Anda di halaman 1dari 18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kompetensi

Secara etimologi istilah kompetensi berasal dari kata bahasa

Inggris “competency” yang artinya kecakapan atau kemampuan (Echols dan

Shadily,1983:132). Sedangkan menurut Purwadarminta (1982:51)

menjelaskan kompetensi sebagai kewenangan atau kekuasaan untuk

menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Dengan kata lain bahwa kompetensi

disebut sebagai wewenang atau kewenangan.

Definisi kompetensi menurut Depdikbud (1994) adalah karakteristik

yang dimiliki oleh individu dan digunakan secara tepat dengan cara yang

konsisten untuk mencapai kinerja yang diinginkan.

Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, keterampilan, dan

nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak.

Kompetensi dapat pula dimaksudkan sebagai kemampuan melaksanakan tugas

yang diperoleh melaluipendidikandan/ataulatihan(Herry,1998),

Menurut Finch dan Crunkilton, kompetensi adalah penguasaan

terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk

menunjang keberhasilan. Hal itu menunjukkan bahwa kompetensi mencakup

tugas, keterampilan sikap dan apresiasi yang harus dimiliki peserta didik untuk

6
dapat melaksanakan tugas - tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan

tertentu.

Menurut UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan: pasal 1 (10),

“Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang

ditetapkan”.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan pengertian kompetensi diartikan sebagai kemampuan

yang dibutuhkan untuk melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang

dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Sehingga dapatlah

dirumuskan bahwa kompetensi sebagai kemampuan seseorang yang dapat

terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam

dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas menyelesaikan suatu

pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar performa yang ditetapkan

Sasaran yang ingin dicapai dari konsep kompetensi yaitu, perilaku,

keterampilan, dan pengetahuan yang menjadi bagian dari munculnya

kompetensi seseorang

B. Model Project Based Learning

Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) adalah

model pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai inti pembelajaran

(permendikbud, 2014:20). Model pembelajaran ini merupakan model

pembelajaran inovatif yang melibatkan kerja proyek dimana peserta didik

7
bekerja secara mandiri dalam mengkonstruksi pembelajarannya dan

mengkulminasikannya dalam produk nyata . Dalam kegiatan ini, siswa

melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi untuk

memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

Setiap mata pelajaran mempunyai sifat materi yang berbeda-beda. Guru

hendaknya dapat memilih metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan sifat

materi yang disajikan di depan siswa sehingga dapat menumbuhkan minat

belajar siswa.

Menurut Cord et al., dalam Trianto (2014: 42) Project Based Learning

(PjBL) adalah sebuah model atau pendekatan pendekatan pembelajaran yang

inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang

kompleks seperti memberi kebebasan pada siswa untuk bereksplorasi

merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secaa kolaboratif, dan

pada akhirnya menghasilkan suatu hasil produk. PjBL membantu siswa

mengembangkan berbagai kemampuan seperti intelektual, sosial, emosional,

dan moral. PjBL merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa

(student centered) dan menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator,

dimana siswa diberi peluang bekerja secara otonom mengkonstruksi

belajarnya

Buck Institute for Education (1999) dalam Trianto (2014: 43)

menyebutkan bahwa PjBL memiliki karakteristik, yaitu: (a) siswa sebagai

pembuat keputusan, dan membuat kerangka kerja; (b) terdapat masalah yang

pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya; (c) siswa sebagai perancang

8
proses untuk mencapai hasil; (d) siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan

dan mengelola informasi yang dikumpulkan; (e) melakukan evaluasi secara

kontinu; (f) siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan;

(g) hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya; dan (h) kelas

memiliki atsmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.

PjBL memilik karakteristik yang membedakannya dengan model

pembelajaran lainnya. BIE (1999) dalam Trianto (2014: 49) menyebutkan ciri-

ciri PjBL, diantaranya: Pertama, isi. Isi pada PjBL difokuskan pada ide-ide

siswa, yaitu dalam bentuk gambaran sendir bekerja atas topik-topik yang

relevan dan minat siswa yang seibang dengan pengalaman siswa sehari-hari.

Kedua, kondisi. Kondisi yang dimaksud adalah kondisi untuk mendorong

siswa mandiri, yaitu dalam mengelola tugas dan waktu belajar, sehingga dalam

belajar materi pelajaran yang sedang dibahas, siswa mencari sumber informasi

secara mandiri dari berbagai referensi seperti buku, jurnal, maupun internet.

Ketiga, aktivitas. Aktivitas adalah suatu strategi yang efektif dan menarik, yaitu

dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah

menggunakan kecakapan. Aktivitas juga merupakan bangunan dalam

menggagas pengetahuan siswa dalam mentransfer dan menyimpan informasi

dengan mudah. Keempat, hasil. Hasil dalam PjBL adalah penerapan hasil yang

produktif dalam membantu siswa mengembangkan kecakapan belajar dan

mengintegrasikan dalam belajar yang sempurna, termasuk strategi dan

kemampuan untuk menggunakan kognitif strategi pemecahan masalah. Juga

termasuk kecakapan tertent, disposisi, sikap, dan kepercayaan yang

9
dihubungkan dengan pekerjaan produktif, sehingga secara efektif dapat

menyempurnakan tujuan yang sulit untuk dicapai dengan model pengajaran

yang lain.

Hal yang terpenting yang perlu diperhatkan oleh guru pada saat

mengimplementasikan PjBL, bahwa guru harus memperhatikan komponen

komponen penting yang mendukung pelaksanaan PjBL (Trianto, 2014: 51).

Komponen-komponen itu meliputi beberapa hal: Pertama, isi kurikulum. Guru

dan siswa bertanggung jawab atas dasar dan tujuan yang jelas serta mendukung

proses belajar. Kedua, komponen multimedia. Bahwa siswa diberi kesempatan

untuk menggunakan teknologi secara efektif sebagai alat dalam perencanaan,

perkembangan, atau penyajian proyek. Ketiga, komponen petunjuk siswa.

Bahwa petunjuk siswa harus dirancang oleh siswadalam membuat keputusan,

berinisiatif, dan memberi materi untuk mengembangkan dan menilai

pekerjaan. Keempat, kerjasama. Bahwa PjBL memberi siswa kesempatan

bekerja sama diantara siswa maupun dengan guru serta anggota kelompok yang

lain. PjBL dihubungkan dengan dunia nyata menuju persoalan yang relevan

untuk kehidupan siswa atau kelompok dan juga komunikasi dengan dunia luar

kelas melalui internet, serta bekerja sama dengan anggota kelompok. Keenam,

kerangka waktu, yang mana dalam pembelajaran harus memberi siswa

kesempatan merencanakan, merevisi, membeyangkan pembelajarannya dalam

kerangka waktu untuk materi dan waktu yang mendukung pembelajaran

tersebut. Ketujuh, penalaian. Proses penilaian dilakukan secara terus-menerus

10
dalam setiap pembelajaran, seperti menilai guru, teman, menilai dan merefleksi

diri.

Guru berperan hanya memberikan bantuan secukupnya, dengan tujuan

agar sedemikian rupa siswa dapat menyelesaikan tugas/proyeknya. Kreativitas

siswa dan gaya/cara berpikir siswa dalam menyelesaikan suatu proyek yang

diberikan oleh guru akan sangat memantu perkembangan intelektual siswa

sendiri.

Alasan penulis memilih model project best learning adalah bahwa mata

pelajaran aplikasi perangkat lunak dan perancangan interior gedung adalah

salah satu mata pelajaran produktif. Diman pelajaran produktif adalah

pelajaran yang hasil akhirnya adalah produk yang bisa dihasilkan siswa.

Sehingga model pembelajaran berbasis project sangat lah cocok diterapkan

pada mata pelajaran ini, lebih-lebih pada kompetensi dasar menggambar

interior.

Selain itu dengan menggunakan model Project Based Learning (PjBL)


atau pembelajaran berbasis proyek pada pembelajaran Aplikasi Perangkat
Lunak dan Perancangan interior bangunan gedung akan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar berfikir, memecahkan masalah, belajar
untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, dan ketrampilannya adalah

1. Kelebihan Projek Best Learning


PjBL adalah penggerak yang unggul dalam membantu siswa belajar

melakukan tugas-tugas autentik dan multidisipliner, menggunakan sumber

yang terbatas secara efektif dan bekerja dengan orang lain. Pengalaman di

lapangan baik dari guru maupun siswa bahwa PjBL menguntungkan dan

11
efektif sebagai pembelajaran, selain itu memiliki nilai tinggi dalam

peningkatan kualitas belajar siswa. Beberapa kelebihan dari PjBL, di

antaranya :

a. Meningkatkan motivasi, dimana siswa tekun dan berusaha keras dalam

mencapai proyek dan merasa bahwa belajar dalam proyek lebih

menyenagkan daripada komponen kurikulum lainnya.

b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dari berbagai sumber

yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat

siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem

yang kompleks.

c. Meningkatkan ketrampilan mengelola sumber, bila diimplementasikan

secara baik maka siswa akan belajar dan praktik dalam mengorganisasi

proyek, membuat alokasi waktu san sumber-sumber lain

sepertiperlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

2. Kekurangan Project Best Learning

Meski demikian, menurut Susanti (2008) dalam Trianto (2014)

berdasarkan pengalaman yang ditemukan di lapangan, PjBL memiliki

beberapa kekurangan di antaranya:

a. Kondisi kelas agak sulit dikontrol dan mudah menjadi ribut saat

pelaksanaan proyek karena adanya kebebasan siswa sehingga memberi

peluang untuk ribut dan untuk itu diperlukan kecakapan guru dalam

penguasaan dan pengelolaan kelas,

12
b. Alokasi waktu yang selalu kurang walaupun sudah mengatur alokasi

waktu yang cukup sehingga pencapaian hasil belajarnya kurang

maksimal.

3. Langkah-langkah Model Projec Best Learning

1. Pembukaan

a) Sebelum pembelajaran dimulai, pendidik mengucapkan salam,


berdoa, mengecek kehadiran siswa, dan mengkondisikan
lingkungan sekitar sudah siap untuk belajar.
b) Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari Kemudian
memberitahukan cara pengambilan nilai dan peraturan- peraturan
yang harus ditaati oleh peserta didik ketika pembelajaran
berlangsung. Setelah itu guru menjelaskan tema dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada pelajaran kali ini
c) Guru mengarahkan peserta didik agar pada pembelajaran
menggambar interior kamar tidur dapat mengembangkan sikap
jujur, kerja keras, berpikir kritis, tanggung jawab, terampil dan
peduli melalui kegiatan belajar Problem Based learning.
d) Sebagai apersepsi untuk memotivasi peserta didik berpikir kritis,
e) Guru memberikan penjelasan tentang kegiatan model
pembalajaran yang akan dilakukan pada pembelajaran kali ini

2. Pelaksanaan

Langkah-langkah dalam PjBL sebagaimana dikembangkan oleh The

George Lucas Educational Foundation (George Lucas, 2005) dalam

Trianto (2014: 52) terdiri dari:

a) Dimulai dengan pertanyaan yang esensial

13
Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan

dimula dengan suatu investigasi mendalam. Pertanyaan esensial

diajukan untuk memancing pengetahuan, tanggapan, kritik, dan

ide siswa mengenai tem proyek yang diangkat,

b) Perencanaan aturan pengerjaan proyek

Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas

yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial,

dengan cara mengintegrasikan berbagai sujek yang mungkin,

serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk

membantu penyelesaian proyek.

c) Membuat jadwal aktivitas

Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas

dalam menyelesaikan proyek. Jadwal ini disusun untuk

mengetahui berapa lama dalam pengerjaan proyek.

d) Me-monitoring perkembangan proyek siswa

Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap

aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Monitor

dilakukan dengan cara menfasilitas siswa pada setiap proses.

e) Penilaian hasil kerja siswa

Penilaian dilakukan untuk membantu siswa dalam mengukur

ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan

masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat

14
pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru alam

menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

f) Evaluasi pengalaman belajar siswa

Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan

refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah

dijalankan. Proses refleksi baik secara individu maupun

kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan

perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

3. Mengakhiri

a) Guru bersama-sama dengan anak menyimpulkan tentang materi


pembelajaran kali ini
b) Guru menguatkan materi dan kemudian Menyimpulkan akhir
dari pembelajaran ini
c) Diadakan post tes tertulis tentang materi ini

C. Metode Tutor Sebaya

Tutor menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

orang yang memberi pelajaran (membimbing) kepada seseorang atau sejumlah

kecil siswa. Dan tutorial adalah pengajaran tambahan melalui tutor. Sedangkan

definisi sebaya yaitu seumur, sepermainan atau sekelas. Ada beberapa teori

dalam mendasari strategi pembelajaran dengan tutor sebaya adalah sebagai

berikut.

a) Zaini (dalam Suyitno, 2004:36) mengemukakan bahwa metode belajar yang

paling baik adalah mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu,

pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran

15
akan sangat membantu peserta didik dalam mengerjakan materi kepada

teman-temannya

b) Winataputra (1999 : 380) mengemukakan bahwa tutor sebaya adalah

seorang teman atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru (sesuai

kriteria menjadi tutor sebaya) dan ditugaskan untuk membantu siswa yang

mengalami kesulitan belajar

c) Conny Semiawan (dalam Suherman dkk, 2003:276) mengemukakan bahwa

tutor sebaya adalah peserta didik yang pandai memberikan bantuan belajar

kepada peserta didik yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan

teman-teman di luar sekolah

d) Suryo dan Amin (1984:51) mengemukakan bahwa tutor sebaya adalahn

seorang atau beberapa orang peserta didik yang ditunjuk dan ditugaskan

untuk membantu para peserta didik tertentu yang mengalami kesulitan

belajar.

e) Winkel (1996:401) mengemukakan bahwa pengajaran tutoring merupakan

pengajaran melalui kelompok yang terdiri atas satu peserta didik dan satu

pengajar (tutor, mentor) atau boleh jadi seorang peserta didik mampu

memegang tugas sebagai mentor, bahkan sampai taraf tertentu dapat

menjadi tutor

Metode tutorial sebaya pada dasarnya sama dengan program bimbingan,

yan bertujuan memberikan bantuan kepada siswa agar dapat mencapai hasil

belaja optimal. Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam

kegiatan dikena sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar,

16
pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru

untuk membantu teman-temannya dalam belajar di kelas. Siswa yang dipilih

guru adalah teman sekelas dan memiliki kemampuan lebih cepat memahami

materi yang diajarkan selain itu memiliki kemampuan menjelaskan ulang materi

yang diajarkan pada teman-temannya. Karena siswa yang dipilih menjadi tutor

ini seumur (sebaya) dengan teman yang akan diberikan bantuan, maka tutor

dikenal dengan sebutan tutor sebaya.

Untuk menentukan siapa yang dijadikan tutor sebaya diperlukan

pertimbangan-pertimbangan sendiri, diantaranya adalah sebagai berikut

(1) Memiliki kepandaian lebih unggul daripada siswa lain.

(2) Memiliki kecakapan menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru

(3) Mempunyai kesadaran untuk membantu teman lain

(4) Dapat diterima dan disenangi siswa yang mendapat program tutor sebaya,

sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya

kepadanya dan rajin

(5) Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan.

(6) Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan yaitu

dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya

Agar pelaksanaan pengajaran tutor sebaya dapat berlangsung secara

efektif

dan berhasil, guru perlu memperhatikan pemilihan petugas tutor sebaya dan

pembentukan kelompok. Banyaknya petugas tutor sebaya ditentukan oleh ciri-

ciri yang telah disebutkan di atas dan disesuaikan dengan banyaknya siswa

17
dalam kelas tersebut dan banyaknya siswa dalam tiap-tiap kelompok yang akan

direncanakan

Mengenai berapa banyaknya anggota setiap kelompok tidak ada

ketentuan yang mutlak harus ditaati sebagai pedoman. Kelompok kecil

sebaiknya dengan anggota 4-5 orang, dengan dasar pemikiran bahwa makin

banyak anggota kelompoknya, keefektifan, keefektifan belajar tiap anggota

berkurang. Sebaliknya jika terlalu sedikit 2 atau 3 orang, kurang dapat

membentuk iklim kelompok yang baik. Kelompok-kelompok itu dapat dibentuk

atas dasar minat dan latar belakang pengalaman atau prestasi belajar.

Kehangatan atau iklim kelompok yang baik dapa terbentuk berdasarkan adanya

rasa persaudaraan antar anggota.

1. Kelebihan Tutor Sebaya

a) Siswa didik dilatih untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang

tinggi.,

b) Melatih tanggung jawab individu dan memberikan pengajaran kepada

peserta didik untuk saling membantu satu sama lain dan saling mendorong

untuk melakukan usaha yang maksimal

c) Adanya hubungan yang lebih dekat dan akrab, dapat meningkatkan rasa

tanggung jawab dan kepercayaan diri, tutor sendiri kegiatannya merupakan

pengayaan dan menambah motivasi

d) Adakalanya hasil lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan

takut dan enggan kepada gurunya.

e) Bagi tutor pekerjaan tutoring, akan mempunyai akibat memperkuat konsep

yang dibahas.

18
f) Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri, memegang rasa

tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas, dan melatih kesabaran.

g) Mempererat hubungan sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.

2. Kekurangan Tutor Sebaya

a) Siswa yang dibantu sering kali kurang serius karena berhadapan dengan

temannya sendiri

b) Ada beberapa anak yang menjadi malu bertanya karena takut rahasianya

diketahui oleh temannya.

c) Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan karena

perbedaan kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan.

d) Bagi guru sukar untuk menemukan tutor yang tepat bagi seseorang atau

beberapa orang siswa yang harus dibimbing.

e) Tidak semua siswa yang pandai atau cepat waktu belajarnya dapat

mengerjakannya kembali pada kawan-kawannya.

3. Langkah-langkah metode tutor sebaya

Menurut Hamalik (1998:163) tahap-tahap kegiatan pembelajaran di

kelas dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya adalah sebagai berikut

a) Tahap Persiapan

Tahap persiapan itu antara lain sebagai berikut

1) Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan yang

dirancang dalam bentuk penggalan-penggalan sub pokok bahasan.

Setiap penggalan satu pertemuan yang didalamnya mencakup judul

19
penggalan tujuan pembelajaran, khususnya petunjuk pelaksanaan

tugas-tugas yang harus diselesaikan

2) Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai

tutor sebaya. Jumlah tutor sebaya yang di tunjuk disesuaikan

dengan jumlah kelompok yang dibentuk

3) Mengadakan latihan bagi para tutor. Dalam pelaksanaan tutorial

atau bimbingan ini, siswa yang menjadi tutor bertindak sebagai

guru. Sehingga latihan yang diadakan oleh guru merupakan

semacam pendidikan guru atau siswa itu

4) Pengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang yang

terdiri atas 4-6 orang. Kelompok ini disusun berdasarkan variasi

tingkat kecerdasan siswa. Kemudian tutor sebaya yang telah

ditunjuk di sebarpada masing-masing kelompok yang telah

ditentukan

b) Tahap pelaksanaan

1) Setiap pertemuan guru memberikan penjelasan terlebih dahulu

tentang materi yang di ajarkan

2) Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri. Tutor sebaya menanyai

anggota kelompoknya secara bergantian akan hal-hal yang belum

dimengerti, demikian pula halnya dengan menyelesaikan tugas.

Jika ada masalah yang tidak diselesaikan barulah tutor meminta

bantuan guru.

3) Guru mengawasi jalannya proses belajar, guru berpindah-pindah

20
dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan

bantuan jika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam

kelompoknya.

c) Tahap evaluasi

1) Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan soal-

soal latihan kepada anggota kelompok untuk mengetahui apakah

tutor sudah menjelaskan tugasnya atau belum

2) Mengingatkan siswa mempelajari pokok bahasan sebelumnya di

rumah

D. Geogle Skecthup

Pengertian Google SketchUp adalah sebuah program grafis, yang

memberikan hasil utama yang berupa gambar sketsa grafik tiga dimensi.

Perangkat lunak ini sangat tepat digunakan untuk membuat atau

mendesain objek tiga dimensi dengan perbandingan panjang, lebar,

maupun tinggi. Pengeditannya lebih mudah dibandingkan bila

menggunakan perangkat lunak grafis lain. SketchUp juga memiliki

kelebihan pada kemudahan penggunaan dan kecepatan dalam melakukan

desain, serta menyenangkan berbeda dengan program 3D Cad lainnya.

Program ini dilengkapi tool-tool yang disederhanakan, disertai

sistem penggambaran dan tampilan yang tidak rumit. Baik desain

rancangan rumah, peta,ataupun bangun untuk permodelan pembelajaran,

dapat menggunakan SketchUp free untuk menyajikan ide dalam bentuk

21
tiga dimensi. Perangkat lunak Software Google Sketch Up cukup fleksibel

karena dapat menerima atau membaca data dari format *.dwg atau *.dxf

dari file AutoCAD, *.3ds dari 3dstudio Max, *.jpg, dan *.ddf. Selain itu

file yang dikerjakan di Software Google Sketch Up dapat dengan mudah

diekspor ke berbagai format.

Penulis memilih geogle sketchUp ini karena geogle sketchUp salah

satu software yang sering digunakan didunia industri sebagai salah satu

perancangan tiga dimensi yang digunakan untuk presentasi. Mudah

digunakan , selain itu geogle skectUp softwarenya ringan tidak terlalu

memerlukan spefisifikasi khusus pada komputer

1. Kelebihan Goegle Sketchup

Menurut Djoko Darmawan (2009: 2), keunggulan yang dimiliki

perangkat

lunak SketchUp adalah :

a. Dapat menghasilkan gambar yang cukup baik untuk keperluan

presentasi.

b. Pengoperasiannya relatif mudah.

c. Memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk menerima dan mengirim

data ke

program aplikasi lain.

2. Kekurangan Geogle skectup

22
Sedangkan kekurangan perangkat lunak Software Google Sketch

Up hanya tidak terdapat setting posisi antara objek gambar dengan bidang

kertas. Dalam penelitian ini, media SketchUp digunakan sebagai aplikasi

yang akan digunakan untuk menngambar tiga dimensi .

E. Hipotesi Tindakan

Dari uraian pada kajian teori yang telah dipaparkan maka dapat

disusun hipotesis tindakan sebagai berikut: ” melalui model project-based

learning dipadukan dengan metode tutor sebaya dapat meningkatkan

kompetensi menggambar tiga dimensi siswa dengan program skectup .

23

Anda mungkin juga menyukai