapat dibedakan menjadi bunga majemuk terbatas dan bunga majemuk tidak
terbatas. Bunga majemuk tidak terbatas dibedakan menjadi bunga majemuk
dengan ibu tangkai tidak bercabang dan bunga majemuk dengan ibu tangkai
 bercabang.
 bercabang.
4. Susunan bunga dapat pula dinyatakan dengan sebuah rumus, yang terdiri
atas lambang-lambang, huruf-huruf, dan angka-angka, yang semua itu dapat
memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian-
 bagiannya.
 bagiannya. Sedangka
Sedangkann Diagram bunga merupakan gambara
gambarann proyeks
proyeksii pada
 bidang datar
datar dari semua bag
bagian
ian yang dipoto
dipotong
ng melintang
melintang,, jadi pada diagram it
ituu
digambarkan penampang-penampang melintang daun-daun kelopak, tajuk
 bunga, benang sari, dan putik, juga bagian yang lain yang masih ada selain
keempat bagian utama tersebut.
4.2 Saran
Saran saya pada praktikum kali ini adalah sebaiknya mahasiswa lebih cermat dan
teliti saat mengamati morfologi bunga, agar tidak terjadi kesalahan dalam
memperoleh data.
 

DAFTAR RUJUKAN
Allard. 2011. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Universitas
Terbuka.

Dod, B. 2001. Tanaman Bunga di Dunia (terjemahan). Jakarta : UI Press.

Savitri, E. 2008. Rahasia Tumbuhan


Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam. Malang: UIN
Press.

 Ningsih, I. 2015.  Modul Botani : Anatomi dan Morfologi. Jember : Fakultas Farmasi
Universitas Jember.

Parwata, O. 2009. Isolasi Dan Uji Antiradikal


Antiradikal Bebas Minyak Atsiri
 Pada Ekstrak
Ekstrak Daun Bunga
Bunga Sepatu Secara Spektrokopi
Spektrokopi Ultra Violet –
Tampak . Bukit Jimbaran : Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana.

Rosanti, D. 2013. Morfologi Tumbuhan


Tumbuhan. Jakarta : Erlangga.

Tjitrosoepomo, G. 2006.  Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press.

Widya, Y. 2000. Tanaman Obat Indonesia. Malang : Universitas Negeri Malang


Press.
 

LAMPIRAN
1.  Foto
 No. Bahan Pengamata
Pengamatann Foto
1. Bunga Sepatu ( Hibiscus
 Hibiscus rosa-
rosa-
 sinensis) 

Sumber : Dokumen Pribadi


2. Bunga Jagung Jantan (Zea mays)

Sumber : Dokumen Pribadi


3. Bunga Jagung Betina (Zea mays)

Sumber : Dokumen Pribadi


 

4. Bunga Soka (Ixora sp.) 

Sumber : Dokumen Pribadi


5. Bunga Padi (Oryza sativa) 

Sumber : Dokumen Pribadi


6. Bunga Kupu-Kupu ( Bauhinia
 Bauhinia
a) 
 purpurea)
 purpure
 

 
Sumber : Dokumen Pribadi
7. Bunga Kembang Merak
(Caesalpinia pulcherrima)

Sumber : Dokumen Pribadi


8. Bunga Turi (Serbania glandiflora) 

Sumber : Dokumen Pribadi


 

9. Bunga Tasbih (Canna hibrida) 

Sumber : Dokumen Pribadi


10. Bunga Pisang (Musa paradisiaca) 

Sumber : Dokumen Pribadi


11. Bunga Paitan (Tithonia diversifolia) 

Sumber : Dokumen Pribadi


 

12. Bunga Waluh Jantan (Curcubita


moschata) 

Sumber : Dokumen Pribadi


13. Bunga Waluh Betina (Curcubita
moschata) 

Sumber : Dokumen Pribadi


14. Bunga Krangkong (Ipomoea
batatas) 

Sumber : Dokumen Pribadi


 

15. Bunga Markisa (Passiflora edulis) 

Sumber : Dokumen Pribadi


16. Bunga Coklat (Zephyrantes)

Sumber : Dokumen Pribadi


17. Bunga Pepaya Banci (Carica
 papaya) 

Sumber : Dokumen Pribadi


18. Bunga Pepaya Jantan (Carica
 papaya) 

Sumber : Dokumen Pribadi


 

19. Bunga Pepaya Betina (Carica


 papaya) 

Sumber : Dokumen Pribadi


20. Bunga Cempaka (Magnolia
champaca)

Sumber : Dokumen Pribadi


21. Bunga Sirsak (Annona muricata) 

Sumber : Dokumen Pribadi


 

22. Bunga Racunan (Euphorbia


rima) 
 pulcherrima)
 pulcher

Sumber : Dokumen Pribadi


23. Bunga Widuri (Calotropis gigantea) 

Sumber : Dokumen Pribadi


24. Bunga Bakung (Crynum asiaticum)

Sumber : Dokumen Pribadi


 

 
2.  Laporan Sementara 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

Anda mungkin juga menyukai