Anda di halaman 1dari 4

KASUS KLINIK

KELOMPOK 1

1. Seorang anak laki-laki 14 tahun terlihat jaundice, urin kehitaman dan


tinja berwarna pucat. Hasil lab sebagai berikut:
Hct : 36 (37–47%)
Total Bilirubin 4.2 (0.2–1.2 mg/dL)
Direct Bilirubin 1.2 (0.0-0.4 mg/dl)
Albumin 4.2 (3.5–5.2 g/dL)
Alkali fosfatase 212 (38–126 U/L)
AST 40 (13 - 40 U/L)
ALT 34 (10 – 59 U/L)
GGT 83 (5 – 36) IU/L
Jenis penyakit/gangguan hati apakah yang mungkin terjadi pada pasien
tersebut
Penyakit :
 OBSTRUKSI BILIER (BATU EMPEDU)/ KOLEASTASIS
YANG DIKASI MASUK
-Pengertian dan buat table pemeriksaan data klinik dan nilai
normal (Rabihul, Asmaria)
- Hubungkan Gejala dan data klinik (Acce, zaldy, nona)
- Penyebab (Putbar, Finsyani)
- Saran pengobatan /terapi (Farmakologi dan Non
Farmakologi) (Alhidayah,Acce )
- Kesimpulan (Alhidayah, Accce)

KASUS 1 DIPRESENTASIKAN
KLP 5 bertanya

2. Seorang pasien laki-laki masuk RS dengan rasa nyeri hebat di dada dan
pundak sejak 2 hari yang lalu, sehingga dokter meminta pemeriksaan
laboratorium. Hasil pemeriksaan menunjukkan CK-MB 18 U/L (<16 U/L),
Myoglobin 60 ng/dL (30-90 ng/dl), Na plasma: 155 mEq/L (135-145
mEq/L), K+ : 3.8 mEq/L (3.5-5 mEq/L), Cl-: 100 mEq/L (95-105 mEq/L).
Diskusikan dan bahas: kondisi apakah yang mungkin terjadi pada pasien?
Dan apakah masih dibutuhkan pemeriksaan biomarker lain untuk
memastikan kondisi pasien?

PENYAKIT :
INFARD MIOKARD
YANG DIKASI MASUk
-Definisi (buat tabel data klinik dan nilai normal) ( Awal, Nadia)
Hubungkan Gejala dan data klinik (Aas, Muta, )
- Penyebab (Ama, Wahdaniyah)
- Saran pengobatan /terapi (Farmakologi dan Non
Farmakologi) (Azman, Usri)
- Kesimpulan (AWAL)

PJ PPT : BA MSGLOW
DEADLINE PENGUMPULAN : TANGGAL 27 APRIL

Hubungan gejala dan data klinik dari pasien ialah:

Pasien laki-laki masuk RS dengan rasa nyeri hebat di dada dan


pundak sejak 2 hari yang lalu. Jika dibandingkan dengan pustaka, pasien
dengan nyeri dada hebat pemeriksaannya haruslah spesisfik karena bila
dijumpai pasien dengan nyeri dada akut perlu dipastikan secara cepat
dan tepat apakah pasien menderita IMA (Infark Miokard Akut) atau tidak.
Dimana apabila terlambat dalam mendiagnosa dapat mengakibatkan
konsekuensi yang berat (Satoto, 2014).
Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala kardinal pasien IMA.
Dimana sifatnya antara lain: berlokasi pada substernal, retrosternal, dan
precordial. Untuk sifat nyeri seperti rasa sakit, seperti ditekan, rasa
terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas dan
dipelinitir. Penjalarannya biasanya ke lengan kiri, leher, rahang bawah,
gigi, punggung (interscapula), perut dan dapat pula lengan kanan. Gejala
yang menyertai seperti mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin,
lemas dan cemas (Satoto, 2014).
Menurut (Ridwan, 2020) nyeri dada dapat disebabkan oleh
gangguan bermacam organ seperti jantung, paru, pembuluh darah hingga
organ pencernaan. Dimana nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada
(angina) merupakan gejala utama yang paling banyak dialami pasien.
Angina disebabkan oleh menurunnya aliran coroner menuju otot jantung.
Nyeri dan rasa tidak nyaman merupakan gejala utama gangguan jantung
dan seringkali digambarkan sebagai: rasa tertekan, diremas, terbakar,
ketat atau penuh, biasanya dimulai di area dada, di belakang tulang dada,
pola nyeri biasanya menjalar ke lengan, bahu, leher rahang, atau
punggung.
Sehingga berdasarkan gejala yang dialami pasien dan studi
literatur yang ada, gejala yang dialami pasien merupakan gejala bagi
penderita penyakit jantung. Hal ini didukung dengan beberapa hasil
pengukuran biomarker untuk jantung seperti CK-MB yang melewati
kadar rujukan yakni <16 U/L. Selain itu juga terjadi kelebihan pada nilai
Na plasma pasien.
Kadar Na plasma yang berjumlah 155 mEq/L menurut (Kemenkes,
2011) telah melewati kadar normalnya yakni 135-144 mEq/L. Dimana
apabila Na plasma melebihi nilai normal, diduga pasien mengalami gejala
kardiovaskular dan ginjal. Sehingga besar kemungkinan pasien
mengalami gangguan jantung akibat adanya gangguan kariovaskular.
Biomarker spesifik untuk jantung yaitu Creatine Kinase (CK), (CK-
MB), dan lainnya. Sedangkan untuk hati yaitu Serum Glutamic Pyruvic
Transaminase (SGPT) (Lomanorek, 2016).
CK-MB adalah isoenzim Creatinin Kinase yang terdapat pada
berbagai jaringan terutama miokardium dan ± 20% pada skeletal. Enzim
CK-MB ini diperiksa dengan metode immunochromatografi dengan nilai
normal 0-5 IU/mL (Dewi, 2018). Adapun kadar normal CKMB dibawah 24
U/L menurut (Prasetyo, 2014). Sedangkaan menurut (Kemenkes, 2011)
kadar normal untuk CK-MB ialah <16 U/L. Sehingga jika kita
menggunakan rujukan <16 U/L maka pasien dapat dinyatakan mengalami
penyakit jantung. Namun jika menggunakan rujukan <24 U/L maka
pasien dapat dinyatakan tidak terkena penyakit jantung.
Namun menurut (Dewi, 2018) pengukuran CK-MB memiliki
kekurangan yakni tidak kardiospesifik, karena kadarnya dapat meningkat
juga pada trauma otot, tidak cukup sensitif untuk memprediksi IMA pada
0-4 jam setelah timbul keluhan nyeri dada, dan tidak mendeteksi jejas
pada pasien dengan onset IMA yang lama ataupun jejas kecil yang
berisiko tinggi untuk seseorang mengalami IMA dan kematian jantung
mendadak/cardiac arrest. Sehingga, perlu dilakukan pemeriksaan
lainnya seperti pemeriksaan kadar troponin t (TnT) sebagai pemeriksaan
lanjutan untuk memastikan apakah pasien benar mengalami penyakit
jantung.

Referensi:
Dewi, N.G.A.P.L.S., Wiradewi, L., dan I Wayan, P.S.Y. 2018. Hubungan kadar
troponin t (TnT) dan creatinin kinase-myocardial band (CK-MB)
pada pasien infark miokard akut (IMA) di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar. E-Jurnal Medika. 7(1): 43-48.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinis. Kementerian
Kesehatan RI: Jakarta.
Lomanorek, V.Y., Youls, A.A., dan Yanti, M.M. 2016. Gambaran Kadar
Serum Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) Pada
Perokok Aktif Usia > 40 Tahun. Jurnal e-Biomedik. 4(1).
Prasetyo, R.D., Syafri, M., dan Efrida. 2014. Gambaran Kadar Troponin T
dan Creatinin Kinase Myocardial Band pada Infark Miokard Akut.
Jurnal Kesehatan Andalas. 3(3).
Ridwan, M., Yusni., dan Nurkhalis. 2020. Analisis Karakteristik Nyeri Dada
pada Pasien Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Journal of Medical Science. 1(1): 20-
26.
Satoto, H.H. 2014. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner. Jurnal
Anestesiologi Indonesia. 6(3): 209-224.

Anda mungkin juga menyukai