Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN PERIOPERATIF
PLANTAR FACIITIS

Oleh

EL BAREQ

P17211173014

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
D4 KEPERAWATAN MALANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN PERIOPERATIF I

A. Masalah Kesehatan (Diagnosa Pasien)


Plantar Faciitis
B. Pengertian
Plantar fascitis suatu kasus dimana terjadinya peradangan pada fascia plantaris.
Plantar fascitis merupakan suatu inflamasi fascia plantaris yang disebabkan oleh cedera
yang berulang. Terjadi karena penguluran yang berlebihan dan penekanan saat kaki
menyangga beban berat badan hingga mengakibatkan fascia mengalami kerobekan-
kerobekan kecil pada jaringannya (Siburian, 2008). Fasciitis plantaris diawali dengan
adanya lesi pada soft tissue disisi tempat perlengketan appneurosis 8 plantaris yang
letaknya dibawah tuberositas calcaneus. Adanya radang pada sisi tempat perlengketan
fascia akan menimbulkan cidera, inflamasi dan nyeri pada fascia plantaris (Cooper,
2007). Fascitis plantaris karena penguluran yang berlebihan pada plantar fascian yang
dapat mengakibatkan suatu inflamasi pada fascia yang khususnya mengenai bagian
medial calcaneus. Fasciitis plantaris diawali karena adanya lesi pada soft tissue disisi
tempat perlekatan plantar apporoneosis yang letaknya dibawah dari tuberositas calcaneus.
Menurut (Sunarya, 2014) Plantar fasciitis merupakan peradangan yang terjadi
pada fascia plantaris di anteromedial dari tuberositas kalkaneus. Pada keadaan ini pasien
akan merasakan nyeri pada tumit terutama saat bangun tidur. Nyeri dapat merupakan
akibat : tekanan mekanis (yang lebih mungkin teijadi kalau kaki rusak bentuknya),
radang sendi atau kekakuan, lesi tulang setempat, iskemia perifer dan ketegangan otot.
Plantar Fasciitis adalah inflamasi pada fascia plantar yaitu sebuah ligamen pada
arkus kaki. Penyakit ini terjadi ketika fascia plantaris teregang karena elevasi atau
penggunaan berlebihan, cara berjalan yang salah, atau proses penuaan. Penyakit ini juga
sering terjadi pada orang-orang yang kelebihan berat badan. Karena ligamen teregang
menyebabkan jarinagn lunak pada fascia plantar robek. Biasanya terjadi pada titik dimana
ligamen melekat pada tulang tumit. Dalam keadaan normal, plantar fascia bekerja seperti
sebuah serabut-serabut penyerap kejutan (shock-absorbing bowstring), menyangga
lengkung dalam kaki. Tetapi, jika tegangan pada serabut-serabut tersebut terlalu besar,
maka dapat terjadi beberapa robekan kecil di serabut-serabut tersebut. Bila ini terjadi
berulang-ulang makafascia akan teriritasi atau meradang.
Nyeri tumit adalah gejala yang sering dikeluhkan pada pasien dengan plantar
fasciitis. Plantar fasciitis menyebabkan nyeri seperti ditusuk atau terbakar yang biasanya
bertambah buruk pada pagi hari karena fascia meregang sepanjang malam. Segera setelah
berjalan beberapa saat, nyeri yang dirasakan biasanya berkurang, tetapimungkin akan
terasa nyeri kembali setelah berdiri beberapa lama atau setelah bangun dari posisi duduk.
Plantar fasciitis biasanya terjadi pada pasien berusia antara 40-60  tahun. Plantar fasciitis
bisa terjadi sebagai penyakit tersendiri atau berkorelasi dengan underlying disease
lainnya seperti arthritis, ankylosing spondilitis, dan hiperostosis skeletal idiopatik diffusa.
Terkadang plantar fasciitis terjadi tanpa penyebab yang jelas.

C. Gejala dan Tanda


Gejala terjadinya fasciitis plantaris adalah nyeri tajam dibagian dalam telapak
kaki di daerah tumit. Nyeri tumit yang cenderung bertambah buruk pada beberapa
langkah pertama setelah bangun tidur, pada saat naik tangga atau pada saat jinjit, nyeri
tumit setelah berdiri lama kemudian bangkit dan berjalan. Area nyeri terdapat di bagian
medial atau lateral calcaneus atau dibagian lunak dari apponeurosis plantaris dari bagian
inferior tuberositas di calcaneus (Wibowo, 2011).
Plantar fasciitis biasanya timbul secara bertahap, tetapi dapat juga datang dengan
tiba-tiba dan langsung nyeri hebat. Dan meskipun dapat mengenai kedua kaki, akan tetapi
lebih sering hanya pada satu kaki saja. Tanda dan gejalanya yaitu :
1. Nyeri tajam di bagian dalam telapak kaki di daerah tumit, yang dapat terasa seperti
ditusuk pisau pada telapak kaki.
2. Nyeri tumit yang cenderung bertambah buruk pada beberapa langkah pertama setelah
bangun tidur, pada saat naik tangga atau pada saat jinjit (berdiri pada ujung-ujung
jari).
3. Nyeri tumit yang timbul setelah berdiri lama atau setelah duduk lama kemudian
bangkit dan berjalan maka timbul nyeri tumit.
4. Nyeri tumit yang timbul setelah berolahraga, tetapi tidak timbul pada saat sedang
berolahraga.
5. Pembengkakan ringan di tumit.
D. Pohon Masalah
E. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa plantar fasciitis didasarkan pada riwayat keluhan pasien dan hasil dari
pemeriksaan fisik. Pasien biasnya dikenali dengan adanya nyeri tumit inferior yang
menumpu berat badan dan nyeri terjadi persisten dalam beberapa bulan atau tahun. Nyeri
yang berhubungan dengan plantar fasciitis mungkin dirasakan
sepertiberdenyut, membakar, atau menusuk, terutama pada langkah pertama di pagi hari
atau setelah beberapa periode tidak beraktivitas. Beberapa diagnosa banding untuk
plantar fasciitis adalah sebagai berikut:

Kondisi Neurologic Karakteristik


Abductor digiti quinti nerve entrapment Rasa terbakar di bantalan tumit
Lumbar spine disorders Nyeri yang menjalar dari tungkai ke tumit,
kelemahan, refleks abnormal.
Problems with the medial calcaneal Nyeri pada medial tumit
branch of the posterior tibial nerve
Neuropathies Biasanya terjadi pada pasien yang
mengkonsumsi alkohol dan pada pasien
diabetes. Nyeri diffusa pada kaki dan
terjadi malam hari.
Tarsal tunnel syndrome Nyeri, sensasi terbakar, dan kesemutan
pad kaki
Soft tissue
Achilles tendonitis Nyeri pada retrokalkaneus
Fat pad atrophy Nyeri pada area bantalan tumit yang atrofi
Heel contusion Ada riwayat trauma
Plantar fascia rupture Sensasi nyeri pada bagian bawah kaki
Posterior tibial tendonitis Nyeri pada kaki dan ankle
Retrocalcaneal bursitis Nyeri pada retrokalkaneus
Skeletal
Calcaneal epiphysitis (Sever’s disease) Nyeri tumit pada remaja
Calcaneal stress fracture Pembengkakan kalkaneus, hangat, dan
nyeri tekan.
Infections Osteomyelitis
Kondisi Karakteristik Gejala Sistemik (e.g.,
fever, night pain)
Inflammatory arthropathies Sama dengan PF tetapi terjadi bilateral,
Banyak sendi yang terlibat
Subtalar arthritis Nyeri pada suprakalkaneus
Miscellaneous
Metabolic disorders
Osteomalacia Nyeri tulang diffusa dan kelemahan pada
otot
Tumors (jarang) Deep bone pain, night pain, constitutional
symptoms
Vascular insufficiency Pain in muscle groups that is reproducible
with exertion, abnormal vascular
examination

Pemeriksaan radiologis tidak begitu  berguna untuk menegakkan diagnosa plantar


fasciitis, tetapi dapat dipertimbangkan jika diagnosa banding lain lebih kuat mengarah.
Berdasrkan studi case control yang membandingkan pasien dengan dan tanpa plantar
fasciitis penebalam aponeurosis pada tumit yang diidentifikasi dengan USG, biasanya
berhubungan dengan plantar fasciitis. Dari pemeriksaan radiologis biasanya didapatkan
kalsifikasi pada jarinmgan lunak disekitar tumit atau osteofit pada anterior kalkaneus
yang biasnya disebut heel spurs. 50 % pasien dengan plantar fasciitis dan lebih dari 19%
orang tanpa plantar fasciitis mempunyai heel spurs. Ada atu tidaknya heel spur tidak bisa
menyingkirkan diagnosa plantar fasciitis. Scanning pada tulang bisa menunjukkan
peningkatan ketebalan kalkaneus dan MRI bisa menunjukkan penebalan pada fascia
plantaris. Namun, akurasi data yang didapat tiak bisa menegakkan diagnosa plantar
fasciitis.
F. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan untuk Plantar Fasciitis meliputi:


1. Latihan peregangan
Latihan yang efektif tidak hanya untuk bantuan aktif dari plantar fasciitis, tapi
Juga membantu untuk meminimalkan kekambuhan. Latihan peregangan digunakan
untuk meningkatkan fleksibilitas otot-otot paha, betis, dan fascia plantaris sendiri.
Penegangan pada otot-otot kaki yang dapat diakibatkan tidak proporsionalnya
stressor pada fascia plantaris saat berjalan dan berlari meningkatkan resiko cedera.
Latiahanperegangan untuk fascia plantaris sendiri dapat meningkatkan fleksibilitas
fascia dan mengurangi potensi kerusakan. Contoh latihan peregangan adalah:
- Peregangan Gastrocnemius dengan mendorong dinding
- Peregangan soleus
- Peregangan hamstring
- Peregangan fascia plantaris sambil duduk
2. Ortosis
Koreksi sepatu atau sandal membantu mengurangi rasa nyeri pada tumit sewaktu
menapak atau berjalan. Penyangga lengkungan kaki (Arch Support), yang bisa
dipakai/ diletakkan dalam sepatu, ataupun bidai yang digunakan pada malam hari
yang disebut Night Splint, karena di gunakan saat tidur malam hari.
3. Obat-obatan
Apabila nyeri tidak berkurang dapat diberikan obat-obatan jenis NSAID  seperti
Ibuprofen, Naproxen, Na Diclofenac,dll. Obat ini berfungsi untuk menghilangkan
nyeri dan pembengkakan. Obat ini di gunakan selama satu bulan dan setelah itu harus
di konsultasikan ulang ke dokter yang menanganinya. Selain menggunakan obat-
obatan oral, apabila diperlukan dapat dilakukan penyuntikan dengan
4. Ultrasound Diathermy (US)
Untuk mengurangi nyeri pada Plantaris Fasciitis terapi Non Invasif yang sering
digunakan adalah dengan modalitas Ultrasound Diathermy (US). US adalah diatermi
berdasarkan konversi energi suara frekensi tinggi, dengan daya tembus paling dalam
(3-5 cm) diantara diatermi lainnya, gelombang suara ini selain memberikan efek
panas/termal, juga ada efek non termal/mekanik yaitu Micromassage. Terapi
ultrasound digunakan untuk kasus plantar fasciitis karena efek panas dan efek
mekanik pada gelombang ultrasound menyebabkan peningkatan sirkulasi darah ke
jaringan setempat.
5. Extracorporeal shockwave therapy (ESWT) / terapi gelombang kejut.
Penelitian terbaru yang terbit pada Maret 2010 membuktikan bahwa
Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT) bisa mengatasi rasa sakit pada tumit
dan/atau telapak kaki (plantar fasciitis).  Di Amerika Serikat, ESWT dijinkan dipakai
sejak 2001. Awalnya mesin ini dipakai untuk memecahkan batu ginjal. Namun
penelitian lebih lanjut membuktikan ternyata bisa untuk menangani gangguan
persendian. Gelombang kejut yang dihasilkan mesin ini mampu merangsang
perbaikan aliran darah ke daerah persendian yang mengalami peradangan, sehingga
membantu menghilangkan rasa sakit sendi. Selain itu, gelombang kejut juga
berfungsi menipiskan perkapuran yang menyebabkan rasa nyeri..
6. Operatif.
Pembedahan untuk mengatasi masalah ini sangat jarang dilakukan, tindakan
operasi pada kasus ini biasanya dilakukan setelah 12 bulan dilakukan pengobatan
non operatif dengan maksimal tidak didapatkan hasil yang diharapkan. Penanganan
dengan cara operasi mempunyai keberhasilan 50%. Jenis Operasi yang biasa
dilakukan untuk mengatasi Plantar Fasciitis adalah dengan melakukan 
Gastrocnemius recession atau Plantar fascia release. Tindakan operatif pada kasus ini
bukan tanpa resiko, terkadang rasa sakit masih tetap dirasakan atau bahkan
bertambah buruk. Komplikasi lainnya adalah terjadinya kerusakan pada syaraf dan
terjadinya infeksi. Memang secara statistik hasil yang memuaskan setelah
dilaksanakannya operasi juga cukup banyak, oleh sebab itu tindakan operatif ini
hanya disarankan apabila tindakan tindakan non operatif tidak memberikan hasil
yang memuaskan.

7. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian

Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis
lainnya.
 Identitas klien
- Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no registrasi,
diagnose medis, dan tanggal medis.
 Keluhan utama
- Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat ini.
Menurut (Arif Muttaqin, 2011:110) keluhan utama yang lazim didapatkan
adalah nyeri pada pinggang. Untuk lebih komprehensifnya, pengkajian nyeri
dapat dilakukan dengan pendekatan PQRST.
 Pengkajian 11 Pola Gordon :
- Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
- Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
 Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
 Riwayat keluarga dengan plantar fascitis
 Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
 Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
 Pola Nutrisi Metabolik :
- Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
- Riwayat gangguan metabolic
 Pola Eliminasi
- Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
 Pola Aktivitas dan Latihan
- Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
- Jenis aktivitas yang dilakukan
- Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
- Tidak mampu melakukan aktifitas berat
 Pola Istirahat dan Tidur
- Apakah ada gangguan tidur?
- Kebiasaan tidur sehari
- Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
- Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
 Pola Persepsi Kognitif
- Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
 Pola Persepsi dan Konsep Diri
- Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
- Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?

 Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama


- Bagaimana hubungan dengan keluarga?
- Apakah ada perubahan peran pada klien?
 Pola Reproduksi Seksualitas
- Adakah gangguan seksualitas?
 Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
- Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?

8. Daftar Diagnosa Keperawatan


Pre Operasi
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
c. Ansietas berhubungan dengan khawatir terjadi kegagalan
Intra Operasi
a. Risiko Perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
b. Risiko Infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
c. Risiko aspirasi berhubungan dengan terpasangnya ETT
Post operasi
a. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan efek obat anestesi
b. Risiko Hipotermi berhubungan dengan suhu ruangan yang rendah

PRE OP

Diagnosa Penyebab Outcom Interven


Nyeri Akut Pengalaman
1. Age e si
sensorik natau Tingkat MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
emosionalpen
yang Nyeri 1. Observasi
berkaitan dengan a. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
cede Menuru
kerusakan jaringan kualitas, intensitas nyeri
ra
aktual atau n
fisiodengan b. Identifikasi skala nyeri
fungsional, (L.08066
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
logi
onset mendadak ) d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
atau lambat
s dan
memperingan nyeri
berintensitas
(mis ringan e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
hingga berat
. yang
tentang nyeri
berlangsung
Infl f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
kurang dari 3
ama nyeri
bulan.
si, g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
iske hidup
mia, h. Monitor keberhasilan terapi komplementer
neo yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
plas
2. Terapeutik
ma)
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
2. Agen mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
pencedra hypnosis, akupresur, terapi musik,
kimiawi biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
(mis. teknik imajinasi terbimbing, kompres
Terbakar, hangat/dingin, terapi bermain)
bahan kimia b. Control lingkungan yang memperberat rasa
iritan) nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Agen c. Fasilitasi istirahat dan tidur
pencidra
d. Pertimbangkan jenis dan sumber
fisik (mis. nyeri dalam pemilihan strategi
Abses, meredakan nyeri
trauma, 3.Edukasi
amputasi, a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
terbakar, nyeri
terpotong, b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
mengangkat c. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
berat,prosed d. Anjurkan menggunakan analgetik secara
ur tepat
operasi,trau e. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
ma, latihan mengurangi rasa nyeri
fisik 4.Kolaborasi
berlebihan Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Gangguan Keterbatasan dalam 1. Mobil DUKUNGAN AMBULASI (1.06171)
mobilitas gerakan fisik dari itas Observasi
fisik satu atau lebih 2. fisik 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
ekstremitas secara 3. fisik lainnya
menin
mandiri 4. 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
5. gkat ambulasi
6. 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
7. darrah sebelum memulai ambulasi
4. Monitor kondisi umum selama melakukan
8. ambulasi
9. Terapeutik
10.Malnutrisi 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
11.Gangguan musculoskeletal
bantu (mis tongkat, kruk)
12.Gangguan neuromuskuler
2. Fasilitasi melakukan mobilitas fisik, jika
13.Indeks masa tubuh diatas
perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu
14.Efek agen farmakologis
pasien dalam meningkatkan ambulasi
15.Program pembatasan
Edukasi gerak
16.Nyeri 1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
17.Kurang terpapar informasi
2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
18.Kecemasan dilakukan (mis. Berjalan dan tempat tidur
19.Gangguan kognitif ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur
20.Keengganan melakukan kekamar mandi, berjalan sesuai toleransi)

21.Gangguan sensoripersepsi

Ansietas Kondisi emosi 1. K 2. Kebutuhan tidak terpenuhi


dan pengalaman r 3. Krisis maturasional
subyektif i 4. Ancaman terhadap konsep diri
individu s 5. Ancaman terhadap kematian
i 6. Kekhawatiran mengalami
terhadap objek
s kegagalan
yang tidak jelas
7. Disfungsi sistem keluarga
dan spesifik s
8. Hubungan orang tua-anak tidak
akibat antisipasi i
memuaskan
bahaya yang t
u 9. Faktor keturunan (temperamen mudah
memungkinkan teragitasi sejak lahir)
individu a
s 10. Penyalahgunaan zat
melakukan 11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin,
i
tindakan untuk o polutan, dan lain-lain)
menghadapi n 12. Kurang terpapar informasi
ancaman. a
l
Tingkat REDUKSI k c. Pahami situasi yang membuat anxietas
Ansietas ANXIETAS e d. Dengarkan dengan penuh perhatian
(I.09314) c e. Gunakan pedekatan yang tenang dan
menurun e
1. Observasi meyakinkan
m f. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
a. Identifi a
kasi memicu kecemasan
s
saat a
g. Diskusikan perencanaan realistis tentang
tingkat peristiwa yang akan datang
n
anxieta 3. Edukasi
s , a. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
beruba yang mungkin dialami
h (mis. j b. Informasikan secara factual mengenai
Kondis i diagnosis, pengobatan, dan prognosis
i, k c. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
waktu, a pasien, jika perlu
stresso
r)
d. Anjurkan melakukan kegiatan yang
m tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
b. Identifi e
kasi e. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
m persepsi
kemam u
puan f. Latih kegiatan pengalihan, untuk
n mengurangi ketegangan
menga g
mbil g. Latih penggunaan mekanisme
k pertahanan diri yang tepat
keputu i
san n
h. Latih teknik relaksasi
c. Monito k 4. Kolaborasi
r tanda a a. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas,
anxieta n jika perlu
s
(verbal
dan
non
verbal)
2. Terapeutik
a. Ciptak
an
suasan
a
terapeu
tik
untuk
menu
mbuhk
an
keperc
ayaan
b. Teman
i
pasien
untuk
mengu
rangi
INTRA OP

Diagnosa Definisi Penyebab Outcome Intervensi


Resiko Berisiko 1. Aneurisma Tingkat perdarahan PENCEGAHAN PERDARAHAN (1.02067)
perdarahan mengalami 2. Gangguan menurun (L.02017) Observasi
kehilangan darah gastrointestinal(mis. a. Monitor tanda dan gejala perdarahan
baik internal Ulkus lambung, b. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah
(terjadi di dalam polip, varises) c. Monitor tanda tanda vital ortostatik
tubuh) maupun 3. Gangguan fungsi d. Monitor koagulasi(mis. Protombin time (PT), partial trombisite time (PTT), fibrinogen,
eksternal (terjadi hati (mis. Sirosis degradasi fibrin dan atau platelet)
hingga keluar hepatis)
tubuh). 4. Komplikasi Terapeutik
kehamilan (mis. a. Pertahankan bedrest selama perdarahan
Ketuban pecah b. Batasi tindakan invasive, jika perlu
sebelum waktunya, c. Gunakan kasur pencegah dekubitus
plasenta previa/ d. Hindari pengukuran suhu rectal
abpsursio, kehamilan Edukasi
kembar) a. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
5. Komplikasi pasca
b. Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
partum (mis atoni
uterus, retensi c. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
plasenta) d. Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
6. Gangguan koagulasi e. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
(mis f. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
trombositopenia) Kolaborasi
7. Efek agen a. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
farmakologis b. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
8. Tindakan c. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
pembedahan
9. Trauma
10.Kurang terpaoar
informasi tentang
pencegahan
perdarahan
11.Proses keganasan

Resiko Berisiko mengalami terserang organism


infeksi peningkatan patogenik
1.Penyakit kronis (mis. Tingkat infeksi MANAJEMEN IMUNISASI/VAKSIN (1.14508)
Diabetes militus) menurun (L.14137) Observasi
2.Efek prosedur invasive a. Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
3.Malnutrisi b. Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi (mis. Reaksi anafilaksis terhadap
4.Peningkatan paparan vaksin sebelumnya atau sakit parah atau tanpa demam)
organism pathogen c. Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan kepelayanan kesehatan
lingkungan Terapeutik
5.Ketidakadekuatan a. Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral
pertahanan tubuh b. Dokumentasikan informasi vaksinasi (mis. Nama produsen, tanggal kadaluarsa)
primer : c. Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
1) Gangguan peristaltic Edukasi
2) Kerusakan integritas a. Jelaskan tujuan , manfaat, reaksi yang terjadi , jadwal dan efek samping
kulit b. Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah (mis. hepatitis, BCG, Difteri,
3) Perubahan sekresi tetanus, portusis, influenza, polio, campak, measles, rubela)
ph c. Informasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun saat ini tidak
4) Penurunan kerja diwajibkan pemerintah (mis. Influenza, pneumokokus)
siliaris d. Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus (mis. Rabies, tetanus)
5) Ketuban pecah lama e. Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti mengulang jadwal
6) Ketuban pecah imunisasi kembali
sebelum waktunya f. Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi nasional yang menyediakan vaksin
7) Merokok gratis
8) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
skunder :
1) Penurunan
hemoglobin
2) Imunosupresi
3) Leucopenia
4) Supresi respon
inflamasi
5) Vaksinasi tidak
adekuat
POST OP

Resiko Beresiko 1. Prosedur pembedahan Termoregulasi membaik MANAJEMEN HIPOTERMI (1.14507)


hiotermia mengalami 2. Kombinasi anestesi ( L.14134) Observasi
perioperatif penurunan suhu regional dan umum 1. Monitor suhu tubuh
tubuh dibawah 3. Skor American 2. Identifikasi penyebab hipotermia (mis. Terpapar suhu lingkungan rendah,
36C secara tiba society of pakaian tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolism, kekurangan
tiba yang terjadi anesthesiologist lemak subkutan)
sebelum (ASA) lebih dari 1 3. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
pembedahan 4. Suhu pra operasi Terapeutik
hingga 24 jam rendah (kurang dari 1. Sediakan lingkungan yang hangat (mis. Atur suhu ruangan, inkubator)
setelah 36 C) 2. Ganti pakaian dan linen yang basah
pembedahan. 5. Berat badan rendah 3. Lakukan penghangatan pasif (mis. Selimut, menutup kepala, pakaian tebal)
6. Neuropati diabetic 4. Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres hangat, botol hangat, selimut
7. Komplikasi hangat, perawatan metode kangguru)
kardiovaskuler 5. Lakukan penghangatan aktif intertnal (mis infuse cairan hangat, oksigen hangat,
8. Suhu lingkungan lavase peritoneal dengan cairan hangat)
rendah Edukasi
9. Transfer panas (mis. 1. Anjurkan makan atau minum hangat
Volume tinggi
infuse yang tidak
dihangatkan, irigasi
lebih dari 2 liter
yang tidak
dihangatkan
Gangguan Keterbatasan 1.Kerusakan integritas Mobilitas fisik meningkat DUKUNGAN AMBULASI (1.06171)
mobilitas dalam gerakan struktur tulang Observasi
fisik fisik dari satu 2. Perubahan metabolism 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
atau lebih 3. Ketidakbugaran fisik 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
ekstremitas 4. Penurunan kendali otot 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darrah sebelum memulai ambulasi
secara mandiri 5. Penurunan massa otot 4. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
6. Penurunan kekuatan otot Terapeutik
7. Keterlambatan 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis tongkat, kruk)
perkembangan 2. Fasilitasi melakukan mobilitas fisik, jika perlu
8. Kekakuan sendi 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
9. Kontraktur Edukasi
10. Malnutrisi 1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
11. Gangguan 2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
musculoskeletal 3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dan tempat tidur ke
12. Gangguan kursi roda, berjalan dari tempat tidur kekamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
neuromuskuler
13. Indeks masa tubuh diatas
persentil ke 75 sesuai
usia
14. Efek agen farmakologis
15. Program pembatasan
gerak
16. Nyeri
17. Kurang terpapar
informasi tentang
aktivitas fisik
18. Kecemasan
19. Gangguan kognitif
20. Keengganan melakukan
pergerakan
21. Gangguan
sensoripersepsi
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC Brunner,
suddarth. 2007. Buku ajar keperawatan medikal bedal. Alih bahasa :agung waluyo (et
al).edisi 8 volume 2.jakarta:EGC
nd
Ppni. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2 Ed.). Jakarta: Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
nd
Ppni. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2 Ed.). Jakarta: Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
nd
Ppni. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2 Ed.). Jakarta: Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
Sjamsuhidajat, 2010, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, penerbit EGC, Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PLANTAR FASCITIS

Untuk memenuhi tugas Praktek Klinik


Keperawatan Perioperatif I
Dibina oleh Bapak Dr. Tri Johan Agus Yuswanto, S.Kep., M.Kep.

oleh:
EL BAREQ
P17211173014

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PROGRAM SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG
2021
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Biodata
1) Nama : Ny.S
2) Jenis kelamin : Perempuan
3) Umur : 56
4) Status perkawinan : Kawin
5) Pekerjaan : Swasta
6) Agama : Islam
7) Pendidikan terakhir : SMA
8) Alamat : Malang
9) Tanggal MRS : 5-2-2021

b. Diagnosa Medis
Plantar Faciitis

c. Keluhan Utama (Saat Pengkajian)


Px merasakan nyeri

d. Riwayat Penyakit Sekarang


Px mengatakan tumit kaki kanan terasa nyeri jika dibaut berjalan kurang lebih 3 bulan.

e. Riwayat Kesehatan/Penyakit Yang Lalu


DM (-), asma (-), hepatitis (-), jantung (-), hipertensi (-), HIV (-), riwayat operasi (-)

f. Riwayat Kesehatan Keluarga


DM (-), asma (-), hepatitis (-), jantung (-), hipertensi (-), HIV (-)
g. Pola Aktivitas Sehari-Hari
1) Makan dan minum
Tidak ada alergi atau pantangan dalam makanan, makan minum terpenuhi

2) Pola Eliminasi
BAK (+), BAB (+), tidak ada kendala

3) Pola Istirahat dan tidur


Tidur kurang lebih 6-7 jam /hari, kurang nyenyak karena beradaptasi di RS dan
merasa cemas.

4) Kebersihan diri
Baik, mandi 2 kali dalam sehari.
h. Riwayat Psikososial
Ny. E berkomunikasi dengan baik, saat ditanya Ny.E berespon dengan baik dan jelas,
px mengatakan sedikit cemas, dengan mengungkapkan kerisauannya dalam
menghadapi operasi. Px mengerti tentang penyakit yang di derita, pengobatan, dan
perawatan.
i. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum:
K/U baik, GCS (4,5,6), compos mentis
2) Tanda Vital:
Suhu 36.5◦C , Nadi 78 x/mnt, Teraba √ kuat, □ Lemah, √ teratur, □ tidak teratur,
RR 20 x/mnt, TD 125/70 mmHg, Saturasi O2 99%

......................................................................................................................................
3) Pemeriksaan kepala leher:
Rambut hitam, tidak ada lesi dikulit kepala, tidak ada pembesaran di vena jugularis.

4) Pemeriksaan integumen
Warna kulit sawo matang, tidak terdapat lesi.
5) Dada dan thorax
Pergerakan dada normal, taktil fremitus dada normal, sonor, vesikuler tidak ada
suara tambahan.

6) Payudara
Tidak ada benjolan, normal, simetris.

7) Abdomen
Tidak ada distensi abdomen, normal, tidak ada nyeri tekan, pekak, bising usus
7x/menit.

8) Genetalia
Tidak ada lesi, nyeri (-).

9) Ekstrimitas
Kekuatan otot
5 5
5 5

Dari hasil rongent didapatkan adanya pertumbuhan tulang yang ada pada tumit
j. Pemeriksaan Neurologis
GCS 4,5,6

k. Pemeriksaan Penunjang
a. - HB : 14,6 g/dL
- Hematokrit : 41.0 %
- Eritrosit 4,96
- Leukosit : 6.990
- Trombosit : 260.000/cmm

b. EKG : EKG normal


c. Rontgen : Calcaneal spur kanan
L. Terapi/Pengobatan/Penatalaksanaan
NS 0,9% (20 (tpm)

Malang, 5 Februari 2021

Mahasiswa

El Bareq

1. ANALISA DATA (PRE OP)


ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny.S


Umur : 56
No. Register : 223xxx

KEMUNGKINAN
DATA FOKUS MASALAH
PENYEBAB
Ds: Nyeri akut Agen Pencedera Fisik
- Pasien
mengatakan
merasa nyeri saat
berjalan
P : tidak tahu
penyebab nyeri
karena apa
Q : seperti
ditusuk-tusuk
R : Di bagian
tumit kaki kanan
S : Skala 4
T : Muncul saat
dibuat berjalan

Do :
- TD :
130/80mmHg
- RR : 20x/menit
- N : 88x/menit
- Spo2 : 92%
Pasien tampak meringis
kesakitan saat kakinya
digunakan untuk berjalan

Ds: Ansietas Kekhawatiran mengalami


- Pasien kegagalan
mengatakan
merasa deg-deg
an karena baru
pertama kali
operasi
Do :
- Pasien tampak
cemas
- TD :
130/80mmHg
- RR : 20x/menit
- N : 88x/menit
- Spo2 : 92%
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ruang : Ny. S
Nama Pasien : 56
No. Register : 223xxx

1. Nyeri Akut bd Agen pencedera fisik


2. Ansietas bd kekhawatiran mengalami kegagalan

B. PERENCANAAN
1. PRIORITAS MASALAH
DAFTAR MASALAH

Ruang : Bougenvil
Nama Pasien : Ny.S
No. Register : 223xxx
No TANGGAL DIAGNOSA TANGGAL TANDA
2. RENCANA
DX MUNCUL KEPERAWATAN TERATASI TANGAN
1. 5-2-2021 Nyeri Akut bd Agen 6-2-2021
pencedera fisik

Ansietas bd kekhawatiran 6-2-2021


2. 5-2-2021 mengalami kegagalan

ASUHAN KEPERAWATAN

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. S


No. Reg : 223xxx
Dx. TUJUAN
NO. KEP KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
. STANDART
Setelah dilakukan 1. Mengkaji TTV 1. Hasil dari
1. 1. asuhan keperawatan pengukuran TTV
selama 1 x 24 jam dijadikan sebagai
menit diharapkan acuan intervensi
nyeri yang dirasakan selanjutnya
berkurang dengan
kriteria hasil :
- Skala nyeri 2. Mengkaji nyeri secara 2. Pengkajian nyeri
menurun komprehensif & observasi digunakan untuk
- Tanda-tanda respon nonverbal nyeri menentukan
vital dalam penatalaksanaan
batas normal selanjutnya

3. mengajarkan klien 3. teknik relaksasi


menejemen nyeri seperti nafas dalam dapat
teknik relaksasi nafas mengurangi nyeri
dalam dan membuat tubuh
lebih rileks

4. kolaborasi dengan 4. obat analgesic


tenaga kesehatan untuk akan menstimulus
pemberian analgenik, jika hipotalamus agar
diperlukan ambang nyeri
meningkat sehingga
tubuh dapat
beradaptasi dengan
rasa nyeri.

2. 2. Setelah dilakukan 1. Mengkaji ttv klien & 1. hasil dari


asuhan keperawatan tanda nonverbal pengukuran TTV
selama 1x24 jam kecemasan dijadikan sebagai
diharapkan ansietas acuan intervensi
yang dirasakan selanjutnya
berkurang dengan
kriteria hasil : 2. Gunakan pendekatan 2. pendekatan akan
- Pasien tidak yang tenang dan membentuk trust
tampak gelisah meyakinkan antara perawat &
Tanda-tanda vital pasien
dalam batas normal
3. berikan informasi 3. informasi yang
terkait diagnosis, actual akan
perawatan & prognosis meningkatkan
pengetahuan
pasien,sehingga
pasien tidak cemas
terkait tindakan
yang akan
dilakukan tim
medis

4. instruksikan klien untuk 4. teknik relaksasi


menggunakan teknik akan
relaksasi mempengaruhi
tingkat kecemasan
px akan berkurang
3. IMPLEMENTASI

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. S


No. Reg : 223xxx
NO
TGL PUKUL IMPLEMENTASI TT
Dx.KEP
1. melakukan pengukuran
5-2-2021 13.00 1, 2 TTV
- TD :
130/80mmHg
- RR : 20x/menit
- N : 88x/menit
- Spo2 : 92%

2. melakukan pengukuran
nyeri
1
P : tidak tahu penyebab
nyeri karena apa
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : Di bagian tumit kaki
kanan
S : Skala 4
T : Muncul saat dibuat
berjalan
- Px mengeluh nyeri
dibagian kaki tumit
kanan.

3. Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
1,2
4. EVALUASI

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. S


No. Reg : 223xxx
TANGGAL/
Dx. KEP DATA
PUKUL
S : klien mengatakan nyeri sedikit
5-2-2021 1. berkurang
O : TD : 120/80mmHg,
RR : 20x/menit
N : 88x/menit
Spo2 : 92%
P : tidak tahu penyebab nyeri
karena apa
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : Di bagian tumit kaki kanan
S : Skala 3
T : Muncul saat dibuat berjalan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi dan
observasi skala nyeri klien

S: klien mengatakan sudah tidak


2. terlalu cemas akan tindakan
operasi yang akan dilakukan
O: - klien tampak lebih tenang
- Klien terlihat tidak gelisah
TD : 120/80mmHg,
RR : 20x/menit
N : 88x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : menganjurkan klien untuk
melakukan relaksasi nafas dalam jika
merasa cemas dan gelisah
2. ANALISA DATA (POST OP)

ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. S


Umur : 56
No. Register : 223xxx

KEMUNGKINAN
DATA FOKUS MASALAH
PENYEBAB
Resiko Hipotermi Suhu lingkungan rendah
Ds : -
Do :
- S : 36.5◦C
Akral Hangat

Ds :
Do : - terpasang balutan Gangguan mobilitas fisik Luka post operasi
perban di ektremitas bawah
bagian kanan akibat post
operasi
- Kekuatan otot
5 5
5 5

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ruang : Bougenvil
Nama Pasien : Ny. S
No. Register : 223xxx
1. Resiko hipotermi b.d suhu lingkungan rendah
2. Gangguan mobilitas fisik b.d Luka post operasi

D. PERENCANAAN
5. PRIORITAS MASALAH
DAFTAR MASALAH

Ruang : Bougenvil
Nama Pasien : Ny. S
No. Register : 223xxx
No TANGGAL DIAGNOSA TANGGAL TANDA
DX MUNCUL KEPERAWATAN TERATASI TANGAN
6-2-2021 Resiko hipofolemi b.d suhu 6-2-2021
1. lingkungan rendah

2. 6-2-2021 Gangguan mobilitas fisik 6-2-2021


b.d Luka post operasi
2. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. S


No. Reg : 223xxx
Dx. TUJUAN
NO. KEP KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
. STANDART
Setelah dilakukan Observasi Mencegah
1. 1. asuhan keperawatan 1. Monitor suhu tubuh hipotermi supaya
selama 1x24 jam 2. Monitor tanda dan tidak terjadi
diharapkan gejala akibat
hipotermi yang tidak hipotermia
terjadi dengan Terapeutik
kriteria hasil : 1. Sediakan
- Tidak ada lingkungan yang
tanda-tanda hangat
hipotermi 2. Berikan selimut
Tanda-tanda vital tebal
dalam batas normal Edukasi
Anjurkan makan atau
minum hangat

Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
2. 2. selama 1x24 jam 1. bantu klien untuk 1. mobilisasi sesuai
diharapkan dengan mobilisasi sesuai kemampuan klien
kriteria hasil : kemampuan akan
- Kebutuhan 2. memberikan informasi memaksimalkan
klien dapat tentang kemungkinan fungsi otot dan
terpenuhi penyebab nyeri sendi
- Klien tidak 2.informasi
mengalami diberikan untuk
cidera lebih menunjang
berat pengetahuan setelah
operasi
3. IMPLEMENTASI

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. S


No. Reg : 223xxx
NO
TGL PUKUL IMPLEMENTASI TT
Dx.KEP

6-2-2021 16.00 1 1. melakukan


pengukuraTTV
- TD :
120/80mmHg
- RR : 20x/menit
- N : 88x/menit
- Spo2 : 92%
- S : 36.5◦C

1. memberikan informasi
tentang perawatan dan
6-2-2021 16.00 2 tindakan yang akan di
jalani klien setelah
operasi
2. melakukan pengukuran
nyeri
P : tidak tahu
penyebab nyeri
karena apa
Q : seperti ditusuk-
tusuk
R : Di bagian tumit
kaki kanan
S : Skala 2
T : Muncul saat
dibuat berjalan
4. EVALUASI

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. S


No. Reg : 223xxx
TANGGAL/
Dx. KEP DATA
PUKUL
6-2-2021 1 S: -
O: TD : 120/80mmHg
RR : 20x/menit
N : 88x/menit
Spo2 : 92%

S: 36.5◦C
- Klien terasa dingin
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi dan
observasi suhu tubuh klien

S : Klien mengatakan masih sulit


menggerakkan kakinya

2
O:
TD : 120/80mmHg
RR : 20x/menit
N : 88x/menit
Spo2 : 92%

S: 36.5◦C
- Klien tampak terpasangan
balutan perban dibagian
ekstremitas kanan bawah
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi dan anjurkan
px melatih bagian ektremitas yang
tidak sakit semampu mungkin

Anda mungkin juga menyukai