Pelayanan Public
Pelayanan Public
yang lemah, ditunjukan oleh beberapa indikator yaitu: (1) partisipasi public dalam
penyelenggaraan pelayanan public masih rendah, (2) kepatuhan terhadap standar
pelayanan public yang diamanatkan oleh UU No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan
public masih rendah, dan (3) program reformasi dan birokrasi terkait dengan target hasil
(out come)p kualitas pelayanan public masih belum kena sasaran (Lasbob ; 2021:1)
Sedangkan Ime dalam jurnalnya (2020:148) mengungkapkan bahwa rendahnya
kualitas pelayanan publik merupakan salah satu sorotan yang diarahkan pada
pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Perbaikan pelayanan
publik di era reformasi merupakan harapan seluruh masyarakat, namun dalam
perjalanannya ternyata tidak mengalami perubahan yang signifikan. Berbagai
tanggapan masyarakat justru cenderung menunjukkan bahwa berbagai jenis pelayanan
publik mengalami kemuduran yang ditandai dengan banyaknya penyimpangan dalam
layanan publik tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Soffian Effendi (dalam
Kumorotomo, 2011) bahwa tingkat kemudahan (accessibility) pelayanan bagi
masyarakat golongan menengah ke bawah ternyata masih sangat rendah. Salah satu
permasalahan dalam pelayanan publik yang sering dikeluhkan masyarakat adalah
pelayanan dalam pembuatan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP).
Senada dengan hal di atas, Mohammad (2003) dalam Hardiyansyah (2018: 100)
mengungkapkan permasalahan utama pelayanan publik pada dasarnya adalah
berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan itu sendiri. Pelayanan yang
berkualitas sangat bergantung pada berbagai aspek, yaitu bagaimana pola
penyelenggaraannya (tata laksana), dukungan sumber daya manusia dan
kelembagaan. Dilihat dari sisi pola penyelenggaraannya, pelayanan publik masih
memiliki berbagai kelemahan antara lain kurang responsif, kurang informatif, kurang
accessible, kurang koordinasi, birokratis, kurang mau mendengar
keluhan/saran/aspirasi masyarakat dan inefisiensi. Dilihat dari sisi kelembagaan,
kelemahan utama terletak pada desain organisasi yang tidak dirancang khusus dalam
rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat, penuh dengan hierarki yang
membuat pelayanan menjadi berbelit-belit (birokratis) dan tidak terkoordinasi .
Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran menguatnya gejala
ketidakpercayaan masyarakat (public distrust) ditengah-tengah masyarakat yang paling
menonjol adalah berbagai keluhan masyarakat atas pelayanan publik yang buruk
melalui berbagai media. Saat ini masyarakat lebih senang menyampaikan berbagai
keluh kesahnya melalui media sosial daripada menyampaikan keluhannya melalui
kanal-kanal pengaduan resmi pemerintah dengan alasan bahwa suaranya lebih
didengar dan mendapatkan dukungan dari berbagai lapisan masyarakat (Kabar
Priangan, 2018).
97,63
Sambungan BAB I 24 JUNI
Kepemilikan KTP-el merupakan hak warga negara, selain itu juga merupakan syarat
untuk menikmati layanan publik sebagaimana telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 102 Tahun 2019 Tentang Pemberian Izin Hak Akses dan Pemanfaatan
Data. Berikut di bawah ini jumlah perkembangan kepemilikan KTP-el penduduk Indonesia
dengan penduduk Indonesia selama 6 (Enam) Tahun terakhir menunjukkan tren ynag naik,
dengan pertambahan jumlah penduduk sebanyak 15.734.411 jiwa atau 6,16% dari tahun
2015. Rata-rata kenaikan penduduk per tahun adalah 2.622.402 jiwa atau 1,027%.
Demikian pula jumlah wajib KTP El menunjukkan tren yang naik, dengan
pertumbuhan penduduk wajib KTP El sebanyak 20.340.276 jiwa atau 11,29% di tahun 2015
sebanyak 255.615.478 jiwa. Rata-rata kenaikan wajib KTP El pertahun adalah 3.390.046
perekaman per tahunnya adalah 5.802.454 jiwa atau 3,83%. Dengan demikian
…………..bahwa perekaman atau kepemilikan KTP El per tahunnya belum optimal (tidak
mencapai 100%)p artinya seluruh wajib KTP El dapat melakukan perekaman). Dalam hal
ini, rata-rata persentase perekaman KTP El per tahunnya hanya mencapai 92,26%. Oleh
karena itu, terlihat bahwa perkembangan jumlah wajib KTP El yang belum perekaman untuk
5 tahun terakhir (periode 2015-2019) menunjukkan tren yang menurun kecuali untuk tahun
2020 menunjukkan kenaikan sebanyak 11.677.763 jiwa atau 4,96% wajib KTP El yang
Hal lain yang senada dengan hal tersebut diatas, berdasarkan data statistic penerima
pengaduan/laporan masyarakat tentang penyelenggaraan layanan E KTP di
Ombudsman RI (Juli 2020) mengungkapkan bahwa dalam 5 (lima) tahun terakhir yaitu
periode tahun 2015-2019 yaitu : pengaduan/laporan masyarakat tentang
penyelenggaraan layanan E KTP, tren yang meningkat, selama 5 (Lima) tahun
mencapai 648 pengaduan rata-rata pengaduan per tahunnya mencapai 10 penagduan.
Dalam hal ini, penagduan tertinggi 62 pengaduan di kantor Perwakilan Ombudsman
Provinsi Jawa Timur, terendah (1 (satu) pengaduan di kantor perwakilan Ombudsman
Maluku), sedangkan untuk kantor perwakilan Ombudsman Jawa Barat sebanyak 25
penagduan. Secara rinci dapat dilihat pada table 1….. di bawah ini:
Table 1… jumlah penemuan laporan masyarakat/ pengaduan tentang penyelenggaraan
Layanan E KTP di Ombudsman RI periode 2015-2019
Dan 2 (dua) jenis dugaan mal administrasi dalam penyelenggaraan layanan E KTP,
Tertinggi (165) pada Penundaan berlarut ( ………….. delay). Secara rinci dapat dilihat
pada table 1….. dibawah ini
Table 1.2 jenis dugaab mal administrasi dalam penyelenggaraan layanan KTP El
Hal tersebut diatas menjadi tantangan bagi manajemen Dukcapil baik ditingkat pusat
maupun pemerintah daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota) untuk bersinergi dalam
menjawab semua tantangan yaitu belum optimalnya layanan KTP El.
Bagaimana kecepatan dan Ketepatan
Administrator Database (ADB) dalam
Masuk pra survey mengolah data SIAK
2%
STCSTT
43%
TCTT
55% KCKT
CT
2%
0% SCST
0%
36% STCSTT
TCTT
62% KCKT
CT
SCTC
KETERANGAN :
STCSTT : Sangat Tidak Cepat Sangat Tidak Tepat
TCTP : Tidak Cepat Tidak Tepat
KCKT : Kurang Cepat Kurang Tepat
CT : Cepat Tepat
SCST : Sangat Cepat Sangat Tepat
62% KH
H
SH
Disisi lain, responden mayoritas memberikan penilaian rata-rata skor 2,60 (Tidak Cepat
dan Tidak Tepat). Responden memberikan penilaian rendah kepada aspek kecepatan
dan ketepatan pelaksana layanan dalam memberikan layanan KTP El yaitu sangat tidak
cepat dan tidak tepat (2%), tidak cepat dan tidak tepat (36%) dan kurang cepat dan
kurang tepat (62%).
Di duga ketidakhandalan ADB dan kurang cepat sangat kurang tepat pelaksana layanan
KTP El menyebabkan kualitas layanan KTP El kurang baik.