Anda di halaman 1dari 20

TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA ERA GLOBALISASI

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Balanced Scorecard Pendidikan
Prodi Manajemen Pendidikan Islam IAINU Kebumen

Dosen Pengampu:
Dr. Sri Winarsih, S. Ag. M. Pd

Oleh
ZULLYDA APRILIANTO
NIM : 1710417

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
IAINU KEBUMENKAMPUS 2
DI WAGIR PANDAN
2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada
penyusun sehingga dapat menyelesaikan artikel ini dengan tepat waktu dan selesai
dengan hasil yang tidak mengecewakan.
Makalah ini kami tulis dalam rangka untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi
penilaian mata kuliah Desain Pengembangan Kurikulum Pendidikan. Dalam makalah
ini kami mengupas tentang Tantangan Pendidikan Islam Pada Era Globalisasi.
Dengan segala kerendahan hati penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini, sehingga dapat
terselesaikan. Diantaranya kepada Dr. Sri Winarsih, S.Ag, M.Pd.I selaku dosen
pembimbing.
Semoga dengan kami menyelesaikan makalah ini, nilai kami dapat memenuhi
standart. Dan semoga makalah yang kami tulis dapat memberikan manfaat bagi
pembaca dan terutama penyusun.
Mengingat tiada manusia  yang sempurna di dunia ini jika ada kekurangan
dalam penyusunan, kami meminta maaf. Untuk kesempurnaan dalam makalah ini
kami meminta kritik dan saran dari kalian agar makalah ini dapat menjadi lebih baik
lagi.

Kebumen, Juni 2018


Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................ i


KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan masalah ....................................................................... 3
.
C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 4
.

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Islam............................................................ 5
B. Pendidikan Islam PadaEra Globalisasi …………………………… 7
C. Tantangan Pendidikan Islam pada Era Globalisasi …...................... 13
D. Sikap Dalam Menghadapi Era Globalisasi ………………………. 17

BAB III PENUTUP


A  Kesimpulan ....................................................................... 19
.
B Saran ....................................................................... 20
.
C Penutup ....................................................................... 20
.

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi dapat dipahami sebagai suatu keadaan yang di tandai oleh
adanya penyatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi,
informasi, dan lain sebagainya, yang terjadi diantara satu Negara dengan Negara
lainnya. Penyatuan ini terjadi berkat kemajuan Teknoligi Informasi (TI) yang dapat
menghubungkan Atau mengkomonikasikan setiap isu yang ada pada suatu Negara
dengan Negara lain. Memasuki era milenium baru yang disebut dengan era
globalisasi, maka problematika yang di hadapi oleh seluruh manusia semakin
kompeks dan meluas. Bahkan globalisasi telah menimbulkan kaburnya batas-batas
definitif antar negara sehingga menjadi terbuka dan transparan, sehingga timbul
pergeseran nilai – nilai dalam individu itu sendiri yang membawa dampak baik
positif ataupun negatif. Maka dari itulah tantangan bagi kita semua terutama dalam
dunia pendidikan islam. Dimana modernisasi dan globalisasi membawa pengaruh
yang sangat signifikan, karena di era yang modern ini , semua dapat dengan mudah di
dapatkan dalam segala hal.
Munculnya arus modernisasi dan globalisasi disebabkan karena perkembangan
dari teknologi yang semakin canggih, kemajuan bidang ekonomi, dan pesatnya
sarana informasi. Kemajuan Zaman yang semakin pesat membawa implikasi dan
pengaruh yang positif sekaligus negatif. Kebudayaan negara- negara Barat yang
cenderung mengedepankan rasionalitas, yang akhirnya cenderung untuk menerima
perilaku dan menerima keyakinannya tidak lewat ajaran agama tetapi lewat
pertimbangan rasionalitas dan hal- hal yang bersifat praktis.
Pada hal ini, pendidikan yang merupakan media untuk mengubah atau
mengkonstruksi manusia seutuhnya tidak terkecuali pendidikan di Indonesia yang
berorientasi pada pragmatisme, yang mengarahkan kepada kepentingan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas. Ini menunjukkan betapa pentingnya peranan
pendidikan dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dan juga
pengembangan watak bangsa.1

1
Umiarso dan Nur Zazin, Pesantren di Tengah Arus Mutu Pendidikan ( Semarang : Rasail Media
Group, 2011)

4
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah:
1. Apa Pengertian Pendidikan Islam?
2. Bagaimana Pendidikan Islam pada Era Globalisasi?
3. Apa Saja Tantangan Pendidikan Islam pada Era Globalisasi?
4. Bagaimana Sikap Dalam Menghadapi Era Globalisasi?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari
makalah ini adalah:
1. Mengetahui Pendidikan Islam
2. Mengetahui Pendidikan Islam di Era Globalisasi
3. Mengetahui Tantangan Pendidikan Islam pada Era Globalisasi.
4. Mengetahui Sikap dalam menghadapi Era Globalisasi

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Islam

5
Adapun pengertian pendidikan Islam, bisa ditinjau secara sempit dan luas.
Pengertian secara sempit adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan untuk
pentransferan atau penyaluran ilmu (knowledge), nilai (value) dan ketrampilan (skill)
berdasarkan ajaran Islam dari seorang pendidik terhadap seorang yang didiknya, guna
terbentuk pribadi Muslim yang seutuhnya atau sesungguhnya. Hal ini lebih bersifat
proses pembelajaran, dimana ada pendidik, peserta didik dan ada bahan (materi) yang
disampaikan dengan ditunjang dengan alat-alat yang digunakan.
Sedangkan pendidikan Islam dalam arti luas, tidak hanya terbatas kepada
proses penyaluran yang mencangkup tiga ranah di atas, akan tetapi mencangkup
sejarah, pemikiran dan lembaga. Dengan demikian, terdapat kajian tentang sejarah
pendidikan Islam, pemikiran pendidikan Islam, lembaga pendidikan Islam, dan lain-
lain.2
Pendidikan yang dilaksanakan oleh Rasulullah berhasil membina individu-
individu yang beriman, berakhlak, berpengetahuan dan memilik sensitifitas yang
tinggi terhadap keadaan lingkungan masyarakat. Berdasarkan modal inilah Rasulullah
berhasil merubah sistem kemasyarakatan jahiliyah menjadi sistem kemasyarakatan
yang islami. Ditinjau dari proses social change , perubahan sosial pada zaman nabi
dimulai dari perubahan pada diri manusia yang mencangkup keimanan, akhlak,
pengetahuan, dan perilaku.
Hal ini menandakan data-data ilmiah yang membuktikan dan menunjukkan
bahwa Nabi Muhammad Saw merupakan seorang pendidik yang mempunyai peran
penting (krusial) dalam proses transmisi ilmu pengetahuan pada masanya. Dalam
pengertian hal ini berarti bagaimana Nabi Muhammad Saw melakukan proses
pendidikan dan pencerdasan umatnya melalui manhaj pendidikannya yang spesifik.
Ditengah masyarakat Muslim yang baru lahir, pendidikan pada periode Nabi
memiliki peranan penting dan menentukan bagi eksistensi pendidikan pada saat itu
dapat dilihat dari adanya kebutuhan untuk menanamkan , menumbuhkan, dan
mentransformasikan nilai- nilai Islam kepada individu-individu Muslim yang baru
lepas dari lingkaran kultur jahiliyyah.3

2
Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah, ( Jakarta :
Kencana Prenada Media Group , 2013 ) , hlm. 3

3
Slamet Untung, menelusuri metode pendidikan ala Rasulullah , ( Semarang : Pustaka Rizki Putra ,
2007 ), hlm. 3- 5

6
2. Pendidikan Islam Pada Era Globalisasi

Munculnya berbagai kecenderungan dalam era globalisasi tersebut merupakan


tantangan dan sekaligus menjadi peluang jika mampu dihadapi dan dipecahkan
dengan arif dan bijaksana, yaitudengan cara merumuskan kembali berbagai komponen
pendidikan : visi, misi, tujuan , kurikulum, proses belajar mengajar dan sebagainya.
Menghadapi keadaan yang demikian itu dunia pendidikan pada umumnya dan
pendidikan Islam pada khususnya kini berada di persimpangan jalan, yakni antara
jalan untuk mengikuti tarikan eksternal sebagai pengaruh era globalisasi, atau tarikan
internal yang merupakan misi utama pendidikan yaitu membentuk manusia
seutuhnya, yaitu manusia yang terbina seluruh potensinya secara seimbang.4
Era kebangkitan pendidikan Islam itu bertepatan pula dengan munculnya
globalisasi. Masyarakat manusia telah menjadi masyarakt global, batas-batas wilayah
semakin memudar, komunikasi sangat lancar dan informasi dalam hitungan detik
telah dapat berkembang dan tersebar di dunia. Kejadian apa yang terjadi di sebuah
tempat di ujung dunia, maka dalam waktu hitungan detik telah diketahui dengan
sempurna pada ujung dunia lainnya. Gaya hidup manusia sudah mendunia.
Pendidikan Islam dapat diartikaan sebagai upaya yang dilakukan oleh
pendidik untuk membentuk kepribadian peserta didik sesuai dengan ajaran dan nilai-
nilai Islami(Islamicvalues). Didalam rangka untuk mengimplementasikan pendidikan
Islam tersebut diperlukan perangkat-perangkatnya, seperti: tujuan, lembaga,
kurikulum, pendidik, metode dan evaluasi.5
Kegiatan pendidikan pada hakikatnya adalah diarahkan untuk penyiapan
peserta didik dalam menghadapi lingkungan hidup yang selalu mengalami perubahan.
Melalui pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan
masyarakat. Mengingat pentingnya fungsi dan tujuan pendidikan juga telah
dinyatakan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Maka dari itu, agar tujuan pendidikan dapt dicapai akan pendidikan hendaknya
dikelola secara provesional dengan manajemen yang baik dan oleh tenaga-tenaga
yang mempunyai motivasi kerja tinggi , termasuk didalamnya adalah lembaga
pendidikan Islam.

4
Abudidin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012 ), hlm.2
5
Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah, ( Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2013 ) , hlm. 195-196

7
Dalam hal ini, pandangan pokok mengenai proses pendidikan sepanjang hidup
adalah berlangsung dijalur formal, informal, maupun non-formal, tergantung pada
manusia itu menjalani kehidupan. Lembaga pendidikan Islam masuk dalam kategori
lembaga pendidikan formal dan sangat memungkinkan untuk dapat dijadikan sebagai
proses pengembangan kualitas SDM Indonesia.6
Suatu lembaga pendidikan pada dasarnya adalah upaya pelembagaan dan
formalitas pendidikan sehingga kegiatan, fungsi, dan proses pendidikan dalam suatu
masyarakat bisa berlangsung secara lebih terencana , sistematis, berjenjang dan
profesional.7
Wina Sanjaya menjelaskan bahwa kurikulum pada hakikaknya adalah rencana
atau sebuah program kegiatan yang diatur dan diarahkan secara sistematis oleh
sekolah untuk mencapai tujuan.8
Dimana kurikulum disusun dan dikembangkan sesuai dengan tingkat pendidikan ,
untuk mencapai tujuan pendidikan ansional sekaligus dalam rangka mencapai tujuan
NKRI , maka dari itu sangat diperlukan adanya manajemen kurikulum sebagai bagian
dari sistem pendidikan.9
Tenaga kependidikan berupa pendidik (guru). Kegiatan pendidikan pada
dasarnya selalu terkait dengan pendidik dan peserta didik. Pendidikan yang dalam
praktiknya dilaksanakan melalui proses kegiatan belajar-mengajar telah melibatkan
empat pihak yang berkaitan secara lagsung maupun tidak langsung, yaitu : pertama,
pihak yang berusaha melaksanakan kegiatan pendidikan (belajar–mengajar), kedua
pihak yang berusaha belajar, ketiga pihak yang merupakan sumber belajar, dan
keempat pihak yang berkepentingan atas hasil (outcome) proses belajar mengajar.10
1. Pendidikan Islam
Sejak awal kedatangannya ke Indonesia , pada abad ke – 6 M, Islam telah
mengambil peran yang amat signifikan dalam kegiatan pendidikan. Peran ini
dilakukan , karena beberapa pertimbangan yaitu :

6
Ahmad Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, ( Malang : UIN-Malang Press, 2008 ),
hlm.257-274
7
Ahmad Fatah Yasin, Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lembaga Pendidikan Islam, ( Malang:
UIN-Maliki Press, 2011 ), hlm. 6-8
8
Wina Sanjaya, pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, ( Jakarta :
Kencana, 2005 ) hlm. 5
9
Ahmad Fatah Yasin, Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lembaga Pendidikan Islam, ( Malang:
UIN-Maliki Press, 2011 ), hlm. 32 - 33
10
Tandziduhu Ndraha, Manegement Perguruan Tinggi, ( Jakarta : Bina Aksara, 1998 ) , hlm. 43

8
Pertama, Islam memiliki karakter sebagai agama dakwah dan pendidikan. Dengan
karakter ini, maka Islam dengan sendirinya berkewajiban mengajak, membimbing,
dan membentuk kepribadian umat manusia sesuai dengan nilai – nilai ajaran Islam.
Kedua, terdapat hubungan simbiotik fungsional antara ajaran Islam dengan kegiatan
pendidikan. Dari satu sisi Islam memberikan dasar bagi perumusan Visi, misi, tujuan
dan berbagai aspek pendidikan, sedangkan dari sisi lain, Islam membutuhkan
pendidikan sebagai sarana yang strategis untuk menyampaikan nilai dan praktik
ajaran Islam kepada masyarakat. Adanya penduduk Indonesia yang mayoritas
beragama Islam adalah sebagai bukti keberhasilan pendidikan dan dakwah
Islamiyah.
Ketiga, Islam melihat bahwa pendidikan merupakan sarana yang paling strategis
untuk mengangkat harkat martabat manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Itulah
sebabnya tidak mengherankan, jika ayat 1-5 surat Al- ‘alaq sebagai ayat Al- Qur’an
yang pertama kali diturunkan telah menagndung isyarat tentang pentingnya
pendidikan.
Ayat 1 - 5 surat Al- ‘alaq tersebut artinya “Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu. Yang telah menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
Tuhanmu yang Maha Mulia. Yang telah mengajarkan manusia dnegan pena. Ia
mengajarkan tentang segala sesuatu yang belum diketahuinya.”
Pada ayat tersebut paling kurang terdapat lima aspek pendidikan :
a) Aspek proses dan metodologinya, yaitu membaca dalam arti yang seluas- luasnya,
yaitu mengumpulkan informasi, memahami, mengklasisikasi, atau
mengategorisasi, membandingkan, menganalisis, menyimpulkan dan
memverifikasi.
b) Aspek guru yang dalam hal ini adalah Allah SWT
c) Aspek murid yang dalam hal ini Nabi Muhammad saw dan umat manusia
d) Aspek sarana prasarana yang dalam hal ini diwakili oleh kata qalam (pena)
e) Aspek kurikulum , yang dalam hal ini segala sesuatu yang belum diketahui
manusia (maa lam ya’ lam). kelima hal tersebut merupakan aspek atau komponen
utama alam kegiatan pendidikan.
Sesuai dengan perkembangan dan tuntunan zaman, pendidikan Islam telah
menampilkan dirinya sebagai pendidikan yang fleksibel, responsif, sesuai dengan
perkembangan zaman, berorientasi ke masa depan , seimbang, berorientasi pada mutu
yang unggul, egaliter, adil, demokratis, dinamis dan seterusnya. Sesuai dengan sifat

9
dan karakternya yang demikian itu, pendidikan Islam senaniasa mengalami inovasi
dari waktu ke waktu yaitu mulai dari sistem dan lembaganya yang paling sederhana
seperti pendidikan di rumah, surau, langgar, masjid, majelis ta’lim, pesantren,
madrasah, sampai kepada perguruan tinggi yang modern. Inovasi pendidikan Islam
juga terjadi hampir pada seluruh aspeknya, seperti kurikulum, proses belajar
mengajar, tenaga pengajar, sarana prasarana, manajemen, dan lain sebagainya.
Melalui inovasi tersebut , kini pendidikan Islam yang ada di seluruh dunia ( termasuk
Indonesia ) amat beragam, baik dari segi jenis, tingkatan, mutu, kelembagaan, dan
lain sebgainya. Kemajuan ini terjadi karena usaha keras dari umat Islam melalui para
tokoh pendiri dan pengelolaannya, serta pemerintah pada setiap negara.11

2. Era Globalisasi
Era globalisasi dapat dipahami sebagai suatu keadaan yang ditandainya oleh
adanya penyatuan politik, ekonomi, sosial, budaya , ilmu pengetahuan, teknologi,
informasi, dan lain sebagainya.yang terjadi antara satu negara dengan negara lainnya,
tanpa menghilangkan identitasnya masing–masing. Penyatuan ini terjadi berkat
kemajuan teknologi informasi (TI) yang dapat menghubungkan atau
mengkomunikasikan setiap isu yang ada pada suatu negara dengan negara lain.
Bagi umat Islam, era globalisasi dalam arti tukar menukar dan transmisi ilmu
pengetahuan , budaya, peradaban, dan sebagainay sebagaiman tersebut diatas,
sesungguhnya bukanlah hal baru. Di zaman klasik ( abad ke -6 s/d 13 M ), uamt Islam
telah membangun hubungan dan komunikasi yang intens dan efektif dengan berbagai
pusat peradaban dan ilmu pengetahuan yang ada di dunia, seperti India, Cina, Persia,
Romawi, Yunani, dan sebagainya. Hasil dari komunikasi ini umat Islam telah
mencapai kejayaan bukan hanya dalam bidang ilmu agama Islam saja, melainkan juga
dalam bidang ilmu pengetahuan umum, kebudayaan dan peradaban, yang warisannya
masih dapat dijumpai hingga saat ini seperti di India, Spanyol, Persia, Turki, dan
sebagainya.
Selanjutnya di zaman pertengahan ( abad ke-13 s/d 18 M ) umat Islam telah
membangun hubungan dengan Eropa dan Barat. Pada saat itu umat Islam memberikan
kontribusi yang besar bagi kemajuan Eropa dan Barat. Beberapa penulis Barat seperti
W.C Smith, dan Thomas W. Arnold misalnya mengakui bahwa kemajuan yang

11
Abudidin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012 ), hlm.
7 - 10

10
dicapai dunia Eropa dan Barat saat ini karena sumbangan dari kemajuan Islam. Pada
zaman pertengahan itu, umat Islam hanya mementingkan ilmu agama saja, sementara
ilmu pengetahuan seperi matematika, astronomi, sosiologi, kedokteran dan lainnya
tidak dipentingkan, dan dibiarkan untuk diambil oleh barat. Pada zaman ini Eropa
dan Barat mulai bangkit mencapai kemajuan, sementara umat Islam berada dalam
keterbelakangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban.
Di zaman modern ( abad ke-19 sampai dengan sekarang ) hubungan Islam
dengan dunia Eropa dan Barat terjadi lagi. Pada zaman ini timbul kesadaran dari umat
Islam untuk membangun kembali kejayaannya dalam bidang ilmu pengetahuan ,
teknologi dan peradaban melalui berbagai lembaga pendidikan , pengkajian, dan
penelitian. Umat Islma mulai mempelajari berbagai kemajuan yang dicapai oleh
Eropa dan Barat, dengan alasan bahwa apa yang dipelajari dari Eropa dan Barat itu
sesungguhnya mengambil kembali apa yang dahulu dimiliki umat Islam. Namun
demikian, hubungan Islam dengan Eropa dan Barat pada zaman modern ini
keadaannya berbeda dengan hubungan Islam pada zaman klasik dan pertengahan
sebagaimana tersebut diatas.
Di zaman klasik dan pertengahan umat Islam dalam keadaan maju atau hampir
menurun , sedangkan Eropa dan Barat dalam keadaan terbelakang dan mulai bangkit.
Keadaan Eropa dan Barat saat ini berada dalam kemajuan , sedangkan keadaan umat
Islam berada dalam ketertinggalan. Tidak hanya itu saja, kedaaan saat ini dunia telah
dipenuhi oleh berbagai faham ideologi yang tidak sepenuhnya sesuai dengan ajaran
Islam, seperti ideologi kapitalisme, materialisme, naturalisme,pragmatisme,
liberalisme bahkan ateisme yang secara keseluruhan hanya berpusat pada kemauan
manusia (anthropo–centris). hal ini berbeda dengan karakteristik keseimbangan ajaran
Islam yang memadukan antara berpusat pada manusia (anthoropo–centris) dan
berpusat pada Tuhan (theo–centris).12

3. Tantangan Pendidikan Islam

Tantangan pendidikan Islam saat ini jauh berbeda denagn tantangan


pendidikan Islam sebagaimana yang terdapat pada zaman klasik dan

12
Abudidin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012 ), hlm.
10- 13

11
pertengahan. Baik secara internal maupun eksternal tantangan pendidikan
Islam di zaman klasik dan pertengahan cukup berat, namun secara psikologis
dan ideologis lebih mudah diatasi.
Secara internal umat Islam pada masa klasik masih fresh (segar). Masa
kehidupan mereka dengan sejarah ajaran Islam, yakni Al- Qur’an dan Al-
Sunnah masih dekat, dan semangat militansi dalam berjuang memajukan Islam
masih amat kuat . sedangkan secara eksternal , umat Islam belum menghadapi
ancaman yang serius dari negara- negara lain, mengingat keadaan negara-
negara lain ( Eropa da Barat ) masih belum bangkit dan maju seperti sekarang.
Tantangan pendidikan Islam di zaman sekarang selain menghadapi
pertarungan ideologi-ideologi besar duna sebagimana tersebut diatas, juga
menghadapi berbagai kecenderungan yang tak ubahnya seperti badai besar
(turbulance) atau tsunami. Menurut Daniel Bell, di era globalisasi saat ini
keadaan dunia ditandai oleh lima kecenderungan yaitu :
1) Kecenderungan integrasi ekonomi yang menyebabkan terjadinya
persaingan bebas dalam dunia pendidikan. Karena menurut mereka, dunia
pendidikan juga termasuk diperdagangkan , maka dunia pendidikan saat ini
juga dihadapkan pada logika bisnis. Munculnya konsep pendidikan yang
berbasis pada sistem dan infrastruktur , manajemen berbasis mutu terpadu
(Total Quality Management / TQM), Inter–preneur University dan lahirnya
Undang - Undang Badan Hukum Pendidikan (BHP) tidak lain, karena
menempatkan pendidikan sebagai komoditas yang diperdagangkan.
Penyelenggaraan pendidikan saat ini tidak hanya ditujukan untuk
mencerdaskan bangsa, memberdayakan manusia atau mencetak manusia yang
saleh, melainkan untuk menghasilkan manusia-manusia yang Economic
minded, dan penyelenggaraannya untuk mendapatkan keuntungan material.
2) Kecenderungan fragmentasi politik yang menyebabkan terjadinya
peningkatan tuntutan dan harapan dari masyarakat. Mereka semakin
membutuhkan perlakuan yang adil, demokratis, egaliter, transparan, akuntabel,
cepat, tepat, dan profesional. Mereka ingin dilayani dengan baik dan
memuaskan. Kecenderungan ini terlihat dari adanya pengelolaan manajemen
pendidikan yang berbasis sekolah (school based management), pemberian
peluang kepada komite atau majelis sekolah/madrasah untuk ikut dalam
perumusan kebijakan dan program pendidikan, pelayanan proses belajar

12
mengajar yang lebih memberikan peluang dan kebebasan kepada peserta
didik, yaitu model belajar mengajar yang partisipatif, aktif, inovatif, kreaatif,
efektif dan menyenangkan (Paikem).
3) Kecenderungan penggunaan teknologi canggih (sofisticated technology)
khususnya Teknologi Komunikasi dan Informasi (TKI) seperti komputer.
Kehadiran TKI ini menyebabkan terjadinya tuntutan dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan cepat, transparan, tidak dibatasi waktu dan tempat.
Teknologi canggih ini juga telah masuk ke dalam dunia pendidikan, seperti
pelayanan administrasi pendidikan, keuangan, proses belajar mengajar.
Melalui TKI ini para peserta didik atau mahasiswa dapat melakukan
pendaftaran kuliah atau mengikuti kegiatan belajar dari jarak jauh (distance-
learning). Sementara itu , peran dan fungsi tenaga pendidik juga bergeser
menjadi semaacam fasilitator, katalisator, motivator, dan dinamisator. Peran
pendidikan saat ini tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pengetahuan (agent
og knowledge). Keadaan ini pada gilirannya mengharuskan adanya model
pengelolaan pendidikan yang berbasis Teknologi Komunikasi dan Informasi
(TKI).
4) Kecenderungan interdependency (kesalingtergantungan), yaitu suatu
keadaan dimana seseorang baru dapat memenuhi kebutuhannya apabila
dibantu oleh orang lain. Berbagai siasat dan strategi yang dilakukan negara-
negara maju untuk membuat negara-negar berkembang bergantung kepadanya
demikian terjadi secara intensif. Berbagai kebijakan politik hegemoni seperti
yang dilakukan Amerika Serikat misalnya, tidak terlepas dari upaya
menciptakan ketergantungan negara sekutunya. Ketergantungan inni juga
terjadi di dunia pendidikan . adanya badan akreditasi pendidikan baik pada
tingkat nasional maupun internasional, selain dimaksudkan untuk
meningkatkan mutu pendidikan, juga menunjukkan ketergantungan lembaga
pendidikan terhaadap pengakuan dari pihak eksternal. Demikian pula
munculnya tuntutan dari masyarakat agar peserta didik memiliki ketrampilan
dan pengalaman praktis, menyebabkan dunia pendidikan membutuhkan atau
tergantung pada peralatan praktikum dan magang. Selanjutnya, kebutuhan
lulusan pendidikan terhadap lapangan pekerjaannya, menyebabkan ia
bergantung kepada kalangan pengguna lulusan.

13
5) Kecenderungan munculnya penjajahan baru dalam bidang kebudayaan
(new colonization in culture) yang mengakibatkan terjadinya pola pikir
(mindset) masyarakat pengguna pendidikan, yaitu dari semula mereka belajar
dalam rangka meningkatkan kemampuan intelektual, moral, fisik dan
psikisnya, berubah menjadi belajar untuk mendapatkan pekerjaan dan
penghasilan yang besar. Tidak hanya itu, kecenderungan penjajahan baru
dalam bidang kebudayaan juga telah menyebabkan munculnya budaya pop
atau budaya urban, yaitu budaya yang serba hedonistik , materialistik, rasional,
ingin serba cepat, praktis, pragmatis dan instan. Kecenderungan budaya yang
demikian itu menyebabkan ajaran agama yang bersifat normatif dan
menjanjikan masa depan yang baik (diakhirat) kurang diminati. Mereka
menuntut ajaran agama yang sesuai dengan budaya urban. Dalam demikian,
tidak mengehrankan jika mata pelajaran agama yang disajikan secara normatif
dan konvensional menjadi tidak menarik dan ketinggalan zaman. Keadaan ini
mengharuskan para guru atau ahli agama untuk melakukan reformulasi,
reaktualisasi, dan kontekstualisasi terhadap ajaran agama, sehingga ajran
agama tersebut akan terasa efektif dan transformatif.13
Selain itu beberapa problem utama yang mewarnai atmosfer dunia
pendidikan Islam pada umumnya setidaknya dapat di klasifikasikan dalam
lima hal. Jika dianalisis, maka dapat disimpulkan bahwa problem-problem
tersebut merupakan rangkaian yang saling kait mengait dan berjalan secra
beriringan.
Persoalan – persoalan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dichotomic
Masalah yang besar yang dihadapi dunia pendidikan Islam adalah
dikhotomi dalam beberapa aspek yaitu antara ilmu agama dengan ilmu umum,
antara wahyu dengan akal serta antara wahyu dengan alam. Munculnya
problem dikhotomi dengan segala perdebatannya telah berlangsung sejak
lama. Boleh dibilang gejala ini mulai tampak pada masa- masa pertengahan.
Rahman dalam melukiskan watak ilmu pengetahuan Islam pada zaman
pertengahan menyatakan bahwa muncul persaingan yang tak pernah berhenti
antara Hukum dan theologi untuk mendapat julukan sebagai ‘mahkota semua

13
Abudidin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012 ), hlm.
13- 17

14
ilmu’. tetapi penutupan pintu ijtihad (yakni pemikiran orisinal dan bebas)
yang berlangsung selama abad 4H/ 10 M dan 5H/11M telah membawa kepada
kemandegan umum baik ilmu hukum maupun ilmu intelektual.
Masih tentang potret pendidikan Islam di Arab, pandangan dikhotomik
ini berdampak cukup luas terhadap aspek-aspek lain. Tibawi mencatat
munculnya ketidakseimbangan antara jumlah siswa pria dan wanita di semua
jenjang , antara kuantitas dan kualitas pendidikan kejuruan praktis dengan
pendidikan Abstrak Teoritis dalam sistem tersebut, dan akhirnya mungkin
lebih serius adalah antara kuantitas dan kualitas pendidikan di perkotaan
ksedengan di pedesaan. Persoalan besar dari ketidakseimbangan itu adalah
anggapan masyarakat yang negatif (social prejudice) yang masih melekat
tentang kehadiran atau keberadaan pendidikan bagi kaum wanita.
Aspek lain yang cukup menjadi perhatian pada era sekarang adalah isu
lingkungan .Banyak dari negara-negara Muslim kalau tidak biasa dikatakan
semua merupakan negara yang cukup kaya dengan sumber daya alam. Timur
Tengah terkenal sebagai negeri-negeri “ petrodollar ” , negeri Muslim Afrika
yang cukup kaya raya dengan berbagai mineral atau mereka yang terletak di
daerah Khatulistiwa, sebagai negara tropis yang juga kaya dengan sumber
daya alam.
Itu semua merupakan kekuatan besar bagi kemajuan negeri-negeri Muslim
tersebut, bila mereka memiliki kapabilitas untuk menggarap secara optimal
namun tetap memperhatikan aspek lingkungan. Namun yang terjadi, kekayaan
ini justru telah “memanjakan” mereka sehingga kekayaan alam ini justru
banyak dinikmati oleh negara- negara barat yang memiliki kemampuan lebih
dibidang sains dan teknologi. Akibatnya , kemakmuran yang itu menjadi milik
kaum Barat.(279-282)
2. To Generak Knowledge
Kelemahan dunia pendidikan Islam berikutnya adalah sifat ilmu
pengetahuannya masih terlalu general/ umum dan kurang memperhatikan
kepada upaya penyelesaian masalah (problem-solving). Produk –produk yang
dihasilkan cenderung kurang membumi dan kurang selaras dengan dinamika
masyarakatnya. Syed H.Alatas menyatakan bahwa, kemampuan untuk
mengatasi berbagai permasalahan, mendefinisikan, menganalisis dan
selanjutnya mencari jalan keluar/pemecahan masalah tersebut merupakan

15
karakter dan sesuatu yang mendasar kualitas sebuah intelektual. Ia
menambahkan, ciri terpenting yang membedakan dengan non- intelektual
adalah tidak adanya kemauan untuk berfikir dan ketidakmampuan untuk
melihat konsekuensinya.
3. Lack of Spirit of Inquiry
Persoalan besar lainnya yang menjadi faktor penghambat kemajuan
dunia pendidikan Islam adalah rendahnya semangat untuk melakukan
penyelidikan/penelitian. Syed Hussein Alatas merujuk kepada pernyataan the
spiritus rector dari modernisme Islam, al-Afghani menganggap rendahnya
“the intellectual spirit” (semangat intelektual) menjadi salah satu faktor
terpenting yang menyebabkan kemunduran Islam di Timur Tengah. Hal
tersebut masih diperarah dengan semangat untuk menyelidiki/meneliti, rasa
cinta untuk mencari ilmu, dan penghormatan terhadap ilmu pengetahuan serta
ilmu rasional tidak berkembang luas di negara-negara berkembang.
Dalam masyarakat Muslim dimana lembaga-lembaga pendidikan
tinggi memiliki akar kuat terhadap cara-cara belajar hafalan , isi (content) dari
sains-sains positif yang diadopsi dari Eropa tetap diajarkan dengan model
yang sama (hafalan), ayat al-qur’an dipelajari dengan hati sebab ayat-ayat
tersebut adalah sempurna dan tidak untuk diselidiki apa yang terkandung
didalamnya (not to be inquired into).14

4. Sikap Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, melahirkan alat transportasi dan


komunikasi yang canggih , yang tidak ada pada masa-masa lalu. Transportasi darat,
laut, dan udara mempercepat hubungan antar manusia dari suatu tempat ke tempat
lain, terutama pesawat terbang. Dalam bidang informasi, dengan ditemukan telepon,
telepon genggam, komputer lewat internet, faksimile, televisi, teleconference, maka
komunikasi hanya dalam hitungan detik saja lagi. Dalam waktu yang bersamaan suatu
peristiwa yang terjadi dibelahan bumi, ini, maka di belahan bumi lainnya berita ini
telah diketahui , bahkan telah bisa dilihat di gambar dan fotonya secara langsung.
14
Ismail,dkk. Paradigma Pendidikan Islam, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001 ) hlm. 279-284

16
Hal ini menyebabkan dunia saat sekarang ini tanpa batas. kong sudah hidup
tanpa sekat-sekat , dan sudah seolah-olah menyatu. Inilah dunia kita sekarang ini,
tidak dapat di hindarkan terjadinya kompetisi dan persaingan budaya antara suatu
kelompok masyarakat yang terkadang di menangkan oleh suatu budaya tertentu. , atau
terbentuk budaya baru yang dijadikan sebagai budaya bersama. Maka dari itu, perlu
ada pendidikan kepribadian yang mantap bagi anak- anak Muslim Indonesiayang
memunculkan kepribadian masing-masing yang merekaa itu tidak larut dan
meleburkan diri terhadap budaya negatif yang ditimbulkan oleh globalisasi.
Dalam hal ini globalisasi membawa dampak positif dan negatif, maka
selayaknya kita bersikap mengambil yang positif dan menjauhi yang negatif. Dengan
cara menjauhi yang negatif yaitu penerapan nilai-nilai ke dalam kepribadian peserta
didik. Nilai-nilai itu berasal dari nilai-niali agama dan budaya. Sikap kita yaitu
mengambil mana yang positif dan bermanfaat , menjauhi yang negatif yang merusak
akhlak. Bagaimana sikap pendidikan yang diambil oleh pendidikan Islam. Pendidikan
islam harus bisa merancang dengan menyelenggarakan program pendidikan nilai
kepada peserta didik nya sehingga mereka mempunyai sikap dan pandangan hidup
yang jelas dalam menghadapi globalisasi, sehingga tidak larut dan terbawa arus
globalisasi.15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan Islam dapat diartikaan sebagai upaya yang dilakukan oleh


pendidik untuk membentuk kepribadian peserta didik sesuai dengan ajaran dan nilai-
nilai Islami(Islamicvalues). Didalam rangka untuk mengimplementasikan pendidikan
Islam tersebut diperlukan perangkat-perangkatnya, seperti: tujuan, lembaga,
kurikulum, pendidik, metode dan evaluasi.

15
Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah, ( Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2013 ) , hlm. 236- 237

17
Era globalisasi dapat dipahami sebagai suatu keadaan yang ditandainya oleh
adanya penyatuan politik, ekonomi, sosial, budaya , ilmu pengetahuan, teknologi,
informasi, dan lain sebagainya.yang terjadi antara satu negara dengan negara lainnya,
tanpa menghilangkan identitasnya masing–masing. Penyatuan ini terjadi berkat
kemajuan teknologi informasi (TI) yang dapat menghubungkan atau
mengkomunikasikan setiap isu yang ada pada suatu negara dengan negara lain.
Tantangan pendidikan Islam di zaman sekarang selain menghadapi
pertarungan ideologi-ideologi besar dunia, juga menghadapi berbagai kecenderungan
yang tak ubahnya seperti badai besar (turbulance) atau tsunami.
Dalam hal ini globalisasi membawa dampak positif dan negatif, maka selayaknya kita
bersikap mengambil yang positif dan menjauhi yang negatif.
Pendidikan islam harus bisa merancang dengan menyelenggarakan program
pendidikan nilai kepada peserta didik nya sehingga mereka mempunyai sikap dan
pandangan hidup yang jelas dalam menghadapi globalisasi, sehingga tidak larut dan
terbawa arus globalisasi

B. Saran

Penulisan makalah ini di tujukan sekedar bisa menjadi gambaran sekilas,


tambahan dan wawasan tentang Tantangan Pendidikan Islam Pada Era
Globalisasi. Penulis berharap agar bisa menjadi pengetahuan bagi para
pembaca dalam memahami hal tersebut

C. Penutup

18
Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
refrensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penyusun banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan k
Kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi
sempurnanya makalah ini dan penyusunan makalah berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penyusun pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

__________Abudidin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, ( Jakarta : PT. Raja


Grafindo Persada, 2012 )

__________Ahmad Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, ( Malang : UIN-


Malang Press, 2008

19
__________Ahmad Fatah Yasin, Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lembaga
Pendidikan Islam, ( Malang: UIN-Maliki Press, 2011 )

__________Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam


Lintasan Sejarah, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group , 2013 )

__________Ismail,dkk. Paradigma Pendidikan Islam, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar,


2001 )
__________Slamet Untung, menelusuri metode pendidikan ala Rasulullah,
( Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2007 )

__________Tandziduhu Ndraha, Manegement Perguruan Tinggi, ( Jakarta : Bina


Aksara, 1998 )

__________Umiarso dan Nur Zazin, Pesantren di Tengah Arus Mutu Pendidikan


( Semarang : Rasail Media Group, 2011)

__________Wina Sanjaya, pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi, ( Jakarta : Kencana, 2005 )

http://alfinurshant.blogspot.com/2015/01/tantangan-pendidikan-islam-di-era.html
https://www.academia.edu/29838210/TANTANGAN_PENDIDIKAN_ISLAM_DI_ERA_
GLOBALISASI
http://afiqahjannah.blogspot.com/2013/01/tantangan-pendidikan-islam.html

20

Anda mungkin juga menyukai