CEK I Gede Wahyu Wiranata - R2
CEK I Gede Wahyu Wiranata - R2
PENDAHULUAN
2.2.2. LoRaWAN
LoRaWAN adalah protokol jaringan area luas berdaya rendah berdasarkan
Teknologi LoRa. Dirancang untuk komunikasi IoT, perangkat LoRa dan protokol
LoRaWAN memungkinkan koneksi antara perangkat penggunaan jarak jauh (LPWAN)
untuk pengiriman ke aplikasi [10].
Pin IN+ dan IN– merupakan pin positif dan negatif input dari tegangan shunt
dimana pin positif dihubungkan dengan hambatan shunt, sedangkan pin negatif
dihubungkan dengan ground. Pin SCL dan SDA merupakan pin serial bus clock line
dan serial bus data line, sedangkan pin A0 dan A1 merupakan alamat dari pin analog
input. Spesifikasi Sensor INA219 antara lain :
a. Amplifier input maksimum ±320mV, sehingga dapat mengukur nilai arus
mencapai ±3,2A.
b. Internal data 12 bit ADC, resolusi pada kisaran 3.2A adalah 0,8 mA.
c. Dapat mengidentifikasi tegangan shunt pada bus 0–26V [14].
Sensor ini terdapat dua probe yang digunakan untuk mengalirkan arus ke tanah
kemudian menghitung resistansinya agar mendapatkan nilai kelembaban tanah [16].
Tegangan pada saat pengisian adalah konstan di 4,2V (akurasi 1,5%), ideal
untuk pengisian ulang baterai yang bertegangan 3V-3,7V. IC ini juga memiliki fitur
pemantau arus, pengunci tegangan kurang (under-voltage lockout), pengisi ulang
otomatis dan 2 status pin yang terhubung dengan LED indikator. Modul ini juga dapat
mengisi ulang beberapa baterai Li-Ion yang disusun secara paralel [17].
Arus dan tegangan listrik yang dihasilkan oleh sel surya dipengaruhi oleh 2
variabel fisis, yaitu intensitas cahaya matahari dan temperatur lingkungan. Intensitas
cahaya matahari yang diterima oleh sel surya sebanding dengan arus dan tegangan
listrik yang dihasilkan oleh sel surya, sedangkan dengan intensitas radiasi cahaya
matahari yang tetap, namun apabila suhu lingkungan semakin tinggi maka tegangan sel
surya akan berkurang dan arus listrik yang dihasilkan akan bertambah [18].
(a)
(b)
(c)
Gambar 3.2. (a) Diagram Blok Sensor Node, (b) Diagram Blok Data Gateway, (c) Diagram
Blok Sistem Keseluruhan
Gambar 3.2 (c) menampilkan blok diagram sistem monitoring kelembaban tanah
dan udara yang terhubung secara wireless (Wireless Sensor Network) berbasis LoRa dan
IoT. Pada sistem WSN tersebut terdapat dua bagian penting yaitu sensor node dan juga
data gateway yang terhubung dengan menggunakan topologi star. Kedua sensor node
memiliki 3 sensor yang sama yaitu yaitu sensor kelembaban tanah, sensor SHT31,
sensor INA219.
Sensor kelembaban tanah berfungsi untuk membaca nilai kelembaban tanah
pada tanaman jeruk, sedangkan sensor SHT31 berfungsi untuk membaca nilai
temperatur dan kelembaban udara di wilayah sekitar sensor. Masing-masing sensor
node juga terdapat sensor INA219 untuk mendapatkan nilai konsumsi daya baterai yang
menjadi sumber daya utama dari sensor node tersebut. Kemudian data yang diperoleh
dari masing-masing sensor node tersebut akan dikirim ke data gateway.
Pada data gateway terdapat TTGO ESP32 LoRa yang digunakan untuk
menerima data dari sensor node sekaligus melakukan upload data ke database MySQL.
Data yang disimpan dalam database kemudian ditampilkan pada halaman web berupa
dashboard. Data yang sudah diupload dapat dilihat oleh user via internet dengan
menggunakan web browser lewat laptop maupun smartphone.
Kedua sensor node terdapat panel surya untuk keperluan pengisian daya baterai.
Baterai yang digunakan adalah jenis Li-ion 18650 dengan kapasitas 9600 mAh,
sedangkan kapasitas panel surya yang digunakan adalah 2 WP. Spesifikasi tersebut
digunakan dengan perkiraan baterai masih dapat memberikan daya meskipun kondisi
tidak ada matahari selama 3 hari.
Jumlah RSSI
Rata−Rata RSSI = (3.1)
Paket Diterima
Dari nilai RSSI yang didapatkan, maka dapat diperoleh nilai daya sinyal. Daya
sinyal merupakan daya pancar pada Tx (transmitter) dan Rx (receiver) yang dapat
dihitung dengan rumus :
RSSI
Pout ( mW )=1000 x 10 10 (3.2)
Free Space 2
Urban Area 2,7 – 3,5
Shadowed urban Area 3–5
In-building LOS 1,6 – 1,8
Obstructed in-building 4-6
n=10 10 log10
dij
(3.3)
Keterangan:
P0 : Nilai RSSI terkuat
RSSIij : Kekuatan sinyal yang diterima
dij : Jarak pengukuran
Pembuatan sistem dimulai dari pembelian alat dan bahan yang diperlukan untuk
pembuatan sistem. Setelah disiapkan, kemudian komponen dirangkai sesuai dengan
blok diagram pada Gambar 3.2 (a). dan 3.2 (b). masing-masing pada sensor node
maupun data gateway. Selanjutnya yakni melakukan pemograman pada masing-masing
modul untuk mengintegrasikan sensor-sensor yang terhubung sekaligus
menghubungkan antara sensor node maupun data gateway agar dapat berkomunikasi
dengan baik. Saat program sudah dapat berjalan dengan baik, maka dilanjutkan dengan
pembuatan dashboard web untuk keperluan monitoring dengan menggunakan aplikasi
Visual Studio Code.
Gambar 3.5. Rangkaian sensor SHT31 dengan TTGO ESP32 LoRa pada software
Fritzing
Gambar 3.6. Rangkaian sensor kelembaban tanah dengan TTGO ESp32 LoRa pada
software Fritzing
Keterangan port pada Gambar 3.6.:
1. Pin GND pada sensor terhubung dengan pin GND pada TTGO ESP32 LoRa
2. Pin VCC pada sensor terhubung dengan pin 3V3 pada TTGO ESP32 LoRa
3. Pin A0 pada sensor terhubung dengan pin 02 pada TTGO ESP32 LoRa
Gambar 3.7. Rangkaian sensor INA219 dengan baterai dan TTGO ESP32 LoRA pada
software Fritzing
Pada Gambar 3.8 merupakan rangkaian sensor node 2 yang berisi sensor
SHT31, sensor kelembaban tanah, dan 2 buah sensor INA219. Sensor SHT31
digunakan untuk membaca nilai temperatur dan kelembaban udara, sedangkan
sensor kelembaban tanah digunakan untuk mambaca nilai kelembaban tanah.
Sensor INA219 digunakan 2 buah untuk membaca nilai arus dan tegangan yang
dihasilkan oleh sistem, serta membaca nilai arus dan tegangan yang dihasilkan
oleh panel surya. Semua data yang dihasilkan oleh sensor dikirim ke data
gateway oleh board Heltec Cube Cell HTCC-AB01 yang memiliki chip LoRa.
Gambar 3.9. Rangkaian sensor SHT31 dengan Heltec Cube Cell pada software Fritzing
Gambar 3.10. Rangkaian sensor kelembaban tanah dengan Heltec Cube Cell pada
software Fritzing
Gambar 3.11. Rangkaian sensor INA219 dengan baterai dan Heltec Cube Cell pada
software Fritzing
Keterangan port pada Gambar 3.11:
1. Pin GND pada sensor terhubung dengan pin GND pada Heltec Cube Cell
2. Pin VCC pada sensor terhubung dengan pin 3V3 pada Heltec Cube Cell
3. Pin SDA pada sensor terhubung dengan pin SDA pada Heltec Cube Cell
4. Pin SCL pada sensor terhubung dengan pin SCL pada Heltec Cube Cell
5. Terminal Vin+ pada sensor terhubung dengan pin GND pada Heltec Cube
Cell
6. Terminal Vin- pada sensor terhubung dengan kutub - baterai
Gambar 3.12. Rangkaian sensor INA219 dengan baterai dan Heltec Cube Cell pada software
Fritzing
SPI.begin(SCK,MISO,MOSI,SS);
LoRa.setPins(SS,RST,DI0);
if (!LoRa.begin(915E6)) {
Serial.println("Starting LoRa failed!");
while (1);
}
Langkah terakhir yaitu membuat script pada void loop() untuk
menentukan data-data apa saja yang akan dikirim dalam sebuah packet
menggunakan konektivitas LoRa.
// send packet
LoRa.beginPacket();
LoRa.print(t);
LoRa.print("-");
LoRa.print(h);
LoRa.print("-");
LoRa.print(value);
LoRa.print("-");
LoRa.print(loadvoltage);
LoRa.print("-");
LoRa.print(loadvoltage2);
LoRa.print("-");
LoRa.print(current_mA);
LoRa.print("-");
LoRa.print(current_mA2);
LoRa.print("-");
LoRa.print(counter);
LoRa.endPacket();
counter++;
float batteryshuntvoltage = 0;
float batterybusvoltage = 0;
float batterycurrent_mA = 0;
float batteryloadvoltage = 0;
float batterypower_mW = 0;
solarshuntvoltage = ina219.getShuntVoltage_mV();
solarbusvoltage = ina219.getBusVoltage_V();
solarcurrent_mA = ina219.getCurrent_mA();
solarpower_mW = ina219.getPower_mW();
solarloadvoltage = solarbusvoltage + (solarshuntvoltage /
1000);
batteryshuntvoltage = ina219b.getShuntVoltage_mV();
batterybusvoltage = ina219b.getBusVoltage_V();
batterycurrent_mA = ina219b.getCurrent_mA();
batterypower_mW = ina219b.getPower_mW();
batteryloadvoltage = batterybusvoltage + (batteryshuntvoltage
/ 1000);
char txpacket[BUFFER_SIZE];
char rxpacket[BUFFER_SIZE];
static RadioEvents_t RadioEvents;
txNumber = 0;
Langkah selanjutnya yaitu membuat script pada void setup() untuk
mengaktifkan chip LoRa.
boardInitMcu( );
RadioEvents.TxDone = OnTxDone;
RadioEvents.TxTimeout = OnTxTimeout;
RadioEvents.RxDone = OnRxDone;
Radio.Init( &RadioEvents );
Radio.SetChannel( RF_FREQUENCY );
Radio.SetTxConfig( MODEM_LORA, TX_OUTPUT_POWER, 0,
LORA_BANDWIDTH, LORA_SPREADING_FACTOR, LORA_CODINGRATE,
LORA_PREAMBLE_LENGTH, LORA_FIX_LENGTH_PAYLOAD_ON, true, 0, 0,
LORA_IQ_INVERSION_ON, 3000 );
Radio.SetRxConfig( MODEM_LORA, LORA_BANDWIDTH,
LORA_SPREADING_FACTOR, LORA_CODINGRATE, 0,
LORA_PREAMBLE_LENGTH, LORA_SYMBOL_TIMEOUT,
LORA_FIX_LENGTH_PAYLOAD_ON, 0, true, 0, 0,
LORA_IQ_INVERSION_ON, true );
state=TX;
Langkah terakhir yaitu membuat script pada void loop() untuk
menentukan data-data apa saja yang akan dikirim dalam sebuah packet
menggunakan konektivitas LoRa.
String data = String(t);
sprintf(txpacket, "%s", f2s(t,2));
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", ";");
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", f2s(h, 2));
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", ";");
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", f2s(value, 2));
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", ";");
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s",
f2s(solarloadvoltage, 2));
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", ";");
Sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s",
f2s(batteryloadvoltage, 2));
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", ";");
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", f2s(solarcurrent_mA,
2));
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", ";");
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s",
f2s(batterycurrent_mA, 2));
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", ";");
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%d", txNumber);
txNumber++;
Radio.Send( (uint8_t *)txpacket, strlen(txpacket) );
float batteryshuntvoltage = 0;
float batterybusvoltage = 0;
float batterycurrent_mA = 0;
float batteryloadvoltage = 0;
float batterypower_mW = 0;
solarshuntvoltage = ina219.getShuntVoltage_mV();
solarbusvoltage = ina219.getBusVoltage_V();
solarcurrent_mA = ina219.getCurrent_mA();
solarpower_mW = ina219.getPower_mW();
solarloadvoltage = solarbusvoltage + (solarshuntvoltage /
1000);
batteryshuntvoltage = ina219b.getShuntVoltage_mV();
batterybusvoltage = ina219b.getBusVoltage_V();
batterycurrent_mA = ina219b.getCurrent_mA();
batterypower_mW = ina219b.getPower_mW();
batteryloadvoltage = batterybusvoltage + (batteryshuntvoltage
/ 1000);
WiFi.begin(ssid, password);
Serial.println("");
Serial.print("Connecting");
// Wait for connection
while (WiFi.status() != WL_CONNECTED) {
delay(500);
Serial.print(".");
}
Serial.println("");
Serial.print("Connected to ");
Serial.println(ssid);
Serial.print("IP address: ");
Serial.println(WiFi.localIP());
Langkah selanjutnya yaitu membuat script pada void kirimdata() untuk
dapat mengirim data ke database MySQL menggunakan koneksi WiFi
String postData = (String)"id=" + id + "&temperature1="+
temperature1 + "&humidity1=" + humidity1 + "&soil1=" + soil1
+ "&solarcurrent1=" + solarcurrent1 + "&solarvoltage1=" +
solarvoltage1 + "&loadcurrent1=" + loadcurrent1 +
"&loadvoltage1=" + loadvoltage1 + "&temperature2=" +
temperature2 + "&humidity2=" + humidity2 + "&soil2=" + soil2
+ "&solarcurrent2=" + solarcurrent2 + "&solarvoltage2=" +
solarvoltage2 + "&loadcurrent2=" + loadcurrent2 +
"&loadvoltage2=" + loadvoltage2 + "&rssi=" + rssi;
HTTPClient http;
http.begin("http://sapteka.net/project02/api.php");
http.addHeader("Content-Type", "application/x-www-form-
urlencoded");
Serial.println(postData);
Serial.println(payload);
http.end();
Hasil dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis akan dijelaskan pada bab ini.
Tujuan dari bab ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan terhadap perancangan
sistem yang telah diajukan dan dikerjakan. Tahapan pengujian yang dilakukan meliputi
pengujian halaman web untuk monitoring sistem, pengujian jarak dan daya sinyal dari 2 jenis
modul LoRa, serta pengujian perbandingan konsumsi daya berdasarkan parameter jarak.
Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa data yang dikirim oleh data gateway sudah
tersimpan di MySQL yaitu di dalam tabel “datagateway” pada database sapteka_research.
Data-data ini terkirim dan disimpan dalam database setiap 1 menit yang diatur dalam
pemrograman Arduino pada board TTGO ESP32 LoRa.
Data-data yang sudah tersimpan pada database kemudian dipanggil menggunakan
bahasa pemrograman PHP dan ditampilkan melalui halaman web dengan alamat
http://sapteka.net/project02/index.php. Halaman web dapat diakses oleh pengguna melalui PC
maupun smartphone. Namun sebelum masuk ke alamat tersebut, sistem akan otomatis
mengarahkan pengguna ke halaman login terlebih dahulu.
Gambar 4.2. Tampilan halaman login pada sistem monitoring melalui PC
Pengguna dapat login menggunakan username dan password yang telah terdaftar di
database sebelumnya. Setelah login, maka sistem otomatis mengarahkan pengguna ke
halaman monitoring berupa tabel yang berisi data-data yang diterima oleh sensor seperti pada
Gambar 4.3 (a), (b), dan (c).
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.3 (a) Tampilan utama web monitoring, (b) Tampilan tabel data sensor node 1, (c)
Tampilan tabel data sensor node 2
Data yang ditampilkan pada tabel merupakan 10 data terbaru pada masing-masing
sensor node. Data tersebut akan otomatis diperbarui setiap 1 menit. Pengguna juga dapat
melihat tampilan grafik dari data-data tersebut dengan cara memilih tombol “LIHAT
GRAFIK” pada pojok kiri atas tabel data sensor node 1.
Gambar 4.4. Tampilan utama grafik pada web monitoring
Halaman web tersebut juga dapat diakses oleh pengguna melalui smartphone dengan
prosedur yang sama. Tampilan halaman web pada smartphone dapat dilihat pada Gambar 4.5
(a), (b), dan (c).
Gambar 4.5 (a) Tampilan halaman login pada web monitoring melalui smartphone, (b) Tampilan
utama web monitoring pada smartphone, (c) Tampilan utama grafik pada web monitoring melalui
smartphone
Pengguna dapat keluar dari halaman web monitoring dengan cara memilih tombol
“LOGOUT” yang berada pada pojok kiri atas tabel data sensor node 1. Setelah memilih
tombol “LOGOUT”, maka sistem langsung mengarahkan pengguna ke halaman login
kembali.
Tabel 4.1. Nilai Rata-Rata RSSI dan Daya Sinyal LOS dari Sensor Node ke Data Gateway
Rata-rata RSSI (dBm) Daya Sinyal (mW)
Jarak
(m) TTGO ESP32 Heltec Cube TTGO ESP32 Heltec Cube
LoRa Cell LoRa Cell
-6
10 -69,3 -82,7 117.490 x 10 5.370 x 10-6
20 -75,1 -87,1 30.903 x 10-6 1.950 x 10-6
30 -73,5 -93,3 44.668 x 10-6 0.468 x 10-6
40 -69,8 -90,9 104.713 x 10-6 0.813 x 10-6
50 -78,0 -100,7 15.849 x 10-6 0.085 x 10-6
60 -77,5 -98,6 17.783 x 10-6 0.138 x 10-6
70 -84,6 -101,3 3.467 x 10-6 0.074 x 10-6
80 -85,8 -104,1 2.630 x 10-6 0.039 x 10-6
90 -91,2 -108,3 0.759 x 10-6 0.015 x 10-6
100 -91,3 -106,9 0.741 x 10-6 0.020 x 10-6
110 -90,5 -106,9 0.891 x 10-6 0.020 x 10-6
120 -90,4 -110,8 0.912 x 10-6 0.008 x 10-6
130 -89,3 -111,0 1.175 x 10-6 0.008 x 10-6
140 -86,6 -107,9 2.188 x 10-6 0.016 x 10-6
Jarak (m)
Gambar 4.9. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai RSSI (dBm) kondisi LOS
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.9, hasil pengukuran RSSI terhadap perubahan
parameter jarak sangat berpengaruh pada penurunan nilai RSSI. Dimana pada sensor node 1
nilai berkisar -69,3 dBm hingga -91,3 dBm, sedangkan pada sensor node 2 nilai berkisar
-82,7 dBm hingga -111 dBm.
Daya Sinyal (x 10-6 mW)
Node 1
117.490
104.713
100.700
80.700
60.700
44.668
40.700
30.903
20.700
15.84917.783
Gambar 4.10. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai daya sinyal (mW) kondisi
LOS pada Node 1
4.000
3.000
2.000 1.950
1.000
0.813
0.468
0.000 0.085 0.138 0.074 0.039 0.015 0.020 0.020 0.008 0.008 0.016
10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m 140m
Gambar 4.11. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai daya sinyal (mW) kondisi
LOS pada Node 2
Data 1 -70
Data 2 -69
Data 3 -70
Data 4 -70
Data 5 -68
Data 6 -68
Data 7 -68
Data 8 -68
Data 9 -68 P0
Data 10 -74
Rata-rata -69.3 RSSIij
Pada Tabel 4.2 ditemukan bahwa P0 = -68 dBm karena nilai maksimal dari RSSI pada
percobaan jarak 10 meter. Kemudian -68 dBm digunakan sebagai P0 dan RSSIij = -69,3 dBm
dengan dij = 10 m. Maka didapatkan:
−68−(−69,3 )
10
10 log10
n=10
1,3
n=10 100
n=1,030
Hasil perhitungan PLE kondisi LOS dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan data lengkap
perhitungan PLE pada kondisi LOS dapat dilihat pada Lampiran 28 sampai Lampiran 41.
Tabel 4.3. Hasil perhitungan PLE kondisi LOS
1.030
1.030
1.025
1.020 1.022
1.019
1.015
1.010 1.012
1.005 1.005 1.006
1.002 1.003 1.003 1.002 1.001
1.000
10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m 140m
Jarak (m)
1.030 1.031
1.025
1.020 1.019
1.015
1.010 1.011 1.011 1.010
1.005 1.006 1.006 1.004 1.003 1.002 1.001
1.000 1.001
10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m 140m
Jarak (m)
Hasil pengujian nilai PLE (n) kondisi LOS pada sensor node 1 adalah sebesar 1,019,
sedangkan untuk kondisi LOS pada sensor node 2 adalah sebesar 1,015. Pengujian nilai PLE
dilihat dari pengukuran nilai RSSI terhadap perubahan parameter jarak antara transmitter
dengan receiver. Pengujian ini perlu dilakukan berulang kali untuk mendapatkan nilai linier
RSSI terhadap parameter jarak, yaitu semakin jauh jarak maka semakin rendah nilai RSSI.
Sehingga hasil perhitungan PLE ditentukan oleh hasil pengukuran RSSI dimana perubahan
RSSI yang didapatkan tergantung dari lingkungan pada saat pengukuran.
-90 -89.4
-100
-102.3
-103.7 -104.4
-105
-110 -108.8
-109.7
-114
-115 -115.4 -114.7 -116 -116
-117.7 -116.7
Jarak (m)
Gambar 4.17. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai RSSI (dBm) kondisi NLOS
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.17, hasil pengukuran RSSI terhadap perubahan
parameter jarak sangat berpengaruh pada penurunan nilai RSSI. Dimana pada sensor node 1
nilai berkisar -70,6 dBm hingga -108,8 dBm, sedangkan pada sensor node 2 nilai berkisar
-94,2 dBm hingga -117,7 dBm.
Daya Sinyal (x 10-6 mW)
Node 1
120.000 120.226
100.000
87.096
80.000 77.625
60.000
40.000
20.000
13.490
0.000 1.148 0.013
10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m
Gambar 4.18. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai daya sinyal (mW) kondisi
NLOS pada Node 1
0.380
0.351
0.316
0.301
0.251
0.201
0.151
0.101
0.051 0.059
0.043 0.036
0.001 0.011 0.004 0.003 0.003 0.003 0.003 0.002 0.002
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Gambar 4.19. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai daya sinyal (mW) kondisi
NLOS pada Node 2
n=1,114
Hasil perhitungan PLE kondisi NLOS dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan data lengkap
perhitungan PLE pada kondisi NLOS dapat dilihat pada Lampiran 42 sampai Lampiran 54.
Tabel 4.6. Hasil perhitungan PLE kondisi NLOS
Jarak PLE (n) Sensor Node 1 PLE (n) Sensor Node 2
(m)
10 1.038 1.114
20 1.038 1.047
30 1.016 1.049
40 1.027 1.008
50 1.083 1.011
60 1.113 1.007
70 - 1.010
80 - 1.001
90 - 1.004
100 - 1.002
110 - 1.006
120 - 1.001
130 - 1.001
PLE kondisi NLOS
Node 1
1.110 1.113
1.100
1.090
1.080 1.083
1.070
1.060
PLE (n)
1.050
1.040
1.038 1.038
1.030 1.027
1.020 1.016
1.010
1.000
10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m
Jarak (m)
Hasil perhitungan nilai PLE (n) kondisi NLOS pada sensor node 1 adalah sebesar
1,052, sedangkan untuk kondisi NLOS pada sensor node 2 adalah sebesar 1,020. Pengujian
nilai PLE dilihat dari pengukuran nilai RSSI terhadap perubahan parameter jarak antara
transmitter dengan receiver. Pengujian ini perlu dilakukan berulang kali untuk mendapatkan
nilai linier RSSI terhadap parameter jarak, yaitu semakin jauh jarak maka semakin rendah
nilai RSSI. Sehingga hasil perhitungan PLE ditentukan oleh hasil pengukuran RSSI dimana
perubahan RSSI yang didapatkan tergantung dari lingkungan pada saat pengukuran.
286.00 286.38
285.53
284.83
284.00 283.75
283.05 283.23
282.00 281.54
281.43 281.20 281.44 281.47
280.00
Daya (mW)
278.67
278.00
276.00
274.00
273.10
272.00
270.00
269.23
268.00
10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m 140m
Jarak (m)
Gambar 4.23. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap daya beban (mW) kondisi LOS
pada Node 1
Daya Beban (mW)
Node 2
100.00 99.58
92.58
90.00
85.07 86.39 84.12
80.00
70.00
Daya (mW)
60.00
20.40
20.00
10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m 140m
Jarak (m)
Gambar 4.24 Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap daya beban (mW) kondisi LOS
pada Node 2
Berdasarkan Tabel 4.7, Gambar 4.23 ,dan Gambar 4.24 hasil pengukuran konsumsi
daya terhadap perubahan parameter jarak sangat berpengaruh pada kenaikan nilai konsumsi
daya. Dimana pada sensor node 1 nilai berkisar 269,3 mW hingga 286,38 mW, sedangkan
pada sensor node 2 nilai berkisar 20,40 mW hingga 99,58 mW.
4.4.4. Analisis Data
280.00
275.00
270.00
265.00
260.00
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Jarak (m)
Gambar 4.25. Grafik regresi linier nilai konsumsi daya terhadap jarak pada sensor node 1
100.00
Nilai Konsumsi Daya (mW)
60.00
40.00
20.00
0.00
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Jarak (m)
Gambar 4.26. Grafik regresi linier nilai konsumsi daya terhadap jarak pada sensor node 2
Hasil regresi linier antara nilai konsumsi daya (mW) dengan parameter jarak (m) pada
sensor node 1 yaitu y = 0.0825x + 274.87 sedangkan pada sensor node 2 yaitu y = 0.5849x +
12.854. Nilai x merupakan nilai parameter jarak dan y adalah nilai konsumsi daya, sedangkan
angka 274.87 menyatakan nilai konsumsi daya awal node 1 saat nilai parameter jarak
mendekati nol, dan angka 12.854 menyatakan nilai konsumsi daya awal sensor node 2 saat
nilai parameter jarak mendekati nol. Tanda positif (+) menyatakan bahwa nilai konsumsi
daya mengalami kenaikan dengan peningkatan nilai parameter jarak. Hasil derajat kolerasi
linear grafik pada sensor node 1 diperoleh sebesar R² = 0.5376 sedangkan derajat kolerasi
linear grafik pada sensor node 1 diperoleh sebesar R² = 0.8353. Nilai ini sudah menunjukkan
bahwa hubungan antara parameter jarak dengan nilai konsumsi daya pada sistem adalah
linier.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisa yang sudah dilakukan, maka hasil dari
penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem kerja pada alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu memanfaatkan
konektivitas LoRa, dimana sensor node 1 dan sensor node 2 mengirim data sensor ke
data gateway secara nirkabel dengan LoRa pada frekuensi 915Mhz. Dari data gateway,
data diproses lalu dikirim ke database MySQL setiap satu menit yang kemudian
ditampilkan ke halaman web sebagai halaman monitoring. Data disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik serta dapat diakses oleh pengguna melalui PC maupun smartphone.
2. Kekuatan sinyal yang diterima (RSSI) dengan LoRa pada sistem Wireless Sensor
Network ini dipengaruhi oleh parameter jarak komunikasi antara sensor node dan data
gateway. Semakin jauh jarak antara sensor node dengan data gateway maka semakin
kecil nilai RSSI dan daya sinyal yang diterima. Selain itu kondisi lingkungan juga sangat
mempengaruhi performansi LoRa dalam pengiriman data, dimana pada kondisi LOS
nilai RSSI dan daya sinyal yang diterima lebih baik dari pada kondisi NLOS. Bahkan
pada jarak pengukuran 70 m, sensor node 1 sudah tidak dapat lagi mengirim data kepada
data gateway (packet loss). Hal ini membuktikan bahwa adanya halangan antar node
sangat berpengaruh terhadap nilai kekuatan sinyal yang diterima (RSSI). Pemilihan
device LoRa yang digunakan juga mempengaruhi performansi LoRa dalam pengiriman
data, dimana board TTGO ESP32 LoRa (sensor node 1) memiliki nilai RSSI yang lebih
baik dibandingkan board Heltec Cube Cell (sensor node 2).
3. Hasil dari penelitian diketahui bahwa perubahan nilai parameter jarak berpengaruh pada
nilai konsumsi daya dari masing-masing sensor node. Semakin jauh jarak antara sensor
node dengan data gateway maka semakin besar daya yang dikeluarkan oleh sensor node.
Hal ini dibuktikan dengan perhitungan regresi linier dari masing-masing sensor node
yang diuji. Selain itu pemilihan device LoRa yang digunakan juga mempengaruhi nilai
konsumsi daya yang dikeluarkan, dimana board TTGO ESP32 LoRa (sensor node 1)
memiliki nilai konsumsi daya yang jauh lebih tinggi dibandingkan board Heltec Cube
Cell (sensor node 2). Hal ini membuktikan bahwa board Heltec Cube Cell lebih baik
dalam hal penghematan daya baterai.
5.2. Saran
Dalam pengembangan penelitian selanjutnya, penulis menyampaikan beberapa saran,
antara lain:
1. Sistem monitoring perlu diintegrasikan dengan smartphone dalam bentuk aplikasi
mobile sehingga lebih portable dan dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
2. Pengujian dapat dilakukan tambahan parameter seperti jenis antena, variasi tinggi antena,
dan jenis device yang bervariasi sehingga dapat dikembangkan agar dapat
diimplementasikan di kebun yang lebih luas lagi.
3. Melakukan maintenance komponen-komponen yang digunakan secara rutin agar sistem
bekerja lebih lama secara optimal.
V