Disusun Oleh :
Suhayani Putri
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROFESI KEPERAWATAN ANAK ANGKATAN XXXVII
BANDUNG
2019
A. Kesehatan Spiritual
Spiritualitas merupakan merupakan suatu aspek dinamis dan aspek intrinsik
kemanusiaan dimana individu mencari makna, tujuan, transendensi tertinggi, dan juga
pengalaman yang berhubungan dengan dirinya sendiri, keluarga, orang lain, masyarakat,
lingkungan, alam, dan sesuatu yang penting atau sakral. Spiritualitas diekspresikan
melalui keyakinan, nilai, tradisi, dan praktik (Puchalski et al, 2014). Adapun menurut
Hamid (2009) spiritualitas mencakup empat aspek yaitu hubungan dengan diri sendiri,
hubungan dengan alam, hubungan dengan orang lain, dan hubungan dengan trasenden atau
Tuhan.
Spiritualitas adalah konsep yang luas dengan multidimensi dan perspektif yang
ditandai adanya perasaan keterikatan (koneksitas) kepada sesuatu yang lebih besar
dari diri individu, yang disertai dengan usaha pencarian makna dalam hidup atau dapat
dijelaskan sebagai pengalaman yang bersifat universal dan menyentuh. Beberapa individu
menggambarkan spiritualitas dalam pengalaman-pengalaman hidupnya seperti adanya
perasaan terhubung dengan transendental yang suci dan menentramkan, sebagaian individu
yang lain merasaan kedamaian saat berada di masjid, gereja, kuil atau tempat suci lainnya
(Ardian, 2016).
Menurut World Health Organization dalam Fenti (2012), kesehatan spiritual
merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya. Kesehatan spiritual
mempunyai andil dalam mendapati kehidupan menjadi pribadi yang terintegrasi dan
hidup dalam keseimbangan. Spiritualitas mengantarkan individu untuk meyakini atau
mengimani sesuatu dan merasa bermakna dalam hidup dengan melihat signifikansi yang
lebih besar di setiap peristiwa dalam kehidupan. Dengan kesehatan spiritual, individu akan
mampu merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang positif, penuh harapan tentang
masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh orang lain, menghapuskan timbunan stress
dalam kehidupan, terbebas dari pikiran yang dipenuhi kecemasan dengan mempercayai
petunjuk dari kekuatan yang lebih tinggi. Hal ini secara bertahap membawa individu pada
suatu latihan alamiah yang dapat meningkatkan kualitas hidup sampai pada kesimpulan
betapa berharganya perjalanan jiwa dalam suatu kehidupan (Puchalski, Vitillo, Hull, dan
Reller, 2014)
B. Spritual, Kesehatan, dan Sakit
Hamid (2009), mengemukakan bahwa keyakinan spiritual sangat penting bagi pasien
karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku sehat-sakit pada pasien.
Beberapa pengaruh dan keyakinan spiritual yang perlu dipahami adalah sebagai berikut:
1. Menuntun kebiasaan hidup sehari-hari
Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien. Sebaga contoh, ada agama yang
menetapkan makanan diet yang boleh dan tidak boleh di makan. Begitu pula metode
keluarga berencana ada agama yang melarang cara tertentu untuk mencegah kehamilan.
Termasuk terapi medik atau pengobatan.
2. Sumber dukungan
Ketika mengalami stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya.
Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakit yang dialami,
khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama dengan
hasil yang belum pasti. Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci, dan praktik
keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritual yang juga
merupakan suatu perlindungan terhadap tubuh.
3. Sumber kekuatan dan penyembuhan
Nilai dari keyakinan agama tidak dapat dengan mudah dievaluasi. Walaupun demikian,
pengaruh keyakinan tersebut dapat diamati oleh tenaga kesehatan dengan mengetahui
bahwa individu cenderung dapat memahami distres fisik yang luar biasa karena
mempunyai keyakinan yang kuat. Keluarga klien akan mengikuti semua proses
penyembuhan yang memerlukan upaya luar biasa karena keyakinan bahwa semua
upaya tersebut akan berhasil.
4. Sumber konflik
Pada situasi tertentu dapat terjadi konflik antara keyakinan agama dengan praktik
kesehatan, misalnya ada orang yang memandang penyakit sebagai sutau bentuk
hukuman karena pernah berdosa. Ada agama tertentu yang menganggap manusia
sebagai makhluk tidak berdaya dalam mengendalikan lingkungannya sehingga
penyakit diterima sebagai takdir, bukan sebagai sesuatu yang harus disembuhkan.
C. Distress Spiritual