Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Apendisitis merupakan kasus bedah gawat darurat pada bagian abdomen kerena

adanya peradangan apendiks vermiformis yang menjadi salah satu penyebab

pasien mengalami abdomen akut. Istilah apendisitis dikalangan masyarakat sering

disebut sebagai usus buntu padahal apendisitis adalah sekum (wijaya dan putri,

2013 dalam jurnal Musa Aditio, 2019).

Angka kejadian apendisitis cukup tinggi di dunia. Berdasarkan WHO (2010) yang

dikutip oleh Naulibasa (2011) angka mortalitas akibat apendisitis adalah

21.000 jiwa, dimana populasi laki-laki lebih bnyak dibandingkan perempuan.

Angka mortalitas apendisitis sekitar 12.000 jiwa pada laki-laki dan sekitar

10.000 pada perempuan. Di amerika serikat terdapat 70.000 kasus apendisitis

setiap tahunnya. Kejadian apendisitis di amerika memiliki insiden 1-2 kasus per

10.000 anak pertahunnya diantaranya kelahiran sampai umur 4 tahun. Kejadian

apendisitis meningkat 25 kasus per 10.000 anak pertahunnya antara umur 10-17

tahun di amerika serikat.

Di Asia insidensi appendisitis pada tahun 2013 adalah 4,8% penduduk dari total

populasi. Sedangkan dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di

Indonesia pada tahun 2013 jumlah penderita appendisitis di Indonesia mencapai

591.819 orang dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 596.132 orang (Soewito,

2017).

Berdasarkan data menurut DEPKES RI jumlah klien yang menderita penyakit

1
appendisitis berjumlah sekitar 26% dari jumlah penduduk di Kalimantan Timur

(Anas, Kadrianti, E., 2013).

Penatalaksanaan klien dengan appendisitis meliputi terapi farmakologi dan terapi

bedah. Terapi farmakologi yang diberikan adalah antibiotik, cairan intravena dan

analgetik. Antibiotik dan cairan intravena diberikan sampai pem

2
pembedahan dilakukan, analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan

(W. Sofiah, 2017).

Peran perawat dalam mengatasi masalah pada pasien dengan apendisitis yaitu

memberikan perawatan yang sesuai dengan kondisi klien, perawat juga

mempunyai peran sebagai pendidik dalam memberikan pendidikan kesehatatan

agar dapat meningkatkan pegetahuan pasien dan keluarga mengenai penyakit

apendisitis, perawat memberikan perlindungan dalam mendapatkan pelayanan

kesehatan(Perry dan Potter 2009 dalam jurnal Musa Aditio, 2019 ).

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik mengambil kasus.

Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre dan Post Operasi Appendik Di

Ruang Dewandaru Rumah Sakit Bakhti Asih Brebes 2021 ?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini meliputi tujuan umum dan khusus :

1. Tujuan umum

Memahami konsep asuhan keperawatan dan memperoleh pengalaman secara

nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Appendik.

2. Tujuan khusus

a. Perawat dapat melaksanakan pengkajian pada klien dengan appendik

b. Perawat dapat menentukan masalah keperawatan pada klien dengan

appendik

c. Perawat dapat merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan

3
appendik

d. Perawat dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan

appendik

e. Perawat dapat melakukan evaluasi pada klien dengan appendik

D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Memberikan informasi kepada rumah sakit selaku pemberi pelayanan kesehatan

mengenai penyakit Appendik

2. Bagi Keluarga

Dapat digunakan sebagai penambah wawasan dan mampu memahami tentang

penyakit serta penangannaya.

3. Bagi Penulis

Meningkatkan wawasan, pengetahuan serta memberikan asuhan keperawatan

profesional

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan

penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini menyerang semua

4
umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki

berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan penyebab paling umum inflamasi akut

pada kuadran bawah kanan dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah

abdomen darurat (Smeltzer & Bare, 2013 dalam Erwin 2020).

Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks adalah organ

berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot dan banyak mengandung

jaringan limfoid. Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-13 cm).

Dasarnya melekat pada permukaan aspek posteromedial caecum, 2,5 cm dibawah

junctura iliocaecal dengan lainnya bebas. Lumennya melebar di bagian distal dan

menyempit di bagian proksimal (S. H. Sibuea, 2014 dalam Erwin 2020)

Secara fisiologis, apendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml per hari. Lendir

normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalirkan ke sekum.

Hambatan aliran lendir di muara apendiks berperan pada patogenesis apendiks.

Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lympoid

Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran pencerna termasuk apendiks ialah IgA.

Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi.

Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh

karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan dengan

jumlahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh (Arifin, 2014).

B. ETIOLOGI

Appendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai

faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan

sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor

5
apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain

yang diduga dapat menimbulkan appendicitis adalah erosi mukosa apendiks

karena parasit seperti E. histolytica (Jong, 2010 dalam Erwin 2020).

Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah

serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendisitis. Konstipasi akan

menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional

apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini

akan mempermudah timbulnya appendisitis akut (Jong, 2010 dalam Erwin 2020).

C. MANIFESTASI KLINIS

Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam

ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc.

Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai. Derajat

nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak

tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar

di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal; bila

ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahui pada pemeriksaan

rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan

kandung

6
kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat

terjadiTanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri,

yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah

kanan. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar; distensi

abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi klien memburuk.

Anda mungkin juga menyukai