Anda di halaman 1dari 37

BAB I

TEORI LINGUISTIK
A. Pengertian Linguistik
Kata linguistik berasal dari bahasa latin lingua yang berarti ’bahasa’.
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa
sebagai objek kajiannya. Dalam bahasa Perancis ada tiga istilah untuk
menyebut bahasa yaitu:
1. Langue: suatu bahasa tertentu.
2. Langage: bahasa secara umum.
3. Parole: bahasa dalam wujud yang nyata yaitu berupa ujaran.

Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum karena tidak hanya
mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada
umumnya, yang oleh Bapak Linguistik Modern (Ferdinand de Saussure,
1857-1913) diistilahkan sebagai langage. Dalam dunia keilmuan, disiplin lain
juga mengkaji bahasa diantaranya: ilmu sastra, ilmu sosial (sosiologi),
psikologi, dan fisika. Yang membedakan linguistik dengan ilmu-ilmu tersebut
adalah pendekatan terhadap objek kajiannya yaitu bahasa.
B. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah satu sistem lambang bunyi yang bersifat berubah-ubah,
menurut penggunanya. Dalam istilah kebahasaan disebut arbitrer. Bahasa
dapat dilahirkan lewat alat ucap manusia yang digunakan sekelompok
masyarakat untuk bekerja, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri/
sekelompok pengguna bahasa.
Berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi.
Berbahasa adalah objek kajian psikologi
C. Hakikat Bahasa
Ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa yaitu:
1. Bahasa itu adalah sebuah sistem.
Sebagai sebuah sistem,bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis
artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak.
2. Bahasa itu berwujud lambang.
Lambang atau tanda dalam bahasa berupa tanda (sign), lambang (simbol),
sinyal (signal), gejala (sympton), gerak isyarat (gesture), kode, indeks,
dan ikon.

3. Bahasa itu berupa bunyi.


Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Tetapi juga
tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk
bunyi bahasa.
4. Bahasa itu bersifat arbitrer.
Kata arbitrer bisa diartikan berubah-ubah menurut wacana pengguna
bahasa.
5. Bahasa itu bermakna.
Bahasa melambangkan suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau
suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi yang
mempunyai makna. Ada beberapa bunyi yang tidak mengandung makna,
dan itu tidak bisa disebut sebagai bahasa.
6. Bahasa itu bersifat konvensional.
Sebuah lambang tertentu dalam bahasa, akan dipatuhi oleh semua
pengguna bahasa pada suatu komunitas tertentu. Apabila penggantian
lambang itu dilakukan secara sepihak, maka komunikasi akan terganggu.
7. Bahasa itu bersifat unik.
Setiap bahasa mempunyai kekhasannya masig-masing, yang berupa
sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau
sistem-sistem lainnya.
8. Bahasa itu bersifat universal.
Ada hal-hal dalam bahasa yang bersifat universal, yaitu bahwa setiap
bahasa mempunyai unsur konsonan dan vocal.
9. Bahasa itu bersifat produktif.
Dengan jumlah unsur terbatas, dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang
beragam. Contoh : huruf s, i, k, a, dan t bisa dibuat satuan :
a. /s/-/i/-/k/-/a/-/t/
b. /s/-/a/-/k/-/i/-/t/
c. /t/-/a/-/s/-/i/-/k/
10. Bahasa itu bervariasi.
Berbagai macam latar belakang para pengguna bahasa, menyebabkan
banyaknya variasi dalam berbahasa yaitu:
a. Idiolek : Ragam bahasa yang bersifat perorangan.
b. Dialek : Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota
masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu
c. Ragam Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu.
Misalnya, ragam baku dan ragam tidak baku.
11. Bahasa itu bersifat dinamis.
Bahasa sangat berhubungan erat dengan dinamika yang ada dalam
masyarakat, ia akan mengalami perubahan seiring dengan berkembangnya
sistem yang ada, misalnya ada istilah-istilah baru.
12. Bahasa itu manusiawi.
Bahasa hanya dimiliki oleh manusia
D. Fungsi Bahasa
1. Fungsi ekspresi : menungkapkan ungkapan batin dengan tingkah lagu,
gerak-gerik dan mimik
2. Informasi : untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain
3. Eksplorasi : penggunaan bahasa untuk menjelaskan sesuatu hal, perkara
dan keadaan.
4. Persuasi : penggunaan bahasa yang sifatnya mempengaruhi atau mengajak
orang lain untuk melakukan /tidak melakukan sesuatu secara baik-baik
5. Entertainmen : penggunaan bahasa dengan maksud menghibur,
menyenangkan atau memuaskan perasaan batin
E. Struktur Bahasa
1. Struktur : hubungan antara unsur-unsur dalam satu ujaran, misalnya antar
fonem dalam kata, antar kata dalam frase, antar frase dalam kalimat.
Menurut teori linguistik generatif-transformasi, ada dua buah konsep :
a. Struktur dalam : struktur kalimat itu bersifat abstrak ketika berada di
dalam otak penutur sebelum kalimat itu diucapkan .
b. Struktur luar : struktur kalimat itu bersifat konkret ketika berhasil
ducapkan,
Tata bahasa adalah pengetahuan penutur suatu bahasa mengenai
bahasanya, yang sering disebut kompetensi.
Tata bahasa berhubungan dengan kata(morfologi), struktur antar kata
(sintaksis), dan kosa kata (leksikon)
Ada tiga buah komponen tata bahasa :
a. Fonologi : merupakan sistem bunyi suatu bahasa yang bertugas
mengubah struktur luar sintaksis mnjadi representatif fonetik, yaitu
bunyi-bunyi bahasa yang kita dengar dari penuturnya.
b. Sintaksis : menentukan hubungan antara pola-pola bunyi nahasa itu
dengan maknanya, dengan cara mengatur urutannya.
c. Semantik : untuk menghasilkan kalimat yang gramatikal, setiap kata
memiliki sejumlah fitur semantik yang membentuk keseluruhan
makna.
2. Sistem : hubungan antara unsur bahasa dengan ujaran lain
F. Proses Berbahasa
1. Proses produktif : berlangsung pada diri pembicara yang menghasilkan
kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna
Proses produksi atau proses perancangan berbahasa disebut enkode, yang
dimulai dengan :
a. enkode semantik/ tahap idealisasi : proses penyusunan konsep , ide,
atau pengertian.
b. enkode gramatikal/ tahap perancangan : penyusunan konsep atau ide
dalam bentuk satuan gramatikal
c. enkode fonologi/ tahap pelaksanaan : penyusunan unsur bunyi dari
kode itu.
Proses enkode ini terdapat dalam otak pembicara

2. Proses reseptif : berlangsung pada diri pendengar yang menerima kode-


kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh
pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat pendengar.
Proses penerimaan, perekaman, dan pemahaman disebut dekode, yang
dimulai dengan :
a. Dekode fonologi/tahap rekognisi : penerimaan unsur-unsur bunyi itu
melalui telinga pendengar
b. Dekode gramatikal / tahap identifikasi : pemahaman bunyi itu sebagai
satuan gramatikal
c. Dekode semantik / tahap pemahaman : pemahaman akan konsep-
konsep atau ide-ide yang dibawa oleh kode tersebut

G. Pembidangan Linguistik
1. Berdasarkan tingkat kekhususannya :
a. Linguistik umum adalah linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-
kaidah bahasa secara umum.
b. Linguistik khusus mengkaji kaidah-kaidah bahasa yang berlaku pada
bahasa tertentu, contohnya bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dsb
2. Berdasarkan waktu penggunaannya :
a. Linguistik sinkronik mengkaji bahasa pada masa tertentu, misalnya
bahasa Indonesia pada masa Balai Pustaka.
b. Linguistik diakronik berupaya mengkaji bahasa pada masa yang tidak
terbatas; sampai bahasa tersebut tidak lagi dipakai.
3. Berdasarkan hubungan dengan faktor luar :
a. Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu
bahasa tertentu atau struktur internal bahasa pada umumnya.
Contohnya menyelidiki subsistem bahasa, seperti fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, dan leksikologi. Ada juga yang menghubungkan
antarsubsistem tersebut contohnya morfofonologi.
b. Linguistik makro menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-
faktor di luar bahasa. Contohnya sosiolinguistik (mempelajari bahasa
dalam hubungan pemakaiannya di masyarakat, yaitu pemakai dan
pemakaian bahasa, tempat pemakaian bahasa, tata tingkat bahasa,
ragam bahasa). Sosiolinguistik ini merupakan ilmu interdisipliner
antara sosiologi dan linguistik.
4. Berdasarkan tujuannya :
a. Linguistik teoretis berusaha mengadakan penyelidikan terhadap
bahasa, atau bahasa-bahasa, atau juga terhadap hubungan bahasa
dengan faktor-faktor di luar bahasa hanya untuk menemukan kaidah-
kaidah yang berlaku dalam objek kaiannya itu. Kegiatanya hanya
untuk kepentingan teori semata.
b. Linguistik terapan berusaha mengadakan penyelidikan terhadap
bahasa atau bahasa-bahasa atau hubungan bahasa dengan faktor-faktor
di luar bahasa untuk kepentingan memecahkan masalah-masalah
praktis yang terdapat di masyarakat. Contohnya penyususnan kamus,
penyusunan buku ajar, penerjemahan, penyelesaian masalah politik

5. Berdasarkan aliran atau teori yang digunakan :


a. Linguistik Tradisional
Istilah tradisional dalam linguistik sekaitan dengan tatabahasa
tradisional. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan
filsafat dan semantik. Terbentuknya tata bahasa tradisional
dipengaruhi oleh linguistik zaman Yunani, Romawi, pertengahan, dan
Renaisanse.
b. Linguistik Struktural
Istilah struktural dalam linguistik sekaitan dengan tata bahasa
struktural. Tata bahasa struktural menganalisis bahasa berdasarkan
struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam bahasa tertentu.
c. Linguistik Transformasional
Menurut teori ini, tiap manusia menggunakan bahasa yang tercermin
dalam kalimat-kalimat. Konsep-konsep yang dikemukakan oleh
Chomsky adalah konsep deep structure (struktur dalam) dan surface
structure (struktur luar). Struktur luar merupakan perwujudan dari apa
yang kita dengar atau apa yang kita lihat kalau tertulis. Struktur dalam
merupakan abstraksi dari apa yang didengar atau dilihat.
6. Berdasarkan pendekatan objek
a. Linguistik Deskriptif artinya linguistik yang menggambarkan bahasa
apa adanya pada saat penelitian dilangsungkan. Dan mempunyai cirri
khusus ; menggambarkan apa adanya , menjelaskan apa adanya.
b. Linguistik Historis Komparatif artinya jenis linguistik yang
membandingkan dua bahasa/lebih pada waktu yang berbeda.
c. Linguistik Kontranstif artinya jenis linguistik yang membatasi diri
pada perbandingan dua bahasa/lebih tapi pada waktu ter tentu/satu
zaman/satu periode.
d. Linguistik Sinkronis artinya Jenis linguistik yang mempelajari satu
bahasa pada satu waktu/satu periode.
e. Linguistik Diakronis artinya jenis linguistik yang mempelajari satu
bahasa dari/pada masa ke masa.
H. Tataran Lingustik
1. Fonologi adalah ilmu yang menyelidiki cirri-ciri bunyi bahasa, cara
terjadinya, dan fungsinya dalam sistem kebahasaan secara keseluruhan.
Contoh; -fonem (satuan terkecil dari bunyi bahasa) ; /L/,/r/,/b/,/t/
2. Morfologi adalah ilmu yang mempelajari /menyelidiki bentuk-bentuk
kata, perubahan kata, pembentukan kata dan perubahan makna kata akibat
terjadinya proses perubahan bentuk kata. Objek kajian dari morfologi
adalah; morfem, stem, kata. Contoh morfem; baca (di + baca = dibaca)
Kuda (ber + kuda = berkuda)
3. Sintaksis adalah ilmu yang mempelajari tata kalimat (ilmu bahasa yang
membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Frase ialah
dua buah kata /satuan gramatik yang terdiri atas dua buah kata atau lebih
yang tidak melampui satu batas unsur fungsional klausa/kalimat. Contoh;

Buku itu dibaca


, frasenya adalah buku itu.
SP

BAB II
FONOLOGI
A. Definisi
Fonologi ialah bidang linguisik atau lmu bahasa yang menyelidiki,
mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia berserta fungsinya.
B. Fonetik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa
memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai
pembeda makna atau tidak.
Fonetik ialah cabang studi fonologi yang menyelidiki, mempelajari, dan
menganalisis penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi-bunyi
ujaran/bahasa yang dipakai dalam tutur tanpa memperhatikan fungsinya
sebagai pembeda makna/arti, yang melibatkan analisis ilmu fisika, anatomi,
dan psikologi.
Menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa, fonetik dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
1. Fonetik artikulatoris : mempelajari mekanisme produksi bunyi yang
dihasilkan dari alat bicara pada manusia, yaitu :
a. paru-paru (lung)
b. batang tenggorok (trachea)
c. pangkal tenggorok (larynx)
d. pita suara (vocal cord)
e. krikoid (cricoid)
f. tiroid (thyroid) atau lekum
g. aritenoid (arythenoid)
h. dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx)
i. epiglotis (epiglottis)
j. akar lidah (root of tongue)
k. pangkal lidah (back of the tongue, dorsum)
l. tengah lidah (middle of tongue, medium)
m. daun lidah (blade of tongue, laminum)
n. ujung lidah (tip of the tongue, apex)
o. anak tekak (uvula)
p. langit-langit lunak (soft palate, velum)
q. langit-langit keras (hard palate, palatum)
r. gusi, lengkung kaki gigi (alveolum)
s. gigi atas (upper teeth, dentum)
t. gigi bawah (lower teeth, dentum)
u. bibir atas (upper lip, labium)
v. bibir bawah (lower lip, labium)
w. mulut (mouth)
x. rongga mulut (oral cavity)
y. rongga hidung (nasal cavity)
2. Fonetik akustik : mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau
fenomena alam
3. Fonetik auditoris : mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi
bahasa itu oleh telinga kita
Proses Fonasi
Terjadinya bunyi bahasa dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari
paru-paru melalui batang tenggorok ke pangkal tenggorok yang di dalamnya
terdapat pita suara. Dari pita suara udara diteruskan melalui rongga mulut
atau rongga hidung ke udara bebas. Jika udara yang keluar dari paru-paru
tidak mendapat hambatan apa-apa maka tidak terjadi bunyi bahasa. Bunyi
bahasa terjadi karena udara yang dihembuskan dari paru-paru mendapat
hambatan di pita suara. Empat macam posisi pita suara saat dilewati udara
yaitu: (a) pita suara terbuka lebar (tidak menghasilkan bunyi), (b) pita suara
terbuka agak lebar (mengahasilkan bunyi tak bersuara), (c) pita suara terbuka
sedikit (menghasilkan bunyi bersuara), dan (d) pita suara tertutup rapat
(menghasilkan bunyi hamzah atau bunyi glotal).
C. Fonemik
Fonemik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa yang dapat
atau berfungsi membedakan makna kata.
Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus
mencari sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata,yang mengandung bunyi
tersebut, lalu membandingkannya dengan satuan bahasa lain yang mirip.
Misalnya, kata salam dan malam. Perbedaan pada kata tersebut adalah pada
bunyi [s]dan [m] . Maka, dapat disimpulkan bunyi [s] dan bunyi [m] adalah
dua buah fonem yang berbeda di dalam bahasa Indonesia yaitu fonem [s] dan
fonem [m].
Alofon adalah realisasi dari fonem, atau pengucaoan yang konkret dari
sebuah fonem. Dalam bahasa Indonesia, fonem [o] mempunyai dua alofon,
yaitu bunyi [ ] seperti pada kata ceroboh dan bunyi [o] seperti pada kata
doa. Alofon-alofon dari sebuah fonem mempunyai kemiripan fonetis.
Artinya, benyak mempunyai kesamaan dalam pengucapannya
D. Perubahan Fonem
1. Asimilasi dan Disimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi lain
sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya sehingga bunyi itu
menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang
mempengaruhinya. Misalnya, kata absen biasa diucapkan [apsen] , di
mana bunyi [b] berubah menjadi [p] karena pengaruh bunyi [s] .
a. Asimilasi progresif
Bunyi yang diubah terletak di belakang bunyi yang mempengaruhinya
b. Asimilasi regresif
Bunyi yang diubah terletak di muka bunyi yang mempengaruhinya
c. Asimilasi resiprokal
d. Perubahan terjadi pada kedua bunyi yang saling mempengaruhi
Disimilasi adalah perubahan bunyi yang menyebabkandua buah fonem
yang sama menjadi berbeda atau berlainan. Misalnya, dalam bahasa
Indonesia kata cipta dan cinta yang berasal dari bahasa Sansekerta citta.
Kita lihat, bunyi [tt]pada kata citta berubah menjadi bunyi [pt] pada kata
ciptadan menjadi bunyi [nt] pada kata cinta
2. Netralisasi dan Arkifonem
Dalam bahasa Indonesia kata jawab diucapkan [jawap] ; tetapi bila diberi
akhiran –an bentuknya menjadi jawaban. Jadi, di sini ada arkifonem /B/,
yang realisasinya bisa berupa [b] atau [p] .
3. Umlaut, Ablaut, dan Harmoni Vokal
Kata umlaut berarti perubahan vokal sedemikian rupa sehingga vokal itu
diubah menjadi vokal yang lebih tinggi sebagai akibat dari vokal yang
berikutnya yang tinggi.
Misalnya, dalam bahasa Belanda bunyi [a] pada kata handjelebih tinggi
kualitasnya dibandingkan dengan bunyi [a] pada kata hand.
Penyebabnya adalah bunyi [y] yang posisinya lebih tinggi dari bunyi [a] .
Ablaut adalah perubahan vokal yang kita temukan dalam bahasa-bahasa
Indo Jerman untuk menandai berbagai fungsi gramatikal. Misalnya, dalam
bahasa Inggris kata singberubah menjadi sangatau sunguntuk penandaan
kala. Perubahan bunyi berupa harmoni vokal atau keselarasan vokal
terdapat dalamm bahasa Turki. Misalnya, kata at’kuda’ bentuk jamaknya
adalah atlar’kuda-kuda’; oda’rumah’ bentuk jamaknya adalah
odalar’rumah-rumah.
4. Kontraksi
Perubahan bunyiberupa kontraksi adalah pemendekan lafal. Misalnya,
dalam bahasa Indonesia kata tidak tahumenjadi ndak tahu; dalam bahasa
Inggris kata will notmenjadi won’t

5. Metatesis dan Epentesis


Proses metatesis bukanlah mengubah bentuk fonem menjadi fonem lain,
melainkan mengubah urutan fonem yang terdapatdalam kata. Misalnya,
dalam bahasa Indonesia selain bentuk jalurada lajur; selain kolarada
koral. Dalam proses epentesis sebuah fonem tertentu, biasanya yang
homorgan dengan lingkungannya, disisipkan ke dalam sebuah kata.
Misalnya, ada kampakdi samping kapak; ada sampidi samping sapi.

BAB III
MORFOLOGI

A. Klasifikasi Morfem
1. Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Yang dimaksud dengan morfem bebas adalah morfem yang tanpa
kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Dalam bahasa
Indonesia, misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus adalah
termasuk morfem bebas. Sebaliknya, yang dimaksud morfem terikat
adalah morfem yang tanpa digabung dulu denganmorfem lain tidak dapat
muncul dalam pertuturan. Semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah
morfem terikat.
2. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Semua morfem dasar bebas adalah termasuk morfem utuh. Sedangkan
morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian
yang terpisah
3. Morfem Segmental dan Suprasegmental
Perbedaan morfem segmental dan suprasegmental berdasarkan jenis
fonem yang membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang
dibentuk oleh fonem-fonem segmental seperti morfem {lihat}, {lah},
{sikat}, dan {ber}. Jadi semua morfem yang berwujud bunyi adalah
morfemsegmental
4. Morfem Beralomorf Zero
5. Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem tak Bermakna Leksikal
6. Morfem Dasar, Dasar, Pangkal, dan Akar
B. Kata
Hakikat Kata
Menurut para tata bahasawan tradisional, kata adalah satuan bahasa yang
memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua
buah spasi, dan mempunyai satu arti. Para tata bahasawan struktural, terutama
penganut aliran Bloomfield, tidak lagi membicarakankata sebagai satuan
lingual; dan menggantinya dengan satuan yang disebut morfem.Tidak
dibicarakannya hakikat kata secara khusus oleh kelompok Bloomfield karena
dalam analisis bahasa, mereka melihat hierarki bahasa sebagai: fonem,
morfem, dan kalimat.
C. Klasifikasi Kata
Para tata bahasawan tradisional menggunakan kriteria makna dan kriteria
fungsi dalam mengklasifikasikan kata. Kriteria makna digunakan untuk
mengidentifikasikan kelas verba, nomina, dan ajektifa. sedangkan kriteria
fungsi digunakan untuk mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, asverbia,
pronomina, dan lain-lainnya
D. Pembentukan Kata
1. Inflektif
Kata-kata dalam bahasa berfleksi, seperti bahasa Arab, bahasa Latin, dan
bahasa Sansekerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus
disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang
berlaku dalam bahasa itu. perubahan atau penyesuaian bentuk pada verba
disebut konyugasi, dan perubahan atau penyesuaian pada nomina dan
ajektifadisebut deklinasi.
2. Deviratif
Pembentukan kata secara deviratif membentuk kata baru atau kata
yangbentuk leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya. Misalnya,
dari kata Inggris sing’menyanyi’ terbentuk kata singer’penyanyi’. Antara
singdan singerberbeda identitas leksikalnya, sebab selain maknanya
berbeda, kelasnya juga berbeda; singberkelas verba sedangkan
singerberkelas nomina.

E. Pembagian Kata
1. Nomina (kata benda)
Merupakan kata yang mengacu pada suatu benda (baik konkret maupun
abstrak). Kata benda harus dikenali karena akan berperan sebagai subjek,
objek, keterangan, dan pelengkap dalam kalimat.
2. Verba (kata kerja)
Merupakan kata yang menyatakan tindakan, keadaan, dan proses yang
bukan termasuk kata sifat. Pada umumnya kata kerja berperan sebagai
predikat dalam kalimat
Jenis kata kerja :
a. Verba Asal, yaitu kata kerja yang bisa bediri sendiri pada suatu
kalimat tanpa afiks (imbuhan)
b. Verba Turunan, yaitu kata kerja yang memakai afiks
Bentuk kata kerja lain :
a. Verba Reduplikasi , yaitu kata kerja berulang baik dengan ataupun
tanpa afiks. Contoh : bersin-bersin, serang-menyerang, berjalan-jalan.
b. Verba Majemuk, yaitu kata kerja yang formasinya melalui langkah
penggabungan suatu kata dengan kata lainnya, tetapi hasil
penggabungan tersebut bukan menjadi idiom. Contoh : temu wicara,
terjun payung, tatap muka, siap tempur
c. Verba berpreposisi, yaitu kata kerja instransitif yang selalu dibarengi
preposisi tertentu.Contoh : berdiskusi tentang, tahu akan, cinta pada,
terdiri dari, tergolong sebagai, sejalan dengan, menyesal atas
d. Verba transitif, yaitu kata kerja yang memerlukan objek. Contoh :
makan, minum, angkat
e. Verba intransitif, yaitu verba yang tidak memerlukan objek. Contoh :
maju. mundur, terbang, pulang, pergi
3. Adjektiva (kata sifat)
Kata yang menunjukkan sifat, watak, keadaan, tabiat seseorang, suatu
benda atau binatang. Dalam sebuah kalimat berfungsi sebagai penjelas
subjek, predikat serta objek. Berdasarkab bentuknya ada adjektiva tunggal
dan adjektiva berimbuhan
4. Pronomina (kata ganti)
5. Ada tiga jenis :
a. Pronomina penunjuk : ini, itu, sana, situ, begitu, begini
b. Pronomina persona : saya, aku, dia, kamu, engkau, mereka
c. Pronomina penanya : apa, dimana, mengapa, bagaimana, kapan
6. Adverbia (kata keterangan)
Ada beberapa jenis :
a. Kata keterangan dasar : paling, amat, sangat, alangkah
b. Kata keterangan turunan : lebih-lebih, secepat-cepatnya, semau-
maunya, belum pernah
7. Numeralia (kata bulangan)
Kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya benda, orang, binatang
dan sebuah urutan proses atau peristiwa : sejuta, pertama-tama, kedua,
sepertiga
8. Konjungsi (kata sambung)
Kata yang fungsinya sebagai penghubung dua kata atau kalimat : Pak
Anwar menderita diabetes, selain itu, ia juga menderita jantung koroner
9. Artikel (kata sandang)
Merupakan kata yang berperan sebagai penentu suatu nomina, ajektiva
atau kelas kata lain. Dalam bahasa Indonesia adalah “sang” dan “si” :
Sang Raja, Si pencuri
10. Interjeksi (kata seru)
Kata yang digunakan untuk mengungkapkan seruan perasaan meliputi
rasa kagum, heran, sedih, jijik
11. Preposisi (kata depan)
Kata ini selalu berada di depan kata benda, kata sifat atau kata kerja untuk
membentuk gabungan kata depan (frasa preposisional) : di, ke, dari, atas,
terhadap, kepada, oleh

12. Kata partikel


Berfungsi sebagai pebentuk kalimat pertanyaan, pernyataan, dan kalimat
perintah : kah, tah, dan lah
F. Proses Morfemis
1. Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah bentuk dasar.
Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar dibedakan adanya
prefiks, infiks, konfiks, interfiks, dan transfiks.

2. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar.
Dibedakan adanya reduplikasi penuh, seperti meja-meja, reduplikasi
sebagian, seperti lelaki, dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti
bolak-balik
3. Komposisi
Komposisi adalah proses penggabungan morfem dasar dengan morfem
dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah
konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda. Misalnya,
kumis kucing ’sejenis tumbuhan’, mata sapi ’telur yang digoreng tanpa
dihancurkan’, dan mata hati.
4. Konversi, Modifikasi Internal, dan Suplesi
Konversi, sering juga disebut devirasi zero, transmutasi, dan transposisi,
adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa
perubahan unsur segmental. Misalnya, kata cangkul dalam kalimat Ayah
membeli cangkul baru adalah nomina; sedangkan dalam kalimat Cangkul
dulu baik-baik baru ditanami adalah sebuah verba.
5. Pemendekan
Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau
gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tertapi
maknanya tetap sama. Misalnya, bentuk lab(utuhnya laboratorium),
hlm(halaman), dan SD (Sekolah Dasar).
6. Morfofonemik
Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau
morfonologi, adalah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu
proses morfologi. Misalnya, prefiks me- berubah menjadi mem-, men-,
meny-, meng-,dan menge-. Perubahan fonem dalam proses
morfofonemik dapat berwujud:

BAB IV
SINTAKSIS

A. Pengertian sintaksis
Kata sintaksis (Inggris=Syintax) berasal dari bahasa Yunani sun artinya
“dengan” dan tattien artinya “menempatkan”. Secara etimologis, istilah
tersebut berarti menempatkan atau menyusun secara bersama-sama antara
kata dengan kata atau kata kelompok kata. Sintaksis adalah cabang linguistik
yang menyangkut susunan kata-kata dalam kalimat atau tata bahasa yang
membahas hubungan antar kata dalam tuturan (J.W.M. Verhaar, dengan
bukunya asas-asas linguistik)
Dalam tataran morfologi, katamerupakan satuan terbesar; tetapi dalam
tataran sintaksis, kata merupakan satuan terkecil, yang secara hierarkial
menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase
Sintaksis terdiri dari :
 Frasa : Gabungan dua kata atau lebih yang tidak bersifat predikatif
Contoh : Laut luas, hutan lebat
 Klausa : Satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-
kurangnya terdiri atas subjek & predikat dan berpotensi menjadi kalimat
 Kalimat : merupakan satuan terkecl bahasa yang mengungkapkan pikiran
secara utuh. Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif berdiri
sendiri, mempunyai intonasi final, serta secara aktual dan potensial terdiri
dari klausa
B. Frase
Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non
prediktif, atau gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di
dalam kalimat. Frase berupa morfem bebas, bukan morfem terikat. Frase
bersifat non prediktif, artinya hubungan antara kedua unsur
C. Jenis Frase
1. Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak
mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frase
eksosentrik biasanya dibedakan atas frase eksosentrik yang direktif dan
frase eksosentrik yang nondirektif. Frase eksosentrik yang direktif
komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan
komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang biasanya
berkategori nomina. Karena komponen utamanya berupa preposisi, maka
frase eksosentrik yang direktif ini lazim juga disebut frase preposisional.
Frase eksosentrik yang nondirektif komponen pertamanya berupa
artikulus, seperti si dan sang atau kata lain seperti yang, para, dan kaum;
sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata
berkategori nomina, ajektifa, atau verba.
2. Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau
komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan
keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya itu dapat menggantikan
kedudukan keseluruhannya. Frase endosentrik ini lazim juga disebut
+karena komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu
(Inggris head) mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulu
itu. Selain itu, frase endosentrik ini lazim juga disebut frase
subordinatkarena salah satu komponennya, yaitu yang merupakan inti
frase berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan komponenlainnya,
yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan.
3. Frase Koordinatif
Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari
dua komponen atau lebih yang sama atau sederajat, dan secara potensial
dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal seperti
dan, atau, tetapi, maupun konjungsi terbagi seperti baik ... baik, makin ...
makin, baik ... maupun .... Frase koordinatif ini mempunyai kategori
sesuai dengan kategori komponen pembentuknya. Frase koordinatif yang
tidakmenggunakan konjungsi secara eksplisit, biasanya disebut frase
parataksis.
4. Frase Apositif
Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya merujuk
sesamanya; dan oleh karena itu, urutan komponennya dapat
dipertukarkan. Misalnya:
- Pak Ahmad, guru saya, rajin sekali.
- Guru saya, Pak Ahmad, rajin sekali.
D. Perluasan Frase
1. Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi
predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata
atau frase, yang berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, atau
keterangan. Fungsi subjek dan predikat boleh dikatakan wajib, sedangkan
fungsi lain bersifat tidak lain
2. Kalimat
Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang
lengkap. Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen
dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsibila
diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
3. Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, sehingga dalam hierarkial
gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi. Sebagai satuan bahasa
yang lengkap, maka dalam wacana itu terdapat konsep yangutuh yang
bisa dipahami oleh pembaca atau pendengar. Sebagai satuan gramatikal
tertinggi, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi
persyaratan gramatikal.

E. KALIMAT
Kalimat merupakan satuan terkecl bahasa yang mengungkapkan pikiran
secara utuh. Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif berdiri
sendiri, mempunyai intonasi final, serta secara aktual dan potensial terdiri dari
klausa
Unsur-unsur yang terdapat dalam suatu kalimat :
1. Subjek
a. Subjek merupakan bagian yang menunjukkan pelaku atau masalah
dari suatu kalimat
b. Subjek pada umumnya berupa kata benda maupun frasa yang merujuk
pada benda
c. Subjek dapat merupakan kata atau nama yang merujuk pada seseorang
maupun kelompok. Contoh : aku, dia, mereka, Amir, dll
d. Subjek akan menjawab pertanyaan apa, siapa
Contoh : Jokowi terpilih sebagai presiden Indonesia pada pemilu
tahun ini.menjawab “siapa presiden terpilih”
2. Predikat
Merupakan bagian dari suatu kalimat yang menyatakan suatu tindakan
atau keadaan dari subjek, yang berupa kata atau frasa. Predikat digunakan
untuk menjawqb pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”
Contoh : Ibu sakit
Menjawab pertanyaan : “mengapa ibu tidak ikut PKK” atau “bagaimana
keadaan ibumu”
3. Objek
Merupakan bagian yang melengkapi predikat, biasanya berupa nomina,
ftasa mapun klausa. Objek dapat berubah menjadi subjek apabila terjadi
perubahan dari kalimat aktif menjadi pasif.
Contoh :
Heru menyikat sepatu.---sepatu sebagai objek
Sepatu disikat Heru --- sepatu sebagai subjek

4. Keterangan
Merupakan bagian kalimat yang memberikan penjelasan lebih tentang
subjek dan predikat. Biasanya berupa konjungsi atau kata hubung
Contoh :
Anakku pergi ke sekolah dengan sepeda motor
5. Pelengkap
Memberi penjelasan lebih jauh dari makna suatu kalimat
Contoh :
Yuli memberikan Ani kado boneka
Berdasarkan pengucapannya, kalimat dibedakan menjadi dua jenis :
1. Kalimat langsung
Merupakan kalimat hasil kutipan langsung dari ucapan seseorang tanpa
melalui perantara dan tanpa merubah sedikitpun apa yang diutarakan.
Ditandai dengan tanda petik
Contoh :
“Kasdun akan datang nanti malam,” Kasdun memberi kabar
Khemed berkata,”Aku mungkin tidak ada di rumah malam ini. Besok
telefon lagi.”
2. Kalimat tidak langsung
Merupakan kalimat yang menceritakan kembali isi atau pokok ucapan
yang pernah disampaikan seseorang tanpa perlu mengutip keseluruhan
kalimatnya.
Contoh :
Aku pernah mendengar Ani bercerita bahwa sebenarnya ia tidak setuju
dengan perjodohan ini.
Dilihat dan jumlah frasanya kalimat dapat dibedakan menjadi :
1. Kalimat Tunggal
a. Kalimat Nomina : menggunakan kata benda(kata bilangan atau
kata sifat)sebagai predikat.
Contoh :
i. Para perusuh itu tewas diterjang peluru
ii. Murid saya ada sepuluh orang
b. Kalimat Verbal : menggunakan kata kerja sebagai predikat
Contoh :
i. Sifa menjalankan mobilnya pelan
ii. Para peserta makan di kantin
2. Kalimat Majemuk : kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat
tunggal yang saling berhubungan
a. Kalimat Majemuk Setara : kalimat yang terdiri dari dua
kalimat tunggal, dimana kedudukan masing-masing kalimat
tersebut setara
i. Kalimat Majemuk Setara Penggabungan : biasanya
ditandai dengan kata hubung “dan” atau “serta”
Contoh : Saya bertanggungjawab terhadap divisi penjualan dan
kamu akan saya angkat menjadi manajernya.
ii. Kalimat Majemuk Setara Pertentangan : biasanya
ditandai dengan kata hubung “tetapi”, “melainkan”,
“namun”, dsb
Contoh : Sebagian besar peserta sudah menerima keputusan
KPU, tetapi masih ada juga yang menolaknya.
iii. Kalimat Majemuk Setara Pemilihan : biasanya ditandai
dengan kata hubung “atau”
Contoh : Liburan ini aku masih bingung menentukan, antara
pulang kampung atau tetap di ibu kota
iv. Kalimat Majemuk setara Penguatan : biasanya ditandai
dengan kata hubung “bahkan”
Contoh : Ilham Habibie memang anak yang cerdas, bahkan
mendapat gelar Cum Laude Dengan Penghargaan melebihi
bapaknya.
b. Kalimat Majemuk Bertingkat : kalimat yang menggabungan
dua kalimat tunggal atau lebih, dimana satu sama lain memiliki
kedudukan yang berbeda, yaitu sebagai induk kalimat dan
anak kalimat
i. Kata hubung waktu : “ketika”, “sejak”, “saat ini”, dsb
Contoh : Anak itu sudah lama yatim piatu, sejak kedua orang
tuanya meninggal ketika dia masih kecil.
ii. Kata hubung sebab : “karena”, “oleh karena itu”,
“sebab”, “oleh sebab itu”
Contoh : Karni memutuskan untuk meninggalkan ibu kota,
karena tidak kuat dengan hiruk pikuknya.
iii. Kata hubung akibat “ “hingga”, “sehingga” “maka”
Polisi bertindak tegas, sehingga kerusuhan itu tidak meluas
sampai keluar Jakarta.
iv. Kata hubung syarat : “jika”, “asalkan”, “apabila”
Akan kuberikan semua harta ini kepadamu,asalkan kau
bersedia merawat adik-adik kita.
v. Kata hubung perlawanan : “meskipun”, “walaupun”
Contoh : Walaupun menderita sakit, ibu tetap bekerja demi
anak-anaknya bisa makan.
vi. Kata hubung pengandaian : “andaikata”, “seandainya”
Contoh : Seandainya kau batalkan rencana perjalanan kemarin,
musibah itu mungkin tidak akan menimpamu.
vii. Kata hubung tujuan : “agar”, “supaya”. “untuk”
Contoh : Asmar membeli rumah di sekitar pusat kota, agar
lebih dekat dengan kantornya.
viii. Kata hubung perbandingan : “bagai”, “laksana”,
“ibarat”, “seperti”
Contoh : Bagaikan pungguk merindukan bulan, kalau cita-
citamu memperistri seorang artis.
ix. Kata hubung pembatasan : “kecuali”, “selam”
Semua kendaraan boleh masuk kecuali truk trailer
x. Kata hubung alat : “dengan + kata benda”
Pelukis itu berkarya dengan menggunakan rambut

c. Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat majemuk yang menggabungkan kalimat majemuk setara
dengan kalimat majemuk setingkat . Terdiri dari sekurang-kurangnya
tiga kalimat tunggal
Contoh : Kami sedang bermain catur dan Ayah sedang membaca
koran ketika Aceng datang ke rumah memberi kabar.
Pembagian kalimat berdasarkan isi atau fungsinya :
1. Kalimat Berita atau Pernyataan (Deklaratif)
a. Kalimat yang bertujuan menyampaikan informasi
b. Diakhiri dengan tanda baca titik(.)
c. Dalam pembacaannya, pada akhir kalimat intonasi menurun
Contoh :
i. Nurdin tengah berlari mengelilingi lapangan
(pemberitahuan)
ii. Calon yang kalah menolak menandatangani berita
acara (pengingkaran)
2. Kalimat Tanya (Interogatif)
a. Kalimat yang digunakan untuk mencari tahu suatu informasi,
jawaban atau respon dari lawan bicara
b. Penulisannya diakhiri dengan tanda baca tanya (?)
Contoh :
i. Bagaimana kesehatanmu sekarang ini ?
ii. Apakah kamu sudah tahu kabar bahwa ayamu sakit ?
3. Kalimat Perintah (Imperaif)
a. Kalimat yang bertujuan memberi perintah kepada orang lain
untuk melakukan sesuatu
b. Penulisannya diakhiri dengan tanda baca seru (!)
c. Pembacaannya dengan intonasi meninggi
Contoh :
i. Tolong perkecil suara televisi itu ! (permohonan)
ii. Jangan masuk ke ruangan itu ! (larangan)
4. Kalimat Seruan
Digunakan untuk mengungkapkan perasaan, pada akhir kalimat intonasi
meninggi, penulisan menggunakan tanda baca seru (!)
Contoh :
a. Wah, indah sekali pemandangan di hutan ini !
b. Hore, aku berhasil mengalahkannya !
5. Kalimat Pengandaian
Bertujuan untuk menggambarkan keinginan/tujuan dari penulis/pembicara
yang belum/tidak terwujud. Dalam penulisannya menggunakan tanda baca
titik (.)
Contoh :
a. Andai saja aku bisa menolongnya dari jeratan utang.
b. Seandaianya aku sudah kaya, akan kubantu orang-orang yang
menderita.

Dilihat dari unsur di dalamnya, kalimat dapat dibedakan menjadi dua :


1. Kalimat Lengkap
a. Kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari sebuah subjek dan
sebuah predikat
b. Kalimat majas bisa dikategorikan sebagai kalimat lengkap
Contoh :
i. Muda-mudi berkumpul dijalan
S P O
ii. Agnes membawa lap top baru
S P O
2. Kalimat Tidak Lengkap
a. Kalimat yang tidak sempurna, bentuk tidak sempurna, kadang hanya
memiliki sebuah subjek saja, sebuah predikat atau objek dan
keterangan saja
b. Biasanya digunakan untuk semboyan, salam, perintah, pertanyaan,
ajakan, ajwaban, seruan, larangan, sapaan, kekaguman
Contoh :
i. Hai, Rudi !
ii. Hemat pangkal kaya
iii. Wah, cantik sekali !

Ditinjau dari struktur serta susunan atas subjek dan predikatnya, kalimat
dibedakan menjadi dua :
1. Kalimat Versi
Kalimat yang sesuai dengan susunan pola kalimat dasar Bahasa Indonesia : S
–P; S–P–O–K;S–P–K
Contoh :
a. Aku berlari selama tiga menit
S P K
b. Salma membeli baju di Pasar Palur
S P O K
2. Kalimat Inversi
a. Kalimat yang memiliki ciri khas adanya predikat mendahului
subjek
b. Biasanya digunakan untuk menyampaikan penekanan atau
ketegasan makna
c. Kata pertama merupakan penentu makna kalimat, swekaligus yang
menimbulkan kesan bagi pembacanya
Contoh :
i. Bawa anak itu keluar kamar
P S K

BAB V
SEMANTIK

A. Pengertian Semantik
Semantik adalah cabang linguistik yang bertugas meneliti makna bahasa
sebagai alat komunikasi.
B. Hubungan Semantik dengan Ilmu Lain
1. Semantik dengan Filsafat
Filsafat sebagai ilmu yang mengkaji kearifan, pengetahuan, hakikat
realitas, memiliki
hubungan yang sangat erat dengan semantik karena dunia fakta yang
menjadi objek
perenungan merupakan dunia simbolik yang terwakili dalam bahasa.
Sementara itu, aktivitas berpikir tidak dapat berlangsung tanpa adanya
berpikir tidak dapat berlangsung tanpa adanya bahasa. Dalam situasi ini
bahasa tidak hanya sekedar media proses berpikir atau penyampai hasil
berpikir
2. Semantik dengan Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang mengkaji hakikat dan gerak-gerik jiwa.
Psikologi mengkaji kebermaknaan jiwa, sedangkan semantik mempelajari
kebermaknaan kata atau satuan ujaran dalam bahasa
3. Semantik dengan Antropologi & Sosiologi
Keduanya sama-sama mengkaji bahasa sebagai fenomena sosial dan
budaya karena bahasa merupakan unsur yang digunakan manusia sebagai
bagian hidup yang menyertai berbagai aktivitasnya
4. Semantik dan Sastra
Sastra menggunakan bahasa sebagai media pemaparannya. Bahasa dalam
sastra memiliki keunikan tersendiri karena merupakan salah satu bentuk
idiosyncratic yang di dalamnya berbagai kata digunakan yang di
dalamnya berbagai kata digunakan sebagai hasil pengolahan dan ekspresi
individual si pengarang
5. Semantik dengan Linguistik
Linguistik adalah ilmu yang mengkaji bahasa. Bahasa baik yang
berbentuk kata, frasa, kalimat, atau wacana, sebenarnya terdiri atas dua
lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan makna
C. Aspek Semantik
1. Tanda dan Lambang
Tanda atau sign adalah substitusi untuk hal lain. Oleh karena itu, tanda
memerlukan interpretasi. Contoh : tomat berwarna merah - tomat sudah
matang
Tanda dibagi menjadi 3 jenis :
a. ditimbulkan dari alam : hari mendung →segera turun hujan.
asap membumbung→ ada kebakaran
b. ditimbulkan oleh binatang : burung gagak berkicau → ada orang
meninggal.
c. ditimbulkan oleh manusia, baik bersifat verbal maupun nonverbal
Perbedaan tanda dengan lambang atau simbol. Tanda bersifat universal,
artinya siapapun orangnya dari mana ia berasal, ia akan tahu makna tanda
tersebut tanpa harus mempelajari bahasa negara yang mempelajari bahasa
negara yang dikunjunginya. Tanda dalam bentuk huruf-huruf, seperti
dilarang masuk disebut lambang atau simbol. Lambang tidak bersifat
universal
2. Konsep
Konsep merupakan istilah yang diajukan Lyons sebagai pengganti istilah
throught atau reference. Istilah konsep sama dengan makna.
3. Kajian Makna
a. Pandangan Realisme
Objek-objek yang dapat diraba oleh pancaindera adalah nyata (real)
dalam wujudnya
b. Pandangan Nominalisme
Bahwa bentuk-bentuk kata atau ekspresi bahasa yang lainnya
digunakan untuk menamai atau menyebutkan benda yang melekat
dengan benda yang dinamainya
c. Pandangan Konseptualisme
Kata konsep mengacu pada proses pem-bentukan konsep dalam
pemikiran seseorang
d. Pendekatan Referensial
Kebermaknaan suatu ujaran terletak pada hubungan antara ujaran itu
secara langsung dengan sesuatu yang berada di luar bahasa, baik yang
bersifat konkret maupun abstrak
e. Pendekatan Struktural
Bersumber pada gagasan strukturalisme Saussure yang mendapat
pengaruh dari
pandangan filsafat realisme.
f. Pendekatan Ideasional
Mengkaji makna bahasa sebagai suatu gagasan (konsep) yang berada
dalam pikiran pemakai bahasa
g. Pendekatan Behavioral
Memusatkan pada hal-hal yang melibat-kan penggunaan bahasa dalam
proses komunikasi atau pada makna ekspresi bahasa dalam situasi
tertentu
4. Perubahan Makna
a. Karena perkembangan perkembangan bahasa itu sendiri
b. Karena perubahan penutur
c. Karena perluasan maksud
d. Karena pembatasan maksud
e. Karena tujuan simbolik dan stilistik
5. Ungkapan
a. Eufemisme
Ungkapan-ungkapan yang dianggap tabu diganti dengan kata-
kata/ungkapan-ungkapan yang baik, contoh : berak → buang air besar
b. Disfemia (ungkapan kasar)
Penggunaan kata atau ungkapan yang memiliki nilai rasa yang
sifatnya memper-kasar perasaan, contoh : kalah→masuk kotak
D. Semantik terdiri dari :
1. konotasi : makna berdasarkan pikiran atau perasaan yang timbul dari
pendengar/pembaca
2. denotasi : makna berdasarkan pikiran atau perasaan yang timbul dari
penunjukan lugas
3. menyempit
4. meluas
5. idiom : konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih. Masing-msaing
anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama dengan yang
lain.
6. peribahasa : kalimat yang telah membentuk beku, makna dan fungsinya
dalam masyarakat.
7. gramatikal : penyelidikan makna bahasa dengan menekankan pada
hubungan grmatikal
8. leksikal : satuan bermakna yang membentuk kata
9. kontekstual : menyelidiki makna dalam bahasa dengan metode
probabilitas dan memusatkan diri pada bentuk bahasa dan ujaran
10. referensial : unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa
11. asosiatif
12. istilah : kata atau gabungan kata yang mengungkapkan keadaan yang khas
dalam bidang tertentu

DAFTAR PUSTAKA

Lapoliwa Hans. 1988. Pengantar Fonologi I. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan. Jakarta

Noortyani Rusma. 2010. Buku Ajar Sintaksis. Penebar Pustaka Media.


Yogyakarta

Santoso Sukrisno. 2009. Resume Buku Linguistik Umum Karya Abdul Chaer.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah FKIP Universitas
Muhammadyah Surakarta
Sitaresmi Nunung. 2010. Bahan Ajar Semantik Bahasa Indonesia.

Verhaar JWM, 2012. Asas-asas Linguistik Umum. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta

KATA PENGANTAR

Seperti umumnya anak-anak,ketika ditanya tentang cita-cita, ada beragam


tanggapannya. Ada yang ingin jadi polisi, guru, dokter, insinyur, presiden, pilot,
dan profesi lain yang lebih menjanjikan. Jarang yang mengungkapkan ingin
menjadi ahli bahasa. Para orang tua juga berpikiran yang sama. Ketika anak
memasuki bidang pendidikan tinggi, jurusan bahasa sering mendapat tanggapan
tidak menyenangkan. pertanyaan-pertanyaan seperti, “Apa fungsinya?”, “Kenapa
tidak mengambil jurusan lain yang mudah dapat uang?” seringkali terlontar.
Memang, sekilas, jurusan bahasa maupun sastra kurang menjanjikan karena
aspek terapan yang dianggap terbatas. Namun apabila kita pelajari dengan lebih
mendalam, dari segi perumusan aturan, aspek kebahasaan menjadi hal penting.
Pengertian dari pasal dan ayat penjelasan tidak memperbolehkan adanya tafsir
ganda bagi pembaca. Hal tersebut membutuhkan cabang ilmu linguistik murni
seperti sintaksis dan semantik. Setiap kalimat harus tertata, baik secara
gramatikal, dan maknanya bersifat denotatif, apa adanya, sehingga tidak dapat
dicari celah dan dibengkokkan. Akan tetapi, permasalahan yang kita hadapi
adalah, banyak hukum yang kita gunakan hingga kini merupakan hasil
terjemahan dari Bahasa Belanda, bukan murni Bahasa Indonesia. Tidak
mengherankan jika masih ada pasal yang membutuhkan kajian, penyesuaian dan
penafsiran ulang.

Selain itu, Indonesia terdiri atas beragam suku bangsa. Bahasa Indonesia
menjadi jembatan penting antara setiap perbedaan. Terkadang, satu kosakata
memiliki arti yang berbeda bagi beberapa suku. Agar tidak menciptakan masalah
dalam pemahaman, kamus dwibahasa seperti Bahasa Indonesia — Bahasa Daerah
[x] yang memadai tentu diperlukan. Pemahaman bahasa Indonesia dapat
membuka akses terhadap wawasan — beberapa daerah belum mengenal bahasa
Indonesia sementara buku-buku pelajaran untuk sekolah dasar hanya tersedia
dalam bahasa nasional, belum dengan bahasa daerah. Lahan pekerjaan ini
menunggu kontribusi dari para mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia.
Pengetahuan leksikografi, tipologi, berperan besar dalam hal ini.

Ilmu fonologi dan ilmu morfologi cukup sering menjadi fokus pertanyaan
sebagian besar mahasiswa, apakah manfaat yang didapat dari keduanya? Ilmu
fonologi adalah ilmu yang berkaitan dengan bentuk dan pelafalan bunyi,
sementara ilmu morfologi adalah ilmu yang mengkaji bagaimana suatu kata dapat
terbentuk. Keduanya dibutuhkan ketika menyusun materi-materi bahasa
Indonesia untuk penutur asing. Para penutur asing perlu mengetahui bagaimana
setiap kata dari bahasa Indonesia diucapkan dan terbentuk. Dengan begitu,
kesempatan bahasa Indonesia digunakan semakin meluas, dan bukan tidak
mungkin menjadi bahasa persatuan Asia Tenggara.

Benang merahnya adalah , pegiat dan pelaku bahasa dan sastra Indonesia
agar terus maju. Banyak yang dapat dikerjakan sebagai bentuk pengabdian untuk
bangsa dan negara dari sudut pandang ilmu linguistik “Bahasa adalah identitas
bangsa. Kitalah yang harus mengetahui bangsa kita sendiri, jangan sampai orang
lain yang lebih ahli.”. Untuk itulah penulis mem berikan sedikit tulisan mengenai
linguistik, agar menjadikan wacana bagi semua pihak yang membutuhkan. Salam
Indonesia.

DAFTAR ISI

Halaman
1. Halaman Judul Luar i
2. Halaman Judul Dalam ii
3. Kata Pengantar iii
4. Daftar Isi iv
5. BAB I Teori Linguistik 1-5
6. BAB II Fonologi 6-8
7. BAB III Morfologi 9 - 13
8. BAB IV Sintaksis 14 - 19
9. BAB V Semantik 20 - 33
10. Daftar Pustaka 34

Anda mungkin juga menyukai