Anda di halaman 1dari 6

PENGERTIAN KALIMAT SIMPLEKS DAN KOMPLEKS

A. Kalimat simpleks
kalimat simpleks atau disebut juga kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu predikat atau
satu unsur verba.
contoh;
1. Adi belajar internet
2. Iwan membaca buku bahasa Indonesia

Kalimat (1) Adi belajar internet, diatas memiliki satu unsur predikat yaitu; pada kata ‘’belajar’’.
begitu pula pada kalimat (2) Iwan membaca buku bahasa Indonesia, terdapat satu unsur predikat,
yaitu pada kata “membaca”.

B. Kalimat Kompleks
kalimat kompleks atau disebut juga kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua predikat di
dalamnya atau memiliki dua unsur verba di dalamnya
contoh;
1. Adi belajar internet dan Iwan belajar membaca.
2. Saya akan membeli buku baru jika saya memiliki uang.

Kalimat di atas (1) Adi belajar internet dan Iwan belajar membaca, memiliki dua verba; yaitu pada
kata “belajar”. Begitu pula dengan kalimat (2) Saya akan membeli buku baru jika saya memiliki
uang, juga memiliki dua verba; yaitu pada kata “membeli” dan kata “memiliki”.

JENIS KALIMAT KOMPLEKS

Kalimat kompleks terbagi dua; (a) kalimat kompleks paratatik, dan (b) kalimat kompleks hipotatik.
a. Kalimat kompleks paratatik
Kalimat kompleks paratatik adalah kalimat majemuk yang memiliki unsur yang setara.
Contoh;
Saya makan mie dan Abud makan nasi

Kalimat di atas merupakan kalimat kompleks paratatik. Penanda kalimat kompleks paratatik
adalah pada penggunaan konjungsinya. Kalimat kompleks paratatik menggunakan konjungsi:
dan, atau, sedangkan, tetapi, sementara.

b. Kalimat kompleks hipotatik


Kalimat kompleks hipotatik adalah kalimat majemuk yang memiliki unsur tidak setara.
Ketidaksetaraan itu dikarenakan karena struktur Kalimat kompleks hipotatik terdiri atas (1) induk
kalimat, dan (2) anak kalimat.
Contoh:
Saya akan pergi sekolah jika sudah sembuh

Kalimat di atas adalah Kalimat kompleks hipotatik karena memiliki dua unsur kalimat; (1) saya
akan pergi sekolah, (2) jika sudah sembuh. Kalimat pertama merupakan induk kalimat,
sedangkan yang kedua adalah anak kalimat. Kalimat kompleks hipotatik menggunakan
konjungsi; jika, karena, kalau, ketika.
JENIS-JENIS POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF

1. Pola pengembangan paragraph Induktif


Pola pengembangan paragraf induktif diawali dengan menjelaskan sesuatu yang khusus dan diikuti
oleh hal-hal yang umum. Paragraf ini bersifat khusus-umum. Gagasan utamanya terletak di akhir
kalimat suatu paragraf.
Pola pengembangan kalimat induktif dapat dilakukan dengan cara.
1) Kausalitas
Kausalitas merupakan hubungan sebab-akibat dan juga sebaliknya akibat-sebab. Pola
pengembangan paragraf ini memuat hal yang menjadi sebabnya kemudian dilanjutkan pada
kesimpulan yang merupakan akibat.
Terdapat tiga jenis kausalitas.
 Hubungan sebab-akibat
Pola hubungan ini diawali dengan peristiwa yang menjadi sebab lalu dirangkai dengan
kalimat-kalimat yang menjelaskan akibatnya.
 Hubungan akibat-sebab
Pola hubungan ini diawali dengan peristiwa yang menjadi akibat dan diikuti dengan
kalimat-kalimat yang menjelaskan penyebabnya.
 Hubungan sebab-akibat 1 akibat 2
Pola hubungan paragraf ini diawali dengan suatu penyebab yang dapat menimbulkan
serangkaian akibat. Akibat pertama menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua.
Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
2) Generalisasi
Penalaran dengan pola generalisasi dilakukan dengan menyatakan hal-hal khusus
dilanjutkan dengan menarik kesimpulan secara umum.
Contoh:
Buah kelapa, yang sudah tua maupun masih muda, dapat dijadikan bahan makanan dan
minuman yang enak. Buah yang sudah tua dapat diambil santannya untuk membuat
beragam masakan Nusantara yang lezat. Buah yang muda dapat diminum airnya.
Kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan sedangkan pelapahnya dapat
dibuat sapu ijuk. Dengan demikian pohon kelapa memberi banyak manfaat bagi
manusia.
3) Analogi
Analogi berarti membandingkan. Penalaran dengan pola analogi adalah penalaran dengan
membandingkan dua peristiwa khusus yang serupa antara satu sama lain. Kesimpulan yang
dihasilkan berlaku untuk hal yang serupa tersebut.
Contoh:
Tanaman padi memberikan pelajaran berharga bagi manusia. Semakin tua usianya, padi
akan semakin berisi. Jika sudah berisi maka padi akan semakin merunduk. Mari kita
belajar dari ilmu padi. Jika kita memiliki ilmu yang luas, janganlah sombong. Jadilah
pribadi yang senantiasa rendah hati dan menghargai sesama.

2. Pola Pengembangan Paragraf Deduktif


Pola pengembangan yang ada dalam paragraf deduktif diawali dengan menjelaskan sesuatu umum
dan diikuti oleh hal-hal yang khusus. Paragraf ini bersifat umum-khusus. Gagasan utamanya
terdapat pada kalimat pertama suatu paragraf.
Contoh:
Daun kelor, daun yang populer untuk pelancar ASI, ternyata memiliki manfaat yang bagus untuk
kesehatan. Di negara Barat, daun ini dijual sebagai suplemen makanan, baik dalam bentuk bubuk
maupun kapsul karena daun kelor mengandung banyak vitamin dan mineral. Daun kelor juga
mengandung beberapa senyawa oksidan yang dapat mencegah penyakit jantung dan diabetes tipe
2. Selain itu, daun kelor juga dapat menurunkan kolesterol.

Penjelasan pada kalimat pertama paragraf di atas merupakan kalimat utama.


Berikut ini adalah contoh pola pengembangan paragraf deduktif dan contohnya antara lain.
1) Silogisme
Silogisme merupakan penalaran yang dilakukan secara tidak langsung dari dua premis: premis
umum dan premis khusus sehingga dihasilkan suatu kesimpulan. Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), pengertian premis ialah kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar
penarikan kesimpulan di dalam logika.

Premis khusus disebut juga premis minor yaitu premis yang berisi term yang akan menjadi
subyek dari sebuah kesimpulan. Premis umum disebut juga premis mayor yaitu premis yang
berisi term yang menjadi predikat kesimpulan.
Contoh:
Premis umum : Mamalia adalah hewan beranak.
Premis khusus : Kerbau termasuk mamalia.
Kesimpulan : Kerbau adalah hewan beranak.
2) Silogisme negative
Ciri silogisme negatif adalah salah satu premisnya menggunakan kata negatif berupa ‘tidak’ atau
‘bukan’. Hasil penalaran dari silogisme negatif juga merupakan kalimat negatif.
Contoh:
Premis umum : Siswa laki-laki tidak boleh bertato.
Premis khusus : Hendra adalah siswa laki-laki.
Kesimpulan : Hendra tidak boleh bertato.
3) Entimem
Entimem terdiri dari premis khusus dan simpulan. Entimem disebut juga silogisme yang
diperpendek karena premis umumnya dianggap sudah diketahui secara umum.
Contoh:
Premis umum : Mamalia adalah hewan beranak.
Premis khusus : Kerbau termasuk mamalia.
Kesimpulan : Kerbau adalah hewan beranak.
Entimem : Kerbau adalah hewan beranak karena termasuk mamalia.

Struktur Teks Anekdot


Dalam teks anekdot terdapat struktur utama pembangunnya. Struktur tersebut terbagi menjadi
lima bagian, yakni abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Berikut pengertiannya:

 Abstraksi ialah bagian awal dari teks yang berfungsi memberikan gambaran secara jelas
mengenai isi. Biasanya, bagian ini menunjukkan hal unik yang terdapat di dalam teks.
Abstraksi dalam anekdot pada dasarnya bersifat opsional, boleh ada dan tidak.
 Orientasi ialah bagian yang menunjukkan latar belakang bagaimana peristiwa terjadi
atau bagian yang menunjukkan awal kejadian.
 Krisis ialah bagian bertujuan menghibur dan tidak berisi orang penting.
 Reaksi ialah bagian yang berisi cara penulis menyelesaikan masalah yang timbul di
bagian krisis. Jadi, pada bagian ini kamu akan menangkap bagaimana cara penulis
menyelesaikan masalah yang sudah dihadapi dalam cerita dengan caranya sendiri.
 Koda ialah bagian akhir dari cerita unik. Pada bagian ini bisa juga berisikan simpulan
tentang kejadian yang dialami penulis atau orang yang ditulis. Bagian ini bersifat
opsional.
NILAI-NILAI DALAM HIKAYAT

Hikayat memiliki banyak nilai kehidupan, yaitu nilai religius (agama), moral, budaya, sosial,
edukasi (pendidikan), dan estetika (keindahan). Banyak nilai dalam hikayat masih sesuai dengan
nilai kehidupan masa kini. Itu sebabnya, hikayat mempunyai fungsi didaktis (pendidikan) dan
hiburan.

1. Nilai Religius (Agama) atau Norma Agama adalah peraturan hidup yang harus diterima
manusia sebagai perintah-perintah, larangan larangan dan ajaran-ajaran yang bersumber dari
Tuhan Yang Maha Esa. Pelanggaran terhadap norma ini akan mendapat hukuman dari Tuhan
Yang Maha Esa berupa “siksa” kelak di akhirat.
2. Nilai Moral diartikan sebagai nilai yang berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk yang
menjadi dasar kehidupan manusia dan masyarakat, dimana istilah manusia merujuk ke
manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif atau negatif.
3. Nilai Budaya adalah nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat,
lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan
kepercayaan, simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan
lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.
4. Nilai sosial mencakup hal-hal yang yang dianggap baik dan penting dalam mendorong
tercapainya tujuan dari suatu masyarakat. ... Sebagai contoh, nilai gotong royong semakin
ditinggalkan oleh masyarakat yang berada di wilayah perkotaan karena adanya budaya
individualistik.
5. Nilai edukasi adalah nilai yang berhubungan dengan pelajaran dan pembelajaran, apakah
memiliki sesuatu yang dapat dijadikan untuk meningkatkan pengetahuan dan intelektual
seseorang atau tidak
6. Nilai estetik adalah nilai yang berdasar pada keindahan.

Perbedaan Nilai Moral Dan Nilai Sosial


Nilai moral yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan akhlak/perangai atau etika. ... Nilai
sosial yaitu nilai-nilai yang berkenaan dengan tata pergaulan antara individu dalam masyarakat.

JENIS-JENIS MAJAS
Majas Perbandingan
Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau membandingkan
suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan, ataupun penggantian. Dalam majas
perbandingan, teman-teman akan menjumpai beberapa subjenisnya.
1. Personifikasi
Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya manusia.
Contoh Majas: Daun kelapa tersebut seakan melambai kepadaku dan mengajakku untuk segera
bermain di pantai.
2. Metafora
Yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam
bentuk ungkapan.
Contoh: Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris perusahaan tersebut. Tangan
kanan merupakan ungkapan bagi orang yang setia dan dipercaya.
3. Asosiasi
Yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan pemberian kata
sambung bagaikan, bak, ataupun seperti.
Contoh: Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. Artinya, keduanya memiliki wajah yang
sangat mirip.
4. Hiperbola
Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.
Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus bersekolah. Memeras
keringat artinya bekerja dengan keras.
5. Eufemisme
Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih
halus.
Contoh: Tiap universitas dan perusahaan sekarang diwajibkan menerima difabel. Difabel
menggantikan frasa “orang cacat”.
6. Metonimia
Yaitu menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada pada benda umum.
Contoh: Supaya haus cepat hilang, lebih baik minum Aqua. Aqua di sini merujuk pada air mineral.
7. Simile
Hampir sama dengan asosiasi yang menggunakan kata hubungan bak, bagaikan, ataupun seperti;
hanya saja simile bukan membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan menyandingkan
sebuah kegiatan dengan ungkapan.
Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya.
8. Alegori
Yaitu enyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan.
Contoh: Suami adalah nakhoda dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Nakhoda yang
dimaksud berarti pemimpin keluarga.
9. Sinekdok
Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro parte.
Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur untuk
menampilkan keseluruhan sebuah benda. Sementara itu, sinekdok totem pro parte adalah
kebalikannya, yakni gaya bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian
benda atau situasi.
Contoh:
Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.
Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali berturut-turut.
10. Simbolik
Gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam ungkapan.
Contoh: Perempuan itu memang jinak-jinak merpati.

Antonomasia adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang merujuk pada jenis majas. Majas ini termasuk
ke dalam majas perbandingan yang menyebutkan sesuatu bukan dengan nama asli dari benda tersebut,
melainkan dari salah satu sifat benda tersebut. Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain
sebagai nama jenis.

Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang bertentangan dengan
maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Jenis ini dapat dibagi menjadi beberapa
subjenis, yakni sebagai berikut.
1. Litotes
Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes merupakan ungkapan
untuk merendahkan diri, meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang sebaliknya.
Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah.
2. Paradoks
Yaitu membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikannya.
Contoh: Di tengah ramainya pesta tahun baru, aku merasa kesepian.
3. Antitesis
Yaitu memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan.
Contoh: Film tersebut disukai oleh tua-muda.
4. Kontradiksi Interminis
Gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya diikuti
dengan konjungsi, seperti kecuali atau hanya saja.
Contoh: Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan.
Majas Sindiran
Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk menyindir seseorang ataupun
perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Ironi
Yaitu menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada.
Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur yang bisa ditiduri.
2. Sinisme
Yaitu menyampaikan sindiran secara langsung.
Contoh: Suaramu keras sekali sampai telingaku berdenging dan sakit.
3. Sarkasme
Yaitu menyampaikan sindiran secara kasar.
Contoh: Kamu hanya sampah masyarakat tahu!

Majas Penegasan
Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan pengaruh kepada
pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian. Jenis ini dapat dibagi menjadi tujuh
subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Pleonasme
Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, namun
memang sengaja untuk menegaskan suatu hal.
Contoh: Ia masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah semringah.
2. Repetisi
Gaya bahasa ini mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil kalungku.
3. Retorika
Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.
Contoh: Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat menjelang hari
raya?
4. Klimaks
Yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi.
Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki asuransi
kesehatan.
5. Antiklimaks
Berkebalikan dengan klimaks, gaya bahasa untuk antiklimaks menegaskan sesuatu dengan
mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.
Contoh: Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang tinggi di dusun seharusnya sadar akan
kearifan lokalnya masing-masing.
6. Pararelisme
Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi, yakni mengulang-ulang sebuah kata dalam berbagai
definisi yang berbeda. Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai anafora. Namun, jika
kata yang diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.
Contoh majas: Kasih itu sabar.
Kasih itu lemah lembut.
Kasih itu memaafkan.
7. Tautologi
Yaitu menggunakan kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah kondisi atau ujaran.
Contoh: Hidup akan terasa tenteram, damai, dan bahagia jika semua anggota keluarga saling
menyayangi.

Anda mungkin juga menyukai