Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN

KESEHATAN KERJA DALAM KEPERAWATAN


D

OLEH KELOMPOK 2

1. Rosi Raturoma (2019081024045) 5. Ria Liwin Kapitarau(20170811024074)

2. Dhea Artanti (2019081024009) 6. Gladys G. Bembe (2019081024052)

3. Lasmi Ruth (20170811024104) 7. Annisa R. Kaimudin (2019081024008)

4. Fransiska D. F. (2019081024033) 8. Andeni Madai (2019081024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Askep
Pada Pasien Konstrusi Bangunan”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu membuat makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Askep Pada Pasien
Konstruksi Bangunan” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Jayapura, 24 September 2021

PENYUSUN
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................3
1.3 Manfaat …………………………………………………………………..4
BAB II KONSEP TEORI
2.1 Proyeksi Kontruksi Bangunan …………………………………………. 5
2.2 Syarat-Syarat Pemasangan Dinding Batu ……………………………… 6
2.3 Macam-Macam Ikatan Pasangan Batu Bata …………………………… 7
2.4 Berbagai Bentuk Siar …………………………………………………... 8
2.5 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ……………………………………. 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN K3
3.1 Pengkajian.................................................................................................11
3.2 Analisa Data..............................................................................................13
3.3 Diagnosa...................................................................................................15
3.4 Intervensi..................................................................................................15
3.5 Implementasi.............................................................................................18
3.6 Evaluasi.....................................................................................................20
3.7 Planing of action.......................................................................................20
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...............................................................................................21
4.2 Saran.........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang sifatnya hanya


dilakukan satu kali. Pada umumnya proyek konstruksi memiliki jangka waktu
yang pendek. Didalam rangkaian kegiatan proyek kontstruksi tersebut,
biasanya terdapat suatu proses yang berfungsi untuk mengolah sumber daya
proyek sehingga dapat menjadi suatu hasilkegiatan yang menghasilkan sebuah
bangunan (Soeharto, 2001)

Adanya kemungkinan kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi


akan menjadi salah satu penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas
pekerjaan proyek. Oleh karena itu, pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi
diwajibkan untuk menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) di lokasi kerja dimana masalah keselamatan dan kesehatan kerja ini
juga merupakan bagian dari perencanaan dan pengendalian proyek.

Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada


perusahaanperusahaan besar melalui Undang-undang Ketenagakerjaan, baru
menghasilkan 2,1% saja dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di
Indonesia yang sudah menerapkan Sistem Manajemen K3. Minimnya jumlah
itu sebagian besar disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa program
K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan. Padahal jika
diperhitungkan besarnya dana kompensasi/santunan untuk korban kecelakaan
kerja sebagai akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3, yang besarnya
mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah
K3 tidak selayaknya diabaikan.

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di


Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih
tingginya angka kecelakaan kerja. Ketua Umum Asosiasi Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Konstruksi (A2K4) Indonesia Anas Zaini Z Iksan
mengatakan, “setiap tahun terjadi 96.000 kasus kecelakaan kerja”. Dari jumlah
ini, sebagian besar kecelakaan kerja terjadi pada proyek jasa konstruksi dan
sisanya terjadi di sektor Industri manufaktur (Suara Karya, 2010).

Sejak awal tahun 1980-an pemerintah telah mengeluarkan suatu


peraturan tentang keselamatan kerja khusus untuk sektor konstruksi, yaitu
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-01/Men/1980.
Peraturan mengenai keselamatan kerja untuk konstruksi tersebut, walaupun
belum pernah diperbaharui sejak dikeluarkannya lebih dari 20 tahun silam,
namun dapat dinilai memadai untuk kondisi minimal di Indonesia. Hal yang
sangat disayangkan adalah pada penerapan peraturan tersebut di lapangan.
Rendahnya kesadaran masyarakat akan masalah keselamatan kerja, dan
rendahnya tingkat penegakan hukum oleh pemerintah, mengakibatkan
penerapan peraturan keselamatan kerja yang masih jauh dari optimal, yang
pada akhirnya menyebabkan masih tingginya angka kecelakaan kerja.

Pada proyek konstruksi, kecelakaan kerja yang terjadi dapat


menimbulkan kerugian terhadap pekerja dan kontraktor, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kecelakaan kerja tersebut dapat disebabkan oleh tiga
faktor yaitu faktor manusia, faktor peralatan, dan faktor lingkungan kerja.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan
faktor paling dominan menjadi penyebab kecelakaan kerja. Hal ini sering kali
disebabkan oleh kurangnya kesadaran pekerja akan pentingnya keselamatan
kerja. Selain itu, faktor peralatan seperti crane ataupun faktor lingkungan
kerja juga dapat menyebabkan kecelakaan kerja jika tidak dikelola dengan
benar (Ikmal, 2010).

Lemah nya pengawasan pada proyek konstruksi. Kurang disiplin nya


tenaga kerja dalam mematuhi ketentuan K3 dan kurang memadainya kuantitas
dan kualitas alat perlindungan diri di proyek konstruksi bangunan membuat
resiko pekerja mengalami kecelakaan kerja lebih tinggi seperti luka-luka,
Jatuh dari ketinggian, tertimpa benda jatuh, terjepit, tersengat aliran listrik dan
terkena radiasi yang membuat penyakit timbul akibat kerja umumnya
disebabkan oleh kesalahan pekerja atau human error baik aspek kompetensi
para pelaksana maupun kurang pemahaman arti penting penyelenggaraan K3.

Memiliki Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang


terintegrasi ini, sudah merupakan suatu keharusan untuk sebuah perusahaan
dan telah menjadi peraturan. terutama pada proyek konstruksi.

Oleh sebab itu, perusahaan harus melakukan berbagai cara untuk dapat
mewujudkan terlaksananya keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja.
Menurut Abdurrahmat Fathoni (2006:106) seluruh tenaga kerja harus
mendapat pendidikan dan pelatihan serta bimbingan dalam keselamatan dan
kesehatan kerja dengan ketentuan yang dibuat sebagai berikut :

1. Mengeluarkan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan keselamatan


dan kesehatan kerja para pegawai.
2. Menerapkan program kesehatan kerja bagi para pegawai.
3. Menerapkan sistem pencegahan kecelakaan kerja pegawai.
4. Membuat prosedur kerja.
5. Membuat petunjuk teknis tentang pelaksanaan kerja termasuk penggunaan
sarana dan prasarananya.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Untuk mengidentifikasi masalah atau resiko keselamatan dan kesehatan
kerja di kontruksi bangunan
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan K3 di kelompok pekerja kontruksi
bangunan .
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritasmasalah
akibat kecelakaan kerja
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahanmasalah kesehatan/
keperawatan akibat kecelakaan kerja
d. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (selfcare) dalam kesehatan dan keselamatan kerja
e. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
f. Tertanganinya kelompok pekerja kontruksi bangunan terhadap resiko
tinggi yang rawan terhadap masalah kesehatan akibat kecelakaa kerja

1.3 Manfaat

1. Bagi Penulis : Dengan adanya tugas akhir ini, penulis sebagai calon sarjana
teknik sipil akan menambah pengetahuan mengenai pelaksanaan program kerja
Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) serta kendala yang muncul akibat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada proyek konstruksi.

2. Bagi Penyedia Jasa : Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi


perusahaan jasa konstruksi untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik
guna mengurangi angka kecelakaan kerja.

3. Bagi Kalangan Akademik : Memberikan pengetahuan tentang Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proyek Konstruksi Bangunan

Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang


berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber dana tertentu
dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan
dengan tegas. Banyak kegiatan dan pihakpihak yang terlibat di dalam pelaksanaan
proyek konstruksi menimbulkan banyak permasalahan yang bersifat kompleks.,
(Soeharto, I., 1995). Proyek konstruksi pada hakekatnya adalah proses mengubah
sumber daya dan dana tertentu secara terorganisir menjadi hasil pembangunan
yang mantap sesuai dengan tujuan dan harapan-harapan awal dengan
menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia dalam jangka waktu
tertentu (Dipohusodo, I., 1996). Suatu proyek konstruksi merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka
waktu pendek. Selain itu, proyek konstruksi juga memiliki karakteristik yaitu
bersifat unik, membutuhkan sumber 8 daya (manpower, material, machines,
money, method), serta membutuhkan organisasi (Ervianto, W. I., 2005).

Pendahuluan Pada prinsipnya dinding bangunan berfungsi untuk


memisahkan suatu ruangan dengan ruangan lainnya. Dinding bangunan pada
dasarnya dibedakan atas dinding luar dan dinding dalam. Bahan dasar dari suatu
dinding bangunan yaitu : kayu/papan, bambu/tepas, kayu lapis, batu bata,
beton/cor, beton cetak, beton berlobang (hollow break), dan lain-lain. Namun
dinding bangunan yang paling umum digunakan yaitu dinding yang terbuat dari
batu bata. Dinding bangunan dari batu bata mempunyai sifat: kuat (walaupun pada
prinsipnya tidak diperhitungkan menerima beban), relatif ringan, permukaannya
rata, pemasangan mudah, harganya relatif murah dan banyak dijumpai di
pasarang. Dalam memasang dinding bangunan dari batu bata, ada beberapa syarat
yang harus diperhatikan. Kemudian banyak tipe/corak yang dapat dibuat dengan
menggunakan batu bata sebagai bahan dinding bangunan. Lantai harus cukup kuat
menahan beban-beban di atasnya, dan untuk bahan lantai digunakan ubin
(keramik), beton atau kayu. Lantai yang terbuat dari ubin (keramik) merupakan
lantau yang paling banyak digunakan untuk bangunan perumahan, hal ini
disebabkan : Lantai ubin (keramik) relatif murah dan tahan lama. Lantai ubin
(keramik) mudah dibersihkan dengan air, tanpa merusak bahannya. Lantai ubin
(keramik) tidak dirusak oleh rayap.

2.2 Syarat-syarat Pemasangan Dinding Batu

Bata Dinding pasangan batu bata merupakan dinding bangunan yang


paling banyak dipergunakan di Indonesia. Penggunaaan dinding batu bata pada
suatu bangunan disebabkan, bahannya relatif banyak tersedia, harganya relatif
murah dan pemasangannya mudah dan menghasilkan dinding bangunan yang kuat
dan rapi.

Beberapa syarat-syarat dan ketentuan dalam pasangan batu bata sebagai


dinding bangunan yaitu :

a) pada dua buah lapisan berurutan, siar-siar tegak tidak boleh dipasang
segaris.

b) Tebal spasi/mortel dalam pasangan setengah bata sekitar 0,5 sampai 2


cm.

c) Batu bata sebelum dipasang terlebih dahulu disiram/direndam hingga


jenuh air.

d) Pasangan dinding harus lurus (sesuai gambar) dan datar.

e) pada pasangan sudut, persilangan atau pertemuan, lapisan strek selalu


harus berjalan terus dan lapisan kop harus menyatu pada lapisan strek.

f) Pada dinding yang tebalnya lebih dari setengah bata, hendaknya


dipasang satu strek dalam lapisan strek, berselang seling du dalam dan diluar.
g) Pada pertemuan antara dua buah dinding setengah bata secara berselang
seling, dipasang dua buah tiga klesor.

2.3 Macam-macam Ikatan Pasangan Batu Bata

Pasangan batu bata sebagai dinding suatu bangunan, dapat dibuat dengan
berbagai macam ikatan. Beberapa macam ikatan batu bata yaitu:

a. Ikatan Setengah Bata. Ikatan dinding setengah bata merupakan ikatan


batu bata yang paling banyak digunakan dan paling ekonomi, karena sedikit batu
bata yang terbuang.

b. Ikatan Klesor. Pada dinding sudut (siku), ikatan klesor ini dimulai
dengan bati ¾ bata (3 klesor). Dengan demikian sangat banyak batu bata yang
tebuang akibat pemotongan tersebut, namun bila dilihat motif pasangan (tampat
depan) relatif bagus.

c. Ikatan Liar. Ikatan ini banyak digunakan pada masa lampau (setelah
perang dunia-2). Pada waktu tersebut ukuran batu bata belum teratur dan tidak
jelas perbandingan antara kop dan strek. Hasil pasangan ikatan liar ini tidak
teratur.

d. Ikatan Tegak. Ikatan tegak biasanya dipasang pada dinding dengan satu
bata. Ikatan tegak mengandung arti bahwa semua srtek yangterdapat dalam
lapisan yang sama, mempunyai arah yang sama pula. Pada awal sudut, dinding
satu bata dimulai dengan ukuran batu bata 3 klesor.

e. Ikatan Silang. Ikatan silang ini merupakan ikatan yang kokoh dalam
membentuk dinding tebal satu bata. Ikatan silang tidak terlalu berbeda dengan
ikatan tegak, namun pada lapisan-lapisan kop, semua kop berada lurus diatas
lainnya. Lapisan strek selalu menonjol setengah bata dibandingkan strek lainnya.

f. Ikatan Vlam. Pada setiap lapis ikatan vlam digunakan kop-strek-kop.


Pada ikatan ini dibutuhkan dua pertiga bagian dari seluruhbata selaku
penampakpenampak muka; dengan demikian dinding ini terbentuk secara bersih
pada kedua sisinya.

g. Ikatan Rantai. Ikatan rantai sangat memadai untuk membuat tembok


yang bersih pada dedua sisinya. Tampak muka dari ikatan rantai, membentuk
dekoratif berbentuk rantai.

h. Ikatan Kop. Ikatan kop banyak digunakan untuk pondasi bangunan.


Ikatan ini dipasang dengan komsep kop (kepala) pada seluruh permukaannya,
sehingga selisih siar tegaknya hanya satu klesor (1/2 bata).

Dengan konsep yang sama, berbagai macam ikatan pasangan bata tersebut
dapat dipakai untuk membuat tembok baik untuk bentangan, sudut siku,
pertemuan siku, persilangan dan penebalan tembok.

2.4 Berbagai Bentuk Siar

Sebaiknya penyiaran langsung dilakukan setelah penembokan. Terdapat


beberapa cara melaksanakan penyiaran yaitu :

a. penuh rata.

b. menjorok ke dalam dari permukaan bata.

c. agak miring (untuk mengalirkan air), dinamakan siar bayang-bayang. Siar yang
dikerat atau digunting.

2.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman dengan


dilengkapi alat-alat pengaman, penerangan yang baik, menjaga lantai dan tangga
bebas dari air, minyak, nyamuk dan memelihara fasilitas air yang baik (Agus, T.,
1989). Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri
Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993 adalah keselamatan dan kesehatan
kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang
lainnya di tempat kerja /perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta
agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang


ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain ditempat kerja atau perusahaan selalu
dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap produksi digunakan secara
aman dan efisien. Keselamatan dan kesehatan kerja juga mengandung nilai
perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, S.,
2010).

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu


pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan
pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. (Armanda, 2006).

Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bagian 6 Tentang


Kesehatan Kerja, pada Pasal 23 berisi:

1. Kesehatan kerja disenggelarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja


yang optimal.

2. Kesehatan kerja meliputi perlindungan kesehatan kerja, pencegahan


penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.

3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.

2.3 Peralatan Perlindungan Diri

Peralatan standar keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi


sangatlah penting dan wajib digunakan untuk melindungi seseorang dari
kecelakaan ataupun bahaya yang mungkin terjadi dalam proses konstruksi.
Mengingat pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja maka semua perusahaan
kontraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan peralatan/perlengkapan
perlindungan diri atau Personal Protective Equipment (PPE) untuk semua
karyawan yang bekerja (Ervianto, W. I., 2005). Beberapa bentuk dari
peralatan perlindungan diri telah memiliki standar di proyek konstruksi dan
tersedia di pabrik ataupun industri konstruksi. Helm pelindung dan sepatu
merupakan peralatan perlindungan diri yang secara umum digunakan para pekerja
untuk melindungi diri dari benda keras. Di beberapa industri, kacamata pelindung
dibutuhkan. Kelengkapan peralatan perlindungan diri membantu pekerja
melindungi dari kecelakaan dan luka-luka, (Charles A. W, 1999, hal 401).

Alat pelindung diri guna keperluan kerja harus diidentifikasi, kondisi


dimana alat pelindung diri harus dikenakan, harus ditentukan, dan direncanakan
secara sesuai, serta dirancang meliputi training dan pengawasan untuk tetap
terjamin. ( http://www.ohsas-18001-occupationalhealth-and-safety.com/ ).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA (K3) PADA TN “S” DI KONTRUKSI BANGUNAN KELURAHAN
REMBIGA KECAMATAN SELAPARANG

3.1 PENGKAJIAN

1. Identitas

Nama : Tn “S”

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 35 tahun

Pendidikan : SMA

Status perkawinan : Belum kawin\

Suku : Sasak

Alamat : Gegutu ledang Kec.Gunung Sari Lombok Barat

Pekerjaan : pekerja bangunan

Tanggal pengkajian : 20-22 april 2015

Sumber informasi : pekerja

2. Keluhan

Pekerja mengatakan sering mengalami gatal-gatal di kulit dan merasa


kulitnya iritasi.

3. Lingkungan
1) Kebersihan : Pekerja mengatakan tidak selalu menjaga kebersihan
limbah hasil kerja di buang sembarangan yang penting sudah di
serap oleh tanah dan tidak tersedianya air bersih.

2) Sanitasi : Pekerja mengatakan tidak adanya sanitasi untuk


lingkungan tempatnya bekerja

4. Pemeriksaan kesehatan

Pekerja mengatakan tidak pernah memeriksakan kesehatannya baik itu


sebelum maupun sesudah bekerja, dan tidak ada pengarahan mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja terutama untuk penggunaan alat
pelindung diri.

5. Jaminan kesehatan

Pekerja mengatakan tidak ada jaminan kesehatan yang di dapat dan tidak
ada pemberian informasi mengenai jaminan kesehatan.

6. Pemakaian APD

Pekerja mengatakan tidak mengetahui mengenai alat pelindung diri dalam


bekerja, pekerja tampak tidak menggunakan tutup kepala, masker, sarung
tangan, sepatu. dan pekerja tampak bingung ketika di tanya mengenai Alat
pelindung diri saat bekerja.

7. Keluhan pekerja

Pekerja mengatakan tidak tersedianya air bersih di tempat kerja, kulit


pekerja tampak kering dan Pekerja mengatakan sering mengalami gatal-
gatal di kulit, pekerja tampak terus menggaruk-garuk.

8. Proses kerja
Dalam kontruksi bangunan ruko Persiapan alat dan bahan serta
pengolahan bahan- bahan pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri.
Dan resiko kecelakaan yang terjadi maupun resiko penyakit yang di alami
saat bekerja sangat tinggi.

9. Kecelakaan yang sering terjadi

Pekerja mengatakan sering mengalami Cedera kaki.

10. P3K

Pekerja mengatakan tidak ada tersedia P3K di tempat kerja.

11. Jam kerja

Pekerja mengatakan bekerja di mulai pukul 08.00-17.30 WITA, waktu


istrhat hanya pukul 12.30-14.00 WITA.

3.2 Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem


1 Ds : Pruritus (gatal-gatal) Gangguan
- Pekerja integritas kulit
mengatakan
sering gatal-
gatal di kulitnya
- Pekerja
mengatakan
tidak
tersedianya air
bersih di tempat
kerja
Do :
- Pekerja tampak
menggaruk-
garuk
- kulit pekerja
tampak kering

2 Ds : Kurangnya informasi Kurang


- Pekerja mengenai pengetahuan
mengatakan penggunaan Alat
tidak pelindung diri bagi
mengetahui pekerja.
mengenai alat
pelindung diri
dalam bekerja

- Pekerja
mengatakan
tidak ada
pengarahan
mengenai
kesehatan dan
keselamatan
kerja terutama
untuk
penggunaan alat
pelindung diri.

Do :
- Pekerja tampak
tidak
menggunakan
tutup kepala,
masker, sarung
tangan, sepatu,

- Pekerja tampak
bingung ketika
di tanya
mengenai Alat
pelindung diri
saat bekerja.

3.3 RUMUSAN DIAGNOSA


1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus (gatal-gatal) yang
di tandai dengan pekerja tampak menggaruk-garuk
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penggunaan alat pelindung diri bagi pekerja di tandai dengan pekerja
tampak tidak menggunakan tutup kepala, masker, sarung tangan, sepatu.

3.4 RENCANA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx Rencana dan Intervensi Rasional


kriteria hasil
1 1 Setelah di lakukan 1. Observasi 1. Untuk
tindakan keadaan umum mengetahui
keperawatan 1x24 pekerja keadaan umum
jam di harapkan
gangguan integritas 2. Anjurkan pekerja 2. dengan mandi air
kulit berkurang untuk Mandi akan meresap
Kriteria hasil : paling tidak sekali dalam saturasi
1. Gangguan sehari selama 15 – kulit..
intergritas kulit 20 menit.
berkurang 3. Anjurkan pekerja 3. air panas
2. Mempertahank untuk menyebabkan
an agar Tidak menggunakan air vasodilatasi yang
terjadi hangat jangan akan
peradangan panas. meningkatkan
3. Gatal-gatal pruritus.
yang di alami 4. Anjurkan pekerja 4. sabun yang
pekerja untuk mengandung
berkurang menggunakan pelembab lebih
sabun yang sedikit kandungan
mengandung alkalin dan tidak
pelembab atau membuat kulit
sabun untuk kulit kering, sabun
sensitive. Hindari kering dapat
mandi busa. meningkatkan
keluhan.
5. Anjurkan pekerja 5. Pengolesan krim
untuk pelembab selama
mengoleskan 2 – 4 menit
salep atau krim setelah mandi
yang telah untuk mencegah
diresepkan setelah penguapan air
mandi dari kulit dan
akan
melembabkan
kulit
6. Anjurkan pekerja 6. Personal hygiene
untuk selalu merupakan hal
menjaga terpenting untuk
kebersihan diri terhindar dari
dan lingkungan pruritus.
2 2 Setelah di lakukan 1. Kaji tingkat 1. mengetahui
tindakan pengetahuan tingkat
keperawatan 1x24 pekerja mengenai pengetahuan
jam di harapkan alat pelindung diri pekerja mengenai
pekerja memahami penggunaan alat
mengenai pelindung diri
penggunaan alat 2. Jelaskan 2. penggunaan alat
dan pelindung diri penggunaan alat pelindung diri
saat bekerja pelindung diri saat sangat di
Kriteria hasil : bekerja dengan butuhkan pekerja
1. Pekerja cara yang tepat. untuk menunjang
menyatakan kesehatan dan
paham keselamatan kerja
mengenai
penggunaan 3. Anjurkan pekerja 3. Alat pelindung
alat untuk selalu diri merupakan
pelindung menggunakan alat hal terpenting
diri saat pelindung diri saat bagi pekerja
bekerja bekerja untuk mengurangi
2. Pekerja resiko kecelakaan
mampu kerja
menjelaskan 4. Berikan informasi 4. Penyakit akibat
kembali pada pekerja kerja dapat timbul
mengenai mengenai resiko jika pekerja
penggunaan jika tidak melalaikan
alat menggunakan alat penggunaan alat
pelindung pelindung diri pelindung diri
diri saat dengan cara yang
bekerja tepat
5. Ukuran
5. Berikan
pemahaman
kesempatan
pekerja mengenai
pekerja untuk alat pelindung
menjelaskan diri harus dapat di
kembali tinjau kembali
penggunaan alat guna mengetahui
pelindung diri saat tingkat
bekerja pengetahuannya.

3.5 IMPLEMENTASI

Hari/tgl Dx Implementasi Respon hasil paraf


/waktu
21 april 1 1. Mengobservasi 1. Pekerja dalam
2015 keadaan umum keadaan kelelahan
pekerja
2. menganjurkan pekerja 2. Pekerja mandi 2x
untuk Mandi paling dalam sehari
tidak sekali sehari
selama 15 – 20 menit.

3. menganjurkan pekerja 3. Pekerja menggunakan


untuk menggunakan air suam suam kuku
air untuk mandi
4. menganjurkan pekerja 4. Pekerja menggunakan
untuk menggunakan sabun cair untuk
sabun yang mandi
mengandung
pelembab

5. menganjurkan pekerja 5. Pekerja menggunakan


untuk mengoleskan pelembab kulit
salep atau pelembab setelah mandi
kulit
6. menganjurkan pekerja 6. Pekerja tampak
untuk selalu menjaga mengerti dan paham
kebersihan diri dan untuk selalu menjaga
lingkungan personal hygiene dan
lingkungan.
2 2 1. Mengkaji tingkat 1. Pekerja tampak
pengetahuan pekerja sedikit bingung
mengenai penggunaan mengenai
alat pelindung diri penggunaan alat
pelindung diri
2. Menjelaskan 2. Pekerja mengerti
penggunaan alat dengan penjelasan
pelindung diri saat penggunaan alat
bekerja dengan cara pelindung diri
yang tepat.
3. Menganjurkan pekerja 3. Pekerja tampak
untuk selalu mengerti dan
menggunakan alat paham untuk
pelindung diri saat selalu
bekerja menggunakan alat
pelindung diri
4. Memberikan informasi 4. Pekerja mengerti
pada pekerja dan paham
mengenai resiko jika mengenai resiko
tidak menggunakan jika tidak
alat pelindung diri menggunakan alat
dengan cara yang tepat pelindung diri
5. Memberikan 5. Pekerja mampu
kesempatan pekerja menjelaskan
untuk menjelaskan penggunaan alat
kembali penggunaan pelindung diri saat
alat pelindung diri saat bekerja
bekerja

3.6 EVALUASI

Hari/tanggal Dx CATATAN PERKEMBANGAN Paraf


/waktu
22 april 1 S:
2015 - pekerja mengatakan gatal-gatal
yang di alaminya berkurang
O:
- gangguan integritas kulit berkurang
- tidak terjadi peradangan pada kulit
- berkurangnya itensitas gatal-gatal
pekerja
- kulit tampak lembab kembali
A:
- gatal-gatal yang di alami pekerja
dapat berkurang (masalah dapat
teratasi)
P:
- Intervensi di hentikan

2 S:
- Pekerja menyatakan paham
mengenai penggunaan alat
pelindung diri saat bekerja
O:
- Pekerja mampu menjelaskan
penggunaan alat pelindung diri saat
bekerja
- Pekerja tampak menggunakan alat
pelindung diri saat bekerja
A:
- Pekerja mengerti dan paham
mengenai penggunaan alat
pelindung diri saat bekerja
(Masalah dapat teratasi)
P:
- Intervensi di hentikan

3.7 PLANING OF ACTION

Pelaksanaan
Minggu 1 Minggu 2
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Observasi Tempat
Pengkajian
Intervensi
Implementasi
Evaluassi

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang sifatnya hanya
dilakukan satu kali. Pada umumnya proyek konstruksi memiliki jangka waktu
yang pendek. Didalam rangkaian kegiatan proyek kontstruksi tersebut,
biasanya terdapat suatu proses yang berfungsi untuk mengolah sumber daya
proyek sehingga dapat menjadi suatu hasilkegiatan yang menghasilkan
sebuah bangunan (Soeharto, 2001)

4.2 SARAN

Penggunaan alat pelindung diri bagi pekerja bangunan sangatlah di


butuhkan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja. Dan perusahaan
harus memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Kwantes, J. 1987. Membangun, Ilmu Bangunan Jilid 1 dan 2. Jakarta. Erlangga.


Muharam, A. Nugraha. 2009. Menata Furnitur di Ruang Sempit. Jakarta: Griya

Kreasi.
Sardjono, A. Budi. 2005. Mengembangkan Rumah Kecil. Semarang: Trubus A.

Soegiharjo, dkk. 1978. Ilmu Bangunan Gedung, Jilid 1 dan 2. Jakarta. Depdikbud
Soekarto. 1978. Menggambar Teknik Bangunan 2. Jakarta. Depdikbud.
Sosrodarsono, Sugono. 1994. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi.

Jakarta.Pradnya Paramita.

Supribadi, I.K. 1986. Ilmu bangunan Gedung, Seri Praktis Bangunan Sipil.

Bandung. Penerbit Armico.

Susanto, Gatut. 2009. Panduan Lengkap Membangun Rumah Bertingkat. Jakarta:

Griya Kreasi.

Tabrani, Suryanto, 2006. AutoCAD 2006. Teknik Menggambar 2D. Jakarta: Dian
Rakyat.

file:///C:/Users/ACER/Downloads/Fulltext.pdf

file:///C:/Users/ACER/Downloads/TS14913.pdf

https://dokumen.tips/documents/asuhan-keperawatan-k3-kontruksi-
bangunan.html

Anda mungkin juga menyukai