Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 8, April 2015 1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PADA HOME


INDUSTRY MASIN DI DESA JOTANG ATAS KECAMATAN EMPANG
KABUPATEN SUMBAWA

Oleh:
Marisa Sutanty
Yulia

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Modal
dan Biaya Produksi terhadap Laba Pada Home Industry Masin Di Desa Jotang Atas
Kecamatan Empang, serta untuk mengetahui variabel yang memiliki pengaruh paling
dominan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah para ibu rumah tangga yang memiliki usaha Masin Jotang Di
Desa Jotang Atas Keamatan Empang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 35 orang.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode sampel survey. Sedangkan
teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Hasil
analisa data dengan menggunakan bantuan statistik komputasi program SPSS 17.0,
menunjukkan hasil sebagai berikut: Pertama, secara parsial maupun simultan Modal
dan Biaya Produksi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Laba. Kedua,
variabel dominan yang mempengaruhi Laba adalah Modal.

Kata Kunci: Modal , Biaya Produksi, dan Laba, analisis reegresi linier berganda.

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam dengan
bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negara ini memiliki sumber daya alam
yang melimpah baik itu di darat maupun di laut, berbagai potensi sumber daya alam
yang dimiliki Indonesia ini memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan
negara lain yang sumber daya alamnya hanya sedikit. Letak Indonesia yang berada pada
garis khatulistiwa menjadikan negara ini memiliki iklim tropis yang mendukung bagi
pertumbuhan serta perkembangan berbagai jenis flora dan fauna. Masyarakat Indonesia
sejak dulu sudah memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang ada dan telah
mengembangkannya kedalam berbagai sektor.
Salah satu sektor yang menjadi andalan di Indonesia adalah sektor kelautan,
dimana sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencarian sebagai nelayan. Hasil
dari sektor kelautan ini berupa berbagai jenis ikan dan udang, sehingga dari hasil laut
yang di produksi ini biasanya dikembangkan dalam Usaha Kecil Menengah (UKM).
Industri Mikro dan Kecil (IMK) merupakan salah satu komponen yang
mempunyai sumbangan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan
pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada umumnya

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FEB. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 8, April 2015 2

merupakan usaha rumah tangga yang sebagian besar masih bercampur dengan tempat
tinggalnya, dan masih memerlukan pembinaan yang terus-menerus agar masalah yang
dihadapi seperti permodalan dan pengelolaan dapat diatasi (Industri Mikro dan Kecil,
BPS 2010).
Masin jotang merupakan salah satu usaha mandiri tradisional daerah Sumbawa,
yang terus berkembang yang dikelola secara turun temurun dalam lingkup satu
keluarga, masin ini merupakan salah satu jenis lauk yang berasal dari udang kecil-kecil
yang biasa disebut masin ranjo atau setok. Masin ranjo atau setok merupakan jenis
masin asli yang tidak memiliki campuran jenis ikan dengan ikan yang lainnya, yang
nantinya bisa menyebabkan output dari masin ini tidak enak atau tidak bagus dimata
konsumen.
Usaha mandiri yang diteliti yaitu Masin Jotang, sudah dikenal sekitar tahun
1995. Usaha masin jotang terjadi secara turun temurun, sejak usaha ini belum di ketahui
oleh banyak pihak, terutama pihak pemerintah, masin jotang sudah dikenal oleh
berbagai kalangan biasa diberbagai daerah, dan banyak di jual di toko-toko.
Usaha masin membutuhkan modal berkisar dari RP. 500.000,- sampai RP.
2.000.000,-.bahkan sampai puluhan juta bagi pemilik industry masin yang tergolong
besar. Usaha masin jotang tidak serta merta hanya digeluti oleh satu pihak, akan tetapi
banyak pihak-pihak lain yang berkecimpung dengan usaha masin, sehingga
menyebabkan banyaknya saingan yang ada di daerah atau desa tersebut. Oleh karena itu
setiap pemilik usaha yang menggeluti usaha masin jotang ini selalu terus meningkatkan
kualitas dan kuantitas daripada masin tersebut.
Proses produksi masin jotang masih dilakukan secara kekeluargaan atau industri
rumah tangga. dimana orang - orang yang berada atau ikut campur tangan didalam
prosesnya yaitu hanya anggota keluarga saja. Karena proses pembuatannya yang tidak
rumit dan tidak memerlukan banyak karyawan. Pemilik usaha masin jotang tidak
mematok seberapa banyak jumlah produksi setiap harinya, namun ketika bahan mentah
yang didapatkan banyak pemilik usaha biasanya mampu memproduksi sekitar 200-300
botol masin jotang, dimana biasanya pemilik dapat merauk keuntungan bersih sekitar
tiga atau empat juta.
Untuk wilayah pemasaran masin jotang ini sudah sampai hingga ke kota-kota
besar yang ada di Indonesia, seperti kota Malang, Yogyakarta, Bali, Kupang Dan
Surabaya. Untuk konsumen yang berada diluar wilayah, mereka dapat memesan melalui
alat telekomunikasi seperti via telephon. Untuk wilayah kabupaten Sumbawa, dapat
lansung membeli ke rumah atau lokasi pembuatan masin jotang. Agar dapat langsung
melihat dan memeriksa masin yang akan di beli, apakah bagus atau tidak, layak untuk
dijual di masyarakat atau tidak.
Selain itu, pemilik usaha juga biasanya memberikan bonus satu atau dua botol,
ketika seorang pembeli membeli dalam jumlah yang besar atau banyak. Untuk harga
masin jotang, berkisar antara Rp 25.000,- per botol tanggung dan Rp 15,000,- per gelas
mika, harga ini didapatkan jika kita membelinya langsung di produsen atau tangan
pertama.
Keuntungan yang didapatkan oleh pemilik usaha masin jotang tidak di hitung
perhari, perminggu, ataupun perbulannya. Melainkan keuntungan yang didapatkan
sesuai dengan bahan mentah yang dibeli dari para nelayan pemburu masin itu sendiri.
Apabila para nelayan masin mendapatkan banyak masin atau yang biasa disebut masin

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FEB. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 8, April 2015 3

ranjo, maka banyak pula hasil atau keuntungan yang didapatkan oleh pemilik usaha
mandiri tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika masin mentah atau bahan mentah dari
masin itu sendiri sedikit, maka sedikit pula keuntungan yang didapatkan.
Namun karena usaha mandiri kerajinan tradisional masin jotang sudah dikenal
oleh masyarakat, baik itu yang ada di wilayah Empang dan sekitarnya maupun yang ada
di Sumbawa Besar, hingga hampir diseluruh wilayah yang ada di Indonesia. Maka
pemilik usaha tidak mau mematok berapa besar keuntungan yang harus didapatkan
dalam kurun waktu tertentu, yang penting pembeli tetap ada dan konsumen merasa puas
dengan pelayanan yang diberikan, Dan usaha tetap lancar serta selalu disenangi
masyrakat, sehingga tetap laku dan tidak sampai terjadi yang namanya rugi ataupun
tidak laku bahkan hingga barang rusak.
Didalam melakukan sebuah usaha tentu kita tidak terlepas dari yang namanya
berbagai masalah ataupun hambatan-hamabatan. Yang menjadi hambatandan keluhan
bagi pemilik usaha masin jotang dalam memproduksi masin biasanya yaitu, jika air laut
panas, maka masin yang diburu nelayan tidak ada, sehingga produsen tidak mendapat
bahan baku pembuatan masin jotang dan proses produksinya pun tidak dapat
terlaksanakan.
Pemesanan tetap dilakukan, akan tetapi jika kondisinya sedang tidak
memungkinkan untuk memberikan pesanan sesuai yang diinginkan konsumen, maka
pemilik usaha tidak menerima pesanan seperti pada saat banyaknya bahan mentah yang
datang, namun pemilik lebih sedikit menerima pemesanan, dan pemesanan pun akan
dibagi rata kepada setiap konsumen, agar para konsumen sama-sama mendapat jatah
walaupun tidak sebanyak yang diinginkan.
Jika tidak seperti hal tersebut, maka pemilik usaha mandiri masin tidak
menerima pesanan dari banyak pihak, akan tetapi akan dilihat, pihak mana yang sudah
lebih dulu memesannya, maka pemesan tersebut yang mendapatkan masin. Sehingga
jika ada pesanan setelahnya, maka pemilik tidak menerimanya. Dan ini dilakukan agar
konsumen tidak kecewa jika nantinya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.Namun,
hingga saat ini pemilik usaha masin jotang tidak pernah mengalami masalah dalam
pemesanan yang dapat menyebabkan para konsumen mengeluh. Walaupun pada musim
panas, masin jotang tetap bisa diproduksi meskipun itu sedikit.
Dalam penjualan olahan masin jotang, pengusaha akan menentukan tingkat
produksi yang akan memberikan keuntungan paling banyak kepada kegiatannya.
Sedangkan dalam penggunaan faktor-faktor produksi yang perlu dipikirkan adalah
menentukan kombinasi faktor produksi yang akan meminimumkan biaya produksi.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti terdapat beberapa kendala yang dihadapi
pemilik usaha masin dalam menjalankan usahanya yaitu kurangnya biaya atau modal
kerja yang dapat menghasilkan jumlah produksi yang berkualitas, biaya produksi yang
naik sehingga pengusaha sulit mendapatkan jenis masin yang berkualitas.
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti bermaksud untuk mengadakan
penelitian dengan mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laba
Pada Home Industry Masin Di Desa Jotang Atas Kecamatam Empang”.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FEB. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 8, April 2015 4

1.2. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk megetahui pengaruh modal dan biaya
produksi terhadap laba pada Home Industry masin di desa Jotang Atas Kecamatan
Empang.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Penelitian Sebelumnya
Hasil peneliti terdahulu yang relevan dimaksudkan untuk memberikan gambaran
tentang posisi dan kelayakan penelitian tentang “Analisis Faktor–Faktor Yang
Mempengeruhi Laba Pada Home Industry Masin Di Desa Jotang Atas Kecamatan
Empang”. Selain itu dimaksudkan pula untuk memberikan gambaran tentang perbedaan
fokus masalah dan hasil dari penelitian.
Berikut ini adalah hasil-hasil penelitian terdahulu yang dipandang relevan
dengan penelitian sebagai berikut:
1) Ayu Saputri (2011), dengan judul penelitain ”Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Laba Pengrajin (Studi kasus pada Sentra Industri Kerajinan
Anyaman dan Tenun ATBM di Desa Gamplong, Kelurahan Sumber Rahayu,
Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman,Daerah Istimewa Yogyakarta)”,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh modal kerja, jumlah
jam kerja, tingkat pendidikan dan keterampilan terhadap laba pengrajin di Desa
Gamplong, Kelurahan Sumber Rahayu, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman,
DIY tahun 2011. Data yang dipakai adalah data primer dengan populasi penelitian
sebesar 25 pengrajin. Metode analisis data menggunakan metode regresi linier
berganda (OLS). Kesimpulan dalam penelitian adalah secara bersama-sama modal
kerja, pendidikan, dan keterampilan berpengaruh terhadap laba bersih pengrajin.
Variabel Modal Kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
Laba pengrajin, variabel Pendidikan tidak berpengaruh terhadap tingkat Laba
pengrajin variabel Keterampilan tidak berpengaruh terhadap tingkat Laba
pengrajin.
2) Lisnawati Iryadini ( 2010 ), dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Laba Dan Produksi Industri Kecil Kerupuk Kabupaten Kendal”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat produksi pada industri kecil
kerupuk di Kabupaten Kendal, dan seberapa besar pengaruh variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian (input modal kerja, input tenaga kerja, dan input bahan
baku) terhadap output yang dihasilkan pada industri kecil kerupuk. Penelitian ini
dilakukan dengan metode survey terhadap seluruh produsen kerupuk berbahan baku
tepung tapioka di Kabupaten Kendal dan dianalisis dengan regresi. Model yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi Cobb Douglas. Hasil
regresi diuji dengan pengujian hipotesis (uji F dan uji t) dan pengujian terhadap
penyimpangan asumsi klasik (uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji
autokorelasi, dan uji normalitas). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh
variabel independen yaitu modal kerja, tenaga kerja, dan bahan baku, berpengaruh
positif terhadap variabel dependen (output produksi kerupuk), dengan masing-
masing koefisien regresi 0,010 untuk modal kerja, 0,018 untuk tenaga kerja, dan
0,988 untuk bahan baku. Namun demikian hanya variabel bahan baku yang
berpengaruh signifikanterhadap output produksi kerupuk. Hal ini dikarenakan

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FEB. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 8, April 2015 5

jumlah bahan baku yangdigunakan dalam produksi menghasilkan kerupuk dalam


jumlah yang hamper sama. Secara simultan melalui uji F, seluruh variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi kerupuk. Dan dari hasil
pengujian terhadap penyimpangan asumsi klasik, model regresi yang digunakan
terbebas dari penyimpangan asumsi klasik.

2.2. Landasan Teori


2.2.1. Industri
2.2.1.1. Pengertian Industri
Menurut Hinsa Sahaan (2007), industri adalah bagian dari sebuah proses yang
mengolah barang mentah menjadi barang jadi sehingga menjadi sebuah barang baru
yang memiliki nilai lebih bagi kebutuhan masyarakat. Sedangkan Menurut Wirasti dan
Dini Natalia (2003), industri diartikan sebagai pengolahan barang setengah jadi menjadi
barang yang telah jadi sehingga dapat mendatangkan sebuah keuntungan bagi
pelaksanaannya.

2.2.1.2. Klasifikasi Industri


Telah dijelaskan sebelumnya pada bagian awal bahwa industri adalah kelompok
usaha bisnis yang sejenis. Dalam masyarakat terdapat berbagai ragam jenis industri.
Oleh karena itu jenis industri dapat di klasifikasikan atau digolongkan sebagai berikut :
1. Hubungan vertikal
Hubungan vertikal adalah adanya hubungan dalam bentuk penggunaan produk hasil
akhir suatu kelompok perusahaan sebagai bahan baku pada kelompok perusahaan
lain. Misalnya, hasil barang yang dibuat oleh perusahaan X dijadikan bahan baku
oleh perusahaan lain. Dalam hal ini, antara perusahaan X dengan perusahaan Y
mempunyai hubungan vertikal.
2. Hubungan horizontal
Pengertian horizontal adalah peninjauan atas dasar hubungan sejajar antara produk
yang dihasilkan masing – masing perusahaan.
3. Skala Usaha
Industri dapat juga di klasifikasikan atas dasar skala atau besar kecilnya usaha.
Besar kecilnya modal yang ditanamkan, oleh karena itu, klasifikasi industri
berdasarkan skala usaha dapat dibagi menjadi tiga kriteria yaitu :
a) Industri skala usaha kecil (small scale industry)
b) Industri skala usaha menengah (medium scale industry)
c) Industri skala usaha besar (large scale industry)
4. Tingkatan hasil produksi
Selain klasifikasi industri atas dasar skalanya, industri juga dapat digolongkan
menurut tingkatan jenis produksinya, yakni:
a. Industri Ringan
jenis industri ringan adalah kelompok perusahaan yang memproduksi barang–
barang konsumsi, misalnya industri makanan ternak, industri plywood, industri
tepung terigu, industri minuman dalam botol, industri mainan anak, industri
sepatu, industri bahan bangunan, dll.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FEB. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 8, April 2015 6

b. Industri Menengah
jenis industri yang termasuk industri menengah antara lain adalah industri ban
mobil, industri semen, industri kimia, industri farmasi, industri jasa angkutan
kereta api, industri jasa angkutan udara, industri jasa angkutan laut antar
samudera, industri perikanan laut dll.
c. Industri Berat
Yang termasuk dalam industri ini antara lain industri pembuatan traktor, industri
pembuatan mesin–mesin mobil, industri pembuat pesawat terbang dan
helicopter, industri pembuatan mesin–mesin industri, industri pembuatan kapal
laut, industri satelit, industri roket peluncuran satelit dll.

2.2.2. Laba
2.2.2.1. Pengertian Laba
Kegiatan perusahaan sudah dapat dipastikan berorientasi pada keuntungan atau
laba, menurut Soemarso (2004:245) Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban
sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode
tertentu. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan laba sejauh mana suatu
perusahaan memperoleh pendapatan dari kegiatan penjualan sebagai selisih dari
keseluruhan usaha yang didalam usaha itu terdapat biaya yang dikeluarkan untuk proses
penjualan selama periode tertentu.
Pengertian laba menurut Zaky Baridwan (2004 : 29) Kenaikan modal (aktiva
bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari
badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan
usaha selama satu periode kecuali yang termasuk dari pendapatan (revenue) atau
investasi oleh pemilik. Sedangkan menurut Henry Simamora (2002 : 45) Laba adalah
perbandingan antara pendapatan dengan beban jikalau pendapatan melebihi beban maka
hasilnya adalah laba bersih.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa laba berasal dari semua
transaksi atau kejadian yang terjadi pada badan usaha dan akan mempengaruhi kegiatan
perusahaan pada periode tertentu dan laba di dapat dari selisih antara pendapatan
dengan beban, apabila pendapatan lebih besar dari pada beban maka perusahaan akan
mendapatkan laba apabila terjadi sebaliknya maka perusahaan mendapatkan rugi.

2.2.2.2. Jenis – Jenis Laba


Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2001 : 219) mengemukakan jenis-jenis laba
dalam hubungannya dengan perhitungan laba, yaitu :
1. Laba kotor
Laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan harga
pokok penjualan.
2. Laba dari operasi
Laba dari operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban biaya.
3. Laba Bersih
Laba bersih yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk
mencarinya laba operasi bertambah pendapatan lain-lain dikurangi oleh beban lain-
lain. Pencapaian tingkat laba yang tinggi adalah tujuan dari suatu perusahaan untuk
kelangsungan kegiatan usahanya, laba yang diperoleh merupakan selisih dari

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FEB. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 8, April 2015 7

pendapatan dengan semua biaya. Atas dasar itu maka adalah seperti di ungkapkan
dibawah ini :
“Laba dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu volume produk yang dijual, harga
jual produk dan biaya. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba
yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan sedangakan
penjualan berpengaruh langsung terhadap volume produksi dan volume produksi
mempengaruhi biaya, tiga faktor tersebut saling berkaitan. Oleh sebab itu, dalam
perencanaan laba jangka pendek, hubungan antara biaya, volume dan laba
memegang peranan penting sehingga dalam pemilihan alternatif tindakan dan
perumusan kebijakan untuk masa yang akan dating, manajemen memerlukan
informasi untuk menilai berbagai kemungkinan yang berakibat terhadap laba yang
akan diperoleh” (Mulyadi 2001:225).

2.2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laba


Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi laba sebuah usaha.
Menurut Angkoso (2006) menyebutkan bahwa laba dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain sebagai berikut:
1. Besarnya perusahaan
Menurut Miswanto dan Husnan (1999) dalam penelitiannya mengenai pengaruh
ukuran perusahaan mempengaruhi risiko bisnis, dalam penelitiannya diperoleh bukti
empiris bahwa perusahaan kecil memiliki resiko dan return yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan besar. Semakin besar perusahaan maka ketepatan
pertumbuhan laba yang diharapkan makin tinggi.
2. Umur perusahaan
Menurut Widiastuti (2002) dan Rahmawati (2012:187) menyatakan bahwa : umur
perusahaan dapat menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis dan mampu bersaing.
3. Tingkat leverage (tingkat hutang)
Financial leverage atau tingkat utang merupakan hal penting dalam penetuan
struktur modal perusahaan. Oleh Riyanto (1995) dinyatakan bahwa financial
leverage merupakan penggunaan dana disertai biaya tetap. Bila perusahaan memiliki
tingkat utang yang tinggi maka manajer cendrung memanipulasi laba sehingga dapat
mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.
4. Tingkat penjualan
Menurut Basu Swashta dan Irawan (1999:241), menyatakan bahwa tingkat
penjualan adalah jumlah yang ditawarkan dari sebuah perusahaan oleh pemakai
industry dengan menggunakan distributor.
5. Perubahan laba masa lalu.
Semakin besar perubahan laba masa lalu maka semakin tidak pasti laba yang
diperoleh dimasa yang akan datang.

2.2.3. Modal
2.2.3.1. Pengertian Modal
Modal adalah salah satu faktor produksi penting diantara berbagai faktor
produksi yang diperlukan. Bahkan modal merupakan faktor produksi penting untuk
mengadakan faktor produksi seperti tanah, bahan baku, dan mesin. Tanpa modal tidak
mungkin dapat membeli tanah, tanah, mesin, tenaga kerja dan teghnologi.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FEB. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 8, April 2015 8

Menurut ahli ekonomi modal adalah kekayaan perusahaan yang dapat digunakan
untuk kegiatan produksi selanjutnya. Menurut pengusaha berpendapat bahwa modal
adalah nilai buku dari surat berharga. Modal merupakan kekayaan yang dimiliki
perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan yang akan datang, dan dinyatakan
dalam nilai uang. Modal dalam bentuk uang pada suatu usaha mengalami perubahan
bentuk sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan usaha, yakni :
1) Sebagian dibelikan tanah dan bangunan
2) Sebagian dibelikan persediaan bahan
3) Sebagian dibelikan mesin dan peralatan
4) Sebagaian disimpan dalam bentuk uang tunai (cash).

2.2.3.2. Jenis Modal


Secara umum jenis modal yang dapat diperoleh perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan modalnya yaitu :
1. Modal sendiri
Modal sendiri adalah modal permanen, karena diinvestasikan dalam waktu yang
lamanya tidak tentu, sepanjang perusahaannya masih beroperasi, yang berbentuk:
a) Saham (stock) adalah surat berharga berupa tanda bukti penyertaan modal dalam
perusahaan.
b) Cadangan penyusutan (depreciation allowance) adalah dana penyusutan yang
harus dicadangkan dari nilai mesin dan peralatan yang dimiliki perusahaan.
c) Laba yang ditahan adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang tidak
dibagikan sebagai dividen untuk ditanam kembali dalam perusahaan.
2. Modal Pinjaman (Debt Capital)
Alasan perusahaan menggunakan modal pinjaman, karena modal sendiri tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan modal yang diperlukan.Adapun sumber modal
pinjaman (dept capital) adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang
merupakan utang (payable) yang harus dibayar kembali pada saat jatuh tempo nanti.

Berdasarkan lama atau periodenya, modal pinjaman dibagi dalam tiga golongan
yaitu :
a) Modal utang jangka pendek (short-term debt capital)
Utang jangka pendek adalah utang berjangka waktu kurang dari 1 tahun, umumnya
sebagian besar utang jangka pendek merupakan kredit perdagangan, yaitu kredit
yang digunakan untuk modal kerja jangka pendek. Adapun jenis–jenis utang jangka
pendek dapat digolongkan menjadi kredit rekening Koran, kredit dari penjualan,
kredit pembeli, dan kredit wesel.
b) Modal utang jangka menengah (intermediate-term debt capital)
Modal pinjaman jangka menengah adalah modal utang yang jangka waktunya antara
1 sampai 10 tahun. Artinya harus dilunasi dalam jangka menengah terdiri dari : term
loan (pinjaman jangka menengah), dan leasing financing ( pinjaman berdasarkan
sewa beli ).
c) Modal utang jangka panjang (long-term dept capital).
Utang jangka panjang adalah utang yang harus dilunasi dalam jangka waktu lebih
dari 10 tahun. Jenis – jenis utang jangka panjang adalah : utang obligasi dan Utang
hipotik.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FEB. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 8, April 2015 9

2.2.3.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal


a. Struktur aktiva (tangibility)
Kebanyakan perusahaan industry yang sebagian besar modalnya tertanam
dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal
yang permanent, yaitu modal sendiri.
b. Growth opportunity
Yaitu kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal–hal yang
menguntungkan.
c. Ukuran perusahaan (firm size)
Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih
banyak daripada perusahaan kecil, oleh karena itu kemungkinan kegagalan
atau kebangkrutan akan lebih kecil.
d. Profitabilitas
Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai
sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara
internal.
e. Risiko bisnis
Risiko bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan pendanaan
eksternal, sehingga secara teori akan berpengaruh negative terhadap
leverage perusahaan.

2.2.4. Biaya Produksi


2.2.4.1. Pengertian Biaya Produksi
Pengertian biaya produksi merupakan biaya-biaya yang telah terjadi untuk
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Mulyadi (1995:14).
Menurut Ahman (2004:116), pengertian produksi mengalami perkembangan yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Menurut aliran Fisiokrat, produksi adalah kegiatan untuk menghasilkan barang
baru ( product neet).
2) Menurut aliran Klasik, produksi adalah kegiatan menghasilkan barang. Barang
yang dihasilkan tidak harus barang baru, tetapi bisa juga barang yang hanya di ubah
bentuknya.
3) Pengertian produksi terus berkembang. Pada akhirnya para ekonom memberikan
pengertian produksi sebagai kegiatan menghasilkan barang maupun jasa, atau
kegiatan menambah manfaat suatu barang. Produksi sering digunakan dalam istilah
membuat sesuatu, dalam istilah yang lebih luas dan lebih fundamental, produksi
diarahkan sebagai pengubahan bahan-bahan dari sumber menjadi hasil yang
diinginkan konsumen yang berupa barang dan jasa.

2.2.4.2. Jenis-Jenis Biaya Produksi


Menurut Raharja dan Manurung (2008:95-97) biaya produksi digolongkan
menjadi dua bagian yaitu:
1) Fixet cost atau biaya tetap adalah jumlah ongkos yang tetap dibayarkan produsen
berapapun tingkat outputnya. Biaya ini jumlahnya tetap untuk setiap tingkat output
(misalnya penyusutan dan sewa gedung).

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FEB. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 8, April 2015 10

2) Variabel cost atau ongkos yang berubah-ubah adalah jumlah ongkos yang berubah-
ubah tergantung dari tinggi rendahnya output (misalnya ongkos pembelian bahan
baku, ongkos tenaga kerja, dan sebagainya).
Berdasarkan waktunya biaya produksi dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Jangka waktu pendek
Dalam jangka pendek perusahaan merupakan jangka waktu dimana sebagian faktor
produksi tidak dapat ditambah jumlahnya. Teori–teori biaya produksi dalam jangka
waktu pendek :
a) Biaya total (total cost / TC) merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh
suatu perusahaan yang terdiri dari biaya fariabel dan biaya tetap.
TC = TVC + TFC
b) Biaya fariabel total (total variable cost / TVC) merupakan keseluruhan biaya
yang keluarkan dalam faktor produksi dan bersifat variabel atau dapat berubah-
ubah sesuai dengan hasil produksi yang akan dihasilkan, maka akan semakin
besar pula biaya yang harus dikeluarkan.
TVC = TC – TFC
c) Biaya tetap (total fixed cost / TFC) merupakan biaya yang tidak berubah
mengikuti tingkat produksi.
TFC = TC – TVC
d) Biaya total rata-rata (average total cost / ATC) merupakan biaya total (TC)
untuk memperoduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah produksi
tertentu oleh perusahaan tersebut (Q) = jumlah output yang dihasilkan.
ATC = TC / Q
e) Biaya variabel rata-rata (average variabel cost / AVC) adalah untuk
memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah produksi tertentu
(Q).
AVC = TVC / Q
f) Biaya tetap rata-rata (average vixed cost / AFC) adalah untuk memproduksi
sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah produksi tertentu (Q).
AFC = TFC / Q
g) Biaya marginal (marginal cost / MC) adalah kenaikan biaya produksi yang
dikeluarkan untuk menambah satu satuan output.
2. Jangka waktu panjang
Dalam jangka waktu panjang adalah segala faktor produksi yang masih dapat
berubah-ubah. Teori-teori biaya jangka panjang :
LTC = Δ LVC
LTC = biaya total jangka panjang
Δ LVC = perubahan biaya fariabel jangka panjang
a) Biaya marjinal jangka panjang adalah tambahan biaya karena manambah
produksi sebanyak perunit. Perubahan biaya total sama dengan perubahan biaya
variabel maka:
LMC = Δ LTC / Δ Q
LMC = Biaya marjinal jangka panjang
ΔLTC = Perubahan biaya total jangka panjang
ΔQ = Perubahan output

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FEB. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 8, April 2015 11

b) Biaya rata-rata
LRAC = LTC / Q
LRAC = Biaya rata-rata jangka panjang
Q = Jumlah output

2.2.5. Masin Jotang


Masin jotang merupakan salah satu usaha mandiri tradisional daerah Sumbawa,
yang terus berkembang yang dikelola secara turun temurun dalam lingkup satu
keluarga, masin ini merupakan salah satu jenis lauk yang berasal dari udang kecil-kecil
yang biasa disebut masin ranjo atau setok. Masin ranjo atau setok merupakan jenis
masin asli yang tidak memiliki campuran jenis ikan dengan ikan yang lainnya yang
nantinya bisa menyebabkan output dari masin ini tidak enak atau tidak bagus dimata
konsumen.
Usaha mandiri yang telah diteliti yaitu Masin Jotang, usaha ini berdiri sejak
tahun 1995. Sudah 19 tahun usaha ini digeluti, usaha Masin Jotang terjadi secara turun
temurun, sejak usaha ini belum di ketahui oleh banyak pihak, terutama pihak
pemerintah, masin jotang sudah dikenal oleh berbagai kalangan biasa diberbagai daerah,
dan banyak di jual di toko-toko.

III. METODELOGI PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif,
yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau
lebih. Dalam penelitian ini, terdapat minimal dua variabel yang dihubungkan, Sugiyono
(2010). Dimana peneliti menggunakan bentuk hubungan sebab akibat. sehingga
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal dan biaya produkasi
terhadap Laba.

3.2. Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data
yang diperoleh dalam bentuk angka–angka. Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa
data modal, biaya produksi, dan laba industri masin Jotang. Adapun jika ditinjau dari
sumber data maka data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer, yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dalam penelitian ini,
berdasarkan definisi tersebut data primer diperoleh melalui wawancara terhadap
responden/produsen yaitu ibu-ibu yang memiliki industri masin Jotang di desa Jotang
Kecamatan Empang. Sedangkan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber
lain seperti buku literatur, penelitian terdahulu, situs-situs internet, dll.

3.3. Tekhnik Pengumpulan Data


Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Observasi
Observasi adalah suatu cara untuk memperoleh data yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Dalam hal ini peneliti mengadakan penelitian lapangan yaitu melihat
proses produksi masin.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FEB. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 8, April 2015 12

2) Wawancara
Merupakan pengadaan Tanya jawab secara langsung dengan responden untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan.
3) Dokumenter
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel melalui catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda, dan sebagainya. Dalam
penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk mengumpul data tentang Industri
Masin Jotang Di Desa Jotang Atas Kecamatan Empang.

3.4. Definisi Operasional Variabel


Berikut ini dikemukakan definisi operasional variabel adalah :
1. Modal (X1)
Modal adalah sejumlah uang yang dikeluarkan pada awal produksi dalam
memproduksi masin (dalam satuan Rupiah).
2. Biaya produksi (X2)
Biaya produksi adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk membeli faktor-faktor
produksi masin Jotang selama satu kali produksi (dalam satuan Rupiah).
3. Laba (Y)
Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban selama satu kali produksi (dalam
satuan Rupiah).

3.5. Teknik Analisis Data


3.5.1. Analisis Regresi Linier Berganda
Dalam analisis ini digunakan analisis model regresi linier berganda yaitu suatu
teknik analisis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen
terhadap variable-variabel dependent. Analisis ini digunakan karena dalam penelitian ini
terdapat lebih dari satu variable bebas.
Model dasar regresi dapat ditulis sebagai berikut :
Y = a + bX + ………. (Gujarati, 2004)
Model dasar regresi tersebut kemudian di transformasikan dalam model penelitian ini,
ditulis sebagai berikut :
Y= a+ + 
Keterangan :
Y : variabel terikat (Laba)
A : Konstanta
: variabel bebas (modal)
: variabel bebas (biaya produksi)

 : Term of Error (kesalahan pengganggu).


Pengujian analisis regresi dalam penelitan ini meliputi, uji hipotesis f, uji
hipotesis t, uji asumsi klasik terdiri dari uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, uji
normalitas, uji autokorelasi.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FEB. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 8, April 2015 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel Modal (X1) dan Biaya
Produksi(X2) mempunyai pengaruh terhadap Laba(Y). Proses analisis regresi linier
berganda tersebut menggunakan SPSS 17.0 For Windows.
Tabel 1.
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 172781.314 32178.203 5.370 .000
X1 .069 .007 .754 10.537 .000
X2 .186 .054 .247 3.453 .002
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Primer diolah
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda
pengaruh modal dan biaya produksi terhadap laba home industry masin sebagai berikut:
Laba = 172781.314 + 0.069*Modal + 0.186*Biaya Produksi + e
Persamaan regresi tersebut diatas dapat di jelaskan sebagai berikut :
1. Nilai konstanta pada persamaan tersebut sebesar 172781.314. Hal ini berarti bahwa
apabila variabel modal dan biaya produksi dianggap konstan, maka nilai dari laba
sebesar Rp.172.781,314.
2. Koefisien regresi variabel modal (X1), adalah sebesar 0.069. Artinya untuk setiap
peningkatan variabel modal (X1) sebanyak Rp.1 maka akan meningkatkan laba (Y)
sebesar Rp.0,069 satuan dengan asumsi variabel lain tetap.
3. Koefisien regresi variabel Biaya Produksi (X2), adalah sebesar 0.186. Artinya jika
variabel biaya produksi (X2) yang dimiliki meningkat sebesar Rp.1, maka variabel
laba akan meningkat sebesar 0,186 satuan dengan asumsi variabel lain tetap.
Dari model regresi berganda tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel yang
paling berpengaruh terhadap Laba adalah Biaya Produksi.

4.2. Uji Signifikansi


Untuk membuktikan apakah variabel X terhadap variabel Y berpengaruh secara
signifikan, maka akan dilakukan pengujian dengan uji F dan uji t sebagai berikut :
4.2.1. Hasil Uji F
Untuk menguji ada tidaknya peran variabel bebas (independent) secara bersama-
sama terhadap variabel terikat (dependen) dapat diketahui dengan menggunakan uji F.
Berikut akan disajika hasil perhitungan uji F dengan menggunakan SPSS.
Tabel 2.
Hasil Uji F dengan Menggunakan SPSS
b
ANOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 6.923E12 2 3.461E12 1018.218 .000
Residual 1.088E11 32 3.400E9
Total 7.032E12 34
a. Predictors: (Constant), X2, X1

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FEB. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 8, April 2015 14

b
ANOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 6.923E12 2 3.461E12 1018.218 .000
Residual 1.088E11 32 3.400E9
Total 7.032E12 34
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Primer diolah
Dari Tabel 2 dapat diketahui Fhitung sebesar 1018.218 dengan tingkat signifikan
0,000. Sementara itu Ftabel ditentukan berdasarkan tabel dengan tingkat signifikan 5%
dan df1 = (k-1) = 2 serta df2 = (n-k) = 32, sehingga diperoleh nilai Ftabel sebesar 3,29.
Karena nilai Fhitung > Ftabel (1018,218>3,29) maka disimpulkan bahwa variabel Modal
dan Biaya Produksi secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Laba
pada Home Industry Masin Di Desa Jotang Atas Kecamatan Empang.

4.2.2. Hasil Uji t


Uji t digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh masing-masing variabel
(secara parsial) antara variabel Modal (X1), biaya produksi (X2) terhadap Laba (Y).
Berikut hasil perhitungan thitung serta tingkat signifikansi masing-masing variabel X
terhadap variabel Y.
Tabel 3.
Hasil Perhitungan thitung dan Signifikansi Masing-masing Variabel Bebas (X)
Variabel thitung Signifikansi Keterangan

Modal (X1) 10,537 0,000 signifikan


Biaya Produksi (X2) 3,453 0,002 signifikan
Sumber : Data Primer diolah

Untuk lebih jelasnya, berikut akan diuraikan makna dari hasil analisis masing-
masing variabel modal (X1) dan biaya produksi (X2) terhadap laba (Y).
1. Tingkat signifikansi pengaruh variabel Modal (X1) terhadap Laba (Y).
Dari hasil perhitungan data dengan SPSS diperoleh thitung untuk variabel modal (X1)
sebesar 10.537 dengan nilai signifikan 0,000. Apabila nilai thitung sebesar 10.537
dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,69, maka nilai thitung tersebut lebih besar
dari pada ttabel yang berarti variabel Modal (X1) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Laba (Y). Hal ini juga dapat dilihat dari nilai perbandingan antara nilai
signifikan yang dicapai sebesar 0,000 yang berarti tingkat kesalahan lebih kecil dari
5%. Dengan demikian variabel Modal (X1) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Laba (Y).
2. Tingkat signifikansi pengaruh variabel Biaya Produksi(X2) terhadap Laba(Y).
Dari hasil perhitungan data dengan SPSS diperoleh thitung untuk variabel biaya
produksi (X2) sebesar 3,453 dengan nilai signifikan 0,002. Apabila thitung sebesar
3,453 dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,69, maka nilai thitung tersebut lebih
besar dari pada ttabel yang berarti variabel Biaya Produksi (X2) memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Laba (Y). Hal ini juga dapat dilihat dari nilai perbandingan
antara nilai signifikan yang dicapai sebesar 0,002 yang berarti tingkat kesalahan

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FEB. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 8, April 2015 15

lebih kecil dari 5%. Dengan demikian variabel Biaya Produksi (X2) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Laba (Y).

4.2.3. Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur beberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel independen. Dari perhitungan dengan
menggunakan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4
Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square
Square Estimate

1 .992a .985 .984 58305.49859

a. Predictors: (Constant),modal X1, biaya produksi X2


b. Dependen Variabel Y

Berdasarkan tabel di atas maka diperoleh koefisien determinasi regresi linier


berganda (R2) sebesar 0,985 atau sebesar 98,5 persen. Hal ini berarti bahwa derajat
pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) adalah sebesar 98,5 persen.
Sedangkan sisanya sebesar 1,5 persen disebabkan oleh variabel lain di luar jangkauan
penelitian.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Variabel Modal dan Biaya Produksi secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap Laba, yang ditunjukan oleh nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel.
2. Secara parsial, variabel Modal berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan
Laba. Demikian pula variabel Biaya Produksi juga berpengaruh signifikan terhadap
laba.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis memberikan
saran agar pemerintah berasama dengan pihak lainnya yang peduli terhadap para
pengrajin usaha mikro (termasuk lembaga perkreditan rakyat) hendaknya lebih serius
dalam merangkul dan memberikan kontribusi bagi pengembangan industri yang
dijalankan seperti:
1. Membantu dalam bidang organisasi dengan cara memberikan pendidikan dan
pelatihan manajemen usaha yang baik,
2. Perlunya bantuan modal keuangan agar usaha home industry ini dapat lebih
meningkatkan kapasitas produksi seingga akan menambah laba yang diperoleh.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FEB. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 4 Nomor 8, April 2015 16

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2011. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran jasa. Alpaheta, Bandung.
Ayu Saputri. 2011. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laba Pengrajin.
Yogyakarta.
Azmi Romi. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laba Pada Perusahaan
Daerah Air Minum tirtanadi Propinsi Samatera Utara. Sumatra Utara.
Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariatie dengan Program SPSS . Badan Penerbit
Undip, Semarang.
Herawaty. Efi. 2008. Analisis Pengaruh Faktor Produksi Modal, Bahan Baku, Tenaga
Kerja, dan Mesin terhadap Produksi Glycerine pada PT. Flora Sawita
Chemindo Medan. Sumatera Utara.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid I. Edisi 12.
Erlangga, Jakarta.
Lisnawati Iryandini. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laba Dan
Produksi Industri Kecil Kerupuk. Kabupaten Kendal
Narbuko, Cholid. Achmadi, Abu. 2005. Metodologi Penelitian. PT. Bumi Aksara
Jakarta.
Nugraha, Gandhi. 2008. Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah terhadap
Produktifitas Tenaga Kerja pada Pabrik Tekstil Koperasi Batik Wonosobo
di Pekalongan. Surakarta.
Oentoro, Deliyanti. 2012. Manajemen Pemasaran Modern. Laksbang PressIndo,
Yogyakarta.
Salman., H. 2009. Analisis Determinan Pendapatan Usaha Kecil di Kabupaten
Langkat. Sumatera Utara.
Setiawan. 2004. Peranan Industri Rumah Tangga Batik terhadap Pendapatan
Keluarga di Kelurahan Kliwon, Sragen. Yogyakarta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Alfbeta, Bandung.
________. 2005. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.
Wuri, J dan Hardanti, Y.R. 2006. Peranan Industri Kecil dalam Meningkatkan
Pendapatan Masyarakat: Studi Kasus Pada Sentra Industri Kerajinan Batik
Kayu di Dusun Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul. Jurnal Kinerja
Ekonomi, Volume.10 No. 1, th. 2009.

Pusat Riset Ekonomi dan Pembangunan FEB. UNSA

Anda mungkin juga menyukai