Zuhrotus Sofiyah Bab Ii - Unlocked
Zuhrotus Sofiyah Bab Ii - Unlocked
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Persepsi
sesuatu.
oleh sistem alat indra manusia. Jadi persepsi pada dasarnya menyangkut
11
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
mengindrakan objek di lingkungannya, kemudian ia memproses hasil
(Desmita,2009:118)
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut
proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan
persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses
mengerti tentang apa yang diindera itu, dan proses ini disebut persepsi.
Dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar, tetapi juga dapat
12
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
stimulus datang dari luar individu yang bersangkutan. Sekalipun persepsi
dapat melalui macam-macam alat indera yang ada pada diri individu,
individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam
2005: 100).
13
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
2. Proses Terbentuknya Persepsi
2012).
individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa
dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang
dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang
diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terkhir dari
14
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
panca indera selanjutnya diolah melalui proses penalaran dan perasaan
mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang
individu.
stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat
15
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
c. Perhatian
objek.
syarat agar terjadi persepsi, yaitu (1) objek atau stimulus yang
B. Pendidikan Kewarganegaraan
generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan
16
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
secara subtantif lebih luas cakupannya dari istilah Pendidikan
dalam lembaga pendidikan formal (dalam hal ini di sekolah dan dalam
program pendidikan guru) dan diluar sekolah baik yang berupa program
baik.
17
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
Pendidikan kewargaan menurut Azra (dalam Taniredja dkk, 2009:
mendidik generasi muda agar menjadi warga negara yang baik, yaitu
warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya, juga
18
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Pendidikan
bahwa:
negara yang baik yaitu warga negara yang sadar akan hak dan
sebagai pendidikan nilai dan moral dan budi pekerti, pada dasarnya
19
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
menjadi kepribadian Indonesia yang bebas dan mandiri dengan tetap
hukum, sikap yang positif terhadap hukum, dan kepatuhan hukum. Jadi
bahwa :
20
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan hukum,
ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi
dan nepotisme.
negara yang baik yang taat pada hukum dan peraturan yang berlaku,
seperti halnya yang terdapat pada pasal 1 ayat (3) UUD 1945 bahwa
siswa untuk taat kepada hukum, sehingga siswa berperilaku taat pada
21
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
3. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
substansif-akademis.
sebagai insan Tuhan dan makluk sosial menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, demokratis, taat hukum, beradab, dan religius. Misi sosio-
22
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
dalamnya konsep, prinsip, dan generalisasi mengenai dan yang
berikut.
fungsi sosial yang sehat dan jaminan atas kepentingan umum dalam
23
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
secara sadar untuk menerima, memegang teguh nilai dan prinsip
diri setiap warga yang tentu saja disesuaikan dengan sistem demokrasi
24
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
sebagimana yang dicontohkan dengan 10 pilar demokrasi Indonesia dari
a. Civic Virtue,
b. Civic Participation,
for the sake of the common good”. Yakni kemauan warga negara untuk
25
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
penghormatan dan interaksi manusiawi, tanggung jawab individual,
26
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
dankebahagiaan), keadilan, persamaan (dalam bidang poitik, hukum,
mind of the citizen that are conducive to the healthy functioning and
kebiasaan pikiran warga negara yang kondusif terhadap fungsi sehat dan
27
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
mengmbangkan “…an understanding of the importance of citizen
related to the matter and the capacity to apply this knowledge to the
konsep fundamental, sejarah, isu dan peristiwa aktual, dan fakta yang
28
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa
beberapa pendapat dari para pakar mengenai civic virtue di atas dapat
yang berupa sikap baik dan komitmen untuk nilai-nilai yang mewujud
No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, disebutkan
bahwa “lalu lintas adalah gerakan kendaraan dan orang di ruang lalu lintas
Dengan demikian lalu lintas adalah merupakan gerak lintas manusia dan
barang dengan menggunakan barang atau ruang di darat, baik dengan alat
29
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
lalu lintas umum sehari-hari. Lalu lintas identik dengan jalur kendaraan
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa
yang disebut dengan lalu lintas dan angkutan jalan adalah satu kesatuan
sistem yang terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan
yaitu:
lalu lintas di sekolah memiliki beberapa tujuan, yaitu agar generasi muda
budaya berlalu lintas yang aman, tertib, santun, selamat, dan lancar yang
30
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
3. Unsur Pembentuk Lalu Lintas
sebenarnya meliputi seluruh moda yang ada yaitu, moda jalan raya, moda
jalan rel, moda angkutan laut dan sungai, dan moda angkutan udara. Lalu
lintas tersusun dari berbagai unsur yakni manusia sebagai pemakai jalan
dan nonfisik yang berbeda satu dengan yang lainnya dalam hal
saat menghadapi satu permasalahan lalu lintas. Arif dan Amirotul, 2007
sebagai berikut:
atau tindakan.
31
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
c. Emotion atau decision yaitu penentuan sikap atau hasil telaah
a. Faktor usia
Kondisi mental dan emosi antara orang muda dan orang tua
b. Kondisi Fisik
32
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
c. Kondisi Lingkungan
d. Faktor Pendidikan
seseorang untuk patuh dan taat pada peraturan lalu lintas yang berlaku.
33
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
E. Pendidikan Lalu Lintas
Etika dalam berlalu lintas adalah pedoman sikap atau aturan yang
namun etika juga sangat penting diterapkan dalam berlalu lintas. Prinsip
hampir sama yaitu tenggang rasa dan saling menghargai. Dalam berlalu
lintas kita harus tenggang rasa dengan pengguna jalan lain dan jangan
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yaitu dikatakan tertib,
lancar, aman, dan terpadu apabila dalam berlalu lintas berlangsung secara
teratur sesuai dengan hak dan kewajiban pengguna jalan serta bebas dari
hambatan dan kemacetan jalan. Tanpa adanya etika berlalu lintas, maka
berkendara akan terwujud apabila setiap pengguna jalan raya mau bersikap
tenggang rasa dan saling menghargai serta tidak bersikap egois, dengan
34
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
juga dapat mengurangi kecelakaan lalu lintas yang sering kali terjadi
akibat pengguna jalan raya yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas.
Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan paragraph
1 tentang ketertiban dan keselamatan diatur dalam pasal 105 yaitu sebagai
berikut:
35
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
(5) Pada saat diadakan pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan
setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor wajib
menunjukkan:
a. Surat tanda nomor kendaraan bermotor atau surat tanda
coba kendaraan bermotor,
b. Surat Izin Mengemudi,
c. Bukti lulus uji berkala, dan/atau
d. Tanda bukti lain yang sah.
(6) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor beroda
empat atau lebih dijalan dan penumpang yang duduk
disampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan.
(7) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor beroda
empat atau leih yang tidak dilengkapi dengan rumah-rumah di
jalan dan penumpang yang duduk disampingnya wajib
mengenakan sabuk keselamatan dan mengenakan helm yang
memenuhi standar nasional Indonesia.
(8) Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor dan
penumpang sepeda motor wajib mengenakan helm yang
memenuhi standar nasional Indonesia.
(9) Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor tanpa kereta
samping dilarang membawa penumpang lebih dari 1 (Satu)
orang.
Pada pasal 107 menyebutkan bahwa :
(1) Pengemudi kendaraan bermotor wajib menyalakan lampu
utama kendaraan bermotor yang digunakan di jalan pada
malam hari dan pada kondisi tertentu.
(2) Pengemudi sepeda motor selain mematuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyalakan lampu
utama pada siang hari.
Pada pasal 108 menyebutkan bahwa:
(1) Dalam berlalu lintas pengguna jalan harus menggunakan jalur
jalan sebelah kiri.
(2) Penggunaan jalur jalan sebelah kanan hanya dapat dilakukan
jika:
a. Pengemudi bermaksud akan melewati kendaraan di
depannya, atau
b. Diperintahkan oleh petugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia untuk digunakan sementara sebagai jalur kiri.
36
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
(3) Sepeda motor, kendaraan bermotor yang kecepatannya lebih
rendah, mobil barang, dan kendaraan tidak bermotor berada
pada jalur kiri jalan.
(4) Penggunaan lajur sebelah kanan hanya diperuntukkan bagi
kendaraan dengan kecepatan lebih tinggi, akan membelok
kanan, mengubah arah, atau mendahului kendaraan lain.
Pada pasal 109 menyebutkan bahwa:
(1) Pengemudi kendaraan bermotor yang akan melewati kendaraan
lain harus menggunakan lajur atau jalur jalan sebelah kanan
dari kendaraan yang akan dilewati, mempunyai jarak pandan
yang bebas, dan tersedia ruang yang cukup.
(2) Dalam keadaan tertentu, pengemudi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat menggunakan jalur jalan sebelah kiri
dengan tetap memperhatikan keamanan dan keselamatan lalu
lintas dan angkutan jalan.
(3) Jika kendaraan yang akan dilewati telah memberi isyarat akan
menggunakan lajur atau jalur jalan sebelah kanan, pengemudi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang melewati
kendaraan tersebut.
Pada pasal 110 menyebutkan bahwa:
(1) Pengemudi yang berpapasan dengan kendaran lain dari arah
berlawanan pada jalan dua arah yang tidak dipisahkan secara
jelas wajib memberikan ruang gerak yang cukup di sebelah
kanan kendaraan.
(2) Pengemudi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika terhalang
oleh suatu rintangan atau pengguna jalan lain di depannya
wajib mendahulukan kendaraan yang datang dari arah
berlawanan.
Pada pasal 111 menyebutkan bahwa:
Pada jalan yang menanjak atau menurun yang tidak
memungkinkan bag kendaraan untuk saling berpapasan,
pengemudi kendaraan yang arahnya menurun wajib memberi
kesempatan jalan kepada kendaraan yang mendak.
Pada pasal 112 menyebutkan bahwa:
(1) Pengemudi kendaraan yang akan berbelok atau berbalik arah
wajib mengamati situasi lalu lintas di depan, di samping, dan di
belakang kendaraan serta memberikan isyarat dengan lampu
penunjuk arah atau isyarat tangan.
37
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
(2) Pengemudi kendaraan yang akan berpindah lajur atau bergerak
ke samping wajib mengamati situasi lalu lintas di depan, di
samping, dan di belakang kendaraan serta memberikan isyarat.
(3) Pada persimpangan jalan yang dilengkapi alat pemberi isyarat
lalu lintas, pengemudi kendaraan dilarang langsung berbelok
kiri, kecuali ditentukan lain oleh rambu lalu lintas atau alat
pemberi isyarat lalu lintas.
Pada pasal 113 menyebutkan bahwa:
(1) Pada persimpangan sebidang yang tidak dikendalikan dengan
alat pemberi isyarat lalu lintas, pengemudi wajib membrikan
hak utama kepada:
a. Kendaraan yang datang dari arah depan dan/atau dari arah
cabang persimpangan yang lain jika hal itu dinyatakan
dengan rambu lalu lintas atau marka jalan;
b. Kendaraan dari jalan utama jika pengemudi tersebut datang
dari cabang persimpangan yang lebih kecil atau dari
pekarangan yang berbatasan dengan jalan;
c. Kendaraan yang datang dari arah cabang persimpangan
sebelah kiri jika cabang persimpangan 4 (empat) atau lebih
dan sama besar;
d. Kendaraan yang datang dari arah cabang sebelah kiri di
persimpangan 3 (tiga) yang tidak tegak lurus atau;
e. Kendaraan yang datang dari arah cabang persimpangan
yang lurus pada persimpangan 3 (tiga) tegak lurus.
(2) Jika persimpangan dilengkapi dengan alat pengendali lalu
lintas yang berbenduk bundaran, pengemudi harus memberikan
hak utama kepada kendaraan lain yang datang dari arah kanan.
Pada pasal 114 menyebutkan bahwa:
Pada perlintasan sebidang antara jalur kreta api dan jalan,
pengemudi kendaraan wajib:
a. Berhenti ketika sinyal sudah berbunyi, palang pintu kreta api
sudah mulai ditutup, dan/atau ada isyarat lain;
b. Mendahulukan kreta api dan
c. Memberikan hak utama kepada kendaraan yang lebih dahulu
melintasi rel.
Pasal 115 menyebutkan bahwa:
Pengemudi kendaraan bermotor dijalan dilarang:
a. Mengemudikan kendaraan melebihi batas kecepatan paling
tinggi yang diperbolehkan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 21 dan/atau
38
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
b. Berbalapan dengan kendaraan bermotor lain.
Pada pasal 116 menyebutkan bahwa:
(1) Pengemudi harus memperlambat kendaraannya sesuai dengan
rambu lalu lintas.
(2) Selain sesuai dengan rambu lalu lintas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pengemudi harus memperlambat kendaraannya
jika:
a. Akan melewati kendaraan bermotor umum yang sedang
menurunkan dan menaikkan penumpang;
b. Akan melewati kendaraan tidak bermotor yang ditarik oleh
hewan, hewan yang ditunggangi, atau hewan yang digiring
c. Cuaca hujan dan/atau genangan air
d. Memasuki pusat kegiatan masyarakat yang belum
dinyatakan dengan rambu lalu lintas
e. Mendekati persimpangan atau perlintasan sebidang kreta
api dan/atau
f. Melihat dan mengetahui ada pejalan kaki yang akan
menyebrang.
Pada pasal 117 menyebutkan bahwa:
Pengemudi yang akan memperlambat kendaraannya harus
mengamati situasi lalu lintas di samping dan di belakang
kendaraan dengan cara yang tidak membahayakan kendaraan
lain.
Pada pasal 118 menyebutkan bahwa:
(1) Selain Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek, setiap
Kendaraan Bermotor dapat berhenti di setiap Jalan, kecuali:
a. terdapat rambu larangan berhenti dan/atau Marka Jalan
yang bergaris utuh;
b. pada tempat tertentu yang dapat membahayakan keamanan,
keselamatan serta mengganggu Ketertiban dan Kelancaran
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan/atau
c. di jalan tol.
Pada pasal 119 menyebutkan bahwa:
(1) Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum atau mobil bus
sekolah yang sedang berhenti untuk menurunkan dan/atau
menaikkan Penumpang wajib memberi isyarat tanda berhenti.
(2) Pengemudi Kendaraan yang berada di belakang Kendaraan
Bermotor Umum atau mobil bus sekolah yang sedang berhenti
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menghentikan
kendaraannya sementara.
39
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
Pada pasal 120 menyebutkan bahwa:
Parkir Kendaraan di Jalan dilakukan secara sejajar atau
membentuk sudut menurut arah Lalu Lintas.
Pada pasal 121 menyebutkan bahwa:
(1) Setiap Pengemudi Kendaraan Bermotor wajib memasang
segitiga pengaman, lampu isyarat peringatan bahaya, atau
isyarat lain pada saat berhenti atau Parkir dalam keadaan
darurat di Jalan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
untuk Pengemudi Sepeda Motor tanpa kereta samping.
Maka dapat disimpulkan bahwa tata cara berlalu lintas yang diatur
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dimaksudkan agar tercipta suatu
Atas Negeri 1 Rumbio Jaya Kabupaten Kampar. Hasil penelitian ini yaitu
Sekolah.
40
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
2. Penelitian yang dilakukan oleh Eko Pathi Wianto 2010 Program studi
keseharian siswa.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Desti Dwi Setiana tahun 2013 Program
41
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017
G. Kerangka Berfikir
Organisasi Sosialisasi
Pembelajaran
42
Persepsi Guru Pendidikan..., Zuhrotus Sofiyah, FKIP UMP, 2017