Anda di halaman 1dari 21

FORMULASI SEDIAAN

HERBAL BATH FOR COLD AND FLU

PROPOSAL
disusun untuk memenuhi tugas Praktikum Kimia Bahan Alam

Disusun oleh kelompok 3:

Anita Defri Yanti A 171 063


Hadiyat Maulana D A 171 077
Nushi Chairunnisa R A 171 093
Purri Ardelia N A 171 094
Widya Astriani A 171 108

Kelas:
Reguler Pagi B

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................2
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
2.1 Uraian Tumbuhan....................................................................................
2.2 Kandungan dan ManfaatTanaman..........................................................
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Bath Tea .....................................
2.4 Persyaratan Evaluasi Sediaan Bath tea................................................
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................
3.1 Alat..........................................................................................................
3.2 Bahan.......................................................................................................
........................................................................................................................
3.3 Metode Penelitian....................................................................................
3.3.1 Uji Karakteristik Simplisia.......................................................
3.3.2 Skrining Fitokimia........................................................................
3.3.3 Formulasi Sediaan Bath tea..........................................................
3.3.4 Evaluasi Sediaan Bath tea............................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Herbal bath merupakan salah satu bentuk sediaan yang berbahan dasar dari
bahan-bahan tanaman herbal atau alami baik dalam bentuk tanaman segar maupun
telah menjadi simplisia. Herbal bath digunakan untuk perawatan diri seperti
menyegarkan tubuh, merileksasi, dan sebagainya dengan cara mandi berendam
atau pun hanya diuapkan. Flu biasa (common-cold) atau batuk pilek adalah infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) yang sangat umum diderita oleh masyarakat. Flu,
salesma atau batuk pilek sebagian besar (90%) disebabkan oleh virus saluran
pernapasan, umumnya rhinovirus. Dewasa ini di Indonesia sangat banyak produk
obat batuk flu kombinasi yang beredar di pasaran dengan berbagai merek dagang.
Akan tetapi, masih jarang di Indonesia didapati produk tersebut yang berbahan
dasar herbal dalam bentuk sediaan herbal bath. Maka dari itu hal tersebut menjadi
latar belakang di lakukannya pembuatan formula herbal bath for cold and flu
dalam bentuk herbal bath tea.
Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang dapat dibudidayakan karena
manfaat dan kegunaannya besar bagi manusia dalam hal pengobatan. Indonesia
merupakan salah satu negara yang terkenal dengan sumber daya hayati terbesar
dan mempunyai potensi yang sangat besar untuk menjadikan tanaman sebagai
bahan baku obat. Dalam tanaman ada banyak komponen kimia yang dapat
digunakan sebagai obat. Pada saat ini, banyak orang yang kembali menggunakan
bahan-bahan alam yang dalam pelaksanaannya membiasakan hidup dengan
menghindari bahan-bahan kimia sintesis dan lebih mengutamakan bahan-bahan
alami. Ada banyak pengobatan dengan bahan alam yang dapat dipilih sebagai
solusi mengatasi penyakit yang salah satunya ialah penggunaan ramuan obat
berbahan herbal. Salah satu bahan alam yang mengandung senyawa obat yaitu
bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) cengkeh (Syzygium aromaticum) dan kayu
manis (Cinnamomum burmanii).
Cengkeh atau tanaman dengan nama latin Syzygium aromaticum L.
merupakan tanaman herbal yang berasal dari Maluku. Kandungan senyawa aktif
dalam tanaman cengkeh yang memiliki manfaat kesehatan adalah minyak atsiri,
eugenol, asam oleanolat, fenilin, karyofilin, resin, dan gom. Kandungan utama
yang memberikan manfaat kesehatan adalah minyak cengkeh, dengan komposisi
utama antara lain eugenol, caryophyllene, eugenol acetate, dan alpha-humelene.
Minyak cengkeh bisa digunakan untuk meredakan flu dan batuk karena berfungsi
sebagai ekspektoran yang meringankan peradangan pada saat terjadi infeksi
saluran pernapasan atas sehingga mampu melegakan hidung tersumbat karena
penumpukan lender. minyak cengkeh juga memiliki kandungan eugenol yang
bersifat anti jamur dan anti bakteri sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang
farmasi atau pengobatan. (Utami dan Puspaningtyas, 2013).
Kayu manis (Cinnamomum burmannii) merupakan salah satu tanaman yang
kulit batang, cabang, dan dahannya dapat digunakan sebagai bahan rempah-
rempah dan merupakan salah satu komoditas ekspor indonesia. Kandungan
terbesar dari kayu manis adalah minyak atsiri yang mempunyai kandungan utama
senyawa sinamaldehid (60,72%), eugenol (17,62%), dan kumarin (13,39%).
Kandungan senyawa aktif eugenol pada minyak atsiri kayu manis dapat berfungsi
sebagai antioksidan dan antimikroba, sehingga dapat digunakan sebagai pereda
batuk dan flu.
Jinten hitam (Nigella sativa L.) merupakan salah satu tanaman obat yang
digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Jinten hitam (Black Cumin),
kelompok imunostimulan fitogenik yang membantu membentuk dan memperkuat
sistem kekebalan tubuh. Herbal yang diketahui lama, sejak tiga ribu tahun
Sebelum Masehi ini telah dipergunakan sebagai terapi alami di banyak negara,
termasuk Indonesia. Jinten hitam memiliki beragam efek terapeutik, seperti
antibakteri (terutama Vibrio cholera dan Escherichia coli), antioksidan,
antiperadangan, antikanker, antitumor, antihistamin (mengobati alergi debu,
serbuk, asma bronkial, dsb), aktivitas antibakteri melawan bakteri positif dan
negatif gram, bronchodilator (melebarkan saluran nafas), diuretic (peluruh
kencing), hypotensive (penurun tekanan darah), efek protektif terhadap ischemia
reperfusion injury di berbagai organ tubuh, immunopotentiating activities (sistem
kekebalan tubuh), menghambat produksi aflatoxin (jamur penyebab kanker yang
biasa dijumpai di tempe dan kacang tanah), antikonvulsan (terutama pada kasus
kejang atau seizures yang diinduksi oleh PTZ, pentylenetetrazole). Di dalam kitab
Shahih Bukhari-Muslim, Rasulullah SAW menyatakan bahwa jinten hitam
merupakan penawar semua penyakit, kecuali kematian. Oleh karena itu, tidaklah
berlebihan bila jinten hitam disebut sebagai sang penakluk penyakit.
Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, dalam “Thibbun Nabawi”, jinten hitam
(syuwainiz) berkhasiat untuk mengobati segala jenis penyakit dingin,
menyembuhkan pilek, panas, atau demam yang disertai batuk berdahak, ambeien
(wasir), kusta, panu, rabies, penghancur batu ginjal dan batu di saluran kencing,
memperlancar ASI, menstruasi, membunuh bakteri. Dalam jintan hitam
ditemukan nigellone dan thymoquinone. Nigellone berfungsi sebagai anti-
spasmodik dan bronchodilating, sehingga sangat bermanfaat terhadap penyakit
pernapasan. Ia juga bertindak sebagai antihistamin yang membantu untuk
mengurangi gejala negatif penderita alergi, seperti gatal dan bengkak. Campuran
teh minyak jinten hitam dalam air mendidih yang kemudian di hirup uapnya dua
kali sehari dapat meredakan batuk dan flu. Senyawa flavonoid dalam jinten hitam
mempunyai beberapa aktivitas antara lain antivirus, anti-platelet, anti-alergi, anti-
inflamasi, anti-tumor dan antioksidan (Buhler dan Miranda, 2000).

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana cara pembuatan herbal bath tea dari campuran tanaman cengkeh,
kayu manis, dan jinten hitam.
2. Bagaimana hasil evaluasi sediaan herbal bath tea campuran tanaman cengkeh,
kayu manis, dan jinten hitam.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Dapat membuat sediaan farmasi dengan formulasi berbahan herbal yang
berkhasiat.
3. Mengetahui cara dan hasil evaluasi sediaan herbal bath tea dari campuran
tanaman cengkeh, kayu manis, dan jinten hitam.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keanekaragaman
produk olahan berbahan herbal untuk meningkatkan nilai ekonomis berbagai
tanaman herbal. Selain itu, manfaat penelitian ini diharapkan dapat mengurangi
tingkat bahaya efek samping dari penggunaan obat sintesis dan dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan serta teknologi bagi peneliti maupun pembaca.

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2020 sampai dengan Mei
2020 bertempat di Laboratorium Teknologi Bahan Alam Sekolah Tinggi Farmasi
Indonesia, Jl Soekarno Hatta 354. Bandung Jawa Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan


2.1.1 Morfologi Jintan Hitam (Nigella sativa L)

Gambar 2.1 Tanaman Biji Jinten Hitam


Tanaman jintan hitam merupakan tanaman semak dengan ketinggian lebih kurang
30 cm. Ekologi dan penyebaran tanaman ini tumbuh mulai dari daerah Levant, kawasan
Mediterania timur sampai kearah timur Samudera Indonesia, dan dikenal sebagai gulma
semusim dengan keanekaragaman yang kecil. Budidaya perbanyakan tanaman dilakukan
dengan biji (Hutapea 1994).
Nama atau sebutan Jintan Hitam (Nigella sativa L,) ini berbeda-beda di setiap
wilayah Negara. Misalnya di kawasan Negara barat tanaman ini sering disebut black
carraway, black seeds atau coriander seeds. Namun berbeda dengan julukan untuk
tanaman ini di bagian Negara-negara arab habbatussauda (bijihitam). Sedangkan di
Negara-negara Persia tanaman ini dinamakan Zhonais atau corusyiah dan dalam Bahasa
hindi kalonji. Di Negara malaysia dan Indonesia sendiri tanaman ini mempunyai nama
“jintan hitam” yang mana dalam kesehariannya masyarakat kita menggunakannya sebagai
rempah bahan bumbu masakan dan sebuah obatan herbal yang mampu menimalisir
problem kesehatan.

Klasifikasi Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)


Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Ranunculales
Famili : Ranunculaceae
Genus : Nigella
Spesies : NigellasativaL.

2.1.2 Morfologi Cengkeh (Syzigium aromaticum (L))

Gambar 2.2 Tanaman Cengkeh


Tanaman ini berbentuk pohon,
tingginya dapat mencapai 20-30 m,
dan hidup tanaman cengkeh dapat
berumur lebih dari 100 tahun. Tajuk
tanaman cengkeh umumnya berbentuk kerucut, piramida, atau piramida ganda,
dengan batang utama menjulang ke atas. Cabang-cabangnya amat banyak dan
rapat, pertumbuhannya agak mendatar dengan ukuran yang relative kecil jika
dibandingkan batang utamanya. Daunnya kaku berwarna hijau atau hijau
kemerahan, dan berbentuk elips dengan kedua ujing runcing.
Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dan
tangkai pendek serta berdandan. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau dan
berwarna merah jika bunga sudah mekar. Pada saat masih muda bunga cengkeh
berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan
berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Bunga cengkeh kering akan
berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri.
Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun. Cengkeh memiliki
empat jenis akar, yaitu akar tunggang, akar lateral, akar serabut, dan akar rambut.
Akar tunggang dan akar lateral mempunyai ukuran yang relatif besar. Bedanya,
akar tunggang tumbuh lurus ke bawah dan sedikit bercabang, sedang akar lateral
tumbuh menyamping dan bercabang. Akar serabut berukuran kecil, sangat
panjang, tumbuh menyamping dan ke bawah dengan jumlah yang sangat banyak.
Akar serabut ini memiliki banyak akar rambut yang berukuran sangat kecil yang
berfungsi sebagai penyerapan air dan unsur hara dari
dalam tanah.
Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) merupakan tanaman tropis asli
Indonesia dan dapat tumbuh di berbagai daerah di Indonesia, baik di dataran
rendah, dekat pantai maupun daerah pegunungan di ketinggian 900 mdpl.
Tanaman cengkeh dapat tumbuh dengan baik jika mendapat cukup air dan sinar
matahari langsung, oleh karena itu tanaman cengkeh tumbuh baik pada daerah
yang memiliki curah hujan sekitar 2210-3607 mm/tahun serta suhu udara berkisar
24-39 °C. (Kansius, 1973).

Klasifikasi Cengkeh (Syzigium aromaticum L.)


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Marga : Eugenia
Spesies : Eugenia aromatic; Syzygium aromaticum L.

2.1.3 Morfologi Tanaman Kayu Manis

Gambar 2.4 Tanaman Kayu Manis


Cinnamomum burmanii ini berasal dari Indonesia. Tanaman akan tumbuh
baik pada ketinggian 600–1500 mdpl. Tanaman ini banyak dijumpai di Sumatera
Barat, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu dengan tinggi tanaman dapat mencapai
15 m sementaraCinnamomum zeylanicum dalam dunia perdagangan dikenal
dengan Ceylon cinnamom tanaman ini masih bisa dijumpai di habitat aslinya
Cinnamomum sp. merupakan tanaman rempah dari famili Lauranceaeyang terdiri
dari beberapa spesies. Tumbuhan ini banyak terdapat di daerah sub tropis dan
tropis. Berbentuk pohon dengan tinggi berkisar antara 5 – 15 m, kulitnya
berwarna abu-abu tua dengan bau yang khas dan kayunyaberwarna merah coklat
muda. Daun tunggal dengan tekstur kaku seperti kulit, letak berseling, panjang
tangkai daun 0,5 – 1,5 cm dengan 3 buah tulang daun yang tumbuh melengkung,
berbentuk elips memanjang dengan panjang 4 – 14 cm dan lebar 1,5 – 6 cm,
berujung runcing dengan tepi rata, permukaan atas licin berwarna hijau,
permukaan bawah bertepung warnanya keabu-abuan. Daun mudah berwarna
merah pucat. Bunganya berkelamin ganda atau bunga sempurna dengan warna
kuning.

Klasifikasi Kayu Manis


Kingdom : Plantae
Divisi : Gymnospermae
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Dialypetalae
Ordo : Policarpicae
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmanni

2.2 Kandungan dan Manfaat Tanaman


2.2.1 Cengkeh
Cengkeh mengandung komponen fenolik yang tinggi yaitu
senyawa eugenol 70-80% senyawa ini bersifat antioksidan. Eugenol
mempunyai sifat sebagai stimulan, anestetik lokal, karminatif,
antiseptik dan antispasmodik . Senyawa eugenol merupakan
komponen utama yang terkandung dalam minyak atsiri cengkeh.
Eugenol mengandung senyawa aktif seperti saponin, flavonoid, tannin,
dan minyak atsiri. Cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri 1-4%,
yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Menurut Talahatu (2015)
pemisahan kandungan kimia dari bunga cengkeh, tangkai cengkeh
dan daun cengkeh yang menunjukkan bahwa bunga cengkeh dan
daun cengkeh mengandung saponin, alkaloid, flavonoid,
glikosida,tannin dan minyak atsiri sedangkan tangkai bunga cengkeh
mengandung saponin, tannin, alkaloid, glikosida, flavonoid dan minyak
atsiri. (Tjay dan Kirana, 2007)
Manfaat Cengkeh Pemanfaatan tanaman cengkeh di Sulawesi
Utara sebagian besar hanya mencakup bagian bunganya saja
sedangkan bagian daun hanya dianggap sebagai limbah, padahal di
dalam daun cengkeh terkandung suatu komponen minyak atsiri dan
komponen fenolik yang selama ini kurang dimanfaatkan secara
maksimal . Komponen fenolik merupakan antioksidan alami
yang bermanfaat bagi manusia, antioksidan merupakan senyawa
penting dalam menjaga kesehatan tubuh yang terbukti sebagai
pelidung melawan efek bahaya radikal bebas dan diketahui pula
mampu menurunkan resiko kanker, obat sakit gigi, penyakit jantung
coroner, stroke, artherosclerosis, ospteoporosis, inflamasi, penyakit
neurodegeneratif, dan produk aroma terapi.

2.2.2 Kayu Manis


Hasil utama kayu manis adalah kulit batang dan dahan, sedangkan
hasil samping adalah ranting dan daun. Semua bagian dari kayu manis
memiliki kandungan kimia yang bermanfaat, namun yang umum
digunakan adalah bagian kulit. Kulit kayu manis merupakan salah satu
rempah yang paling populer digunakan sebagai bumbu masakan. Selain itu
hasil olahannya seperti minyak atsiri dan oleoresin banyak dimanfaatkan
dalam industri-industri farmasi, kosmetik, makanan, minuman, dan rokok.
Kandungan metabolit aktif kayu manis juga banyak dimanfaatkan dalam
pengobatan tradisional dan modern . Kandungan yang terdapat pada kayu
manis di antaranya sinamaldehid, eugenol, minyak atsiri, safrol, tanin,
damar, kalsium oksanat, zat penyamak, flavonoid, saponin serta
kandungan gizi lainnya seperti gula, protein, lemak kasar dan pectin.
Minyak atsiri dari kayu manis mempunyai daya bunuh terhadap
mikroorganisme (antiseptis), membangkitkan selera atau menguatkan
lambung (stomakik) juga memiliki efek untuk mengeluarkan angin
(karminatif). Selain itu minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai
obat kumur dan pasta, penyegar bau sabun, deterjen, lotion parfum dan
cream. Dalam pengolahan bahan makanan dan minuman minyak kayu
manis di gunakan sebagai pewangi atau peningkat cita rasa, diantaranya
untuk minuman keras, minuman ringan (softdrink), agar–agar, kue,
kembang gula, bumbu gulai dan sup.
2.2.3 Jinten Hitam
Kandungan kimia atau komposisi biji jinten hitam yang telah
ditemukan antara lain adalah fixed oils, saponin, flavonoid, karbohidrat,
air minyak nabati, asam-asam lemak jenuh seperti asam palmitat, asam
stearat, dan asam miristat, asam lemak tak jenuh seperti asam arakidonat,
asam linoleat, asam oleat, dan asam almioleat, minyak atsiri yang
mengandung nigellone, thymoquinone, thymohydroquinone,
dithymoquinone, thymol, carvacrol, d-limonene, d-citronellol, pcymene
dan 2-(2-methoxypropyl)-5-methyl-1,4-benzenediol, asam amino seperti
arginin, lisin, leusin, metionin, tirosin, prolin dan treonin. Komponen
utama ekstrak biji N. sativa adalah p-cymene (7.1% – 15.5%), carvacrol
(5.8% -11.6%), dan yang terbesar adalah thymoquinone (27.8% – 57.0%).
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan manfaat
pengobatan yang dimiliki habbatussauda. Di antaranya untuk membantu
pengobatan diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, dan kanker. Selain itu,
jintan hitam juga memiliki efek antibakteri, diuretik, antiperadangan,
analgesik, memperkuat kekebalan tubuh, dan baik untuk kesehatan organ
ginjal, lambung, serta hati. Manfaat tersebut berasal dari thymoquinone
(TQ) yang terkandung dalam habbatussauda. Dengan manfaatnya yang
banyak ini, jintan hitam memberikan kesan sebagai obat herbal yang dapat
mengobati berbagai penyakit. Selain itu juga biji tanaman jinten hitam
dapat digunakan sebagai obat masuk angin, rematik, sakit kepala,
pencegah muntah, pencahar, pelancar ASI, infeksi saluran kemih,
antibiotik, dan lain-lain (Depkes RI, 1995), sebagai sitotoksik dan
imunostimulan (Swamy dan Tan, 2000).

2.3 Formulasi
Jintan Hitam (Nigella sativa L) 2 Ons
Cengkeh (Syzigium aromaticum L.) 2 Ons
Kayu Manis 2 Ons

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Herbal Bath Tea


2.4.1 Kelebihan
a. Ekonomis
b. Praktis, mudah digunakan
2.4.2 Kekurangan
a. Tidak semua menyukai aroma berbahan herbal

2.5 Persyaratan Evaluasi Sediaan Teh


Sediaan teh yang sudah dibuat harus dilakukan evaluasi yang bertujuan
untuk mengetahui kualitas sediaan, dimana evalusi tersebut harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut.

Tabel 2.5 Persyaratan Evaluasi Sediaan Teh

No Evaluasi Persyaratan
.
1. Organoleptis

a. Bau/Aroma Disesuaikan dengan spesifikasi


sediaan yang dibuat.

b. Warna Khas ekstrak simplisia


cengkeh, kayu manis, dan
jinten hitam.

c. Rasa -
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, blender, mesh,
beaker glass, tabung reksi, spatel, pipet, loyang.

3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini biji jinten hitam, kayu
manis, cengkeh dan kantong teh.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Uji Karakteristik Simplisia
Untuk mengetahui kualitas simplisia, maka harus dilakukan uji
karakteristik simplisia yang meliputi:
a. Penetapan Kadar Abu Total
Timbang seksama 2 sampai 3 gram bahan uji yang telah dihaluskan
dan masukkan ke dalam krus silica yang telah dipijar dan ditara,
pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan dan timbang.
Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air
panas, aduk, saring melalui kertas saring bebas abu. Masukkan filtrat
ke dalam krus, uapkan dan pijarkan hingga bobot tetap. Kadar abu
total dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b.
b. Penetapan Kadar Air
Bersihkan tabung penerima dan pendingin dengan asam pencuci, bilas
dengan air, kemudian keringkan daalam lemari pengering.Timbang
seksama sejumlah bahan yang diperkirakan mengandung 1 sampai 4
air, masukkan kedalam labu kering. Jika zat berupa pasta, timbang dalam
sehelai lembar logam dengan ukuran yang sesuai dengan leher labu.Untuk
zat yang dapat menyebabkan gejolak mendadak saat mendidih, tambahkan
batu didih secukupnya. Masukkan lebih kurang 200 ml toluene jenuh air
ke dalam labu, pasang rangkaian alat. Masukkan toluene jenuh air
kedalam tabung penerima (E) melalui pendingin melalui leher alat
penampung (B). Panaskan labu hati-hati selama 15 menit. Setelah toluene
mulai mendidih, atur penyulingan dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes
tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling, kemudian naikkan
kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tip detik. Setelah semua air
tersuling, bagian dalam pendingin dicucid engan toluene jenuh air, sambil
dibersihkan dengan sikat tabung yang disambungkan pada sebuah kawat
tembaga dan telah dibasahi dengan toluene jenuh air. Lanjutkan
penyulingan selama 5 menit. Dinginkan tabung penerima hingga suhu
ruang. Jika ada tetess air yang melekat, gosok tabung pendingin dan
penerima dengan karet yang diikatkan pada sebuah kawat tembaga dan
dibasahi dengan toluene jenuh air hingga tetesan air turun.Baca volume
air setelah air dan toluene memisah sempurna. Kadar air dihitung dalam
%v/b.
c. Penetapan Kadar Sari Larut Air
Timbang seksama lebih kurang 5 gram serbuk (4/18) yang telah
dikeringkan diudara. Masukkan kedalam labu bersumbat, tambahkan 100
ml air jenuh kloroform, kocok berkali-kali selama 6 jam pertama, biarkan
selama 18 jam. Saring, uapkan 20 ml filtrate hingga kering dalam cawan
dan beralas datar yang telah dipanaskan 105° dan ditara, panaskan sisa
pada suhu 105° hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam % sari larut air.
d. Penentuan Kadar Sari Larut Etanol
Timbang seksama lebih kurang 5 gram serbuk (4/18) yang telah
dikeringkan di udara masukkan kedalam labu bersumbat, tambahkan 100
ml etanol 95% P, kocokberkali-kali selama 6 jam pertama, biarkan selama
18 jam. Saring cepat untuk menghindarkan penguapan etanol, uapkan 20
ml filtrat hingga kering dalam cawan dan beralas datar yang telah
dipanaskan 105° dan ditara, panaskan pada suhu 105° hingga bobot tetap.
Hitung kadar dalam % dari larut etanol.
3.3.1 Skrining Fitokimia
Untuk mengetahui kandungan senyawa aktif yang ada di dalam ekstrak
biji buah pinang, maka harus dilakukan skrining fitokimia meliputi:
a. Identifikasi Alkaloid
Sejumlah serbuk simplisia dalam mortir, dibasakan dengan ammonia sebanyak
1 ml, kemudian ditambahkan klorofrom dan digerus kuat. Cairan kloroform
disaring, filtrat ditempatkan dalam tabung reaksi kemudian ditambah HCl 2N,
campuran dikocok, lalu dibiarkan hingga terjadi pemisahan. Dalam tabung
reaksi terpisah:
Filtrat 1 : Sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Dragendroff diteteskan ke dalam
filtrat, adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan atau
kekeruhan berwarna hingga coklat.
Filtrat 2 : Sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Mayer diteteskan ke dalam filtrat,
adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapat atau kekeruhan
berwarna putih.
Filtrat 3 : Sebagai blangko atau kontrol negatif.
b. Identifikasi Fenolat
Sebanyak 1 gram serbuk simplisia ditambahkan 100ml air panas, dididihkan
selama 5 menit kemudian disaring. Filtrat sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, ditambahkan pereaksi besi (III) klorida, timbul warna hijau biru
kehitaman.

c. Identifikasi Tannin
Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan di atas tangas
air, kemudian disaring. Pada filtrat ditambahkan gelatin 1% akan timbul
endapan putih, bila ada tannin.

d. Identifikasi Flavonoid
Sejumlah serbuk simplisia digerus dalam mortir dengan sedikit air,
pindahkan dalam tabung reaksi, tambahkan sedikit logam magnesium dan 5
tetes HCl 2N, seluruh campuran dipanaskan selama 5-10 menit. Setelah disaring
panas-panas dan filtrat dibiarkan dingin, kepada filtrat ditambahlkan amil
alkohol, lalu dikocok kuat-kuat, reaksi positif dengan terbentuknya warna merah
pada lapisan amil alkohol.

e. Identifikasi Monoterpen dan Seskuiterpen


Serbuk simplisia digerus dengan eter, kemudian fase eter diuapkan dalam cawan
penguap hingga kering, pada residu ditetesi pereaksi larutan vanilin sulfat.
Terbentuknya warna-warni menunjukkan adanya senyawa monoterpen dan
seskuiterpen.
f. Identifikasi Steroid dan Triterpenoid
Serbuk simplisia digerus dengan eter, kemudian fase eter diuapkan dalam cawan
penguap hingga kering, pada residu ditetesi pereaksi Liberman-Burcahard.
Terbentuknya warna ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan bila
terbentuknya warna hijau biru menunjukkan adanya senyawa steroid.
g. Identifikasi Kuinon
Serbuk simplisia ditambahkan dengan air, dididihkan selama 5 menit kemudian
disaring dengan kapas. Pada filtrat ditambahkan larutan KOH 1 N. Terjadinya
warna kuning menunjukkan bahwa dalam bahan uji mengandung senyawa
golongan kuinon.
h. Identifikasi Saponin
Serbuk simplisia ditambahkan dengan air, didihkan selama 5 menit kemudian
dikocok. Terbentuknya busa yang konsisten selama 5-10 menit ± 1 cm, hal
tersebut menunjukkan bahwa bahan uji mengandung saponin.

3.4 Metode Pembuatan


Simplisia ditimbang sesuai yang dibutuhkan, kemudian dirajang dan dihaluskan
dengan cara diblender serta diayak menggunakan mesh no.20. Lalu ditimbang kembali
simplisia yang diayak dan dilakukan pengemasan sebanyak 10 kantong teh dalam 1
kemasan dengan isi 17 gram setiap 1 kantong teh.

3.5 Cara penggunaan


1 kantong campuran herbal bath teh 17 gram masukkan dalam air panas sebanyak
1-1,5 liter lalu hirup uapnya dua kali sehari.
3.6 Evaluasi Produk
3.5.1 Organoleptis
Karakteristik organoleptik diuji berdasarkan pada parameter organoleptic herbal
bath tea. Parameter organoleptik yang diuji meliputi penampakkan warna serbuk
simplisia dan aroma dari air seduhan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Paramater Standar Umum Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan
Direktorat Jendral Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta.

Devi, M. 2009. Dahsyatnya Khasiat Rosella. Cemerlang Publishing, Yogyakarta.


Kanisius, Aksi Agraris. 1973. Bagaimana Menanam Cengkeh. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius

Mahadevan, N, Shivali, P&Kamboj 2009, Hibiscus sabdariffa Linn., An overview,


Natural Product Radiance , 8(1):77–83.

Maryani, H.dan Krisriana, L. 2005. Khasiat dan Manfaat Rosela. Jakarta: PT


AgroMedia Pustaka. pp: 2-33

Mohd-Esa, N, Hern, FS,Ismail,A, Yee, CL 2010, Antioxidant activity in different parts


of roselle ( Hibiscus sabdariffa L.) extracts and potential exploitation of the
seeds, F o o d C h e mis t r y , 122:1055–1060

Tjay Tan Hoan dan Kirana Raharja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan,
dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: PT Elek Media Komputindo

Utami Prapti dan Desty Evira Puspaningtyas. 2013. The Miracle of Herbs. Jakarta: PT
AgroMedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai