DISUSUN OLEH
NUR JANAH
DOSEN PEMBIMBING :
Hj. R. A. ANDRIYANA, S.Sos.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah Sosial Budaya ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“Manusia, Nilai Moral dan Hukum”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan....................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................. 3
2.1 Pengertian dari manusia, nilai, moral dan hukum....... 3
2.2 Hakikat fungsi perwujudan nilai moral dan hukum.... 4
2.3 Problematika nilai, moral, hukum dalam masyarakat
dan Negara.................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Pengertian dari manusia, nilai, moral dan hukum
2. Hakikat fungsi perwujudan nilai moral dan hukum
3. Problematika nilai, moral, hukum dalam masyarakat dan Negara
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku
dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan
hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan
politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih.
4
Nilai Moral di Antara Pandangan Objektif dan Subjektif Manusia
Nilai erat hubungannya dengan manusia, dalam hal etika maupun estetika.
Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua
konteks, pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif,
apabila dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya.
Kedua, memandang nilai sebagai sesuatu yang subjektif, artinya nilai sangat
tergantung pada subjek yang menilainya.
1. Makna Nilai bagi Manusia
Nilai itu penting bagi manusia, apakah nilai itu dipandang dapat
mendorong manusia karena dianggap berada dalam diri manusia atau
nilai itu menarik manusia karena ada di luar manusia yaitu terdapat pada
objek, sehingga nilai lebih dipandang sebagai kegiatan menilai. Nilai itu
harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan harus diaplikasikan
dalam perbuatan.
2. Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral
Persoalan merosotnya intensitas interaksi dalam keluarga, serta
terputusnya komunikasi yang harmonis antara orang tua dengan anak,
mengakibatkan merosotnya fungsi keluarga dalam pembinaan nilai moral
anak. Keluarga bisa jadi tidak lagi menjadi tempat untuk memperjelas
nilai yang harus dipegang bahkan sebaliknya menambah kebingungan
nilai bagi si anak.
3. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Pembinaan Nilai Moral
Setiap orang yang menjadi teman anak akan menampilkan
kebiasaan yang dimilikinya, pengaruh pertemanan ini akan berdampak
positif jika isu dan kebiasaan teman itu positif juga, sebaliknya akan
berpengaruh negatif jika sikap dan tabiat yang ditampikan memang
buruk, jadi diperlukan pula pendampingan orang tua dalam tindakan
anak-anaknya, terutama bagi para orang tua yang memiliki anak yang
masih di bawah umur.
5
4. Pengaruh Figur Otoritas Terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu
Orang dewasa mempunyai pemikiran bahwa fungsi utama dalam
menjalin hubungan dengan anak-anak adalah memberi tahu sesuatu
kepada mereka: memberi tahu apa yang harus mereka lakukan, kapan
waktu yang tepat untuk melakukannya, di mana harus dilakukan,
seberapa sering harus melakukan, dan juga kapan harus mengakhirinya.
Itulah sebabnya seorang figur otoritas (bisa juga seorang public figure)
sangat berpengaruh dalam perkembangan nilai moral.
5. Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Setiap orang berharap pentingnya memerhatikan perkembangan
nilai anak-anak. Oleh karena itu dalam media komunikasi mutakhir tentu
akan mengembangkan suatu pandangan hidup yang terfokus sehingga
memberikan stabilitas nilai pada anak. Namun ketika anak dipenuhi oleh
kebingungan nilai, maka institusi pendidikan perlu mengupayakan jalan
keluar bagi peserta didiknya dengan pendekatan klarifikasi nilai.
6. Pengaruh Otak atau Berpikir Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Pendidikan tentang nilai moral yang menggunakan pendekatan
berpikir dan lebih berorientasi pada upaya-upaya untuk mengklarifikasi
nilai moral sangat dimungkinkan bila melihat eratnya hubungan antara
berpikir dengan nilai itu sendiri, meskipun diakui bahwa ada pendekatan
lain dalam pendidikan nilai yang memiliki orientasi yang berbeda.
7. Pengaruh Informasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Munculnya berbagai informasi, apalagi bila informasi itu sama
kuatnya maka akan mempengaruhi disonansi kognitif yang sama,
misalnya saja pengaruh tuntutan teman sebaya dengan tuntutan aturan
keluarga dan aturan agama akan menjadi konflik internal pada individu
yang akhirnya akan menimbulkan kebingungan nilai bagi individu
tersebut.
6
8. Manusia Dan Hukum
Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa
kita tidak mungkin menggambarkan hidupnya manusia tanpa atau di luar
masyarakat. Maka manusia, masyarakat, dan hukum merupakan
pengertian yang tidak bisa dipisahkan. Untuk mencapai ketertiban dalam
masyarakat, diperlukan adanya kepastian dalam pergaulan antar-manusia
dalam masyarakat. Kepastian ini bukan saja agar kehidupan masyarakat
menjadi teratur akan tetapi akan mempertegas lembaga-lembaga hukum
mana yang melaksanakannya.
Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang
hidup (the living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau
merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat
tersebut.
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan.
Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang
berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana ada masyarakat di situ ada
hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu bangunan
struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan
bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas berbagai komponen
pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai “semen
perekat” tersebut adalah hukum.
Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia
membentuk suatu struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang
dikenal dengan istilah tatanan sosial (social order) yang bernama : m a s
y a r a k a t. Guna membangun dan mempertahankan tatanan sosial
masyarakat yang teratur ini, maka manusia membutuhkan pranata
pengatur yang terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si pengatur
(kekuasaan).
7
9. Hubungan Hukum Dan Moral
Hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan
kosong tanpa moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu
diukur dengan norma moral dan perundang-undangan yang immoral
harus diganti.
Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum
dan moral tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya mungkin ada hukum
yang bertentangan dengan moral atau ada undang-undang yang immoral,
yang berarti terdapat ketidakcocokan antara hukum dengan moral.
2.3 Problematika Nilai, Moral, Dan Hukum Dalam Masyarakat Dan Negara
Terbentuknya nilai dari hubungan yang bersifat ketergantungan sikap
manusia terhadap nilai dari suatu maka manusia akan berbuat sesuatu yang
merupakan modal dasar dalam menjalin kehidupan manusia. Dengan menilai
dapat menentukan moral seseorang, apakah baik buruknya sepanjang niali itu
dalam arti positif berarti perubahan bermoral , begitu juga sebaliknya jika
nilai itu dalam arti negatif berarti perbuatan yang amoral. Perbuatan yang
bersifat amoral inilah yang dijadikan problema dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Tujuan hukum mengatur pergaulan hidup secara damai, ditinjau dari
aspek lahiriah yaitu untuk mencapai ketertiban atau kedamaian, dan jika di
tinjau dari aspek batiniah yaitu untuk mencapai ketenangan atau ketentraman.
Statu contoh adalah masalah perkawinan. Semua orang tahu bahwa tujuan
dari perkawinan adalah untuk menciptakan keluarga sakinah mawadah
warahmah, akan tetapi kenyataan-kenyataan yang ada banyak problem yang
terjadi dalam keluarga, misalnya: terjadi kekerasan dalam rumah tangga,
seorang suami tidak bertanggung jawab pada anak dan istri dan lain
sebagainya. Dengan nilai dari perkawinan tidak terwujud sebagaimana yang
kita dambakan.
8
Secara hukum suatu perkawinan itu dapat diakui oleh negara apanila
dilakukan dihadapan catatan sipil (untuk penduduk non Islam) dan tercatat di
Kantor Urusan Agama (KUA, untuk penduduk Islam), namur kenyataannya
masih banyak istilah kawin sirih (kawin di bawah tangan), bahkan ada juga
yang dikenal dengan “kawin kontrak”. Problema yang demikian harus
diperhatikan dan perlu dipikirkan secara arif dan bijaksana baik oleh kalangan
masyarakat awam maupun oleh pemerintah, karena sifat perkawinan yang
demikian ini sangat merugikan bagi kaum perempuan dan nasib anak-anak.
Karena dengan perkawinan sirih dan perkawinan sirih dan perkawinan
kontrak ini, dengan begitu mudah kaum laki-laki untuk meninggalkannya,
bahkan ingin terlepas dari tanggung jawabnya.
Perkawinan itu apabila dilakukan menurut prosedur atau menurut
aturan-aturan yang ada dalam suatu masyarakat, maka orang yang
melaksanakan perkawinan demikian dikatakan yang bermoral. Juga
sebaliknya jika perkawinan yang dilakukan tidak melalui prosedur atau tidak
dilakukan sesuai dengan aturan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu
maka perkawinan itu dikenal dengan cara tidak bermoral. Maka yang perlu
kita ketahui dalam hal ini di samping hukum dasar yang tertulis ada hukum
yang tidak tertulis, yaitu misalnya “hukum adat perkawinan” yang setiap
daerah mempunyai adat masing-masing.
Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat untuk
terwujudnya apa yang dikatakan ketertiban atau keamanan, dan ketenangan
atau ketentraman maka harus patuh lepada hukum yanng berlaku dan
mennjalani nilai-nilai yang ada di masyarakat dengan baik dan sempurna.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan
dan saling menunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari,
menghayati dan melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan
hukum agar terjadi keselarasan dan harmoni kehidupan.
Manusia adalah individu yg terdiri dari jasad dan roh dan makhluk yang
paling sempurna, paling tertinggi derajatnya, dan menjadi khalifah di
permukaan bumi.
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan
dan dianggap pentong oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau
berguna bagi kehidupan manusia.
3.2 Saran
Penulis sangat berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis dan juga para pembaca pada
umumnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://reynandorico.blogspot.co.id/2017/05/makalah-manusia-nilai-moral-dan-
hukum.html
Unesa. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Surabaya: UNESA University Press.
11