Bukahkah guru itu digugu lan ditiru. Namun, apakah guru cukup menjadi teladan? Menurut saya, tidak.
Mengapa? Karena guru juga harus sejati dan revolusioner. Artinya, yang perlu disoroti di sini juga
semangat guru dalam mengemban tugas mulianya.Secara singkat,bisa disimpulkan ada “guru
professional ” dan “guru aspal”. Guru profesional adalah meraka yang menjalankan tugasnya dengan
penuh semagat keikhlasan dan semangat revolusioner serta memenuhi 4 kompetensi ( pedagogik,
professional, kepribadian, dan sosial ) dalam mendidik anak bangsa. Sedangkan guru aspal adalah
mereka yang berorientasi pada “rupiah” belaka, mengajar tanpa mendidik, memenuhi presensi tanpa
menjadi motivator sejati bagi siswa di sekolah.
Untuk mengetahui standar kualifikasi kompetensi guru dalam pembelajaran PAI kita perlu
mengacu pada PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan pasal 28 dan 29 yang
menyebutkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Serta Permendiknas No. 16 Tahun 2007 dan
Keputusan Menteri Agama RI Nomor 211 Tahun 2011 tentang standar kualifikasi dan
kompetensi guru, yaitu: Kompetensi leadership, dan Kompetensi spiritual.
Untuk mengetahui standar kualifikasi kompetensi guru dalam pembelajaran PAI kita perlu
mengacu pada PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan pasal 28 dan 29 yang
menyebutkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Serta Permendiknas No. 16 Tahun 2007 dan
Keputusan Menteri Agama RI Nomor 211 Tahun 2011 tentang standar kualifikasi dan
kompetensi guru, yaitu: Kompetensi leadership, dan Kompetensi spiritual