Anda di halaman 1dari 14

JURNAL AKHIR PRAKTIKUM

BIOKIMIA
OBJEK 1 : PEMERIKSAAN URINE SECARA MAKROSKOPIS DAN SEDIMEN URIN

OLEH :
KELOMPOK : 3(TIGA)
ANGGOTA KELOMPOK :
1. REDEKA YULIANTI (2011012013)
2. MUHAMMAD IQBAL ABDUL RAZZAQ (2011012030)
3. FITRI AULIA (2011012040)
4. ARIVI TANIA (2011013009)
5. ANGGUN MUTIA RAHMAH (2011013017)
ASISTEN :
1. RISKANA SORAYA PUTRI
2. YASHERLY PERMATA SARI
DOSEN PENANGGUNG JAWAB :
1. Prof. Dr. apt. DIAN HANDAYANI, Ph.D.
2. apt. DITA PERMATASARI, M.Farm.

LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
I. Tujuan

- Mahasiswa mengetahui volume, warna, kekeruhan, keasaman/reaksi, berat


jenis dan bau dari urine.
- Untuk mengetahui unsur-unsur patologis dalam urin

II. Teori
Ginjal memiliki peran penting dalam menyaring plasma dan memisahkan zat dari filtrat yang
kecepatan bervariasi, bergantung pada kebutuhan tubuh. Kemudian, ginjal “membuang” zat-zat
yang tidak diinginkan dari filtrat (dank arena itu dari darah) dengan cara mengekskresikan
melalui urine, sementara zat yang dibutuhkan dikembalikan ke dalam darah.Ginjal normal
memiliki kemampuan besar untuk membentuk berbagai perbandingan relatif zat terlarut dan air
dalam urine sebagai respons terhadap berbagai perubahan. Bila terdapat kelebihan air dalam
tubuh dan osmolaritas cairan tubuh menurun, ginjal akan mengekskresikan urine dengan
osmolaritas sebesar 50 mOsm/L, suatu konsentrasi yang hanya sekitar seperenam dari
osmolaritas cairan ekstraselular normal.(1)
Ginjal merupakan rute utama mengeluarkan bahan sisa metabolik yang berpotensi toksik dan
senyawa asing dari tubuh. Bahan sisa ini harus dikeluarkan dalam bentuk larutan sehingga ginjal
wajib menghasilkan paling sedikit 500 ml urine berisi bahan sisa per harinya.Urine mengandung
bahan produk sisa dalam konsentrasi tinggi plus bahan- bahan yang diatur oleh ginjal dalam
jumlah bervariasi,dengan setiap jumlah berlebih keluar melalui urine. Bahan bahan bermanfaat
dihemat melalui proses reabsorpsi pada ginjal sehingga tidak ditemukan di urin.(2)
Urin merupakan cairan yang diekskresi oleh ginjal, disimpan dalam kandung kemih dan
dikeluarkan melalui uretra. Umumnya volume urin terdapat sekitar 900-1500 ml/24 jam,
memiliki komposisi air sekitar 96 % serta bahan terlarut didalamnya seperti sisa metabolisme
dan elektrolit. (3)
Ekskresi urin diperlukan untuk membuang molekul sisa darah yang disaring oleh ginjal
dalam menjaga homeostatis cairan tubuh. Peran urine sangat penting dalam menjaga homeostatis
tubuh karena sebagai pembuang cairan oleh tubuh yaitu melalui proses ekskresi urine.
Komposisi urine dapat menggambarkan kemampuan ginjal dalam menahan serta menyerap
bahan bahan penting untuk metabolisme dasar dan mempertahankan homeostatis tubuh.
Normalnya jumlah bahan yang terdapat dalam urine selama 24 jam adalah 35 gram bahan
organik dan 25 gram bahan anorganik(4)
Komposisi zat didalam urine beragam tergantung jenis makanan serta air yang diminum.
Urine normal terdiri dari air, urea, asam urat, amoniak, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam
sulfat, klorida, garam- garam terutama garam dapur dan zat- zat yang berlebihan dalam darah
misalnya vitamin C dan obat-obatan. Semua cairan dan pembentuk urine trsebut berasal dari
darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika
molekul yang penting bagi tubuh, misalnya glukosa diserap kembali ke dalam tubuh melalui
molekul pembawa.(5)
Urin normal berwarna kuning pucat. Ketika output urin rendah, tampak kuning tua. Urine
yang baru dikeluarkan jernih dan transparan. Saat berdiri, mungkin menjadi keruh karena
pengendapan fosfat. Urin normal mengandung konstituen anorganik dan organik. Konstituen
anorganik termasuk Na+, K+, Ca2+,Mg2+,NH4+, Cl–, H2PO4–, HPO42–, SO42–, dan jejak HCO3–.
Konstituen nitrogen organik normal adalah urea, asam urat, dan kreatinin. Total nitrogen non-
protein bervariasi 10-15 g/hari, terutama tergantung pada asupan protein. Selain itu, produk
detoksifikasi seperti indikan dan sulfat halus ditemukan dalam urin.(6)
Warna kuning pada urin disebabkan oleh urochrome yang sebanding dengan metabolisme
tubuh dan akan meningkat jika ada demam, kelaparan dan tirotoksikosis. Urin yang pucat tipikal
untuk berat jenis yang turun tetapi pada pasien diabetes mellitus (DM) urin pucat disertai berat
jenis yang meningkat.(3)
Urinalisis merupakan pemeriksaan sampel urin secara mikroskpis,makroskopis dan kimia.
Tes mikroskopis yang diperiksa adalah sedimen urin dengan menggunakan mikroskop,
sedangkan tes kimia dilakukan dengan menggunakan carik celup yang dilakukan secara manual
maupun dengan menggunakan alat urin analyzer. Adapun tes khusus meliputi tes biakan urin,
protein kualitatif 24 jam, hemosiderin urin, oval fat bodies, dan lain – lain sesuai kebutuhan
khusus.(7)
Urinalisis tidak hanya menggambarkan gangguan keadaan intrinsik ginjal, tetapi juga
memberi bukti yang penting tidak hanya pada kondisi kerusakan primer dari ginjal dan taktus
urinearius. Perubahan pada urine mungkin menjadi pertanda yang pertama kali muncul pada
penyakit vaskuler yang serius. Pemeriksaan urinalisis merupakan pemeriksaan yang sering
dikerjakan pada praktik dokter sehari-hari, apalagi kasus urologi.(4)

Pemeriksaan ini menurut Purnomo tahun 2011 meliputi:


a. Makroskopik dengan menilai warna, bau dan berat jenis urine.
b. Kimiawi meliputi pemeriksaaan derajat keasaman/ Ph, protein, dan gula dalam urine.
c. Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel- sel, cast (silinder), atau bentukan lain didalam
urine.(4)

Pemeriksaan urine ini sangat penting terutama dalam menegakkan diagnosis terhadap
leukosituria. Penundaan pemeriksaan mengakibatkan kesalahan dalam diagnosis dan pemberian
obat yang berujung merugikan pasien. Selain itu penundaan juga berpengaruh terhadap validitas
hasil sedimen urine terutama leukosit yang merupakan petunjuk penting adanya infeksi saluran
kemih.(8)

Seringkali sampel urine datang ke laboratarium sudah tidak segar lagi dan telah
dikeluarkan beberapa jam sebelumnya. Klinisi sering mengalami kesulitan untuk tepat mengirim
sampel urine sehingga hasil yang diharapkan banyak tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien.
Padahal tes urine dapat banyak memberikan informasi tentang disfungsi ginjal. Bahan tes yang
terbaik adalah urine segar kurang dari 1 jam setelah dikeluarkan. Penundaan antara berkemih dan
Urinalisis akan mengurangi validitas hasil, analisis harus dilakukan tidak lebih dari 4 jam setelah
pengambilan sampel. Apabila dilakukan penundaan tesdalam 4 jam maka disimpan dalam lemari
es pada suhu 2- 4ºC. Urine yang dibiarkan dalam waktu lama pada suhu kamar akan
menyebabkan perubahan pada urine. Unsur-unsur berbentuk di urine (sedimen) mulai mengalami
kerusakan dalam 2 jam.(8)

Penentuan berat jenis urin merupakan barometer untuk mengukur jumlah solid yang
terlarut dalam urin dan digunakan untuk mengetahui daya konsentrasi dan daya ilusi ginjal. Berat
jenis urine tergantung jumlah zat yang larut di dalam urin atau terbawa di dalam urin. Berat jenis
plasma (tanpa protein) adalah 1010, bila ginjal mengencerkan urin (misalnya sesudah minum air)
maka berat jenisnya kurang dari 1010. Bila ginjal memekatkan urin, sebagaimana fungsinya
maka berat jenis urin naik di atas 1010.(9)

Sedimen urin adalah unsur-unsur yang tidak larut di dalam urin yang berasal dari darah,
ginjal, dan saluran kemih seperti eritrosit, lekosit, sel epitel, torak, bakteri, kristal, jamur dan
parasit. Tes sedimen urin atau tes mikroskopis dipergunakan untuk mengidentifikasi unsur-unsur
sedimen sehingga dipakai untuk mendeteksi kelainan ginjal dan saluran kemih, selain itu tes
sedimen urin dapat juga dipakai untuk memantau perjalan penyakit ginjal dan saluran kemih
setelah pengobatan.(7)

Prinsip pemeriksaan sedimen urin yaitu mengandung elemen - elemen sisa hasil
metabolisme didalam tubuh, elemen tersebut ada yang secara normal dikeluarkan secara bersama
- sama urine tetapi ada pula dikeluarkan pada keadaan tertentu. Elemen – elemen tersebut dapat
dipisahkan dari urine dengan jalan dicentrifuge. Elemen akan mengendap dan endapan dilihat
dibawah mikroskop.(3)

Pemeriksaan sedimen urine menggunakan urine segar dengan jumlah volume spesimen 10
mL, memiliki stabilitas pada suhu kamar yaitu selama 1 jam. Jika urine didiamkan lama maka
bakteri akan berkembangbiak banyak, sehingga dapat menguraikan NH3 (amoniak) yang bersifat
basa. Pada kondisi basa, pH dalam urine akan meningkat. Hal ini dapat mempengaruhi
komponen sedimen dalam urine menjadi cepat lisis sehingga jumlahnya akan berkurang. (8)
III. Cara Kerja
3. 1 Alat dan Bahan
A. Pemeriksaan Urine Secara Makroskopis
3. 1. 1 Alat
a. Tabung reaksi
b. Beaker glass
c. Gelas ukur
d. Kertas pH
3. 1. 2 Bahan
a. Urine pagi
b. Urine sewaktu
c. Aquadest

B. Pemeriksaan Sedimen Urin


a. Cover glass
b. Objek glass
c. Mikroskop
d. Centrifuge
e. Tabung Centrifuge
f. Pipet tetes
g. Sampel urin

3. 2 Prosedur Kerja

3.2.1 Pemeriksaan Urin Secara Makroskopis

a. Volume
Tampung urin 24 jam

Masukkan ke dalam gelas ukur

Hitung volumenya

b. Warna

Mengamati warna urin


c. Kekeruhan

Urin dalam tabung reaksi

Tambahkan asam cuka 6%

Amati tabung reaksi

- Jika timbul gas berarti kekeruhan disebabkan oleh pospat/carbonat


- Jika tidak timbul gas berarti kekeruhan disebabkan karena adanya pus/nanah
- Jika warna urin merah keruh dicurigai adanya eritrosit
- Untuk pemeriksaan kekeruhan karena bakteri, dilakukan pewarnaan gram

d. Keasaman

Tampung 5 mL urin dalam beaker


glass

Celupkan kertas lakmus

Amati perubahan warna

e. Berat jenis

Ukur berat jenis urin menggunakan


urinometer

Kalibrasi hasil yang didapatkan terhadap


temperature 15°C, kadar glukosa, dan
kadar protein
f. Bau

Pemeriksaan bau secara organoleptis

3.2.2 Pemeriksaan Sedimen Urin

Kocok botol penampung urine supaya


sedimen bercampur dengan cairan atas

Masukkan urine sebanyak 7-8 ml ke


tabung centrifuge

Pusing tabung centrifuge dengan alat


centrifuge dengan kecepatan
1.500 - 2.000 rpm dalam waktu 5
menit.

Buang cairan atas hingga suspense


sedimen tinggal 0,5 ml

Kocok tabung supaya


meresuspensikan sedimen

Teteskan 1 tetes urin di atas gelas


objek

Periksa dibawah mikroskop dengan


lensa objektif 10x kemudian 40x.
IV. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil

- Pemeriksaan urine secara makroskopis

Jenis pengamatan Normal Hasil Pengamatan

Volume 800-1600 ml Sewaktu:

24 jam: 1.017 mL

Warna Kuning muda Kuning muda

Kekeruhan Tidak keruh Tidak keruh

Keasaman 4,7-7,5 Urine pagi: 6

Urine sewaktu: 6

Urine 24 jam: 7

Berat Jenis Sewaktu: 1.002-1.030 Sewaktu: 1.010

24 jam: 1.015-1.025 24 jam: 1.025

Bau Aromatis Aromatis

Gambar 1. Urin 24 Jam


Gambar 2. Urin Pagi

Gambar 3. Urin Sewaktu

Gambar 4. Pengukuran berat jenis air

Gambar 5. Pengukuran berat jenis urin 24 jam


Gambar 6. Pengukuran berat jenis urin sewaktu

Gambar 7. Ph urin sewaktu

Gambar 8. pH urin pagi

Gambar 9. Sel epitel


Gambar 10. Urine yang disentrifuge

4.2 Pembahasan (Min 2 halaman)

Pada praktikum objek ini telah melakukan pemeriksaan urin secara makroskopis,
mikroskopis serta pemeriksaan sedimen urine.

V. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

5.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Hall JE. Guyton and Hall textbook of medical physiology. 12th ed. Philadelphia, PA:
elsevier; 2011.
2. Sherwood L. Human Physiology: From Cells fo Systems. Singapore: Cengage learning;
2007.
3. Suhartina, Purnama T. GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN ERITROSIT DAN
LEUKOSIT PADA SAMPEL URIN DENGAN METODE DIPSTICK DAN
MIKROSKOPIS DI RSUD BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA. J
MediLab Mandala Waluya Kendari. 2018;2.
4. Setya B, Rahayu M. PENGARUH PENUNDAAN PEMERIKSAAN TERHADAP
KADAR DARAH DALAM URINE. Thesis (skripsi) [Internet]. 2019; Available from:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/1059
5. Hallander H, Hoffwan W, Guder WG. European Urinalysis Guidelines. J Clin Lab Invest.
2001;(60): 1-96.
6. Vasudevan D, Das SK. Practical Textbook of BIOCHEMISTRY for Medical Students.
second. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2013.
7. Naid T, Mangerangi F, Arsyad M. PENGARUH VOLUME URIN TERHADAP
PEMERIKSAAN SEDIMEN URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH
(ISK). As-Syifaa. 2015;07:1–9.
8. Purwaningsih NV, Widyastuti R. Perbandingan Pemeriksaan Leukosit Urine Segar
Dengan Setelah 2 Jam Di Suhu Kamar. J Muhammadiyah Med Lab Technol. 2018;1.
9. Astuti FY. HUBUNGAN BERAT JENIS URIN DENGAN JUMLAH LEKOSIT PADA
SEDIMEN URIN TERSANGKA ISK [Internet]. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG; Available from:
https://arpusda.semarangkota.go.id/uploads/data_karya_ilmiah/20210407130301-2021-
04-07data_karya_ilmiah130153.pdf

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai