Anda di halaman 1dari 8

MODUL I

PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

I. Tujuan Praktikum
Dengan dilaksanakannya praktikum pengukuran waktu kerja ini, diharapkan praktikan:
1. Mengetahui dan mampu menerapkan teknik-teknik pengukuran waktu kerja secara
langsung (work measurement atau time study) khususnya dengan menggunakan jam henti.
2. Dapat memanfaatkan secara maksimal informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran
waktu kerja untuk mengoptimalkan kinerja sistem.
3. Mengetahui Rating Performansi (Performance Rating) dari suatu sistem kerja.

II. Landasan Teori


2.1 Pengukuran Waktu
Waktu merupakan elemen yang sangat menentukan dalam merancang atau memperbaiki
suatu sistem kerja. Penin
gkatan efisiensi suau sistem kerja mutlak berhubungan dengan waktu kerja yang digunakan
dalam berproduksi.
Pengukuran waktu (time study) pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan
lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang terlatih) untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan yang spesifik, pada tingkat kecepatan kerja yang normal, serta dalam lingkungan
kerja yang terbaik pada saat itu. Dengan demikian, pengukuran waktu ini merupakan suatu
proses kuantitatif, yang diarahkan untuk mendapatkan suatu kriteria yang objektif.
Studi mengenai pengukuran waktu kerja dilakukan untuk dapat melakukan perancangan
atau perbaikan dari suatu sistem kerja. Untuk keperluan tersebut dilakukan penentuan waktu
baku, yaitu waktu yang diperlukan dalam bekerja dengan telah mempertimbangkan faktor-faktor
diluar elemen pekerjaan yang dilakukan.
Secara umum, teknik-teknik pengukuran waktu kerja dapat dikelompokkan atas dua
kelompok besar:
1. Secara langsung
a. Pengkuran waktu dengan jam henti (stop watch time study)
b. Sampling pekerjaan (work sampling)
2. Secara tidak langsung
a. Data waktu baku
b. Data waktu gerakan

 Work Factor (WF) System


 Maynard Operation Sequence Time (MOST System)
 Motion Time Measurement (MTM System)
 dll
2.2 Metode Pengukuran Waktu Kerja dengan Jam Henti (Stop Watch)
Karateristik sistem kerja yang sesuai:

 Jenis aktivitas pekerjaan bersifat homogen.


 Aktivitas dilakukan secara berulang-ulang dan sejenis
 Terdapat output yang riil, berupa produk yang dapat dinyatakan secara kuantitatif.
Langkah-langkah pengukuran waktu kerja dengan jam henti:

 Lakukan identifikasi pekerjaan yang akan diamati dan diukur waktunya dan deskripsikan
maksud dan tujuan kepada seluruh pendukung sistem kerja yang diamati pengukuran.
 Kumpulkan semua informasi mengenai proses yang dilakukan pada obyek pengamatan
seteliti mungkin.
 Uraikan pekerjaan dalam elemen-elemen aktivitas yang lebih kecil untuk memudahkan
pengukuran
 Lakukan pengukuran sejumlah yang diperlukan (dengan menggunakan uji kecukupan data
dan uji keseragaman data).
 Tetapkan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran.
 Tetapkan waktu baku dari sistem kerja yang diamati.
Asumsi dasar dalam pengukuran waktu kerja dengan jam henti:

 Operator yang diamati memahami dan dapat melaksanakan prosedur dan pelaksanaan
pekerjaan dengan baik (memiliki kemampuan dan ketrampilan standar).
 Teknik dan metode yang dilakukan dalam sistem pekerjaan yang diamati harus baku dan
standar.
 Kinerja sistem mampu dikendalikan untuk setiap periode kerja yang disediakan.
 Lingkungan pendukung sistem kerja standar, tidak jauh berbeda dengan saat yang terjadi di
lapangan
2.3 Waktu Baku
Penentuan waktu baku:

 Waktu siklus : waktu hasil pengamatan secara langsung yang tertera dalam stop watch.

 Waktu normal : waktu kerja dengan telah mempertimbangkan faktor penyesuaian.

Dimana, Rf = rating factor (faktor penyesuaian)

 Waktu baku : waktu kerja dengan mempertimbangkan faktor penyesuaian dan faktor
kelonggaran (allowance)

Time study Faktor penyesuaian Faktor Kelonggaran

Manfaat waktu baku:

 Penjadwalan produksi (Production Schedulling)


 Perencanaan kebutuhan tenaga kerja (Man Power Planning)
 Perencanaan sistem kompensasi
 Menunjukkan kemampuan pekerja berproduksi
 Mengetahui besaran-besaran performansi sistem kerja berdasar data produksi actual
2.3.1 Faktor Penyesuaian
Maksud dimasukkannya faktor penyesuaian adalah untuk menjaga kewajaran kerja,
sehingga tidak akan terjadi kekurangan waktu karena terlalu idealnya kondisi kerja yang diamati.
Faktor penyesuaian dalam pengukuran waktu kerja dibutuhkan untuk menentukan waktu normal
dari operator yang berbeda dalam sistem kerja tertentu.
2.3.2 Faktor Kelonggaran (Allowance)
Pemberian kelonggaran ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada operator untuk
melakukan hal-hal yang harus dilakukan, sehingga dari waktu baku yang diperoleh dapat
dikatakan sebagai data waktu kerja yang lengkap dan mewakili sistem kerja yang diamati.
Kelonggaran yang diberikan antara lain:

 Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi.


 Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah (fatique).
 Kelonggaran yang tidak dapat dihindarkan.
Pemberian faktor penyesuaian dan kelonggaran secara bersama-sama, selayaknya dapat
dirasakan adil (fair), baik dari sisi operator maupun dari sisi manajemen.
2.4 Peta Tangan Kiri – Tangan Kanan
Peta tangan kiri – tangan kanan adalah peta kerja setempat yang bermanfaat untuk
menganalisa gerakan tangan manusia di dalam melaksanakan pekerjaan yang bersifat manual.
Peta ini akan menggambarkan semua gerakan ataupun delay yang terjadi yang dilakukan baik
tangan kanan maupun tangan kiri, sesuai dengan elemen Therblig yang membentuk gerakan
tersebut. Delapan elemen Therblig yang digunakan sebagai studi gerakan adalah: reach, grasp,
move, position, use, release, delay, dan hold.
2.5 Peta Proses Operasi
Menurut Sutalaksana (2006), peta proses operasi merupakan suatu diagram yang
menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan-bahan baku mengenai urutan-
urutan operasi dan pemeriksaan dari tahap awal sampai menjadi produk jadi atau komponen, dan
memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk menganalisis lebih lanjut seperti waktu,
material, tempat, alat, dan mesin yang digunakan.
Peta proses operasi memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Mengetahui kebutuhan mesin dan biaya yang diperlukan
2. Memperkirakan kebutuhan bahan baku dengan mempertimbangkan efisiensi disetiap
operasi atau pemeriksaan
3. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik
4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang dipakai

2.6 Assembly Process Chart (APC)


Assembly Process Chart (APC) atau peta rakitan adalah suatu peta kerja yang
menggambarkan langkah-langkah proses perakitan yang akan dialami oleh komponen (produk),
berikut pemeriksaan (inspeksi) dari awal sampai produk jadi selesai. APC juga memuat
informasi-informasi yang diperukan untuk analisa lebih lanjut, seperti waktu yang dihabiskanm
komponen yang digunakan, dan alat-alat yang dipakai.
Tujuan dari APC adalah untuk menunjukkan keterkaitan antara setiap komponen, yang
dapat juga digambarkan oleh sebuah “gambar terurai” yang digunakan untuk mengajar pekerja
yang tidak ahli untuk mengeahui urutan suatu rakitan yang rumit.
Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi, maka
dapat diperoleh banyak kegunaan dan manfaat dari APC, antara lain:
1. Penentuan kebutuhan operator
2. Mengetahui kebutuhan tiap komponen
3. Penentuan tata letak fasilitas
4. Sebagai suatu alat untuk perbaikan cara kerja
5. Sebagai suatu alat untuk latihan kerja
Prinsip pembuatan dari APC adalah sebagai berikut:
1. Bagian paling kiri dari APC merupakan nama part
2. Semakin ke kiri, penomoran S bertambah dan semakin ke bawah penomoran A
bertambah
3. Nama komponen yang diletakkan paling atas merupakan base (tempat kompnen lain
ditempelkan)
4. Pada APC untuk part yang jumlahnya lebih dari satu, haris ditulis ulang sesuai jumlah
part-nya, tetapi untuk part pembantu yang jumlahnya banyak dan berukuran kecil,
boleh ditulis jumlahnya dan tidak perlu ditulis ulang sebnyak jumlah part-nya. Misal :
(roda 6x)
5. Komponen-komponen ditulis secara berurutan dari atas ke bawah dan dibuatkan
lingkaran. Komponen yang pertama dirakit diletakkan di bagian paling atas dan yang
terakhir dirakit diletakkan paling bawah.
6. Komponen-komponen yang akan dirakit dihubungkan oleh garis menuju ke sebuah
lingkaran membentuk sub-assembly atau assembly
7. Buat garis horizontal kea rah kiri dari lingkara-lingkaran komponen tersebut dan buat
lingkaran untuk menyatukan tiap komponen yang dirakit pada operasi yang baru ditulis.
8. Pada garis ditulis nomor, nama, dan jumlah komponen yang dirakit. Penyusunan sub-
assembly tiap tingkatnya dilakukan dengan rata kanan.
9. Nomor sub-assembly atau assembly ditempatkan dalam lingkaran, yang berarti bahwa
terjadi proses perakitan.
10. Nilai I bertambah dari kanan ke kiri dan nilai j bertambah dari atas ke bawah

11. Komponen bahan pembantu yang dimasukkan hanya yang diskrit atau yang masih
berwujud (misal: paku, mur, baut, dsb.).

III. Pelaksanaan Praktikum


3.1 Alat dan Bahan
1. Meja dan kursi kerja
2. Stop watch
3. Isolasi
4. Komponen yag akan dirakit
5. Kardus besar dan kecil
6. Label
7. Plastik
8. Buku APK penulis Iftikar Z. Sutalaksana
9. Alat perekam video
3.2 Prosedur Praktikum
1. Masing-masing kelompok menempati posisi seperti yang diminta asisten.
2. Salah satu praktikan ditunjuk sebagai operator dan yang lainnya sebagai pencatat waktu
dan pengamat.
3. Menentukan elemen-elemen gerakan yang akan dilakukan pada masing-masing stasiun,
baik elemen gerakan tangan kanan maupun elemen gerakan tangan kiri.
4. Setiap operator pada masing-masing stasiun melakukan latihan kerja selama lebih kurang
10 menit untuk melatih ketrampilan kerja serta mencatat waktu tiap elemen gerakan yang
disepakati (4x ulangan).
5. Melakukan praktikum sesuai tugas masing-masing dengan elemen gerakan yang
disepakati.
6. Mencatat waktu siklus tiap stasiun (5 x ulangan).
7. Deskripsi kerja setiap stasiun akan diberikan oleh asisten.
8. Membuat assembly process chart untuk komponen yang dirakit

IV. Pengolahan Data


4.1 Waktu Baku
1. Lakukan uji keseragaman data.
2. Lakukan uji kecukupan data.
3. Hitung waktu siklus (Ws). Waktu siklus adalah jumlah pengamatan dibagi jumlah ulangan
4. Hitung waktu normal (Wn). Waktu normal adalah waktu siklus dikalikan faktor
penyesuaian
5. Hitung waktu baku (Wb).

4.2 Peta Tangan Kiri – Tangan Kanan


1. Waktu tangan kiri sama dengan tangan kanan, yaitu jumlah waktu pengamatan dibagi
jumlah ulangan.
2. Peta tangan kiri – tangan kanan dibuat dua macam, yaitu kondisi mula-mula dan kondisi
perbaikan.

4.3 Assembly Process Chart (APC)


Membuat assembly process chart (APC) dari tiap komponen yang dirakit

V. Pembahasan
1. Analisis peta tangan kanan – tangan kiri yang diusulkan. Bandingkan dengan peta pada
kondisi mula-mula.
2. Jelaskan pengaruh tingkat kepercayaan dan derajat ketelitian yang anda pilih pada
pengolahan data.
3. Jelaskan tentang fungsi uji keseragaman dan kecukupan data yang dilakukan.
4. Jelaskan tentang nilai faktor penyesuaian (p) dan faktor kelonggaran (I) yang anda ambil
berdasarkan kondisi pada saat praktikum.
5. Jelaskan tentang manfaat waktu baku tersebut terhadap pengukuran waktu kerja.
6. Jelaskan mengenai pemahaman peta APC

Anda mungkin juga menyukai