Anda di halaman 1dari 28

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,

DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan Teori

1. Hakikat Kemampuan Menghitung Perkalian

a. Pengertian Kemampuan

Kemampuan berasal dari kata mampu yang mempunyai arti dapat

atau bisa.  Kemampuan juga disebut kompetensi. Donald dalam Sardiman

mengemukakan bahwa kemampuan adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya pikiran dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan.

Mampu adalah cakap menjalankan tugas, mampu, dan cekatan.

Kata kemampuan sama artinya dengan kecekatan. Mampu atau kecekatan

adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar.

Seseorang yang dapat melakukan dengan cepat tetapi salah tidak dapat

dikatakan mampu. Spencer and Spencer dalam Hamzah Uno

mendefinisikan kemampuan sebagai karakteristik yang menonjol dari

seseorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan/superior

dalam suatu pekerjaan atau situasi.

Poerwadarminta mempunyai pendapat lain tentang kemampuan,

yaitu mampu artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu,

sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan, kekuatan.

10
Pendapat lain dikemukakan juga oleh Nurhasanah, bahwa mampu artinya

(bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan  kemampuan artinya

kesanggupan, kecakapan.

Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan

benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan mampu. Seseorang yang

mampu dalam suatu bidang tidak ragu-ragu melakukan pekerjaan tersebut,

seakan-akan tidak pernah dipikirkan lagi bagaimana melaksanakannya,

tidak ada lagi kesulitan-kesulitan yang menghambat.

Ruang lingkup kemampuan cukup luas, meliputi kegiatan berupa

perbuatan, berfikir, berbicara, melihat, dan sebagainya. Akan tetapi dalam

pengertian sempit biasanyakemampuan lebih ditunjukkan kepada kegiatan

yang berupa perbuatan.

Dari beberapa pengertian kemampuan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa kemampuan adalah kompetensi mendasar yang perlu

dimiliki siswa yang mempelajari lingkup materi dalam suatu pelajaran

pada jenjang tertentu.

(1) Jenis – Jenis Kemampuan

Menurut Hamalik, kemampuan dapat dibagi menjadi dua jenis,

yaitu sebagai berikut:

1. Kemampuan intrinsik adalah kemampuan yang tercakup di

dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan

murid;

11
2. Kemampuan ekstrinsik adalah kemampuan yang hidup dalam

diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional.

(2) Faktor - Faktor Kemampuan

Kemampuan sendiri terbagi menjadi beberapa kelompok antara

lain:

1. Kemampuan intelektual, yaitu kemampuan yang dimiliki

seseorang untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan

kemampuan berfikir.

2. Kemampuan fisik merupakan kemampuan melakukan

tugas-tugas yang menuntut tenaga atau stamina berupa

keterampilan, kekuatan, atau karakteristik serupa.

b. Pengertian Kemampuan Menghitung

Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat belajar

khas jika dibandingkan dengan ilmu yang lain. Kegiatan pembelajaran

matematika sebaiknya tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain,

karena setiap siswa yang belajar matematika itu berbeda beda

kemampuannya. Maka kegiatan pembelajaran matematika haruslah diatur

sekaligus memperhatikan kemampuan siswa. Salah satu aspek dalam

matematika adalah berhitung. Berhitung dalam matematika terdapat di

hampir sebagian besar cabang matematika seperti aljabar, geometri dan

statistika. “Kemampuan menghitung mengungkapkan bagaimana seseorang

memahami ide-ide yang diekspresikan dalam bentuk angka-angka dan

bagaimana jenisnya seseorang dapat berfikir dan menalar angka-angka”.

12
Menurut Nyimas Aisyah, dkk (2007:5-6) “Kemampuan menghitung

merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari

hari, dapat dikatakan bahwa dalam semua aktivitas kehidupan manusia

memerlukan kemampuan ini”1. Kemampuan menghitung dalam penelitian

ini mengenai kemampuan numerik siswa, karena numerik adalah

kemampuan hitung menghitung dengan angka-angka. Kemampuan ini

dapat menunjang cara berpikir yang cepat, tepat dan cermat yang sangat

mendukung keterampilan siswa dalam memahami simbol-simbol dalam

matematika. Menurut Slameto dalam Sulis, (2007:14) kemampuan numerik

mencakup kemampuan standar tentang bilangan, kemampuan berhitung

yang mengandung penalaran dan keterampilan aljabar. Kemampuan

mengoperasikan bilangan meliputi operasi hitung penjumlahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian2.

Berdasarkan bebrapa pernyataan para ahli diatas maka dapat

disimpulkan bahwa kemampuan menghitung (kemampuan numerik)

merupakan seseorang dapat mengoperasikan bilangan dengan logis cemat

dan tepat.

c. Pengertian Perkalian

Pada Hakikatnya perkalian adalah penjumlahan bilangan yang sama

sebanyak “n” kali. Sedangkan menurut Steve Slavin (2005:176) “perkalian

adalah penjumlahan yang sangat cepat”. “Pengertian perkalian dipahami

1
Nyimas Aisyah, dkk (2007:5-6)
2
Slameto dalam Sulis, (2007:14)

13
sebagai penjumlahan yang berulang”3. Pada operasi perkalian pada xl

bilangan cacah berlaku sifat komutatif dan asosiatif, yaitu bilangan yang

dikalikan saling ditukar tempatnya, hasilnya tetap sama. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa perkalian adalah penjumlahan yang berulang sebanyak

“n” dan berlaku sifat komutatif dan asosiatif.

Berdasarkan beberapa teori yang telah dibahas di atas maka yang

dimaksud dengan hakikat kemampuan menghitung perkalian adalah

kemampuan seseorang dapat menyelesaikan penjumlahan yang sangat cepat

atau berluang dengan cara yang logis cermat dan tepat, dengan indikator dapat

menyelesaikan soal perkalian satuan dan satuan, satuan dan puluhan serta

puluhan dan puluhan dengan hasil yang tepat.

2. Hakekat Metode Demonstrasi

a. Pengertian Metode Demonstrasi

Suatu kegiatan belajar mengajar tidak dapat tercapai tujuan yang

diharapkan tanpa adanya metode pembelajaran yang baik. Oleh karena itu,

diperlukan suatu metode agar tujuan yang diharapkan dapat terwujud

dengan baik. Sering kali hasil yang diharapkan dalam kegiatan belajar

mengajar kurang maksimal, karena tidak efektifnya metode yang

digunakan dalam pembelajaran. Maka memilih metode yang tepat, efektif

dan efisien mutlak untuk diperhatikan dengan sungguh-sungguh, salah

satunya dengan memilih dan menggunakan metode demnstrasi.


3
(http://www.google.co.id/gwt/n?u= http.p4tkmatematika.org.bilanganABC).

14
Menurut Nana Sudjana, “metode demonstrasi adalah suatu metode

mengajar memperhatikan bagaimana jalannya suatu proses terjadinya

sesuatu”.4 Syaiful, menjelaskan bahwa “metode demonstrasi adalah

pertunjukan tentang terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada

penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan

dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya”5. Sementara itu,

menurut Wianat Putra, dkk, “metode demonstrasi adalah cara penyajian

materi pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara

melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu”6. Hal yang

sama juga dikemukakan oleh Djamarah, yang menyatakan bahwa “metode

demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu

proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan

pelajaran”7.

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah metode pembelajaran

dimana seorang guru ataupun siswa memperagakan langsung suatu hal

yang kemudian diikuti oleh siswa yang lain sehingga ilmu atau

keterampilan yang didemonstrasikan lebih dapat bermakna dalam ingatan

masing-masing siswa.

4
Nana Sudjana (2010: 121)
5
Syaiful (2007: 210)
6
Wianat Putra, dkk ( 2004: 424 )
7
Djamarah, (2005: 2)

15
b. Ciri – Ciri atau Karakteristik Metode Demonstrasi

Menurut Drs. M Subana dan Sunarti berikut ini merupakan ciri – ciri

metode demonstrasi8:

1. Guru melakukan percobaan

2. Bertujuan agar siswa mampu memahami cara mengatur atau

menyusun sesuatu. Mengerti dalam menggunakan suatu, alat.

3. Siswa dapat memilih memperbandingkan cara terbaik.

Menurut Winatapura berikut ini merupakan karakteristik metode

demonstrasi adalah sebagai berikut:

1. Mempertunjukkan objek sebenarnya

2. Ada proses peniruan

3. Ada alat bantu yang digunakan

4. Memerlukan tempat yang strategis dan memungkinkan seluruh

siswa aktif

5. Guru dan siswa dapat melakukannya9

Adapula yang menuliskan bahwa karakteristik dari metode

demonstrasi adalah (1) mempertunjukkan objek sebernanya. (2) Ada

proses peniruan. (3) Alat – alat bantu yang digunakan. (4)

8
Drs.M. Subana dan Sunarti. 2008: 110-112 (https://nurhibatullah.blogspot.com/2016/06/metode-demontrasi-pengertian-
ciri.htm)

9
Winatapura (2005: 4.18)

16
Memerlukan tempat yang strategis. (5) Dapat guru dan siswa

melakukannya. (6) Mengamati sesuatu pada objek yang sebenarnya.

(7) Berpikir sistematis. (8) Pemahaman terhadap proses sesuatu. (9)

Menerapkan sesuatu cara secara paksa. (10) Menganalisa kegiatan

secara proses.10

Menurut Sumatri karakteristik dari Metode deomstrasi adalah

(1). Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dimiliki

peserta didik atau dikuasai peserta didik, (2). Mengkongkritkan

imformasi atau penjelasan kepada peserta didik, (3). Mengembangkan

kemampuan pengamatan, pendengaran dan penglihatan para peserta

didik secara bersama-sama11.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Karakteristik atau ciri

ciri dari metode demonstrasi adalah mempertunjukkan objek asli atau

replica atau cara (langkah) sesuatu, baik oleh guru atau pun oleh

siswa agar apa yang dipelajari lebih kongkrit.

c. Tujuan dan Prinsip Metode Demonstrasi

Menurut wawasan pendidikan yang ditulis di halaman website

mengatakan bahwa Tujuan pengajaran menggunakan metode

demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu

peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya dan kemudahan

untuk dipahami oleh siswa dalam pengajarn kelas. Metode

10
http://mapande.blogspot.com/2013/10/metode-demonstrasi-dalam-proses-belajar.html
11
Sumantri (1999:154)

17
demonstrasi mempunyai beberapa kelebihan dan kelekurangan 12.

Menurut Sudjana tujuan dari metode demonstrasi adalah untuk

memperagakan atau mempertunjukkan suatu keterampilan yang akan

dipelajari siswa. Pendapat tersebut sejalan dengan Roestiyah yang

menyebutkan bahwa tujuan metode demonstrasi adalah untuk

memperlihatkan terhadap anak didik bagaimana sesuatu harus terjadi

dengan cara yang paling baik. 13.

Berikut ini merupakan salah satu pendapat tujuan dari metode

demonstrasi yaitu mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus

dikuasai oleh siswa, Mengkongkritkan informasi atau penjelasan

kepada siswa dan Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada

para siswa secara bersama-sama14.

Nafisah dalam laman blog nya mengatakan bahwa Prinsip-prinsip

dalam penerapan metode demonstrasi adalah memuat analisis materi

pendidikan yang lebih luas dengan melakukan analisis terhadap kurikulum

yang ada.

Dengan menggunakan metode demonstrasi, berarti kita

menyampaikan suatu materi dengan berkomunikasi pada orang lain,

sehingga orang lain mengerti dan memahami. oleh karena itu diperlukan

prinsip-prinsip sebagai berikut:

12
https://www.wawasanpendidikan.com/2014/09/Pengertian-Langkah-Langkah-dan-Kelebihan-serta-Kekurangan-Metode-
Demonstrasi.html

13
Sudjana (2004: 217)

14
http://mapande.blogspot.com/2013/10/metode-demonstrasi-dalam-proses-belajar.html

18
i.        Menciptakan hubungan yang baik dan menarik perhatian murid

ii.      Menjelaskan dengan lebih jelas, sehingga orang yang sebelumnya

belum memahami akan dapat memahami setelahnya

iii.    Memikirkan pokok-pokok atau inti dari metosde demonstrasi,

supaya murid lebih memahaminya15.

Menurut Bid. Diah Widyatun dalam blognya mengatakan bahwa prinsip

demonstrasi adalah:

a. Menciptakan suasana/hubungan baik dengan siswa sehingga ada

keinginan dan kemauan dari siswa untuk menyaksikan apa yang

didemonstrasikan

b. Mengusahakan agar demonstrasi itu dapat jelas bagi siswa yang

sebelumnya tidak memahami, mengingat siswa belum tentu dapat

memahami apa yang dimaksud dalam demonstrasi karena

keterbatasan daya ingat;

c. Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu

pokok bahasan/topik tertentu tentang adanya kesulitan yang akan

ditemui siswa sambil memikirkan dan mencari cara untuk

mengatasinya16.

Melalui metode demonstrasi, seorang guru ingin menyampaikan

suatu pada peserta didik, melalui demonstrasi yang baik berarti guru

telah mengadakan komunikasi yang baik dengan para peserta

15
http://nafisahworld.blogspot.com/2014/08/metode-demonstrasi.html
16
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-demonstrasi-dan-eksperimen.html

19
didiknya. Sehingga peserta didik mengerti apa yang ingin guru

sampaikan kepadanya17.

Oleh karena itu ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan

antara lain:

1) Menciptakan suasana dan hubungan yang baik dengan

peserta didik sehingga ada keinginan dan kemauan dari peserta didik

untuk menyaksikan apa yang hendak didemonstrasikan.

2) Mengusahakan agar demonstrasi itu jelas bagi peserta didik

yang sebelumnya tidak memahami, mengingat peserta didik belum

tentu dapat memahami apa yang dimaksudkan dalam demonstrasi

karena keterbatasan daya pikirnya.

3) Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu

pokok bahasan atau topik bahasan tertentu tentang adanya kesulitan

yang akan ditemui peserta didik sambil memikirkan dan mencari cara

untuk mengatasinya.18

Dengan berpedoman ketiga prinsip di atas, maka kegiatan

demonstrasi akan kehilangan arah dan lepas kendali sehingga dapat

berjalan terarah seiring dengan tujuan yang telah digariskan

sebelumnya.19

d. Langkah – Langkah Metode Demonstrasi

17
Suharyono, Strategi Belajar Mengajar, (Semarang: IKIP Semarang Press, 2001), hlm. 35.
18
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama¸ (Malang FAK. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel,
2001), hlm. 297.
19
http://eprints.walisongo.ac.id/6971/3/03.%20BAB%20II.pdf

20
Teknik demonstrasi dilakukan dengan langkah - langkah sebagai

berikut:

1) Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai:

a) Pendidik, bersama peserta didik, menyusun bahan belajar untuk

didemonstrasikan. Bahan tersebut disusun berdasarkan kebutuhan belajar,

sumber – sumber yang tersedia, program/kurikulum yang telah disusun,

tujuan belajar yang akan dicapai, dan waktu kegiatan belajar yang

disediakan.

b) Pendidik, bersama peserta didik, menyiapkan fasilitas belajar

(tempat dan perlengkapan) dan alat-alat bantu yang diperlukan seperti

poster, diagram, perabot, model barang hasil produksi dan benda

sebenarnya.

2) Pada saat kegiatan pembelajaran

a) Pendidikan menjelaskan tujuan dan cara penggunaan teknik

demonstrasi serta motivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif

dalam kegiatan pembelajaran.

b) Pendidik memberi contoh dengan mendemonstrasikan proses

dan/atau hasil sesuatu sebagaimana tercantum dalam bahan belajar yang

telah disusun.

c) Pendidik meminta peserta didik melakukan kembali demonstrasi itu

dengan memberikan tugas kepada peserta didik. Pendidik membantu

mereka untuk menyusun bahan belajar yang akan mereka demontrasikan

21
d) Peserta didik mendemonstrasikan bahan belajar yang telah mereka

susun

e) Pendidik bersama peserta didik mendiskusikan hal-hal yang timbul

dalam kegiatan pembelajaran.

3) Pada akhir kegiatan pembelajaran, pendidik bersama peserta didik

melakukan penilaian terhadap bahan belajar dan terhadap proses serta hasil

penggunaan teknik ini.20

Melaksanakan metode demonstrasi yang baik dan efektif, ada

beberapa langkah-langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru

lalu diikuti oleh siswa dan diakhiri dengan evaluasi. Ali Muhammad,

mengemukakan bahwa langkah-langkah penerapan metode demonstrasi

adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan kecakapan atau keterampilan yang hendak dicapai

setelah demonstrasi

2. Mempertimbangkan penggunaan metode yang tepat dan efektif

untuk mencapai tujuan yang dirumuskan

3. Melihat alat yang mudah didapat, dan mencobanya sebelum

didemonstrasikan sehingga tidak gagal saat diadakan demonstrasi

4. Menetapkan langkah-langkah yang akan dilaksanakan

5. Menghitung waktu yang tersedia

6. Pelaksanaan demonstrasi

7. Membuat perencanaan penilaian terhadap kemajuan siswa21

20
Sudjana, Metode dan Teknik …, hlm.155-156
21
Ali Muhammad (2010: 85)

22
Langkah-langkah tersebut sebagaimana disebutkan tersebut, akan

dapat mengantarkan siswa untuk memperoleh pemahaman dan kecakapan

sesuai dengan tujuan demonstrasi itu sendiri.

Menurut pendapat dari para ahli yang telah dijelaskan diatas

hakikat metode demonstrasi adalah metode pembelajaran dimana seorang

guru memperagakan langsung suatu hal (kemudian diikuti oleh siswa)

mengenai suatu materi atau pokok bahasan tertentu yang sedang dipelajari

atau dibahas. Ada beberapa langkah – langkah yang harus kita tempuh

sebelum melaksanakan metode demonsrasi. Berikut ini merupakan

langkah – langkah pelaksanaan metode demonstrasi: (1) Merumuskan

kecakapan atau keterampilan yang hendak dicapai melaui metode

demonstrasi. (2). Mempertimbangkan penggunaan metode yang tepat dan

efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan. (3) Melihat alat yang

mudah digunakan atau didapat dan mencoba terlebih dahulu sebelum

melaksanakan demonstrasi. (4) Menetapkan langkah langkah pelaksanaan

dan menghitung waktu yang akan digunakan agar efesien dan efektif. (5)

Pelaksanaan demonstrasi. (6) Membuat perencanaan nilai terhadap

kemampuan siswa.

e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Setiap metode yang digunakan untuk pembelajaran terdapat

kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan metode demonstrasi.

23
Menurut Azwan Zain, metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan

kekurangan, sebagai berikut:

1. Kelebihan Metode Demonstrasi

a. Dapat membuat pembelajaran menjadi jelas dan lebih konkrit,

sehingga menghindari verbalisme.

b. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari

c. Proses pembelajaran lebih menarik

d. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara

teori dengan kenyataan, dan mencobanya melakukan sendiri.

2. Kekurangan Metode Demonstrasi

a. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus,

karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi

akan tidak efektif.

b. Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai

tidak selalu tersedia dengan baik.

c. Demonstrasi memerlukan kesiapan atau perencanaan yng

matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang

yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran

lain. 22

Syaiful Sagala, juga mengemukakan tentang kebaikan dan

kelemahan metode demonstrasi. Adapun kebaikan dan kelemahan metode

demonstrasi sebagai berikut:


22
Azwan Zain (2006: 91)

24
1. Kebaikan Metode Demonstrasi

a. Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap

penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati

secara teliti.

b. Dapat membimbing siswa kearah berfikir yang sama dalam

satu saluran pikiran yang sama.

c. Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis waktu

yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan

waktu pendek.

d. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan

hanya dengan membaca dan mendengarkan, karena murid

mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatan.

e. Karena gerakan dan proses pertunjukan, maka tidak

memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.

f. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau

keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.

2. Kelemahan Metode Demonstrasi

a. Derajat verbalisme kurang, peserta didik tidak dapat melihat

atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang

didemonstrasikan.

25
b. Untuk demonstrasi digunakan alat-alat khusus.

c. Dalam mengadakan pengamatan diperlukan pemusatan

perhatian.

d. Tidak semua demonstrasi dapat dilakukan di kelas.

e. Memerlukan banyak waktu. 23

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelebihan dan

kekurangan metode demonstrasi adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan metode demonstrasi

a. Dapat membuat pelajaran lebih jelas dan konkrit, sehingga

menghindari verbalisme.

b) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.

c) Proses pengajaran lebih menarik

d) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan

antara teori dengan kenyataan, dan mencobanya untuk

meakukannya sendiri.

2) Kekurangan metode demonstrasi

a) Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus,

karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan

demonstrasi

akan tidak efektif.

b) Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai

tidak selalu tersedia dengan baik.

c) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang


23
Syaiful Sagala (2010: 211)

26
matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang

yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran

lain.

3. Hakekat Pembelajaran Matematika

a. Hakekat Matematika

Banyak orang menyamakan antara matematika dengan aritmatika

atau berhitung. Padahal, matematika memiliki cakupan yang lebih luas

dari pada aritmatika. Aritmatika hanya merupakan bagian dari

matematika. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah,

matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh

para siswa.

“Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang mana

tidak menerima generalisasi yang berdasarkan pada observasi,

eksperimen, coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain.

Melainkan kebenaran dalam generalisasi matematika harus dapat

dibuktikan secara deduktif”. 24 “Istilah matematika berasal dari bahasa

yunani, mathein yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga

erat hubungannya dengan kata sansekerta, medya atau widya yang

artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi” menurut Nasution25.

Dalam pengertian lain Russefendi memberikan pengertian

“Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak

24
http://www.google.co.id/gwt/n?eosr=on&q=Hakikat+Belajar+Matema tika/ diakses17/05/2009

25
http://www.google.co.id/gwt/n?u= http/www.banjar-.go.id

27
didefinisikan, definisi definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil yang

dibuktikan kebenarannya, sehingga matematika disebut ilmu

deduktif”26

Selanjutnya Johnson dan Myklebus dalam Abdurahman,

mengartikan matematika sebagai bahasa simbol yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.

Tidak mudah untuk mencapai kata sepakat diantara ahli matematika

untuk mendefinisikan tentang matematika, akan tetapi mereka semua

sepakat bahwa sasaran dalam pembelajaran matematika tidaklah

konkret.27

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of

Education in Science and Technology: Mathematics is pervading every

study and technique in our modern world. Bringing ever more sharpy

into focus the responsibilities laid upon those whose task it is to tech it.

Most prominent among these is the difficulty of presenting an

interdisciplinary approach so that one professional group may benefit

from the experience of others. Matematika mencakup setiap pelajaran

dan teknik di dunia modern ini. Matematica memfokuskan pada teknik

pengerjaan tugas tugasnya. Hal yang sangat mencolok yaitu mengenai

kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan interdisciplinary (antar

cabang ilmu pengetahuan), oleh karena itu para pakar bisa memperoleh

26
http://www.google.co.id/gwt/n?u= http// www.banjar-.go.id
27
Johnson dan Myklebus dalam Abdurahman (2003:252)

28
pengetahuan dari cabang ilmu lain. 28. Dari berbagai pendapat di atas

tentang matematika yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa

matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur

yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Ini berarti

bahwa belajar matematika pada hakikatnya adalah belajar konsep,

struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.

b. Pembelajaran Matematika

Di dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, guru SD

perlu memahami bagaimana karakteristik matematika. Ciri khas

matematika yang deduktif aksiomatis dimana dalil-dalil atau prinsip

prinsip harus dibuktikan secara deduktif yaitu suatu cara penarikan

kesimpulan dari pernyataan atau fakta-fakta yang dianggap benar

dengan menggunakan logika, hal ini harus diketahui oleh guru

sehingga mereka dapat membelajarkan matematika dengan tepat, mulai

dari konsep sederhana sampai yang kompleks. Matematika yang

merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa

simbol yang padat arti semacamnya adalah sebuah sistem matematika.

“Sistem matematika berisikan model-model yang dapat

digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata. Manfaat lain

yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola pikir orang

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of Education in Science and
28

Technology (http://www.tandf.co.uk/.../0020739x.asp/Journal+International+of+
Mathematical+Education+in+Sciense+and+Technology.Acces10/1 0/2009)

29
yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis,

logis, kritis dengan penuh kecermatan”. 29

Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah dkk mengatakan bahwa

pembelajaran matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan

struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang

dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep

strukturstruktur matematika itu. Dari uraian di atas hakikat

pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang

dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah)

yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika di sekolah.30

c. Tujuan Pembelajaran Matematika SD

Tujuan mata pelajaran matematika di SD menurut Kurikulum

KTSP SD/ MI 2007 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep, dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara

luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

29
http://www.google.co.id/gwt/n?u=http/www.banjar.go.id07/05/2009)

30
Bruner dalam Nyimas Aisyah dkk (2007:1-5)

30
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram

atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri

dalam pemecahan masalah.

Tujuan umum dan khusus yang ada di Kurikulum KTSP

SD/MI 2007 merupakan pelajaran matematika di sekolah yang

memberikan gambaran belajar tidak hanya di bidang kognitif saja,

tetapi meluas pada bidang psikomotor dan afektif. Pembelajaran

matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan

pembentukan kemampuan berpikir yang berdasar pada hakikat

matematika, ini berarti hakikat matematika merupakan unsur utama

dalam pembelajaran matematika. Oleh karenanya hasil-hasil

pembelajaran matematika tampak di dalam kemampuan berpikir yang

matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada kemampuan

menggunakan matematika sebagai bahasa dan alat dalam

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.

Hasil lain yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian

yang baik dan kokoh.

31
d. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Selain mengetahui karakteristik matematika, guru SD perlu

juga mengetahui taraf perkembangan siswa SD secara baik dengan

mempertimbangkan karakteristik ilmu matematika dan siswa yang

belajar. Anak usia SD sedang mengalami perkembangan dalam tingkat

berpikirnya. Taraf berpikirnya belum formal dan relatif masih konkret,

bahkan untuk sebagian anak SD kelas rendah terutama kelas III berada

pada tahap pra-konkret belum memahami hukum kekekalan, sehingga

sulit mengerti konsep-konsep operasi seperti penjumlahan,

pengurangan, pembagian, dan perkalian.

Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang

berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun

atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah

mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak

segi dan bidang, diantaranya, perbedaan dalam intelegensi,

kemampuan dalam kognitif dan bahasa, serta perkembangan fisik anak.

Anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang

berkembang, barangkali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya.

Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik

maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam

menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial meningkat”.31


31
http://www.google.co.id/gwt/n?q=karakteristik+siswa+SD/expre sir.com).

32
Selanjutnya Piaget mengemukakan ada lima faktor yang menunjang

perkembangan intelektual, yaitu: kedewasaan (maturation),

pengalaman fisik (physical experience), pengalaman logika

matematika (logical mathematical experience), transmisi sosial (social

transmission), dan proses keseimbangan (equilibrium) atau proses

pengaturan sendiri (self-regulation). Piaget juga mengidentifikasikan

tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu: tahap

sensorimotor (usia 0-2 tahun), tahap operasional (usia 2-6 tahun), tahap

operasional konkret (usia 7-11 atau 12 tahun), tahap operasional formal

(usia 11 atau 12 tahun ke atas).32

Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada

tahap operasional konkret, pada tahap ini anak mengembangkan

pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual,

artinya anak mampu berpikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-

objek konkret, dan mampu melakukan konservasi.

Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial

siswa sekolah dasar, hal ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai

karakteristik sendiri, di mana dalam proses berpikirnya dari dunia

konkret atau hal-hal yang faktual, sedangkan perkembangan

psikososial anak usia sekolah dasar masih berpijak pada prinsip yang

sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang dapat

diamati, karena mereka sudah diharapkan pada dunia pengetahuan.


32
http://www.google.co.id/gwt/n?q=karakteristik+siswa+SD/expresiriau. co

33
Dengan karakteristik siswa yang telah diuraikan seperti di atas,

guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalam

belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan

hal-hal yang ada dilingkungan sekitar kehidupan siswa sehari hari,

sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih

bermakna bagi anak.

e. Langkah-langkah Pembelajaran

Perkalian Untuk mengajarkan operasi perkalian, kita dapat

mengajukan masalah kontekstual pada siswa, dengan langkah-langkah

sebagai berikut ini:

1) “3 ekor ayam, kakinya ada berapa?” Dengan masalah seperti ini,

jawaban anak diharapkan akan bermacam-macam. Salah satunya

adalah banyaknya kaki ayam adalah 2 + 2 + 2.

2) Jika tidak ada yang menyatakan dengan 3 x 2, maka kita dapat

mengenalkan tentang notasi atau lambang atau konsep

perkalian, yaitu 3 x 2.

3) Jika diajukan pertanyaan kebalikannya yaitu apa arti 5 x 2

diharapkan siswa akan menjawab 5 x 2 berarti banyaknya kaki

pada 5 ekor ayam, banyaknya tangan pada 5 orang, dan

sebagainya.

4) Setelah itu baru siswa dilatih mengingatnya dengan menuliskan

di bukunya perkalian 1 x 2, 2 x 2, 3 x 2, ….

34
5) Jadi, dengan pertanyaan tadi diharapkan siswa akan belajar

menjawab pertanyaan yang konkret atau real dipikiran siswa.

Dari jawaban pertanyaan itu dimunculkan konsep perkalian.

Jadi, bukan guru yang langsung mengumumkan, namun siswa

yang mendapatkan arti 4 x 2?

Berdasarkan berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan

bahwa hakikat pembelajaran matematika adalah siswa sekolah dasar

berada pada tahap operasional konkret, pada tahap ini anak

mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-

fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih

terbatas pada objek-objek konkret, dan mampu melakukan konservasi.

Dengan karakteristik siswa yang telah diuraikan seperti di atas, guru

dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalam belajar

yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-

hal yang ada dilingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari,

sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih

bermakna bagi anak

B. KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan kajian teoritis yang telah diuraikan di atas maka peneliti

berasumsi bahwa erat kaitan antara penerapan metode demonstrasi dengan

peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal perkalian.

35
Kerangka pikir dari penerapan metode demonstrasi dijelaskan dalam

gambar berikut:

Kondisi Awal: Proses: Kondisi Akhir:


Kemampuan Penerapan Meningkatnya
C.
anak dalam Metode kemampuan siwa
menyelesaikan Demonstrasi untuk mencari
perkalian
D. rendah hasil perkalian.

E.

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir Penelitian Tindakan

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui latihan atau

pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut berkaitan dengan bertambahnya

ilmu pengetahuan, keterampilan, minat dan watak. Prestasi belajar dapat diukur

dengan menggunakan tes dan dapat diwujudkan dengan nilai atau angka. Pada

dasarnya setiap siswa mau dan mampu untuk belajar tergantung motivasi yang

dimiliki siswa untuk mempelajari sesuatu. Motivasi belajar siswa dipengaruhi

oleh komponen guru yaitu bagaimana cara guru mengajar dan menyampaikan

materi. Oleh karena itu, guru harus membuat pembelajaran lebih menarik agar

meningkatkan motivasi siswa, sehingga juga dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa.

Dalam Gambar di atas dapat dilihat bahwa masalah yang dihadapi adalah

rendahnya kemampuan belajar anak dalam mata Matematika khususnya perkalian

siswa di kelas III SD Pondok Penuai Kota Bekasi. Sebagai solusi terhadap

masalah yang dihadapi itu maka peneliti berupaya mengatasinya. Upaya yang

dipilih dalam melakukan pembelajaran adalah dengan penerapan metode

36
demonstrasi. Diharapkan dengan penerapan metode ini, dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika dengan materi perkalian.

Peneliti mengharapkan bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi

dapat mengatasi masalah tersebut karena dengan menggunakan demonstrasi ini

siswa dapat mengatasi masalah tersebut karena dengan menggunakan metode

demonstrasi dalam membahas perkalian yang di kemas dalam bentuk permainan

mampu meningkatkan ketertarikan anak dalam menyelesaikan soal perkalian.

Dengan meningkatnya ketertarikan anak terhadap materi perkalian, diharapkan

dapat meningkatkan nilai anak dengan pokok bahasan perkalian.

Dari uraian ini maka dapat disimpulkan bahwa jika metode demonstrasi

diterapkan dengan sebaik – baiknya maka kemampuan anak dalam

menyelesaikan soal perkalian dapat ditingkatkan.

C. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan pembahasan kajian teori dan kerangka pikir tersebut dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Penerapan metode demonstrasi

dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mencari hasil perkalian pada mata

pelajaran Matematika di kelas III SD Pondok Penuai Kota Bekasi.

37

Anda mungkin juga menyukai