Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MANUSIA, NILAI MORAL DAN HUKUM

DISUSUN OLEH

NUR JANAH

DOSEN PEMBIMBING :
Hj. R. A. ANDRIYANA, S.Sos.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
YAYASAN PEMBINA
PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah Sosial Budaya ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“Manusia, Nilai Moral dan Hukum”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Palembang, September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah....................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan....................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................. 3
2.1 Pengertian dari manusia, nilai, moral dan hukum....... 3
2.2   Hakikat fungsi perwujudan nilai moral dan hukum.... 4
2.3   Problematika nilai, moral, hukum dalam masyarakat
dan Negara.................................................................. 8

BAB III PENUTUP............................................................................ 10


3.1 Kesimpulan................................................................. 10
3.2 Saran........................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia, Nilai, Moral dan Hukum – Manusia, nilai, moral, dan
hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Masalah-masalah
serius yang dihadapi bangsa Indonesia berkaitan dengan nilai, moral, dan
hukum antara lain mengenai kejujuran, keadilan, menjilat, dan perbuatan
negatif lainnya sehingga perlu dikedepankan pendidikan agama dan moral
karena dengan adanya panutan, nilai, bimbingan, dan moral dalam diri
manusia akan sangat menentukan kepribadian individu atau jati diri manusia,
lingkungan sosial dan kehidupan setiap insan.
Pendidikan nilai yang mengarah kepada pembentukan moral yang
sesuai dengan norma kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi
pengembangan manusia yang utuh dalam konteks sosial.
Pendidikan moral tidak hanya terbatas pada lingkungan akademis,
tetapi dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Secara umum ada tiga
lingkungan yang sangat kondusif untuk melaksanakan pendidikan moral yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat.
Peran keluarga dalam pendidikan mendukung terjadinya proses identifikasi,
internalisasi, panutan dan reproduksi langsung dari nilai-nilai moral yang
hendak ditanamkan sebagai pola orientasi dari kehidupan keluarga.
Hal-hal yang juga perlu diperhatikan dalam pendidikan moral di
lingkungan keluarga adalah penanaman nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan dan
tanggung jawab dalam segenap aspek.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
1.  Pengertian dari manusia, nilai, moral dan hukum
2.   Hakikat fungsi perwujudan nilai moral dan hukum
3.   Problematika nilai, moral, hukum dalam masyarakat dan Negara

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1.    Membahas mengenai manusia, nilai, moral dan hukum
2.   Mengetahui Hakikat fungsi dari perwujudan nilai moral dan hukum
3.  Membahas tentang problematika nilai, moral dalam masyarakat dan
Negara
 

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia, Nilai, Moral dan Hukum


Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”
(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan
sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah
kelompok (genus) atau seorang individu. Manusia adalah makhluk yang tidak
dapat dengan segera menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
1. Nilai
Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Bagi
manusia nilai dijadikan sebagai landasan, alasan atau motivasi dalam
bersikap dan bertingkah laku, baik disadari maupun tidak.
2. Moral
Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber
interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai
dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat
diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang
itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Jadi
moral adalah tata aturan norma-norma yang bersifat abstrak yang
mengatur kehidupan manusia untuk melakukan perbuatan tertentu dan
sebagai pengendali yang mengatur manusia untuk menjadi manusia
yang baik.
3. Hukum
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas
rangkaian kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan
kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam
berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan
sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana,

3
hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku
dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan
hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan
politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih.

2.2 Hakikat Fungsi Perwujudan Nilai, Moral Dan Hukum


Terdapat beberapa bidang filsafat yang ada hubungannya dengan cara
manusia mencari hakikat sesuatu, satu di antaranya adalah aksiologi (filsafat
nilai) yang mempunyai dua kajian utama yakni estetika dan etika. Keduanya
berbeda karena estetika berhubungan dengan keindahan sedangkan etika
berhubungan dengan baik dan salah, namun karena manusia selalu
berhubungan dengan masalah keindahan, baik, dan buruk bahkan dengan
persoalan-persoalan layak atau tidaknya sesuatu, maka pembahasan etika dan
estetika jauh melangkah ke depan meningkatkan kemampuannya untuk
mengkaji persoalan nilai dan moral tersebut sebagaimana mestinya.
Menurut Bartens ada tiga jenis makna etika, yaitu:
Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya.
Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral (kode etik).
Etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik dan yang buruk (filsafat moral).
Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku
dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan
berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya,
sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-
perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya.
Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau
suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah
terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia
dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.

4
Nilai Moral di Antara Pandangan Objektif dan Subjektif Manusia
Nilai erat hubungannya dengan manusia, dalam hal etika maupun estetika.
Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua
konteks, pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif,
apabila dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya.
Kedua, memandang nilai sebagai sesuatu yang subjektif, artinya nilai sangat
tergantung pada subjek yang menilainya.
1. Makna Nilai bagi Manusia
Nilai itu penting bagi manusia, apakah nilai itu dipandang dapat
mendorong manusia karena dianggap berada dalam diri manusia atau
nilai itu menarik manusia karena ada di luar manusia yaitu terdapat pada
objek, sehingga nilai lebih dipandang sebagai kegiatan menilai. Nilai itu
harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan harus diaplikasikan
dalam perbuatan.
2. Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral
Persoalan merosotnya intensitas interaksi dalam keluarga, serta
terputusnya komunikasi yang harmonis antara orang tua dengan anak,
mengakibatkan merosotnya fungsi keluarga dalam pembinaan nilai moral
anak. Keluarga bisa jadi tidak lagi menjadi tempat untuk memperjelas
nilai yang harus dipegang bahkan sebaliknya menambah kebingungan
nilai bagi si anak.
3. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Pembinaan Nilai Moral
Setiap orang yang menjadi teman anak akan menampilkan
kebiasaan yang dimilikinya, pengaruh pertemanan ini akan berdampak
positif jika isu dan kebiasaan teman itu positif juga, sebaliknya akan
berpengaruh negatif jika sikap dan tabiat yang ditampikan memang
buruk, jadi diperlukan pula pendampingan orang tua dalam tindakan
anak-anaknya, terutama bagi para orang tua yang memiliki anak yang
masih di bawah umur.

5
4. Pengaruh Figur Otoritas Terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu
Orang dewasa mempunyai pemikiran bahwa fungsi utama dalam
menjalin hubungan dengan anak-anak adalah memberi tahu sesuatu
kepada mereka: memberi tahu apa yang harus mereka lakukan, kapan
waktu yang tepat untuk melakukannya, di mana harus dilakukan,
seberapa sering harus melakukan, dan juga kapan harus mengakhirinya.
Itulah sebabnya seorang figur otoritas (bisa juga seorang public figure)
sangat berpengaruh dalam perkembangan nilai moral.
5. Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Setiap orang berharap pentingnya memerhatikan perkembangan
nilai anak-anak. Oleh karena itu dalam media komunikasi mutakhir tentu
akan mengembangkan suatu pandangan hidup yang terfokus sehingga
memberikan stabilitas nilai pada anak. Namun ketika anak dipenuhi oleh
kebingungan nilai, maka institusi pendidikan perlu mengupayakan jalan
keluar bagi peserta didiknya dengan pendekatan klarifikasi nilai.
6. Pengaruh Otak atau Berpikir Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Pendidikan tentang nilai moral yang menggunakan pendekatan
berpikir dan lebih berorientasi pada upaya-upaya untuk mengklarifikasi
nilai moral sangat dimungkinkan bila melihat eratnya hubungan antara
berpikir dengan nilai itu sendiri, meskipun diakui bahwa ada pendekatan
lain dalam pendidikan nilai yang memiliki orientasi yang berbeda.
7. Pengaruh Informasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Munculnya berbagai informasi, apalagi bila informasi itu sama
kuatnya maka akan mempengaruhi disonansi kognitif yang sama,
misalnya saja pengaruh tuntutan teman sebaya dengan tuntutan aturan
keluarga dan aturan agama akan menjadi konflik internal pada individu
yang akhirnya akan menimbulkan kebingungan nilai bagi individu
tersebut.

6
8. Manusia Dan Hukum
Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa
kita tidak mungkin menggambarkan hidupnya manusia tanpa atau di luar
masyarakat. Maka manusia, masyarakat, dan hukum merupakan
pengertian yang tidak bisa dipisahkan. Untuk mencapai ketertiban dalam
masyarakat, diperlukan adanya kepastian dalam pergaulan antar-manusia
dalam masyarakat. Kepastian ini bukan saja agar kehidupan masyarakat
menjadi teratur akan tetapi akan mempertegas lembaga-lembaga hukum
mana yang melaksanakannya.
Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang
hidup (the living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau
merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat
tersebut.
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan.
Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang
berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana ada masyarakat di situ ada
hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu bangunan
struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan
bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas berbagai komponen
pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai “semen
perekat” tersebut adalah hukum.
Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia
membentuk suatu struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang
dikenal dengan istilah tatanan sosial (social order) yang bernama : m a s
y a r a k a t. Guna membangun dan mempertahankan tatanan sosial
masyarakat yang teratur ini, maka manusia membutuhkan pranata
pengatur yang terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si pengatur
(kekuasaan).

7
9. Hubungan Hukum Dan Moral
Hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan
kosong tanpa moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu
diukur dengan norma moral dan perundang-undangan yang immoral
harus diganti.
Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum
dan moral tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya mungkin ada hukum
yang bertentangan dengan moral atau ada undang-undang yang immoral,
yang berarti terdapat ketidakcocokan antara hukum dengan moral.

2.3 Problematika Nilai, Moral, Dan Hukum Dalam Masyarakat Dan Negara
Terbentuknya nilai dari hubungan yang bersifat ketergantungan sikap
manusia terhadap nilai dari suatu maka manusia akan berbuat sesuatu yang
merupakan modal dasar dalam menjalin kehidupan manusia. Dengan menilai
dapat menentukan moral seseorang, apakah baik buruknya sepanjang niali itu
dalam arti positif berarti perubahan bermoral , begitu juga sebaliknya jika
nilai itu dalam arti negatif berarti perbuatan yang amoral. Perbuatan yang
bersifat amoral inilah yang dijadikan problema dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Tujuan hukum mengatur pergaulan hidup secara damai, ditinjau dari
aspek lahiriah yaitu untuk mencapai ketertiban atau kedamaian, dan jika di
tinjau dari aspek batiniah yaitu untuk mencapai ketenangan atau ketentraman.
Statu contoh adalah masalah perkawinan. Semua orang tahu bahwa tujuan
dari perkawinan adalah untuk menciptakan keluarga sakinah mawadah
warahmah, akan tetapi kenyataan-kenyataan yang ada banyak problem yang
terjadi dalam keluarga, misalnya: terjadi kekerasan dalam rumah tangga,
seorang suami tidak bertanggung jawab pada anak dan istri dan lain
sebagainya. Dengan nilai dari perkawinan tidak terwujud sebagaimana yang
kita dambakan.

8
Secara hukum suatu perkawinan itu dapat diakui oleh negara apanila
dilakukan dihadapan catatan sipil (untuk penduduk non Islam) dan tercatat di
Kantor Urusan Agama (KUA, untuk penduduk Islam), namur kenyataannya
masih banyak istilah kawin sirih (kawin di bawah tangan), bahkan ada juga
yang dikenal dengan “kawin kontrak”. Problema yang demikian harus
diperhatikan dan perlu dipikirkan secara arif dan bijaksana baik oleh kalangan
masyarakat awam maupun oleh pemerintah, karena sifat perkawinan yang
demikian ini sangat merugikan bagi kaum perempuan dan nasib anak-anak.
Karena dengan perkawinan sirih dan perkawinan sirih dan perkawinan
kontrak ini, dengan begitu mudah kaum laki-laki untuk meninggalkannya,
bahkan ingin terlepas dari tanggung jawabnya.
Perkawinan itu apabila dilakukan menurut prosedur atau menurut
aturan-aturan yang ada dalam suatu masyarakat, maka orang yang
melaksanakan perkawinan demikian dikatakan yang bermoral. Juga
sebaliknya jika perkawinan yang dilakukan tidak melalui prosedur atau tidak
dilakukan sesuai dengan aturan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu
maka perkawinan itu dikenal dengan cara tidak bermoral. Maka yang perlu
kita ketahui dalam hal ini di samping hukum dasar yang tertulis ada hukum
yang tidak tertulis, yaitu misalnya “hukum adat perkawinan” yang setiap
daerah mempunyai adat masing-masing.
Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat untuk
terwujudnya apa yang dikatakan ketertiban atau keamanan, dan ketenangan
atau ketentraman maka harus patuh lepada hukum yanng berlaku dan
mennjalani nilai-nilai yang ada di masyarakat dengan baik dan sempurna.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan
dan saling menunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari,
menghayati dan melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan
hukum agar terjadi keselarasan dan harmoni kehidupan.
Manusia adalah individu yg terdiri dari jasad dan roh dan makhluk yang
paling sempurna, paling tertinggi derajatnya, dan menjadi khalifah di
permukaan bumi.
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan
dan dianggap pentong oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau
berguna bagi kehidupan manusia.

3.2 Saran
Penulis sangat berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis dan juga para pembaca pada
umumnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://reynandorico.blogspot.co.id/2017/05/makalah-manusia-nilai-moral-dan-
hukum.html

Kartohadiprodjo, Sudiman. 1977. Pengantar Tata Hukum Di Indonesia.


Tim ISBD

Unesa. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Surabaya: UNESA University Press.

11

Anda mungkin juga menyukai