Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP PENGERTIAN NILAI, MORAL DAN NORMA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila


Dosen Pengampu : Drs.Anwar Aulia,M.Pd

Disusun Oleh:

Rosa Tegar Septama


P27901121039

1A/D3 Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

Alamat : Jl. DR. Sitanala, RT.002/RW.003, Karang Sari, Kec. Neglasari,


Kota Tangerang, Banten 15121
Telp (021)5522250

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Pengertian Nilai, Moral Dan Norma ”.
Makalah “Konsep Pengertian Nilai, Moral Dan Norma” disusun guna memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Pancasila di Poltekkes Kemenkes Banten.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Drs.Anwar
Aulia,M.Pd, selaku dosen mata kuliah Pancasila karena tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam topik yang dibahas dalam makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 08 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... ………………..i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ……………….ii

DAFTAR ISI................................................................................................... ………………iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... ……………….1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ ……………….1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... ……………….2

1.3 Tujuan ......................................................................................................... ……………….2

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................. ……………….3

2.1 Nilai, Moral dan Norma ............................................................................. ……………….3

2.2 Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis ............................................... ……………….9

2.3 Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental Bagi Bangsa dan Negara RI ……………...11

2.4 Makna Nilai-Nilai Setiap Sila Pancasila ..................................................... .......................13

2.5 Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara ......................... .......................15

BAB 3 PENUTUP ........................................................................................... ……………...18

3.1 Kesimpulan.................................................................................................. ……………...18

3.2 Saran........................................................................................................... ……………...18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... ……………...19

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nilai, moral dan norma merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Masalah-
masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia berkaitan dengan nilai, moral dan norma
antara lain mengenai kejujuran, keadilan, dan perbuatan negatif lainnya sehingga perlu
dikedepankan pendidikan agama dan moral karena dengan adanya panutan, nilai,
bimbingan, dan moral dalam diri manusia akan sangat menentukan kepribadian individu
atau jati diri manusia, lingkungan sosial dan kehidupan setiap insan. Pendidikan nilai
yang mengarah kepada pembentukan moral yang sesuai dengan norma kebenaran menjadi
sesuatu yang esensial bagi pengembangan manusia yang utuh dalam konteks sosial.
Nilai, moral dan norma merupakan suatu peraturan yang sangat penting ditegakkan
pada suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta
pelindung bagi lingkungan tersebut. Moral dihasilkan dari perilaku intelektual, emosi,
atau hasil berfikir setiap manusia yang pada hakekatnya merupakan aturan dalam
kehidupan untuk menghargai dan dapat membedakan tentang benar dan yang salah
berlaku dalam suatu masyarakat. Bila orang membicarakan moral seseorang maka yang
dibicarakan ialah kebiasaan, tingkah laku atau perbuatan orang atau kelompok
masyarakat. Moralisasi dimaksudkan usaha menyampaikan ajaran- ajaran moral tersebut,
sehingga aturan-aturan, tingkah laku dan perbuatan yang telah disepakati oleh seluruh
masyarakat untuk dihayati dan dilestarikan oleh anggota masyarakat maupun penerusnya,
maka hal-hal yang dianut dan dijadikan aturan tingkah laku tersebut dinamakan nilai-nilai
moral.
Pendidikan moral tidak hanya terbatas pada lingkungan akademis, tetapi dapat
dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Secara umum ada tiga lingkungan yang sangat
kondusif untuk melaksanakan pendidikan moral yaitu lingkungan keluarga, lingkungan
pendidikan dan lingkungan masyarakat. Peran keluarga dalam pendidikan mendukung
terjadinya proses identifikasi, internalisasi, panutan dan reproduksi langsung dari nilai-
nilai moral yang hendak ditanamkan sebagai pola orientasi dari kehidupan keluarga. Hal-
hal yang juga perlu diperhatikan dalam pendidikan moral di lingkungan keluarga adalah
penanaman nilai- nilai kejujuran, kedisiplinan dan tanggung jawab dalam segenap aspek.

1
Pancasila sebagai dasar falsafah merupakan moral bangsa yang telah mengikat negara
sekaligus mengandung arti telah menjadi sumber tertib negara dan menjadi sumber tertib
hukum serta jiwa seluruh kegiatan dalam segala aspek kehidupan negara maupun
masyarakat. Pancasila merupakan nilai moral, sekaligus mengandung arti sebagai norma.
Pancasila sebagai norma terdiri dari lima norma, sebagai mana tercantum dalam lima sila
Pancasila yang memiliki unsur bersama, sehingga dapat diterima oleh seluruh rakyat
Indonesia. Pancasila sebagai moral mengikat seluruh bangsa Indonesia karena nilai-nilai
moral yang terkandung dalam Pancasila yang bersifat universal. Pancasila yang
merupakan moral negara sekaligus menjadi moral individu, sebagai moral individu
mengatur sikap dan tingkah laku manusia.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian dari nilai, moral dan norma ?
2. Sebutkan dasar, nilai instrumental dan nilai praksis ?
3. Bagaimana pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi bangsa dan negara RI ?
4. Apa saja makna nilai-nilai setiap sila pancasila ?
5. Apa saja etika politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui nilai, moral dan norma.
2. Untuk mengetahui dasar, nilai instrumental dan nilai praksis.
3. Untuk mengetahui pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi bangsa dan negara RI.
4. Untuk mengetahui makna nilai-nilai setiap sila pancasila.
5. Untuk mengetahui etika politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Nilai, Moral dan Norma


Menurut Djahiri (1999) nilai adalah harga makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa
yang tersirat dan tersurat dalam fakta, konsep dan teori, sehingga bermakna secara
fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan dan
menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku. Menurut
Dictionary dalam Winatapura (1989), nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Artinya,
sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu tersebut secara intrinsik memang
berharga. Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan
kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku. Menurut Frankel (1978)
dalam Sapria dkk., nilai adalah konsep. Seperti umumnya konsep, makna nilai sebagai
konsep tidak muncul dalam pengalaman yang dapat diamati melainkan ada dalam pikiran
orang.
Nilai dapat diartikan kualitas dari sesuatu atau harga dari sesuatu yang diterapkan
pada konteks pengalaman manusia. Pendidikan nilai adalah pendidikan yang
mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai dalam diri siswa. Pendidikan
kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai
karena mensosialisasikan dan menginternalisasikan nila-nilai pancasila atau budaya
bangsa melalui pembelajaran yang di lakukan dalam lingkup sekolah Dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara, nilai pancasila merupakan standar hidup
bangsa yang berideologi pancasila dan dianjurkan disekolah-sekolah. Secara historis,
nilai pancasila digali dari puncak-puncak kebudayaan, nilai agama, dan adat istiadat
bangsa Indonesia sendiri, bukan dibeli dari negara lain. Nilai ini sudah ada sejak
bangsIndonesia lahir. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika pancasila mendapat
predikat sebagai jiwa bangsa. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
pendidikan, nilai sangat penting untuk ditanamkan sejak dini karena nilai bermanfaat
sebagai standar pegangan hidup. Nilai dapat dibagi atas dua bagian, yakni:

3
1. Nilai estetika, terkait dengan maslah keindahan atau apa yang dipandang indah atau
apa yang dapat dinikmati olaeh seseorang.
2. Nilai etika, dengan tindakan-tindakan/perilaku/akhlak atau bagaimana orang
berprilaku. Etika terkait dengan masalah moral tentang mana yang benar dan salah.

Pandangan para ahli tentang nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat oleh Prof. Dr.
Notonegoro membagi nilai menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakan
kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Dari poin di atas dapat disimpulkan bahwa menurut Prof. Dr. Notonegoro sesuatu
dapat dikatakan berguna apabila sesuatu itu memiliki kegunaan. Raths (dalam fraenkel,
1978) mengidentifikasi tiga aspek kriteria untuk melakukan penilaian,yakni perlu ada
pilihan (chooses), penghargaan (prizes) dan tindakan (acts).
1. tindakan memilih hendaknya dilakukan secara bebas dan memilih dari sejumlah
alternatif dan melakukan memilih hendaknya dilandasi oleh hasil pemikiran yang
mendalam.
2. Ada penghargaan atas apa yang telah dipilih dan dikenal oleh masyarakat.
3. Melakukan tindakan sesuai dengan pilihannya dan di manfaatkan dalam kehidupan
secara terus menerus.

Yang Perlu Dikembangkan Dalam Pendidikan Nilai:


1. Wawasan moral (kesadaran moral, dan wawasan nilai moral – kemampuan mengambil
pandangan orang lain, penalaran moral, mengambil keputusan, pemahaman diri
sendiri.
2. Dimensi perasaan moral (kata hati atau nurani, harapan diri sendiri, merasakan diri
orang lain, cinta kebaikan, kontrol diri, merasakan diri sendiri).
3. Perilaku moral (kompetensi, kemauan, kebiasaan) (Lickona,1992) } Pendelikon nilai
di Indonesia seyogyanya berpijak pada nilai-nilai keagamaan, nilai demokrasi yang
ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, dan nilai sosial-kultural yang ber Bhinneka Tunggal
Ika, karena demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang theistik / ber Ketuhanan
Yang Maha Esa.

4
Fungsi nilai bagi kehidupan manusia yaitu:
1. Sebagai faktor pendorong: nilai berhubungan dengan cita-cita dan harapan.
2. Sebagai petunjuk arah: nilai berkaitan dengan cara berfikir, berperasaan, bertindak
serta menjadi panduan dalam menentukan pilihan.
3. Nilai sebagai pengawas: nilai mendorong, menuntun, bahkan menekan atau memaksa
individu berbuat dan bertindak sesuai dengan nilai yang bersangkutan.
4. Nilai sebagai alat solidaritas: nilai dapat menjaga solidaritas dikalangan kelompok
atau masyarakat.
5. Dapat mengarahkan masyarakat dalam berfikir dan bertingkah laku.
6. Nilai sebagai benteng Pengaruh perlindungan: nilai berfungsi menjaga stabilitas
budaya dalam suatu kelompok atau masyarakat.

Istilah moral berasal dari bahasa latin, mores, yaitu adat kebiasaaan. Istilah ini erat
dengan proses pembentukan kata, ialah mos, moris, manner, manners, morals. Dalam
bahasa Indonesia kata moral hampir sama dengan akhlak atau kesusilaan yang
mengandung makna tata tertib batin atau hati nurani yang dapat menjadi pembimbing
tingkah laku lahir dan batin manusia dalam menjalankan hidup dan kehidupannya. Oleh
karena itu moral erat kaitannya dengan ajaran- ajaran tentang sesuatu yang baik dan
buruk yang menyakngkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Dalam konteks etika,
setiap orang akan memiliki perasaan apakah yang akan dilakukan ini benar atau salah,
baik atau jelek, pertimbangan ini dinamakan pertimbangan nilai mora ( moral
values).Pertimbangan nilai moral merupakan aspek yang sangat penting khususnya
dalam pembentukan warga Negara yang baik, sebagai tujuan pendidikan
kewarganegaraan.
Tingkah laku sesuai dengan nilai- nilai moral yang dianut dan ditampilkan secara
sukarela diharapkan dapat diperoleh melalui proses pendidikan. Hal ini dilakukan
sebagai transisi dari pengaruh lingkungan masyarakat hingga menjadi otoritas di dalam
dirinya dan dilakukan berdasarkan dorongan dari dalam dirinya. Tindakan yang baik
yang dilandasi oleh dorongan dari dalam diri inilah yang diharapkan sebagai hasil
pendidikan nilai dalam pendidikan kewarganegaraan. Menurut Suseno (1998),moral
adalah ukuran baik buruk seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga
masyarakat, dan warga negara. Sedangkan pendidikan moral adalah pendidikan untuk
menjadikan anak manusia bermoral baik dan manusiawi.

5
Menurut Ouska dan Whellan (1997), moral adalah prinsip baik buruk yang ada dan
melekat dalam diri individu/seseorang. Walaupun moral itu berada di dalam diri
individu, tetapi moral berada dalam suatu sistem yang berwujud aturan. Moral dan
moralitas ada sedikit perbedaan, karena moral adalah prinsip baik buruk, sedangkan
moralitas merupakan kualitas pertimbangan baik buruk. Dengan demikian, hakekat dan
makna moralitas bisa dilihat dari cara individu yang memiliki moral dalam mematuhi
maupun menjalankan aturan. Moral bertujuan membantu peserta didik untuk mengenali
nilai-nilai dan menempatkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan semacam
ini semakin penting dan menempati posisi sentral karena tingkat kadar persatuan dan
kesatuan terutama yang berkaitan dengan kesadaran akan nilai –nilai dalam masyrakat
akhir-akhir ini cenderung semakin “pudar”.
Jenis-jenis moral, yaitu:
1. Moral deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Hal ini memberikan fakta sebagai dasar untuk
mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Moral normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
perilaku ideal yang seharusnya dimiliki manusia. Moral normatif memberikan
penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan
diputuskan.
Fungsi moral bagi kehidupan manusia, yaitu:
1. Mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri sendiri dan sesama
sebagai bagian masyarakat.
2. Menarik perhatian pada permasalahan moral yang kurang di tanggapi.
3. Dapat menjadi penarik perhatian manusia pada gejala pembiasaan emosional.
Masalah Perilaku Moral Antara Lain:
1. Mencuri dan Mencontek.
2. Tidak hormat pada pejabat public.
3. Kekejaman terhadap teman seusia dan Perilaku merusak diri sendiri.
4. Menyerang keyakinan orang lain yang berbeda.
5. Bicara kasar/ tidak pantas.
6. Pemerkosaan dan pelecehan seksual.
7. Bertambahnya orientasi pada diri sendiri dan menurunnya tanggung jawab sebagai
warga negara.
6
Norma adalah tolok ukur/alat untuk mengukur benar salahnya suatu sikap dan
tindakan manusia. Normal juga bisa diartikan sebagai aturan yang berisi rambu-rambu
yang menggambarkan ukuran tertentu, yang di dalamnya terkandung nilai benar/salah.
1. Menurut isinya norma berwujud perintah dan larangan. Perintah merupakan kewajiban
bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang baik.
larangan merupakan kewajiban bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh
karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik. Ada bermacam-macam norma yang
berlaku di masyarakat.
2. Norma terdiri dari beberapa macam/jenis, antara lain yaitu:
a. Norma Agama Adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran aqidah suatu agama.
Norma ini bersifat mutlak yang mengharuskan ketaatan para penganutnya. Apabila
seseorang tidak memiliki iman dan keyakinan yang kuat, orang tersebut cenderung
melanggar norma-norma agama. Contoh norma agama:
1. “ Kamu dilarang membunuh”.
2. “ Kamu dilarang Mencuri”.
3. “Kamu harus patuh kepada Orang tua”.
4. “ Kamu harus beribadah”.
5. “ Kamu jangan menipu”.
b. Norma Kesusilaan Norma ini didasarkan pada hati nurani atau ahlak manusia.
Melakukan pelecehan seksual adalah salah satu dari pelanggaran dari norma
kesusilan. Contoh norma kesusilaan:
1. “ Kamu tidak boleh mencuri milik orang lain”.
2. “ Kamu harus berlaku jujur”.
3. “ Kamu harus berbuat baik terhadap sesama manusia”.
4. “ Kamu dilarang membunuh sesama manusia”.
c. Norma Kesopanan Adalah norma yang berpangkal dari aturan tingkah laku yang
berlaku di masyrakat. Cara berpakaian dan bersikap adalah beberapa contoh dari
norma kesopanan. Contoh norma kesopanan:
1. “ Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita didalam kereta api,bus, dan lain-
lain, terutama wanita yang tua dan hamil”.
2. “ Jangan makan sambil berbicara”.
3. “ janganlah meludah dilantai atau disembarang tempat”.
4. “ orang muda harus menghormati orang yang lebih tua”.

7
d. Norma Kebiasaan (Habit) Norma ini merupakan hasil dari perbuatan yang
dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi
kebiasaan. Orang-orang yang tidak melakukan norma ini dianggap aneh oleh
anggota masyarakat yang lain. Kegiatan melakukan acara selamatan, kelahiran bayi
dan mudik atau pulang kampung adalah contoh dari norma ini.
e. Norma Hukum Adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan larangan yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara). Sangsi norma hukum
bersifat mengikat dan memaksa. Melanggar rambu-rambu lalulintas adalah salah
satu contoh dari norma hukum. Contoh norma hukum:
1. “Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa/ nyawa orang lain, dihukum
karena membunuh dengan hukuman setinggi- tingginya 15 tahun”.
2. “Orang yang ingkar janji suatu perikatan yang telah diadakan, diwajibkan
mengganti kerugian”. Misalnya dalam hal jual beli”.
3. “Dilarang mengganggu ketertiban umum”.
f. Ciri-Ciri norma sebagai berikut:
1. Umumnya tidak tertulis (kecuali norma hukum).
2. Hasil kesepakatan bersama.
3. Ditaati bersama.
4. Bagi pelanggar di beri sanksi.
5. Mengalami perubahan.
g. Fungsi norma sebagai berikut:
1. Menciptakan keterlibatan dan keadilan dalam masyarakat.
2. Menjadi dasar untuk memberi sanksi kepada warga yang melanggar norma.
3. Mengatur tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan nilai yang berlaku.
4. Membantu mencapai tujuan bersama masyarakat.

8
2.2 Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis
a. Nilai Dasar Pancasila
Kelima sila dari Pancasila merupakan perwujudan dari 5 nilai dasar pancasila
Nilai dasar pancasila merupakan hakikat, makna, atau esensi yang terkandung dalam
pancasila itu sendiri. Nilai dasar ini bersifat universal karena merupakan sesuatu yang
dianggap sebagai evident truth atau sebuah kebenaran hakiki yang disetujui oleh
semua orang.
Karena merupakan kebenaran hakiki, tentu saja nilai dasar ini merupakan nilai-
nilai positif yang berguna bagi semua orang. Selain itu, nilai-nilai ini juga harus
merupakan gambaran atau kristalisasi dari karakteristik komunitas yang dituju, karena
kelak akan menjadi dasar dari segala aktivitas di komunitas tersebut.
Pancasila sendiri memiliki 5 nilai dasar yang sesuai dengan kelima sila yang ada di
pancasila itu sendiri. Kelima nilai dasar tersebut adalah :
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sebagai nilai dasar, maka kelima sila ini diharapkan dapat menjadi sumber
norma dan sumber hukum bagi bangsa dan negara Indonesia. Namun, jika pancasila
hanya berupa nilai dasar yang ada pada kelima sila tersebut, maka akan sangat rancu.
Oleh karena itu, dibutuhkan nilai-nilai instrumental yang menjadi penjelas atau
pemandu bagi kita untuk menjalankan apa yang diamanatkan oleh nilai dasar.

b. Nilai Instrumental pancasila


Undang undang dan instrumen hukum lainnya merupakan contoh dari nilai
instrumental yang terkandung dan bersumber pada pancasila. Jika nilai dasar adalah
intisari dari apa yang diamantkan oleh sebuah sistem nilai, maka nilai instrumental
adalah parameter, panduan, atau koridor yang memungkinkan kita untuk mewujudkan
nilai dasar tersebut.
Ketika nilai instrumental dikaitkan dengan perilaku manusia, maka hasilnya
adalah nilai atau norma moral. Namun, jika nilai instrumental dikaitkan dengan
keberjalanan negara, maka keluarannya adalah undang-undang, garis besar haluan
9
negara, ataupun strategi-strategi lain yang bersumber dari nilai dasar. Jadi, pada
intinya nilai instrumental adalah instrumen-instrumen yang menjabarkan parameter
dan cara untuk mencapai hal-hal yang diamanatkan oleh nilai dasar. Tanpa adanya
nilai instrumental, maka nilai dasar akan sangat sulit untuk diterapkan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara karena sangat abstrak.

c. Nilai Praktis Pancasila


Menghormati dan menjunjung tinggi perbedaan suku dan budaya di Indonesia
merupakan contoh dari nilai praktis atau nilai praksis Pancasila dalam kehidupan kita
sehari-hari. Nilai praktis atau kerap disebut pula sebagai nilai praksis adalah
perwujudan dari nilai dasar dan nilai instrumental dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara sehari-hari. Nilai praktis dari pancasila selalu berubah-ubah seiring dengan
perkembangan zaman dan juga perkembangan dari nilai-nilai instrumental yang
menjadi dasarnya.
Namun, perubahan-perubahan ini tidak akan pernah mempengaruhi fakta bahwa
nilai praktis merupakan perwujudan sikap dari nilai-nilai dasar yang terkandung
dalam pancasila. Contoh dari nilai praktis antara lain adalah kita harus menghormati
seluruh agama meskipun berbeda dengan keyakinan kita, sesuai dengan sila pertama
pancasila. Contoh lainnya adalah kita harus memperlakukan orang secara adil tanpa
pilih kasih ataupun mencurangi orang lain, sesuai dengan sila kedua pancasila. Ketiga
jenis nilai ini saling terkait satu dengan yang lainnya, oleh karena itu, tidak boleh dan
tidak mungkin ada penyimpangan di tiap tingkatan nilai. Karena, pasti akan segera
disadari ketika perwujudan nilai tersebut tidak cocok dengan nilai dasar atau nilai
instrumentalnya.

10
2.3 Sebagai Nilai Dasar Fundamental Bagı Bangsa dan Negara RI
a. Dasar Filosofis
Suatu nilai yang bersifat sistematis, fundamental dan menyeluruh. Maka, silasila
pancasila merupaka suatu kesatuan yang bulat dan utuh, hierarkhis dan sistematis.

b. Nilai-nilai pancasila bersifat obyektif


1. Hakikat dan maknanya menunjukan adanya sifat-sifat umum universal dan abstrak.
2. Nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa indonesia.
3. Pancasila terkandung dalam UUD 1945, menurut ilmu hukum memenuhi syarat
sebagai pokok kaidah yang fundamental negara sehingga merupakan suatu sumber
hukum positif di Indonesia.

c. Nilai-nilai subjektif Pancasila


1. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa sebagai kausa
materialis.
2. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia sehingga merupakan jati
diri bangsa.
3. Nilai-nilai pancasila di dalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai kerokhanian.

d. Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Fundamental Negara


Suatu sumber dari segala hukum dalam negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 secara yuridis memiliki kedudukan sebagi
Pokok Kaidah Negara yang Fundamental.

e. Derivasi dari nilai-nilai pancasila


1. Pokok pikiran pertama : negara persatuan adalah negara yang melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia, mengatasi segala aham golongan
maupun perorangan. (sila ketiga)
2. Pokok pikiran kedua : negara hendaknya mewajudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. (sila kelima)
3. Pokok pikiran ketiga : negara berkedaulatan rakyat. Berdasarkan atas kerakyatan
dan perwakilan. (sila keempat)
4. Pokok pikiran keempat : negara berdasarkan as ketuhanan yang maha esa menurut
dasar asiaan yang adil dan beradab. (sila pertama dan kedua)
11
f. Inti Isi Sila-sila Pancasila
Sebagai suatu dasar filsafat negara, sila- sila pancasila merupakan suatu sistem nilai.
Maka, sila-sila pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Adapun nilai-
nilai yang terkandung dalam setiap sila, namun kesemuanya mempunyai keterkaitan
dengan sila-sila lainnya.

g. Nilai yang terkandung dalam setiap sila


1. Sila pertama : negara adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai
tujuan manusia sebagai makhluk tuhan yang maha Esa.
2. Sila kedua : negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk yang beradab.
3. Sila ketiga : negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia.
4. Sila keempat : hakikat negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia
sebagai makhluk individu da sosial.
5. Sila kelima : Indonesia adalah suatu negara yang bertujuan untuk mewujudkan
suatu kesejahteraan untuk Seluruh warga dan rakyatnya.

12
2.4 Makna Nilai-nilai Setiap Sila Pancasila
Pancasila merupakan ideologi dari, oleh, dan untuk bangsa Indonesia. Pancasila
merupakan falsafah dan pandangan hidup bangsa yang dijadikan ideologi bangsa
Indonesia. Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua kata, yaitu
'panca' yang berarti lima, dan 'sila', yang berarti prinsip atau asas. Hal itu berarti terdapat
lima pegangan utama bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kelima sila tersebut ialah Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam kelima sila pancasila tersebut, terkandung nilai-nilai yang memberikan suatu
pedoman yang sangat baik dan apabila dipraktikkan akan membuat kehidupan warga
negara Indonesia lebih bermartabat. Maka dari itu, Pancasila harus diamalkan dan
diimplementasikan dalam setiap sendi-sendi kehidupan Indonesia berbangsa dan
bernegara.
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam sila 'Ketuhanan yang Maha Esa' terkandung nilai bahwa negara yang
didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai mahkluk Tuhan
Yang Maha Esa. Segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara bahkan moral penyelenggara negara, politik negara, pemerintahan negara,
hukum dan peraturan perundang-undangan negara, kebebasan dan HAM harus dijiwai
nilai- nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Dalam sila 'kemanusiaan yang adil dan beradab', terkandung nilai-nilai bahwa
negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai mahkluk yang
beradab. Nilai kemanusiaan yang beradab adalah perwujudan nilai kemanusiaan
sebagai mahkluk yang berbudaya bermoral dan beragama. Itulah mengapa, dalam
kehidupan bersama dalam negara harus dijiwai oleh moral kemanusiaan untuk saling
menghargai, sekalipun terdapat perbedaan karena hal itu merupakan suatu bawaan
kodrat manusia untuk saling menjaga keharmonisan dalam kehidupan bersama.

13
3. Sila Persatuan Indonesia
Dalam sila 'Persatuan Indonesia' terkandung nilai bahwa negara adalah
penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis, yaitu sebagai mahkluk individu dan
makhluk sosial. Adanya perbedaan bukan untuk menjadi konflik dan permusuhan,
melainkan diarahkan pada suatu yang saling menguntungkan, yakni persatuan dalam
kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.

4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan


Perwakilan
Nilai filosofis yang terkandung di dalam sila keempat, bahwa hakikat negara
adalah sebagai bentuk sifat kodrati manusia sebagai mahkluk individu dan makhluk
sosial. Negara adalah dari dan oleh rakyat. Rakyat merupakan asal mula kekuasaan
neagra. Maka itu, dalam sila 'kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam pemusyawaratan perwakilan', terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak
harus dilaksanakan dalam hidup berbangsa dan bernegara.

5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Dalam sila kelima terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan negara sebagai
tujuan dalam hidup bersama. D dalam sila kelima tersebut juga terkandung nilai
keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial). Keadilan
tersebut harus didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan, yaitu keadilan
dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya.

14
2.5 Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Ditinjau dari rumus rangkaian kesatuan setiap sila dalam pancasila, maka terkait
masalah etika, lebih khususnya etika politik pancasila, sangat berhubungan dengan sila
kedua. Oleh sebab itu, rumus rangkaiannya dengan keempat sila yang lain adalah seperti
ini “Etika politik Pancasila adalah perbuatan atau perilaku politik yang selaras dengan
Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang bersila ketiga, bersila keempat, bersila kelima,
dan bersila kesatu.”
Seperti yang di pahami, persoalan terkait etika berhubungan dengan masalah nilai.
Adapun postulat mengenai nilai Ilmu Filsafat Pancasila ialah hakikat manusia Pancasila.
Oleh sebab itulah rumus dari keseluruhan rangkaian kesatuan sila dalam Pancasila yang
bersinggungan dengan etika Politik Pancasila diawali dari sila kedua yaitu Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab.
Untuk menguraikan rumus tersebut ke dalam penjelasan yang lebih terang, maka
pemahaman akan etika politik Pancasila mesti disesuaikan dengan kebutuhannya.
Dengan kata lain, setiap sila dalam Pancasila harus diuraikan dengan pengertian-
pengertian yang umum ke dalam pengertian yang khusus. Beriringan dengan hal
tersebut, yang harus diingat adalah setiap pemahaman mengenai sila-sila dalam Pancasila
dikualifikasi oleh keempat sila yang lain.
1. Etika Politik Pancasila dan Filsafat Politik Pancasila
Etika Politik Pancasila merupakan percabangan dari filsafat politik Pancasila yang
memandang baik dan buruknya suatu perbuatan maupun perilaku politik dengan dasar
Filsafat politik Pancasila. Adapun definisi Filsafat Politik Pancasila yaitu segenap
keyakinan yang diperjuangkan penganutnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara Indonesia berdasarkan Pancasila.

2. Nilai-nilai Etika dalam Pancasila


Seperti yang kita pahami, etika tentunya membantu manusia dalam hal penentuan
mengenai tindakan yang perlu dilakukan dan apa alasannya hal tersebut harus
dilakukan. Pancasila sebagai dasar negara merupakan etika bagi bangsa Indonesia
dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedangkan nilai-nilai etika
yang dapat kita temukan dalam Pancasila dimanifestasikan dalam bentuk tatanan
seperti berikut:

15
a. Tatanan bermasyarakat memiliki nilai-nilai dasar seperti pelarangan akan
eksploitasi sesama manusia. Semua orang wajib untuk berperikemanusiaan dan
juga berkeadilan sosial.
b. Tatanan bernegara memiliki nilai-nilai dasar merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan
makmur.
c. Tatanan luar negeri memiliki nilai ketertiban dunia, perdamaian abadi,
kemerdekaan, dan keadilan sosial.
d. Tatanan pemerintah daerah dengan nilai-nilai permusyawaratan yang mengakui
asal-usul atau latar belakang keistimewaan daerah.
e. Tatanan hidup beragama dengan kebebasan beribadah sesuai dengan keyakinan
masing- masing.
f. Tatanan bela negara, hak dan kewajiban warga negara untuk membela negara.
g. Tatanan pendidikan, dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.
h. Tatanan berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapat.
i. Tatanan hukum dan keikutsertaan dalam pemerintahan.
j. Tatanan kesejahteraan sosial dengan nilai dasar kemakmuran bagi seluruh
masyarakat.

3. Contoh penerapan etika politik Pancasila


Contoh kasusnya dapat kita temukan dalam kegiatan kampanye yang (harusnya)
sesuai dengan etika Pancasila. Dalam kampanye, orang-orang dapat menjalankan
dengan caranya, akan tetapi harus tetap dengan memegang prinsip sebagai berikut:
a. Berkampanye dengan tetap mengusung nilai-nilai kemanusiaan, contohnya dengan
tetap menjaga keamanan pihak lain, tidak merugikan orang lain, dan menjaga
hubungan baik dengan sesama agar tetap harmonis, sehingga bentrokan tidak akan
pernah terjadi. Hal ini berdasarkan pada sila ke-3.
b. Peraturan dalam kegiatan berkampanye harus dipatuhi, sebab dengan menaati
ketentuan berarti memberi keselamatan bagi diri kita semua. Hal tersebut
berdasarkan pada sila ke-4.
c. Pemilu dan kampanye memiliki tujuan akhir kemakmuran dan kesejahteraan hidup
bersama. Oleh sebab itu, sebaiknya hindari hal-hal yang menjadi penghambat
usaha-usaha menuju kesejahteraan bersama. Langkah tersebut berdasarkan sila ke-
lima.

16
d. Dengan menyadari bahwa semua perbuatan yang tidak baik dengan
mengatasnamakan Pemilu atau kampanye tidak akan lepas dari pengawasan Tuhan
Yang Maha Esa. Hal ini didasarkan pada sila ke-1.
e. Permasalahan inti politik tentu saja tidak terbatas pada masalah kekuasaan. Namun,
politik ialah tentang seperangkat keyakinan dalam kehidupan bermasyarakat, juga
berbangsa dan bernegara yang diperjuangkan oleh orang-orang yang meyakininya.
Demikian adalah pengertian “politik” secara ilmiah. Adapun pengertian “politik”
secara non-ilmiah yaitu yang memiliki prinsip perjuangan demi memenangkan
kekuasaan. Bahkan cenderung mengabaikan nilai kemanusiaan, sehingga
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

17
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah nilai, moral dan norma adalah hal yang sangat
penting yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Karena tiga hal itu yang membuat
manusia menjadi manusia yang beretika. Nilai moral adalah nilai yang mengatur tingkah
laku seseorang mengenai apa yang baik dan benar. Sedangkan Norma adalah sebuah
pedoman dalam bertingkah laku.
Nilai, moral dan norma merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Masalah-
masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia berkaitan dengan nilai, moral, dan norma
antara lain mengenai kejujuran, keadilan dan perbuatan negatif lainnya sehingga perlu
dikedepankan pendidikan agama dan moral karena dengan adanya panutan, nilai,
bimbingan, dan moral dalam diri manusia akan sangat menentukan kepribadian individu
atau jati diri manusia, lingkungan sosial dan kehidupan setiap insan. Pendidikan nilai
yang mengarah kepada pembentukan moral yang sesuai dengan norma kebenaran
menjadi sesuatu yang esensial bagi pengembangan manusia yang utuh dalam konteks
sosial.

3.2 Saran
Saran dari makalah ini adalah nilai,moral dan norma sangat penting untuk dipelajari
oleh karena itu penulis berharap agar tiga aspek ini terus diajarkan di setiap sekolah,
masyarakat dan perguruan tinggi karena ini menyangkut tentang pedoman kita dalam
bertingkah laku yang baik sebagai manusia yang mempunyai etika berbangsa dan
bernegara.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dian,Sahira. Konsep nilai norma dan moral. Dikutip dari :


https://sahiradian.blogspot.com/2017/12/konsep-nilai- norma-dan- moral.html?m=1

Hakim,Iqbal. Nilai praktis nilai instrumental dan nilai dasar pancasila. Dikutip 13 Juni 2020,
dari :
https://insanpelajar.com/nilai-praktis- nilai- instrumental-dan-nilai-dasar-pancasila/

Izmi. Pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi bangsa. Dikutip 20 Desember 2014,
dari:
https://www.slideshare.net/izmiKM/pancasila-sebagai-nilai-dasar-fundamental-bagi-bangsa

Nugroho,Faozan. Nilai-nilai setiap sila Pancasila yang perlu diketahui dan dipahami. Dikutip
03 Agustus 2021 | 17.40 WIB, dari :
https://www.google.co.id/amp/s/m.bola.com/amp/4622843/nilai-nilai-setiap-sila-pancasila-
yang-perlu-diketahui-dan-dipahami

Voi. etika politik Pancasila nilai-nilai dan contoh penerapannya. Dikutip 22 April 2021 |
16.24 WIB, dari :
https://voi.id/berita/46327/etika-politik-pancasila- nilai-nilai-dan-contoh-penerapannya

Indah, Agnes. Makalah Manusia nilai moral dan hukum. Dikutip 2019, dari :
https://www.google.co.id/amp/s/agnesindahpratiwi.wordpress.com/2019/04/27/makalah-
manusia- nilai- moral-dan- hukum/amp/

19

Anda mungkin juga menyukai