Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PENJELASAN UMUM SOIL NAILING

1.1. Penlelasan llmum

Soil nailing adalah perkuatan tanah dengan cara memberi tanah paku-paku

dengan panjang tertentu yang berjarak rapat. Hal ini mengakibatkan terbentuknya

struktur gravitasi koheren yang menimbulkan efek naiknya shear strength tanah secara

keseluruhan dan menahan kemungkinan gejala pergerakan tanah (displacement). Jadi

prinsip soil nailing menyatukan massa tanah di suatu bagian tanah yang kurang stabil,

sebagai penahan dinding pada penggalian serta sebagai penambah stabiHtas lereng

(gambar 2.1).

Gambar 2.1 Struktur Penahan Tanah dan Stabilitas lereng(Mitchell, J.K dan
Villet, W.C.B, 1987)

Struktur soil nailing terdiri dari paku dan lapisan permukaan shotorete. Paku ini

terbuat dari tulangan baja atau logam lain yang dapat menahan tegangan tank,

tegangan geser dan momen lentur. Tulangan baja ini dimasukkan pada lubang yang

disediakan (dengan drilling) kemudian digrout dengan cairan semen. Paku tidak
diprestressed dan jarak antar paku yang satu dengan yang lain sekitar 1 sampai 2

meter. Kepala paku-paku yang terdapat di atas permukaan dinding dijadikan satu oleh

suatu lapisan beton tipis dengan tebal 10-20 cm yang dicor dengan sistem semprot

(shotcrete) dan dipcrkuat dengan wiremesh. Kemudian pada paku dipasang pelat baja

tipis sebelum diikat dengan sekrup baja. Potongan dan detail soil nailing ditunjukkan

pada gambar 2.2 dan tipe soil nailing secara umum dipcrlihatkan pada tabel 2.1.

Eiljthw Ctift
Ad|uit Eler. md U r p h o(
Top Rtint. to Suit location
of Utilitlot. tct.

TYPICAL SECTION

Stt VIEW A

Bottom ol Eica.

Second Appl. 2"

4-*4 Hotti. * « l « Bin

Ml Re-bif (T»;)
(0 IM Win. Yuld

- « - j 6 - i 1 / : " PUK

- 4 " I 4" - l / l Hilt fciti

UnfUi unrout<4. ,
packed w i t h s o i \ j

VIEW A ( T r p )

Gambar 2.2 Potongan dan Detail Kontruksi Soil Nailing (Shen, 1981)
6

label 2.1 Tipe Soil Nailing Secara Umum (Konstruksi, Oktober 1995)

TIPE SOIL NAILING SECARA UMUM

I T"i[>* f o i l I T»n#fi 1 a f'tves l * i t * c u « l i v a r y soft conserve; t o i l


(•• n i i f v a to«l ( s a n d ) d a n
c a t a u k o m b t n a a l f f y a , d a n g a n tyawat khuawe
K h u S u * v e r y « o f l r o h e i i v i sotl diparlufcan tetep*
u s i a m k h u a u * . i p o a t g r o u e a d ao«l n a U m g v*da. P r a t a m a 9 3 . 9 4 )

Oat e m gat*a* t e m p a i ilengen 29 m I m a k i i m u m yang


parnah drfatukan hingga taat mi).
u n i o n d w r a h dt J a k a r t a
ileareh J l Gatot S u b n M o , K u n r n g a n , M a n t a n g , K e b e y o r e n d t l

i Pattereluka* D i n d i n g b a a a m a n t , l a r a n g )alen a b d t n g a / a a dH
a D a p a t a a b a g a t t t m p o r » r y sort n a i l i n g
b Dapat sabagei p a r m a n a n t t o i l nailing
tettapan a w » l Soil Nailing 0,9 m h i n g g a 1.1 m dart p a r m u k a a n m a n u r u n i d o w n stage
pa( l a y e r |
s Lutieny M M
ukuran d i a m n i e r 3,5 h t n g g * 12 mci
i»'»* lubeng 3 h t n g g a 7 mci
l u d i r t kemnirtgari 15, h o r t s o n i a l a t a u d a n g a n v e n a s m y a
dalam RON h i n g g a 100 % d a n t o t a l rent a n * k a d a l a m a n
6 Steel be<
diameter 3/4 h i n g g a 11/2 inci
|»nii delormet
grade U 3 9 a t a u P C . bars l u n t u k h i g h t e n s i l e )
khuSOS imtiik | f r i - i » [ | « n dilapiSi e p o m / , d i piCrtek k n r o t t a t a u Lamnya
7 M a t e r i a l gfmrt W a t e r C e m e n t r a t i o - 0.4 h i n g g a O S a t a u S G » 1.6
8 Drain P r e f a b r i c a t e d : m i r a d r a i n , c o r d r e i n a t a u jenrt l a m n y a d a n g a n lebar
Lebar d r a m 1 h t n g g a 2 inci
9 Accessories
• Wtra mash 1 0 x 1 0 c m . 4 m m hingga 1 5 * 1 5 m m . 4 m m
B a a n n g Plate 15 a I S c m h t n g g a 2 0 * 2 0 c m , l a b e l 3/8 h i n g g a 1/2 mc<
Nul tipa h e a v y d u t v
• S hot c fete
• (hichkness 4 h i n g g a 1 0 inci
• kekuatan 3 0 0 0 h i n g g a 4 . 0 0 0 p«i ( 2 1 0 k g / c m 2 2 5 0 k g / c m 2 ,
• Jems material lihat grafik
10 W o r k i n g tensile load : 10 • 22 t o n d a n g a n P C . bars d a p a t > 3 0 t o n
11 Oswetermg d i l a k u k a n btla d t j u m p a i m u k a a i r t a n a h d a n g k a l
12 Instrumentation • Inclinomatar (mutlek). atau m a n u a l monitoring
Strain gauges
F Ktennometer
- Piaiomatar

(Sebagian dtsrtast dart VAP HJ. 1994 dan ditengkept oien Praiama. 19941

H.2. Seiarah Perkembangan

Perkuatan tanah dengan pemasangan susunan paku-paku ini merupakan teknik

yang lama. Pada dekade terakhir ini metode tersebut telah berkembang dan dipakai

untuk pembuatan terowongan dan stabilisasi bidang longsor banian dengan angker

logam yang digrout pada massa banian, yang disebut dengan rock bolting. Sistem ini

dikembangkan dalam membuat terowongan yang dikenal sebagai "New Austrian

Tunneling Method" (NATM) oleh Rabcewicz (1964, 1965). NATM merupakan

kombinasi antara rock bolting dengan shotcrete dan sering dipakai menggantikan

metode konvensional dalam konstruksi penyangga terowongan. Dengan memperkuat


tanah disekitar terowongan akan mengurangi beban pada penyangga terowongan.

Perbandingan antara penyangga terowongan konvensional dan NATM diperlihatkan

pada gambar 2.3

TUNNELING

a) CONVENTIONAL METHOD ^ b) A U S T R I A N TUNNELING METHOO

DECREASE OF THE /
CONFINING P R E S S U R E / ANCHOR PIN
<T, -~ 0 / \

iNCREASE OF THE
CONFINING PRESSURE
<r, » Pi

REINFORCEO MESH
CONCRETE
REINFORCEMENT

SHOTCRETE

<rr « C O N F I N I N G PRESSURE AT F A C I N G
P, = I N I T I A L PRESSURE

Gambar 2.3 Metode Konvensional dan New Austrian Tunneling Method


(Joseph P.Welsh)

Teknik soil nailing dikembangkan dan diilhami dari NATM dan reinforced

earth. Pada pembuatan terowongan rock bolting dipakai untuk membatasi deformasi

yang terjadi, kemudian membentuk massa batuan yang terkunci bersama (gambar 2.3).

Pada reinforced earth, tanah urugan diperkuat dengan geogrid atau logam lainnya

dengan tahap pengerjaan mulai dari bagian bawah ke atas. Sedangkan pada soil nailing

tanah diperkuat oleh paku baja dengan tahapan pengerjaan mulai dari atas ke bawah.

Meskipun reinforced earth dan soil nailing mempunyai fungsi yang sama untuk
memperbaiki massa tanah di belakang struktur penguat tetapi pcrilaku displacement

berbeda (gambar 2.4)

Soil nailed wall fleinfbrcocJ Earth W a l '

Gambar 2.4 Perbandingan Displacement Lateral Soil Nailing Dengan


Reinforced Earth (Jones.C.P.D, 1990)

Soil nailing mulai dikembangkan pada dekade 70-an di Perancis dan Jerman.

Usaha-usaha penetitian di negara tersebut sebagian besar dilakukan oleh kontraktor

yang melihat kemungkinan potensial untuk menghemat biaya.

Metode soil nailing pertama kali dipakai untuk penahan tanah setinggi 18 m

dengan kemiringan 70 derajat di Versailles-Perancis tahun 1972 oleh Rabejac dan

Toudic (1974) serta Hovart dan Rami (1975) (Gambar 2.5).

EH Amerika Utara metode soil nailing yang disebut juga slstem penahan tanah

lateral diselidiki Shen (1978, 1981). Sistem ini dibuat dengan memasukkan soldier pile

konvensional dengan pengikat dan berhasil dipakai untuk penggalian sedalam 18 m.


9

Versailles - SNCF (1972 )

Cemented
. Fpntairiebleau
Sand

• + . 32'
C' 400 psf

Railway track*

2 Bars 0.5 inch diameter


grouted in i I inch
diameter pre-bored hole

Gambar 2.5 Aplikasi Pertama Struktur Penahan Tanah Soil Nailing


(Mitchell, J.Kdan Fillet, W.C.B, 1987)

Diperkenalkan di Amerika Serikat pertama kali tahun 1976 pada proyek Good

Samaritan Hospital di Oregon, Portland setinggi 14 m pada tanah silty sand dan sandy

silt layers. Dan makin populer, karena konstruksinya murah dan mudah, serta

umumnya dipakai oleh the Federal Highway Administration (FHWA), yaitu Bina

Marga-nya Amerika. Saat ini struktur soil nailing tertinggi mencapai 28 m dipakai pada

tanah clayey gravel alluvium untuk dinding permanen di dekat Lyon, Perancis tahun

1990 (gambar 2.6). Sedangkan di Amerika struktur soil nailing tertinggi baru mencapai

23 m untuk eskavasi bangunan di Seattle tahun 1993 (Chassie, 1993).


10

Shofcrelf!
fociny - '.'''.V.1'.1 -,-•-•••"•:" ~A'i^<r>r

, - 13) oul(?(i fn ill-,


Steel hoi; ,j,

H = 20m

b. Inclined soil nailed wall, 20 meters high (Southern entrance of Dornbcs Turm«
Hhone-Alpes TGV line, 1990).

Gambar 2.6 Dinding Soil Nailing tertinggi di Perancis (Ir.Sindhu R, 1995)

Bersamaan dengan perkembangan soil nailing, suatu sistem yang hampir sama

disebut root piles (Lizzi dan Camavale, 1979) juga dipakai untuk struktur penahan

tanah dan stabilitas lereng. Perbedaan antara root pile dan soil nailing yaitu tulangan

pada root pile digrout dengan tekanan tinggi (115 - 150 psi) dan penempatan

inklusinya berbeda. Grouting dengan tekanan tinggi menimbulkan dua efek, yaitu:

1. meningkatkan lekatan antara tulangan baja dengan tanah sehingga dapat mengurangi

panjang tulangan.

2. grouting dengan tekanan tinggi mengisi celah-celah tanah sehingga membcntuk

massa tanah komposit dengan jarak root piles yang dekat.


11

Perhitungan root piles ini sama dengan perhitungan struktur penahan tanah gravitasi

dari beton.

II.3. Apllkasl Soil Nailing

II.3.1. Kondisi Lapangan untuk Penerapan Soil Nailing

Soil nailing dapat dipakai pada tipe tanah fines, coarse soil (sand, gravel),

loamy loess dan kombinasinya. Tetapi tidak cocok pada tanah purely non cohesive

soil, high plasticity (soft/wet clay), loose backfill soil dan tanah dengan muka air tanah

tinggi. Pada daerah pegunungan pemakaian soil nailing dapat meminimalkan

penggalian yang diperlukan untuk struktur penahan tanah.

Di dalam mendesain soil nailing untuk clayey soil hams diperhatikan terhadap

peningkatan saturasi yang dapat mengurangi friction atau adhesi pada perkuatan tanah.

Juga meningkatkan gaya tank pada perkuatan karena terjadi penurunan shear strenght

tanah. Tekanan air pori hidrostatik dapat terganggu ketika terjadi displacement lateral

yang beiiebihan pada permukaan. Untuk clayey soil dipeiiukan perkuatan high

density yang lebih mahal perkuatan biasa.

H.3.2. Aplikasi Umum dan Khusus

Berdasarkan umur pemakaian (service period) soil nailing dibedakan atas

dinding permanen dan dinding sementara. Penggunaan soil nailing untuk struktur

sementara karena :
.--•TV ' « «NV*

12

1. teknologi lapisan permukaan masih belum menghasilkan permukaan aesthetic

dengan kualitas baik untuk struktur permancn.

2. masih sulit perhitungan korosi terhadap tulangan baja pada tanah heterogen

3. masih sulit memproduksi perkuatan yang murah dengan ketahanan tinggi terhadap

korosi.

Tetapi akhir-akhir ini dibuat perkuatan tipe baru untuk struktur permanen yaitu

high adherence tube nails oleh Solrcnfor (gambar 2.7) dan prestresscd multi reinforced

nail oleh Intrafor-Cofor (gambar 2.8) di Perancis. Pada kedua tipe perkuatan tulangan

baja dilapisi grouting untuk menahan penetrasi air.

LONGITUDINAL SECTION

P ' P ' f C * * * 'u*X » l m Inaction ho 4 «


O'Mftfl COO

Gambar 2.7 High Adherence Tube Nails (TBHA) untuk Struktur Permanen
(Mitchell, J.K dan Villet, W.C.B, 1987)

Saat ini soil nailing banyak dipakai sebagai sistem penahan untuk lereng jalan

raya, galian pada daerah pegunungan, stabilisasi lereng jalan kereta api, permukaan

tunnel dan penahan tanah pada penggalian basement bawah tanah.


13

Gambar 2.8 Prestressed Mult!reinforced Nail "lNTRAPAC"(Mitchell, J.K


danVillet, W.C.B, 1987)

Di Eropa banyak dipakai untuk konstruksi eskavasi struktur penahan sementara

pada proyek-proyek urban, gedung bertingkat dengan basement bawah tanah dan

fasilitas bawah tanah lainnya (Schlosser dan Juran, 1979; Schlosser, 1983; Guilloux,

1983; Louis, 1979). Beberapa proyek tersebut dipakai membuat data base untuk

merancang metode desain (Stocker, 1979; Gassier dan Gudehus, 1981; Schlosser,

1983). Beberapa proyek tipikal soil nailing secara ringkas diperlihatkan pada tabel

2.2

Di Indonesia soil nailing juga dipakai sebagai penahan sementara pada galian

basement bawah tanah. Proyek yang memakai soil nailing sampai saat ini yaitu gedung

GKBI (BRI HI) sedalam 14.5 m, apartemen RTTZ Menteng sedalam 7.5 m, Centaury

Park sedalam 9 m, Bank BSB dan Bank Tiara sertaPondok Indah Office Tower.
Tabd 2.2 Beberapa Proyek llpikal Soil Nailing (Mitchdl, J.K dan Wet, W.C.B,
1987)

Type J Tyi* Height i Tjrpe of . Length of 1


of < of ' of atrucH rein- ' reinforce- t Spacing* i
1 Itruftuff toil turf | (nrcewntl 1 WflCt 1 (ft) 1
1 I '!: > 1 1 ' ft » ! V I ft |
' « i i l « » retam- i cewnitd ! '6 1 grauted b a n ( 13 tc 20 | 3. ir.). J |
I ing i t rue t o r i I f , o « a *nd I | ; ban/reinf I 1 1
! (VereaiIleal 4> • 32* | 0.5 i n c h d i a j 1 1
' ' !"•*:> c • -oo p t i ( i | i !
I *««»or*rv
| '.rljn t c t i i r - l i n t * eieri }i , (routed b a n > 2b , •• OiiO
1 tng a t r u c t u r e $ * 35* | J
' (Nice M U M ) | r • !00 M ' !
i Ttaportrv i I
j Iroen r e t a i n - • eilty eel- 39 | d n x n cubti . 20 | :.S«2.i
J mg a t r u c t u r e t l u v i u a and | 1 407*9 * • |
j I r a n i ) ( !9"6) 1 aand j
! Tt*por«rv 0>'- 2 0 * - 3 5 * ! i
• Detaining , LC»P«CI I -b 1 grouted b a n i 23 to 30 1 b.b»;0
| atructure for 1 Kiriinc 1 | 1 inch <t i a . |
1
underground dj>' * 55* •
• ptrhinf l l r m f h , c " 0 [ 1
! k\p») ( 1 9 1 0 ) I ! i
Teeiporar* 1 '
;
Cut f l o p * re - c.avey t r i l l i 2C ', grouted b i n 1 3C to 33 i *.*»».*
taming i t rue- c. • 0 j 1 inch d i e . j
' t u r t (French l <f» - IB" |
t Aipt ( H I ! 1 ! ' < 1
i Feraanent '
1 I K J V U I O H ri - i u n d with | 98 I grouted b a n ' 20 t e «6 : v«r*in| j
1 taining i t r u c - 1 eandetone I j 1 inch d i e . | ] (average j
1 ture ( l » o n ) i li..n | | 1 ft.B-10) |
f I 1904) l [ j | |
i f t mane nt t '
l tuawaticn re- • calcareous 3b 1 grouted b a n i 23 to 39 1 Q.DKIO
I taming etruc- > eurl 1 1 to I t inch |
1
ture ( a o u t h - C • 35* ! j dia. 1 j
1t i n Frmri) 1 c ' » - 0 0 pef | i i
l Teaporarv ' '
1 detaining reaoldea, 3C : grouted bare t 33 -*-
1 atructure 1 a t i f f aarl I 1 I f inch d i a . |
j (faria) j C • 25" i i
' Tevporarv i e'- 0 i
' f i t i v i t t o n re- | vvatnered 4, ( grouted b i n I lb tc 30 3.Jai.4
1 taming etruc- ' ihalt | 1 to I t inch |
' ture ( F r a n c e ) 1 6 - 4 5 ' ! 1 dia. 1
1 Teaporer* i e' • 0 i
| [ u i v i t i o n for 1 u r l , eal- j ill
| facing of t u n - 1 careoua
| «e t entrance | curl
1 float I )

Pada prakteknya aplikasi khusus soil nailing masih terbatas. Pada

pengembangan tunneling metode ini dipakai untuk menyangga circular shaft memakai

panel logam dan batang angker seperti gambar 2.9.


Remlcxcifyj oo'i
R«m<orcr«5 bo's

Support of Circular Shafts Using


Metallic Facing and Soi : Nailing
*

Gambar 2.9 Contoh Soil Nailing Shaft (Louis, 1981)

II.4. Keuntungan Soil Nailing Dibandingkan dengan Metode Lain

Beberapa keuntungan dalam pemakaian soil nailing yaitu :

1. Dapat menghemat biaya, karena (dibandingkan sistem angker):

- tidak memakai soldier pile

- panjang pengeboran lebih pendek

- waktu pengerjaan lebih cepat

- dapat memakai peralatan pengeboran kecil

2. Peralatan konstruksi kecil sehingga lahan kerja yang diperlukan tidak begitu luas.

3. Dapat dipakai untuk struktur permanen maupun struktur sementara.

4. Dapat menyesuaikan dengan kondisi lapangan. Kemiringan permukaan dan

tulangan, bentuk struktur, density dan dimensi perkuatan dapat disesuaikan dengan
16

kondisi lapangan dan karaktcristik tanah dikctahui pada tiap level kedalaman

selama proses penggalian

5. Fleksibel dan mempunyai tahanan terhadap beban gempa.

Soil nailing lebih fleksibel dibandingkan dengan dinding penahan konvensional.

Stuktur ini mampu menyesuaikan terhadap deformasi yang terjadi pada tanah

sekitamya dan menahan penunman total pada semua ai ah.

6. Mudah pengerjaannya baik pada pada tanah homogen heterogen dan matenalnya

mudah diperoleh.

Pada tanah heterogen mungkin terdapat batuan keras dan soil nailing lebih mudah

pengerjaannya dibandingkan metode lain seperti slurry wall dan soldier pile karena

hanya memerlukan pengeboran dengan diameter kecil untuk pemasangan paku.

7. Metode konstruksinya tidak mengganggu lingkungan sekitamya karena:

- memakai peralatan relatif kecil

- tingkat kebisingan rendah

- bebas dari ge~iran/vibrations

Kelebihan soil nailing dibandingkan dengan metode penahan tanah lainya :

1. Dari penahan gaUan sementara dapat dipakai menjadi fasilitas permanen.

2. Mengurangi penggalian dan pengurugan.

3. Mengurangi pemakaian beton.

4. Tidak memerlukan pemakaian pondasi dalam untuk penyangga.

Beberapa hal yang harus dihindari dalam pemakaian soil nailing yaitu:

1. Pipa air, jaringan kabel listrik, telepon atau fasilitas kabel lainnya.
2. Kondisi muka air tinggi

3. Material timbunan yang lepas

4. Beban timbunan yang tinggi dan berat

5. Beban yang berat pada permukaan dinding

6. Penggalian yang melebihi batas

7. Pengerjaan konstruksi tidak sesuai dengan spesifikasi

8. Konsultan perencana dan kontraktor yang tidak berpengalaman

Anda mungkin juga menyukai