Anda di halaman 1dari 4

KASUS PERILAKU SOSIAL BUDAYA YANG BERPENGARUH

TERHADAP PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH :

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

DOSEN PENGAMPU :

Zumroh Hasanah, S.Keb., Bd., M.Kes

Disusun oleh:

Rosmiati (191103113)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MALANG WIDYA


CIPTA HUSADA

2021
A. PERILAKU SOSIAL BUDAYA YANG BERPENGARUH TERHADAP
PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Dalam pelayanan kebidanan komunitas, perilaku dan sosial budaya


masyarakat sangat penting diperhatikan mulai dari kehamilan sampai pada
kelahiran bayi. Ada tradisi berupa upacara-upacara yang dilakukan untuk
mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya hingga lahir. Selain itu
adapun pantangan makan pedas, asin, dan ikan. Ibu nifas tidak boleh keluar rumah
selama 40 hari.

Beberapa perilaku dan aspek social budaya yang mempengaruhi pelayanan


kebidanan di komunitas diantaranya :

1. Health Believe

Tradisi-tradisi yang diberlakukan secara turun-temurun dalam pemberian


makanan bayi. Contohnya di daerah Nusa Tenggara Barat ada tradisi pemberian
nasi papah atau di Jawa dengan tradisi nasi pisang.

2. Life Style

Gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya gaya hidup kawin
cerai di lombok atau gaya hidup perokok (yang juga termasuk bagian dari aspek
sosial budaya).

3. Health Seeking Behavior

Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila seseorang
sakit tidak perlu pelayanan kesehatan, akan tetapi cukup dengan membeli obat di
warung atau mendatangi dukun.

Adanya perilaku dan sosial budaya yang tidak menguntungkan bagi


masyarakat, maka peran bidan dikomunitas sangat diharapkan, dalam
(Pudiastuti,2011) peran bidan tersebut antara lain:

1. Komunikasi, informasi dan edukasi.


2. KIE tentang menjaga kehamilan, gizi ibu hamil, dan batasi aktivitas fisik.
3. Memberikan pendidikan perawatan bayi baru lahir yang benar dan tepat.
4. Memberikan penyuluhan pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca
persalinan, bayi dan balita.

B. CONTOH KASUS

Bayi 1 Bulan Meninggal karena Pemberian MPASI di Sukolilo Jawa Timur


Bayi 1 bulan bernama Zahir Putra Adela, meninggal tak lama setelah
tersedak pisang yang disuapi ibunya.Sesaat setelah tersedak, bayi ini kesulitan
bernapas dan lantas dibawa ke Puskesmas terdekat. Namun sayang nyawanya tak
tertolong.

C. TINJAUAN KASUS

Pemberian MPASI terlalu dini dalam bentuk apapun berbahaya bagi bayi
terutama karena kondisi fisik bayi yang belum siap mencerna makanan apapun
selain susu. Selain mulut dan lidah bayi yang belum siap mengunyah makanan
selembut apapun, usus dan sistem pencernaan bayi di bawah 6 bulan juga belum
mampu mencerna makanan padat. Hal inilah yang seringkali menyebabkan bayi
mengalami masalah pencernaan. Seperti infeksi usus, yang menyebabkan bayi
harus mendapatkan perawatan intensif bahkan kehilangan nyawa karena tersedak
seperti kasus di atas.

Tak dapat dipungkiri, MPASI dini yang paling sering dijumpai adalah
pisang. Mungkin karena tradisi turun temurun, orangtua bahkan kakek nenek kita
selalu berkata, "Tak mengapa toh makan pisang, kamu dulu juga makan pisang
waktu berusia 1 bulan." Berbagai alasan dikemukakan orangtua yang memberi
bayi mereka MPASI dini, diantaranya, karena bayi rewel, ASI dirasa tidak cukup,
atau karena khawatir bayi mereka terlihat kurus.

Jadi peran bidan komunitas dalam menyelesaikan kasus ini yaitu dengan
cara:

1. Memberikan KIE tentang MPASI dapat diberikan setelah bayi berumur


lebih dari 6 bulan.
2. Meberi penjelasan MPASI yang di perbolehkan diberikan pada bayi
berumur lebih dari 6 bulan.
3. Jelaskan pada keluarga bahwa tak ada alasan pemberian MPASI dini yang
benar kecuali dengan saran dan pengawasan dokter.
4. Menjelaskan bahwa bayi yang rewel belum tentu karena lapar. Bayi
mungkin merasa tak nyaman karena udara yang terlalu dingin atau terlalu
panas.

Sumber:

Wahyuni, Wahyuni, et al. Kebidanan Komunitas. Yayasan Kita Menulis, 2020.

Anda mungkin juga menyukai