Anda di halaman 1dari 16

Undang-Undang ITE Yang Sering Dilanggar

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi allah SWT yang selalu memberikan kita kekuatan untuk melakukan
aktifitas sehari-hari, semoga rahmat dan ridha-nya selalu iringin langkah kita amin. Shalawat dan
salam marilah senantiasa kita sampaikan kepada Rosullullah Muhammad SAW.
Alhamdulilaahirobbil aalamin, segala puji di dunia dan akhirat segala penentuan dan hanya pada-
Nya lah kita di kembalikan dan karena kehendak-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini kami susun dalam upaya untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh dosen
dalam mata kuliah “Etika Profesi SI”.

Penulis berharap akan kritik dan saran yang membangun dengan harapan untuk
memperbaiki kesalahan dan menutupi kekurangan makalah selanjutnya. Penulis berharap
makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca.

Pekanbaru, 4 Mei 2020

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………...….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………... ...…3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Aturan UU ITE............................….........................…......4
2.1.1 Fungsi dan Kegunaan UU ITE...........................................................4
2.1.2 Materi yang Diatur Dalam UU ITE .........….......…………………..5
2.1.3 Lembaga yang Menegakkan UU ITE.......................................…….6
2.2 Pasal-Pasal UU ITE Yang Banyak Dilanggar........... ………..……... .…..7
2.1.1 Pelanggaaran Hak Cipta, Pasal 34 UU ITE Tahun 2008........……...7
2.1.1 Penghinaan Atau Pencemaran nama Baik, Pasal 27 ayat 3....……...7
2.1.3 Ujaran Kebencian,Pasal 28 Ayat 2.......................................……….8
2.1.4 Muatan Perjudian Pasal 27 Ayat 2..........................................……...8
2.1.5 Berita Bohong, Pasal 28 Ayat 1……..................……………….…..9
2.1.6 Hacking Pasal 30 Ayat 3...........................…..........................…….10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........... ………..................…….……....................……... …12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum siber atau cyber law, secara internasional digunakan untuk istilah hukum yang terkait
dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Demikian pula, hukum telematika
yang merupakan perwujudan dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, dan
hukum informatika. Istilah lain yang juga digunakan adalah hukum teknologi informasi (law
of information technology), hukum dunia maya (virtual world law), dan hukum mayantara.
Istilah-istilah tersebut lahir mengingat kegiatan yang dilakukan melalui jaringan sistem
komputer dan sistem komunikasi baik dalam lingkup lokal maupun global (Internet) dengan
memanfaatkan teknologi informasi berbasis sistem komputer yang merupakan sistem
elektronik yang dapat dilihat secara virtual. Permasalahan hukum yang seringkali dihadapi
adalah ketika terkait dengan penyampaian informasi, komunikasi, dan/atau transaksi secara
elektronik, khususnya dalam hal pembuktian dan hal yang terkait dengan perbuatan hukum
yang dilaksanakan melalui sistem elektronik.
Yang dimaksud dengan sistem elektronik adalah sistem komputer dalam arti luas, yang
tidak hanya mencakup perangkat keras dan perangkat lunak komputer, tetapi juga mencakup
jaringan telekomunikasi dan/atau sistem komunikasi elektronik. Perangkat lunak atau
program komputer adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa,
kode, skema, ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan dengan media yang dapat
dibaca dengan komputer akan mampu membuat komputer bekerja untuk melakukan fungsi
khusus atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang
instruksi tersebut.
Sistem elektronik juga digunakan untuk menjelaskan keberadaan sistem informasi yang
merupakan penerapan teknologi informasi yang berbasis jaringan telekomunikasi dan media
elektronik, yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis, menampilkan, dan
mengirimkan atau menyebarkan informasi elektronik. Sistem informasi secara teknis dan
manajemen sebenarnya adalah perwujudan penerapan produk teknologi informasi ke dalam
suatu bentuk organisasi dan manajemen sesuai dengan karakteristik kebutuhan pada
organisasi tersebut dan sesuai dengan tujuan peruntukannya. Pada sisi yang lain, sistem
informasi secara teknis dan fungsional adalah keterpaduan sistem antara manusia dan mesin
yang mencakup komponen perangkat keras, perangkat lunak, prosedur, sumber daya
manusia, dan substansi informasi yang dalam pemanfaatannya mencakup fungsi input,
process, output, storage, dan communication.
Sehubungan dengan itu, dunia hukum sebenarnya sudah sejak lama memperluas
penafsiran asas dan normanya ketika menghadapi persoalan kebendaan yang tidak berwujud,
misalnya dalam kasus pencurian listrik sebagai perbuatan pidana. Dalam kenyataan kegiatan
siber tidak lagi sederhana karena kegiatannya tidak lagi dibatasi oleh teritori suatu negara,
yang mudah diakses kapan pun dan dari mana pun. Kerugian dapat terjadi baik pada pelaku
transaksi maupun pada orang lain yang tidak pernah melakukan transaksi, misalnya
pencurian dana kartu kredit melalui pembelanjaan di Internet. Di samping itu, pembuktian
merupakan faktor yang sangat penting, mengingat informasi elektronik bukan saja belum
terakomodasi dalam sistem hukum acara Indonesia secara komprehensif, melainkan juga
ternyata sangat rentan untuk diubah, disadap, dipalsukan, dan dikirim ke berbagai penjuru
dunia dalam waktu hitungan detik. Dengan demikian, dampak yang diakibatkannya pun bisa
demikian kompleks dan rumit.
Permasalahan yang lebih luas terjadi pada bidang keperdataan karena transaksi elektronik
untuk kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik (electronic commerce) telah menjadi
bagian dari perniagaan nasional dan internasional. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
konvergensi di bidang teknologi informasi, media, dan informatika (telematika) berkembang
terus tanpa dapat dibendung, seiring dengan ditemukannya perkembangan baru di bidang
teknologi informasi, media, dan komunikasi.
Kegiatan melalui media sistem elektronik, yang disebut juga ruang siber (cyber space),
meskipun bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai tindakan atau perbuatan hukum yang
nyata. Secara yuridis kegiatan pada ruang siber tidak dapat didekati dengan ukuran dan
kualifikasi hukum konvensional saja sebab jika cara ini yang ditempuh akan terlalu banyak
kesulitan dan hal yang lolos dari pemberlakuan hukum. Kegiatan dalam ruang siber adalah
kegiatan virtual yang berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat
elektronik.Dengan demikian, subjek pelakunya harus dikualifikasikan pula sebagai Orang
yang telah melakukan perbuatan hukum secara nyata. Dalam kegiatan e-commerce antara
lain dikenal adanya dokumen elektronik yang kedudukannya disetarakan dengan dokumen
yang dibuat di atas kertas.
Berkaitan dengan hal itu, perlu diperhatikan sisi keamanan dan kepastian hukum dalam
pemanfaatan teknologi informasi, media, dan komunikasi agar dapat berkembang secara
optimal. Oleh karena itu, terdapat tiga pendekatan untuk menjaga keamanan di cyber space,
yaitu pendekatan aspek hukum, aspek teknologi, aspek sosial, budaya, dan etika. Untuk
mengatasi gangguan keamanan dalam penyelenggaraan sistem secara elektronik, pendekatan
hukum bersifat mutlak karena tanpa kepastian hukum, persoalan pemanfaatan teknologi
informasi menjadi tidak optimal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat di rumuskan beberapa masalah
yaitu
a. Apa yang di maksud UU ITE dan apa itu Aturan UU ITE serta lembaga apa yang
menegakkannya ?
b. Apa saja pasal-pasal UU ITE yang banyak dilanggar?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Aturan UU ITE


Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (disingkat UU ITE) atau Undang-
undang nomor 11 tahun 2008 adalah UU yang mengatur tentang informasi serta transaksi
elektronik, atau teknologi informasi secara umum. UU ini memiliki yurisdiksi yang berlaku
untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini, baik yang berada di wilayah Indonesia maupun di luar wilayah hukum
Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah
hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia.
Asas UU ITE adalah Pemanfaatan Teknologi ITE dilaksanakan berdasarkan asas
kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau
netral teknologi.
Undang-undang ITE adalah undang-undang yang dibuat karena pengaruh globalisasi
serta perkembangan teknologi telekomunikasi yang begitu cepat. Perubahan tersebut
menyebabkan perubahan pada cara pandang serta penyelenggaraan terhadap telekomunikasi.
UU ITE mengatur beragam perlindungan atas kegiatan yang memanfaatkan internet
sebagai medianya entah pemanfaatan informasi ataupun transaksi. Dalam UU ITE diatur
megenai sanksi yang akan didapatkan bagi seseorang yang menyalahgunakan internet dengan
melakukan tindak kejahatan hingga menyebarkan hoax.

2.1.1 Fungsi dan Kegunaan UU ITE


Keberadaan UU. NO 11 tahun 2008 mengenai ITE memiliki fungsi seperti berikut
ini:
a. Untuk melindungi masyarakat atau pengguna jasa yang memanfaatkan teknologi
informasi.
b. Sebagai salah satu bentuk usaha mencegah terjadinya kejahatan yang
menggunakan teknologi informasi.
c. Untuk menjamin kepastian hukum bagi masyarakat dalam melakukan transaksi
elektronik.
d. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Selain itu, keberadaan undang-undang ini ada beragam manfaat. Hal ini
memberikan perlindungan bagi banyak orang atau pengguna internet. Dengan adanya
Undang-undang ITE maka:

a. E-tourism mendapatkan perlindungan hukum. Dalam hal ini masyarakat harus


memaksimalkan potensi akan pariwisata Indonesia dengan cara mempermudah
layanan.
b. Transaksi serta sistem elektronik dan perangkat yang mendukungnya
mendapatkan perlindungan hukum.
c. Produk ekspor dari Indonesia bisa diterima secara tepat waktu sama dengan
produk dari negara kompetitor.
d. Trafik internet Indonesia dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Dalam hal ini masyarakat harus mengisi internet dengan konten yang sehat
sesuai dengan konteks dari bangsa Indonesia.

2.1.2 Materi Yang Di Atur Dalam UU ITE


Ada beberapa materi yang diatur dalam undang-undang ITE, seperti yang berikut
ini:
a. Tanda tangan elektronik pada pasal 11 & pasal 12 UU ITE.
b. Pengakuan informasi atau dokumen elektronik yang digunakan sebagai alat
bukti hukum yang sah. Hal ini diatur pada pasal 5 & 6 UU ITE.
c. Penyelenggaraan sistem elektronik yang diatur pada pasal 15 & 16 UU ITE.
d. Penyelenggaraan sertifikasi elektronik atau certification authority yang diatur
pada pasal 13 & 12 UU ITE.
e. Perbuatan yang dilarang atau cybercrimes.

Dalam UU ITE ada beberapa cybercrimes yang diatur didalamnya, seperti yang
berikut ini:

a. Intersepsi ilegal pada pasal 31


b. Konten ilegal yang terdiri dari perjudian, kesusilaan, pencemaran nama baik,
pemerasan, pengancaman dan penghinaan. Hal ini diatur pada pasal 27, 28 dan
29 UU ITE.
c. Gangguan terhadap sistem atau system interference yang diatur dalam pasal 33
UU ITE
d. Gangguan terhadap data atau data interference. Hal ini diatur pada pasal 33 UU
ITE
e. Akses ilegal yang diatur pada pasal 31
Dengan semua aturan di atas, maka ada perlindunagan bagi user atau pengguna
internet. Pelaku tindak kejahatan dalam dunia cyber akan ditindak sesuai dengan pasal
yang berlaku.

2.1.3 Lembaga Yang Menegakkan UU ITE


Untuk melakukan dan melaksanakan semua aturan di atas, maka dibutuhkan
lembaga yang berperan aktif. Ada beberapa lembaga yang berperan dalam penegakan
UU ITE, seperti :
a. Kepolisian Negara Republik Indonesia, seperti Badan Reserse Kriminal, Unit IV
Cybercrime dan Direktorat Reserve Kriminal Khusus.
b. Kementrian Komunikasi dan Informatika yang berperan sebagai regulator.
c. ID-SIRTII/CC => Indonesia Security Incident Response Team on Internet
Infrastructure.
d. ID-CERT (Indonesia Computer Emergency Response Team). ID-CERT
didirikan pada tahun 1998 sebagai komunitas pertama yang menangani masalah
insiden di internet.
e. Pengelola Nama Domain internet Indonesia (PANDI). Komunitas ini adalah
komunitas yang diberikan hak untuk mengelola domain .id

Undang-undang ITE memiliki yurisdiksi yang diberlakukan untuk semua orang


yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana yang telah diatur dalam UU ini.
Keberadaan UU ITE tentu sangat membantu terlebih untuk melindungi seseorang dari
tindak kejahatan dalam dunia informasi.

2.2 Pasal-Pasal UU ITE Yang Banyak Dilanggar


2.2.1 Pelanggaran hak cipta, pasal 34 UU ITE tahun 2008
Pelanggaran hak cipta adalah penggunaan karya yang tanpa izin, atau tanpa
sepengetahuan dan melanggar hak ekslusif pemilik cipta.
Pasal 34 UU ITE tahun 2008 berbunyi : “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa
hak atau melawan hukum memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan,
mengimpor, mendistribusikan, menyediakan atau memiliki.”
Contohnya, konten-konten yang kamu upload di kanal YouTube. Karena bisa jadi
konten yang sudah kamu unggah itu itu tiba-tiba hilang, berarti itu karena melanggar
hak cipta. Sehingga konten tersebut dihapus.
Hukumannya dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

2.2.2 Penghinaan atau pencemaran nama baik, pasal 27 ayat 3


Kasus UU ITE ini adalah salah satu yang paling sering terjadi di Indonesia. Sering
kali netizen memberitakan mengenai keburukan dari suatu institusi maupun seseorang
yang akhirnya membuat mereka dituntut karena perbuatannya.
Pasal 27 ayat (3) UU ITE yang menyatakan: “Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.”
Contohnya, kasus benny handoko yang terdakwa atas kasus penghinaan dan
pencemaran nama baik. ICJR merasa bahwa benny handoko merupakan peringatan atas
ancaman kebebasan berekspresi dan berpendapat di indonesia.
Hukumannya, setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).

2.2.3 Ujaran kebencian, pasal 28 ayat 2


Saat mengomentari sesuatu di media sosial yang berisi informasi dengan nada
negatif dan menimbulkan percekcokan antar individu, berarti sudah melanggar UU ini.
Komentar yang melecehkan SARA juga bisa dituntut dengan menggunakan pasal ini.
Pasal 28 ayat (2) UU ITE berbunyi: “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau
permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku,
agama, ras, dan antargolongan (SARA).”
Contohnya, kasus Alexander Aan yang diadili di Pengadilan Muaro Sumatera barat
tahun 2012, berdasarkan putusan No 45 /PID.B/2012/PN.MR ia di hukum dua tahun
penjara dan 3 bulan serta denda 100 juta karena terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan Tindak Pidana “Dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu
dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas Suku, Agama, Ras dan Antar
Golongan (SARA)” berdasarkan putusan pengadilan ia terbukti telah Terdakwa telah
membuat di Akun Facebook Terdakwa (Group Ateis Minang) yang bernama Alex Aan,
email indesgate@yahoo.co.id berupa tulisan yang menghina agama.
Hukumannya, setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2)2dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

2.2.4 Muatan perjudian, pasal 27 ayat 2


Konten-konten atau muatan-muatan yang disebarluaskan seseorang secara elekronik,
jika berkaitan dengan perjudian baik secara langsung maupun tidak langsung, maka hal
itu termasuk dalam kategori tindak pidana. Biasanya juga terdapat pada iklan judi
online, bisa ditemukan di berbagai kolom komentar di beberapa media sosial. Seluruh
komentar yang ada diiklan tersebut bisa dituntut menggunakan pasal ini.
Pasal 27 ayar (2) berbunyi: “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian.”
Contohnya, Perjudian online, pelaku menggunakan sarana internet untuk
melakukan perjudian. Seperti yang terjadi di Semarang, Desember 2006 silam. Para
pelaku melakukan praktiknya dengan menggunakan system member yang semua
anggotanya mendaftar ke admin situs itu, atau menghubungi HP ke 0811XXXXXX dan
024-356XXXX. Mereka melakukan transaki online lewat internet dan HP untuk
mempertaruhkan pertarungan bola Liga Inggris, Liga Italia dan Liga Jerman yang
ditayangkan di televisi. Untuk setiap petaruh yang berhasil menebak skor dan
memasang uang Rp 100 ribu bisa mendapatkan uang Rp 100 ribu, atau bisa lebih.
Modus para pelaku bermain judi online adalah untuk mendapatkan uang dengan cara
instan. Dan sanksi menjerat para pelaku yakni dikenakan pasal 303 tentang perjudian
dan UU 7/1974 pasal 8 yang ancamannya lebih dari 5 tahun.
Hukumannya, setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).

2.2.5 Berita bohong, pasal 28 ayat 1


Dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE ada salah satu unsur yaitu menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan. Berita bohong atau hoaks memang sudah merajalela di media
sosial. Tanpa disadari, saat membantu menyebarkan berita bohong tanpa berusaha
mengecek kebenarannya, maka akan dijerat dengan pasal ini. Konsekuensinya adalah
bisa dituntut penjara maksimal enam tahun dan denda maksimal satu miliar.
Pasal 28 ayat (1) berbunyi: “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen
dalam Transaksi Elektronik.”
Contohnya, Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Nomor:
36/Pid.Sus/2018/PT.DKI, putusan tersebut menguatkan Putusan Pengadilan Negeri
Jakarta Barat Nomor 1116/Pid.Sus/2017/PN.Jkt.Brt, dalam putusan tingkat pertama
tersebut terdakwa dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan, bersalah melakukan
tindak pidana secara bersama-sama melakukan penipuan dengan sarana Transaksi
Elektronik dan Tindak Pidana Pencucian Uang. Penipuan tersebut dilakukan dengan
cara tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan mengenai investasi yang
mengakibatkan kerugian konsumen. Perbuatan terdakwa tersebut, diancam pidana
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 45A ayat (1) UU 19/2016 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-
1 KUHP. Terdakwa dihukum dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun dan
dijatuhkan pula pidana denda sebesar Rp 500 ribu dengan ketentuan apabila denda tidak
dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan kurungan.
Hukumannya, Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

2.2.6 Hacking, pasal 30 ayat 3


Hacker adalah mengacu pada seseorang yang mempunyai minat besar untuk
mempelajari sistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya
untuk dimanfaatkan kemampuannya kepada hal-hal yang negatif atau melakukan
perusakan internet.
Pasal 30 ayat (3) berbunyi: “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau
melawan hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik dalamsuatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu
milik Orang lain.”
Contohnya, Situs Telkom yang ber-alamat di Telkom.co.id, sempat dijahili oleh
hacker. Peristiwa ini diketahui melalui postingan di salah satu forum di Indonesia.
Melalui theard tersebut, si penulis mengatakan sempat melihat situs Telkom berubah
tampilanya menjadi background hitam gelap dengan tulisan klaim bahwa perubahan ini
dilakukan oleh kelompok hacker bernama hmei7. Tampaknya aksi ini hanya bentuk
peringantan dari si hacker bahwa situs Telkom.co.id tersebut mengalami celah dan bisa
diusili oleh mereka. Gangguan ini sendiri diakui oleh pihak Telkom. Melalui Arif
Prabowo, Operation Vice President Public Relations PT. Telekomunikasi Indonesia,
dijelaskan situs Telkom mengalami gangguan pada tanggal 14 April 2013 pukul 1 pagi
dini hari. Gangguan pada website resmi Telkom hanya terjadi pada halaman depan (front
page), tidak ke back end (server web), sehingga data, informasi dan layanan Telkom tidak
terganggu.
Hukumannya, Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Secanggih apapun teknologi jika tidak diiringi oleh etika dalam pemakainnya akan
menghasilkan penyalahgunaan yang dapat merugikan orang lain. Walaupun setinggi
apapun kecanggihan peraturan atau hukum yang mengatur untuk tidak terjadi
pelanggaran-pelanggaran, jika manusia menginginkan tentulah ada saja celah yang dapat
digunakannya. Semuanya kembali pada etika masing-masing individu.
Sebagai pengguna teknologi janganlah terlalu berbaik sangka, berhati-hatilah terhadap
kejahatan, jangan berikan kesempatan pada orang lain untuk berbuat kejahatan, ingatlah
“kejahatan tidak saja karena ada niat pelakunya tetapi karena ada kesempatan.

DAFTAR PUSTAKA

https://blog.ub.ac.id/chardinisiregar/sample-page/larangan-dan-sanksi-dalam-uu-ite/
https://icjr.or.id/tren-penggunaan-pasal-28-ayat-2-ite-terkait-penyebar-kebencian-berbasis-sara-
akan-meningkat/
http://evijuliantii.blogspot.com/2018/04/contoh-kasus-pasal-28-ayat-1_17.html
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4eef8233871f5/arti-berita-bohong-dan-
menyesatkan-dalam-uu-ite/
https://edybillstephen.ilearning.me/2013/11/10/contoh-kasus-cybercrime-di-indonesia-dan-uu-
ite-terkait/
http://171000101.blogspot.com/2017/12/analisis-kasus-pasal-30-ayat-1-dan.html
https://thidiweb.com/undang-undang-ite/

http://ictwatch.com/internetsehat/2009/10/22/beberapa-kasus-ekspresi-di-dunia-maya-vs-uu-ite-
dan-kuhp/
https://bali.idntimes.com/tech/gadget/ribka-eleazar/pelanggaran-uu-ite-yang-sering-dilanggar-
netizen/full
https://www.side.id/dn/inilah-beberapa-pelanggaran-uu-ite-yang-sering-dilakukan-oleh-netizen-
kamu-juga-termasuk
https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-undang_Informasi_dan_Transaksi_Elektronik
http://razifahrul.blogspot.com/2015/04/undang-undang-ite-dan-contoh-kasus.html

http://etikanama.blogspot.com/2013/05/contoh-kasus-cyber-crime-di-indonesia.html
https://www.kompasiana.com/safiradewinugroho/54f82995a33311275e8b46c7/cyber-crime
https://radenfatah.ac.id/tampung/hukum/20161128084622uu_11_208-ttg-informasi-dan-
transaksi-elektronik-bab-xi-ketentuan-pidana.pdf

Anda mungkin juga menyukai