Oleh:
Marisa Sutanty
Yulia
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Modal
dan Biaya Produksi terhadap Laba Pada Home Industry Masin Di Desa Jotang Atas
Kecamatan Empang, serta untuk mengetahui variabel yang memiliki pengaruh paling
dominan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah para ibu rumah tangga yang memiliki usaha Masin Jotang Di
Desa Jotang Atas Keamatan Empang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 35 orang.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode sampel survey. Sedangkan
teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Hasil
analisa data dengan menggunakan bantuan statistik komputasi program SPSS 17.0,
menunjukkan hasil sebagai berikut: Pertama, secara parsial maupun simultan Modal
dan Biaya Produksi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Laba. Kedua,
variabel dominan yang mempengaruhi Laba adalah Modal.
Kata Kunci: Modal , Biaya Produksi, dan Laba, analisis reegresi linier berganda.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam dengan
bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negara ini memiliki sumber daya alam
yang melimpah baik itu di darat maupun di laut, berbagai potensi sumber daya alam
yang dimiliki Indonesia ini memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan
negara lain yang sumber daya alamnya hanya sedikit. Letak Indonesia yang berada pada
garis khatulistiwa menjadikan negara ini memiliki iklim tropis yang mendukung bagi
pertumbuhan serta perkembangan berbagai jenis flora dan fauna. Masyarakat Indonesia
sejak dulu sudah memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang ada dan telah
mengembangkannya kedalam berbagai sektor.
Salah satu sektor yang menjadi andalan di Indonesia adalah sektor kelautan,
dimana sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencarian sebagai nelayan. Hasil
dari sektor kelautan ini berupa berbagai jenis ikan dan udang, sehingga dari hasil laut
yang di produksi ini biasanya dikembangkan dalam Usaha Kecil Menengah (UKM).
Industri Mikro dan Kecil (IMK) merupakan salah satu komponen yang
mempunyai sumbangan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan
pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada umumnya
merupakan usaha rumah tangga yang sebagian besar masih bercampur dengan tempat
tinggalnya, dan masih memerlukan pembinaan yang terus-menerus agar masalah yang
dihadapi seperti permodalan dan pengelolaan dapat diatasi (Industri Mikro dan Kecil,
BPS 2010).
Masin jotang merupakan salah satu usaha mandiri tradisional daerah Sumbawa,
yang terus berkembang yang dikelola secara turun temurun dalam lingkup satu
keluarga, masin ini merupakan salah satu jenis lauk yang berasal dari udang kecil-kecil
yang biasa disebut masin ranjo atau setok. Masin ranjo atau setok merupakan jenis
masin asli yang tidak memiliki campuran jenis ikan dengan ikan yang lainnya, yang
nantinya bisa menyebabkan output dari masin ini tidak enak atau tidak bagus dimata
konsumen.
Usaha mandiri yang diteliti yaitu Masin Jotang, sudah dikenal sekitar tahun
1995. Usaha masin jotang terjadi secara turun temurun, sejak usaha ini belum di ketahui
oleh banyak pihak, terutama pihak pemerintah, masin jotang sudah dikenal oleh
berbagai kalangan biasa diberbagai daerah, dan banyak di jual di toko-toko.
Usaha masin membutuhkan modal berkisar dari RP. 500.000,- sampai RP.
2.000.000,-.bahkan sampai puluhan juta bagi pemilik industry masin yang tergolong
besar. Usaha masin jotang tidak serta merta hanya digeluti oleh satu pihak, akan tetapi
banyak pihak-pihak lain yang berkecimpung dengan usaha masin, sehingga
menyebabkan banyaknya saingan yang ada di daerah atau desa tersebut. Oleh karena itu
setiap pemilik usaha yang menggeluti usaha masin jotang ini selalu terus meningkatkan
kualitas dan kuantitas daripada masin tersebut.
Proses produksi masin jotang masih dilakukan secara kekeluargaan atau industri
rumah tangga. dimana orang - orang yang berada atau ikut campur tangan didalam
prosesnya yaitu hanya anggota keluarga saja. Karena proses pembuatannya yang tidak
rumit dan tidak memerlukan banyak karyawan. Pemilik usaha masin jotang tidak
mematok seberapa banyak jumlah produksi setiap harinya, namun ketika bahan mentah
yang didapatkan banyak pemilik usaha biasanya mampu memproduksi sekitar 200-300
botol masin jotang, dimana biasanya pemilik dapat merauk keuntungan bersih sekitar
tiga atau empat juta.
Untuk wilayah pemasaran masin jotang ini sudah sampai hingga ke kota-kota
besar yang ada di Indonesia, seperti kota Malang, Yogyakarta, Bali, Kupang Dan
Surabaya. Untuk konsumen yang berada diluar wilayah, mereka dapat memesan melalui
alat telekomunikasi seperti via telephon. Untuk wilayah kabupaten Sumbawa, dapat
lansung membeli ke rumah atau lokasi pembuatan masin jotang. Agar dapat langsung
melihat dan memeriksa masin yang akan di beli, apakah bagus atau tidak, layak untuk
dijual di masyarakat atau tidak.
Selain itu, pemilik usaha juga biasanya memberikan bonus satu atau dua botol,
ketika seorang pembeli membeli dalam jumlah yang besar atau banyak. Untuk harga
masin jotang, berkisar antara Rp 25.000,- per botol tanggung dan Rp 15,000,- per gelas
mika, harga ini didapatkan jika kita membelinya langsung di produsen atau tangan
pertama.
Keuntungan yang didapatkan oleh pemilik usaha masin jotang tidak di hitung
perhari, perminggu, ataupun perbulannya. Melainkan keuntungan yang didapatkan
sesuai dengan bahan mentah yang dibeli dari para nelayan pemburu masin itu sendiri.
Apabila para nelayan masin mendapatkan banyak masin atau yang biasa disebut masin
ranjo, maka banyak pula hasil atau keuntungan yang didapatkan oleh pemilik usaha
mandiri tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika masin mentah atau bahan mentah dari
masin itu sendiri sedikit, maka sedikit pula keuntungan yang didapatkan.
Namun karena usaha mandiri kerajinan tradisional masin jotang sudah dikenal
oleh masyarakat, baik itu yang ada di wilayah Empang dan sekitarnya maupun yang ada
di Sumbawa Besar, hingga hampir diseluruh wilayah yang ada di Indonesia. Maka
pemilik usaha tidak mau mematok berapa besar keuntungan yang harus didapatkan
dalam kurun waktu tertentu, yang penting pembeli tetap ada dan konsumen merasa puas
dengan pelayanan yang diberikan, Dan usaha tetap lancar serta selalu disenangi
masyrakat, sehingga tetap laku dan tidak sampai terjadi yang namanya rugi ataupun
tidak laku bahkan hingga barang rusak.
Didalam melakukan sebuah usaha tentu kita tidak terlepas dari yang namanya
berbagai masalah ataupun hambatan-hamabatan. Yang menjadi hambatandan keluhan
bagi pemilik usaha masin jotang dalam memproduksi masin biasanya yaitu, jika air laut
panas, maka masin yang diburu nelayan tidak ada, sehingga produsen tidak mendapat
bahan baku pembuatan masin jotang dan proses produksinya pun tidak dapat
terlaksanakan.
Pemesanan tetap dilakukan, akan tetapi jika kondisinya sedang tidak
memungkinkan untuk memberikan pesanan sesuai yang diinginkan konsumen, maka
pemilik usaha tidak menerima pesanan seperti pada saat banyaknya bahan mentah yang
datang, namun pemilik lebih sedikit menerima pemesanan, dan pemesanan pun akan
dibagi rata kepada setiap konsumen, agar para konsumen sama-sama mendapat jatah
walaupun tidak sebanyak yang diinginkan.
Jika tidak seperti hal tersebut, maka pemilik usaha mandiri masin tidak
menerima pesanan dari banyak pihak, akan tetapi akan dilihat, pihak mana yang sudah
lebih dulu memesannya, maka pemesan tersebut yang mendapatkan masin. Sehingga
jika ada pesanan setelahnya, maka pemilik tidak menerimanya. Dan ini dilakukan agar
konsumen tidak kecewa jika nantinya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.Namun,
hingga saat ini pemilik usaha masin jotang tidak pernah mengalami masalah dalam
pemesanan yang dapat menyebabkan para konsumen mengeluh. Walaupun pada musim
panas, masin jotang tetap bisa diproduksi meskipun itu sedikit.
Dalam penjualan olahan masin jotang, pengusaha akan menentukan tingkat
produksi yang akan memberikan keuntungan paling banyak kepada kegiatannya.
Sedangkan dalam penggunaan faktor-faktor produksi yang perlu dipikirkan adalah
menentukan kombinasi faktor produksi yang akan meminimumkan biaya produksi.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti terdapat beberapa kendala yang dihadapi
pemilik usaha masin dalam menjalankan usahanya yaitu kurangnya biaya atau modal
kerja yang dapat menghasilkan jumlah produksi yang berkualitas, biaya produksi yang
naik sehingga pengusaha sulit mendapatkan jenis masin yang berkualitas.
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti bermaksud untuk mengadakan
penelitian dengan mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laba
Pada Home Industry Masin Di Desa Jotang Atas Kecamatam Empang”.
b. Industri Menengah
jenis industri yang termasuk industri menengah antara lain adalah industri ban
mobil, industri semen, industri kimia, industri farmasi, industri jasa angkutan
kereta api, industri jasa angkutan udara, industri jasa angkutan laut antar
samudera, industri perikanan laut dll.
c. Industri Berat
Yang termasuk dalam industri ini antara lain industri pembuatan traktor, industri
pembuatan mesin–mesin mobil, industri pembuat pesawat terbang dan
helicopter, industri pembuatan mesin–mesin industri, industri pembuatan kapal
laut, industri satelit, industri roket peluncuran satelit dll.
2.2.2. Laba
2.2.2.1. Pengertian Laba
Kegiatan perusahaan sudah dapat dipastikan berorientasi pada keuntungan atau
laba, menurut Soemarso (2004:245) Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban
sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode
tertentu. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan laba sejauh mana suatu
perusahaan memperoleh pendapatan dari kegiatan penjualan sebagai selisih dari
keseluruhan usaha yang didalam usaha itu terdapat biaya yang dikeluarkan untuk proses
penjualan selama periode tertentu.
Pengertian laba menurut Zaky Baridwan (2004 : 29) Kenaikan modal (aktiva
bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari
badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan
usaha selama satu periode kecuali yang termasuk dari pendapatan (revenue) atau
investasi oleh pemilik. Sedangkan menurut Henry Simamora (2002 : 45) Laba adalah
perbandingan antara pendapatan dengan beban jikalau pendapatan melebihi beban maka
hasilnya adalah laba bersih.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa laba berasal dari semua
transaksi atau kejadian yang terjadi pada badan usaha dan akan mempengaruhi kegiatan
perusahaan pada periode tertentu dan laba di dapat dari selisih antara pendapatan
dengan beban, apabila pendapatan lebih besar dari pada beban maka perusahaan akan
mendapatkan laba apabila terjadi sebaliknya maka perusahaan mendapatkan rugi.
pendapatan dengan semua biaya. Atas dasar itu maka adalah seperti di ungkapkan
dibawah ini :
“Laba dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu volume produk yang dijual, harga
jual produk dan biaya. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba
yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan sedangakan
penjualan berpengaruh langsung terhadap volume produksi dan volume produksi
mempengaruhi biaya, tiga faktor tersebut saling berkaitan. Oleh sebab itu, dalam
perencanaan laba jangka pendek, hubungan antara biaya, volume dan laba
memegang peranan penting sehingga dalam pemilihan alternatif tindakan dan
perumusan kebijakan untuk masa yang akan dating, manajemen memerlukan
informasi untuk menilai berbagai kemungkinan yang berakibat terhadap laba yang
akan diperoleh” (Mulyadi 2001:225).
2.2.3. Modal
2.2.3.1. Pengertian Modal
Modal adalah salah satu faktor produksi penting diantara berbagai faktor
produksi yang diperlukan. Bahkan modal merupakan faktor produksi penting untuk
mengadakan faktor produksi seperti tanah, bahan baku, dan mesin. Tanpa modal tidak
mungkin dapat membeli tanah, tanah, mesin, tenaga kerja dan teghnologi.
Menurut ahli ekonomi modal adalah kekayaan perusahaan yang dapat digunakan
untuk kegiatan produksi selanjutnya. Menurut pengusaha berpendapat bahwa modal
adalah nilai buku dari surat berharga. Modal merupakan kekayaan yang dimiliki
perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan yang akan datang, dan dinyatakan
dalam nilai uang. Modal dalam bentuk uang pada suatu usaha mengalami perubahan
bentuk sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan usaha, yakni :
1) Sebagian dibelikan tanah dan bangunan
2) Sebagian dibelikan persediaan bahan
3) Sebagian dibelikan mesin dan peralatan
4) Sebagaian disimpan dalam bentuk uang tunai (cash).
Berdasarkan lama atau periodenya, modal pinjaman dibagi dalam tiga golongan
yaitu :
a) Modal utang jangka pendek (short-term debt capital)
Utang jangka pendek adalah utang berjangka waktu kurang dari 1 tahun, umumnya
sebagian besar utang jangka pendek merupakan kredit perdagangan, yaitu kredit
yang digunakan untuk modal kerja jangka pendek. Adapun jenis–jenis utang jangka
pendek dapat digolongkan menjadi kredit rekening Koran, kredit dari penjualan,
kredit pembeli, dan kredit wesel.
b) Modal utang jangka menengah (intermediate-term debt capital)
Modal pinjaman jangka menengah adalah modal utang yang jangka waktunya antara
1 sampai 10 tahun. Artinya harus dilunasi dalam jangka menengah terdiri dari : term
loan (pinjaman jangka menengah), dan leasing financing ( pinjaman berdasarkan
sewa beli ).
c) Modal utang jangka panjang (long-term dept capital).
Utang jangka panjang adalah utang yang harus dilunasi dalam jangka waktu lebih
dari 10 tahun. Jenis – jenis utang jangka panjang adalah : utang obligasi dan Utang
hipotik.
2) Variabel cost atau ongkos yang berubah-ubah adalah jumlah ongkos yang berubah-
ubah tergantung dari tinggi rendahnya output (misalnya ongkos pembelian bahan
baku, ongkos tenaga kerja, dan sebagainya).
Berdasarkan waktunya biaya produksi dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Jangka waktu pendek
Dalam jangka pendek perusahaan merupakan jangka waktu dimana sebagian faktor
produksi tidak dapat ditambah jumlahnya. Teori–teori biaya produksi dalam jangka
waktu pendek :
a) Biaya total (total cost / TC) merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh
suatu perusahaan yang terdiri dari biaya fariabel dan biaya tetap.
TC = TVC + TFC
b) Biaya fariabel total (total variable cost / TVC) merupakan keseluruhan biaya
yang keluarkan dalam faktor produksi dan bersifat variabel atau dapat berubah-
ubah sesuai dengan hasil produksi yang akan dihasilkan, maka akan semakin
besar pula biaya yang harus dikeluarkan.
TVC = TC – TFC
c) Biaya tetap (total fixed cost / TFC) merupakan biaya yang tidak berubah
mengikuti tingkat produksi.
TFC = TC – TVC
d) Biaya total rata-rata (average total cost / ATC) merupakan biaya total (TC)
untuk memperoduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah produksi
tertentu oleh perusahaan tersebut (Q) = jumlah output yang dihasilkan.
ATC = TC / Q
e) Biaya variabel rata-rata (average variabel cost / AVC) adalah untuk
memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah produksi tertentu
(Q).
AVC = TVC / Q
f) Biaya tetap rata-rata (average vixed cost / AFC) adalah untuk memproduksi
sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah produksi tertentu (Q).
AFC = TFC / Q
g) Biaya marginal (marginal cost / MC) adalah kenaikan biaya produksi yang
dikeluarkan untuk menambah satu satuan output.
2. Jangka waktu panjang
Dalam jangka waktu panjang adalah segala faktor produksi yang masih dapat
berubah-ubah. Teori-teori biaya jangka panjang :
LTC = Δ LVC
LTC = biaya total jangka panjang
Δ LVC = perubahan biaya fariabel jangka panjang
a) Biaya marjinal jangka panjang adalah tambahan biaya karena manambah
produksi sebanyak perunit. Perubahan biaya total sama dengan perubahan biaya
variabel maka:
LMC = Δ LTC / Δ Q
LMC = Biaya marjinal jangka panjang
ΔLTC = Perubahan biaya total jangka panjang
ΔQ = Perubahan output
b) Biaya rata-rata
LRAC = LTC / Q
LRAC = Biaya rata-rata jangka panjang
Q = Jumlah output
2) Wawancara
Merupakan pengadaan Tanya jawab secara langsung dengan responden untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan.
3) Dokumenter
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel melalui catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda, dan sebagainya. Dalam
penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk mengumpul data tentang Industri
Masin Jotang Di Desa Jotang Atas Kecamatan Empang.
b
ANOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 6.923E12 2 3.461E12 1018.218 .000
Residual 1.088E11 32 3.400E9
Total 7.032E12 34
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Primer diolah
Dari Tabel 2 dapat diketahui Fhitung sebesar 1018.218 dengan tingkat signifikan
0,000. Sementara itu Ftabel ditentukan berdasarkan tabel dengan tingkat signifikan 5%
dan df1 = (k-1) = 2 serta df2 = (n-k) = 32, sehingga diperoleh nilai Ftabel sebesar 3,29.
Karena nilai Fhitung > Ftabel (1018,218>3,29) maka disimpulkan bahwa variabel Modal
dan Biaya Produksi secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Laba
pada Home Industry Masin Di Desa Jotang Atas Kecamatan Empang.
Untuk lebih jelasnya, berikut akan diuraikan makna dari hasil analisis masing-
masing variabel modal (X1) dan biaya produksi (X2) terhadap laba (Y).
1. Tingkat signifikansi pengaruh variabel Modal (X1) terhadap Laba (Y).
Dari hasil perhitungan data dengan SPSS diperoleh thitung untuk variabel modal (X1)
sebesar 10.537 dengan nilai signifikan 0,000. Apabila nilai thitung sebesar 10.537
dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,69, maka nilai thitung tersebut lebih besar
dari pada ttabel yang berarti variabel Modal (X1) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Laba (Y). Hal ini juga dapat dilihat dari nilai perbandingan antara nilai
signifikan yang dicapai sebesar 0,000 yang berarti tingkat kesalahan lebih kecil dari
5%. Dengan demikian variabel Modal (X1) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Laba (Y).
2. Tingkat signifikansi pengaruh variabel Biaya Produksi(X2) terhadap Laba(Y).
Dari hasil perhitungan data dengan SPSS diperoleh thitung untuk variabel biaya
produksi (X2) sebesar 3,453 dengan nilai signifikan 0,002. Apabila thitung sebesar
3,453 dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,69, maka nilai thitung tersebut lebih
besar dari pada ttabel yang berarti variabel Biaya Produksi (X2) memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Laba (Y). Hal ini juga dapat dilihat dari nilai perbandingan
antara nilai signifikan yang dicapai sebesar 0,002 yang berarti tingkat kesalahan
lebih kecil dari 5%. Dengan demikian variabel Biaya Produksi (X2) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Laba (Y).
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis memberikan
saran agar pemerintah berasama dengan pihak lainnya yang peduli terhadap para
pengrajin usaha mikro (termasuk lembaga perkreditan rakyat) hendaknya lebih serius
dalam merangkul dan memberikan kontribusi bagi pengembangan industri yang
dijalankan seperti:
1. Membantu dalam bidang organisasi dengan cara memberikan pendidikan dan
pelatihan manajemen usaha yang baik,
2. Perlunya bantuan modal keuangan agar usaha home industry ini dapat lebih
meningkatkan kapasitas produksi seingga akan menambah laba yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2011. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran jasa. Alpaheta, Bandung.
Ayu Saputri. 2011. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laba Pengrajin.
Yogyakarta.
Azmi Romi. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laba Pada Perusahaan
Daerah Air Minum tirtanadi Propinsi Samatera Utara. Sumatra Utara.
Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariatie dengan Program SPSS . Badan Penerbit
Undip, Semarang.
Herawaty. Efi. 2008. Analisis Pengaruh Faktor Produksi Modal, Bahan Baku, Tenaga
Kerja, dan Mesin terhadap Produksi Glycerine pada PT. Flora Sawita
Chemindo Medan. Sumatera Utara.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid I. Edisi 12.
Erlangga, Jakarta.
Lisnawati Iryandini. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laba Dan
Produksi Industri Kecil Kerupuk. Kabupaten Kendal
Narbuko, Cholid. Achmadi, Abu. 2005. Metodologi Penelitian. PT. Bumi Aksara
Jakarta.
Nugraha, Gandhi. 2008. Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah terhadap
Produktifitas Tenaga Kerja pada Pabrik Tekstil Koperasi Batik Wonosobo
di Pekalongan. Surakarta.
Oentoro, Deliyanti. 2012. Manajemen Pemasaran Modern. Laksbang PressIndo,
Yogyakarta.
Salman., H. 2009. Analisis Determinan Pendapatan Usaha Kecil di Kabupaten
Langkat. Sumatera Utara.
Setiawan. 2004. Peranan Industri Rumah Tangga Batik terhadap Pendapatan
Keluarga di Kelurahan Kliwon, Sragen. Yogyakarta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Alfbeta, Bandung.
________. 2005. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.
Wuri, J dan Hardanti, Y.R. 2006. Peranan Industri Kecil dalam Meningkatkan
Pendapatan Masyarakat: Studi Kasus Pada Sentra Industri Kerajinan Batik
Kayu di Dusun Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul. Jurnal Kinerja
Ekonomi, Volume.10 No. 1, th. 2009.