Anda di halaman 1dari 36

Kata Pengantar

          Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ASET
TETAP.

          Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

          Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

          Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

   Pekanbaru, 14 Maret 2020 

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................        1


Daftar Isi............................................................................................................        2
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...........................................................................        3
B. Rumusan masalah.......................................................................        3
C. Tujuan penelitian........................................................................        4

Bab II PEMBAHASAN

            A.    Pengertian Aset Tetap ....................................................................        5

            B.     Karakteristik Aset Tetap................................................................        5

            C.     Pengakuan Aset Tetap....................................................................       6

            D.    Dasar Pengukuran...........................................................................        9

            E.     Model Biaya Aset Tetap...............................................................        19

Bab III PENUTUP

A.    Kesimpulan..................................................................................        34

Daftar Pustaka…………......................................................................... …..       36

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai dari transaksi dicatat

untuk pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan

bahwa akuntansi sangatlah penting dalam kegiatan sehari-hari terutama bagi operasi

perusahaan dalam satu periode. Di dalam akuntansi kita telah mengenal proses penyusunan

laporan keuangan yang mana terdapat nama-nama akun dan nomor-nomor akun yang sesuai

dengan ketentuan perusahaan. Proses akuntansi diantaranya mulai dengan bukti transaksi,

jurnal (jurnal umum dan jurnal khusus), posting buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian,

neraca lajur, laporan keuangan (laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan ekuitas), jurnal

penutup, neraca saldo setelah pentupan, dan jurnal balik.

Dari tahapan diatas laporan keuangan neraca terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap,

kewajiban dan modal. Dan yang akan dibahas kali ini adalah aktiva tetap, yaitu berbagai jenis

aktiva dapat digunakan lebih dari satu periode untuk operasi perusahaan. Aktiva tetap terdiri

dari aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud. Oleh karena itu perlunya untuk mengetahui

serta memahami secara rinci tentang aktiva tetap baik aktiva tetap berwujud maupun tidak

berwujud. Dengan cara demikian kita mampu mengaplikasikan apa saja yang terdapat di

dalam aktiva tetap sebuah perusahaan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian aset tetap ?

2. Apa saja karakteristik aset tetap ?

3. Bagaimana pengakuan aset tetap ?

4. Apa saja dasar pengukuran aset tetap ?

5. Bagaimana model biaya aset tetap ?

3
C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian aset tetap

2. Untuk mengetahui saja karakteristik aset tetap

3. Untuk mengetahui bagaimana pengakuan aset tetap

4. Untuk mengetahui dasar pengukuran aset tetap

5. Untuk mengetahui model biaya aset tetap

D.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aset Tetap

Aset tetap dalam akuntansi adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam

produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk

tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Jenis aset tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak

dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah properti, bangunan,

pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan kantor,

komputer, dan lain-lain. Aset tetap biasanya memperoleh keringanan dalam perlakuan pajak.

Kecuali tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan.

B. Karakteristik Aset Tetap

Menurut PSAK 16 aset tetap didefinisikan sebagai aset berwujud yang digunakan dalam

produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk

tujuan administratif, serta diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Dalam

Kieso (2011:512) aset tetap memiliki karakteristik berikut ini:

a. Aset dimiliki untuk digunakan dalam operasional dan bukan untuk dijual.

Hanya aset yang digunakan dalam operasi normal bisnis diklasifikasikan sebagai aset

tetap. Sebagai contoh bangunan yang menganggur (tidak terpakai) diklasifikasi

terpisah sebagai investasi; property,plant, dan equipment yang dimiliki untuk price

appreciation diklasifikasikan sebagai investasi. Sebagai tambahan property, plant, dan

equipment (aset tetap) yang dimiliki untuk dijual atau dilepas diklasifikasikan secara

5
terpisah dan dilaporkan dalam laporan posisi keuangan. Tanah untuk perusahaan

properti (pengembang) diklasifikasikan sebagai persedian.

b. Aset memiliki masa umur manfaat yang panjang dan biasanya disusutkan.

Aset tetap memiliki umur manfaat lebih dari satu periode. Perusahaan

mengalokasikan biaya investasi dari aset ini untuk periode yang akan datang melalui

pembebanan depresiasi secara periodik. Pengecualian diterapkan untuk tanah, yang

hanya disusutkan apabila terjadi penurunan nilai yang meterial pada tanah, seperti

disebakan oleh hilangnya kesuburan tanah dikarenakan oleh rotasi tanaman yang

buruk, kekeringan, atau erosi tanah.

c. Aset memiliki substansi fisik.

Aset tetap merupakan aset berwujud yang ditandai dengan keberadaan atau substansi

fisik. Hal inilah yang membedakan aset tetap dengan aset tidak berwujud seperti paten

atau goodwill. Tidak seperti bahan baku, aset tetap tidak secara fisik menjadi bagian

untuk produk yang akan dijual kembali.

C. Pengakuan Aset Tetap

Dalam PSAK 16 paragraf 7,biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika

dan hanya jika:

a. kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari

aset tersebut. Secara umum, biaya setelah perolehan yang menghasilkan satu atau

lebih dari hal-hal berikut dapat dikatakan memiliki ‘manfaat ekonomis dimasa

depan’, apabila:

1. Perpanjangan estimasi masa manfaat aset.

2. Peningkatan kapasitas.

3. Perbaikan kualitas keluaran (output) secara substansial.

4. Penurunan biaya operasi yang dinilai sebelumnya secara substansial.

6
b. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

Sesuai dengan prinsip pengakuan tersebut, PSAK 16 paragraf 12 menyatakan entitas

tidak boleh mengakui biaya perawatan sehari-hari aset tetap sebagai bagian dari aset

bersangkutan. Biaya-biaya ini diakui dalam laba rugi saat terjadinya. Biaya perawatan sehari-

hari terutama terdiri atas biaya tenaga kerja dan bahan habis pakai (consumables) termasuk di

dalamnya suku cadang kecil.

Pengeluaran-pengeluaran untuk hal tersebut sering disebut “biaya pemeliharaan dan

perbaikan” aset tetap.Terkecuali jika pengeluaran tersebut merupakan pengeluaran yang

signifikan yang mengakibatkan entitas memperoleh manfaat ekonomik masa depan, maka

pengeluaran itu dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal dan nilainya dikapitalisasi

ke dalam aset tetap.

Sebagai contoh, ketika Starbucks membeli mesin pembuat kopi untuk operasional,

biaya ini dilaporkan sebagai aset tetap karena mesin itu dapat diukur dengan andal dan

memiliki manfaat ekonomik di masa depan. Namun ketika Starbucks melakukan perbaikan

biasa (rutin) pada mesin pembuat kopi, pengeluaran ini dibebankan menjadi beban tahun

berjalan pada laporan laba rugi komprehensif dan bukan dikapitalisasi ke aset tetap, karena

pengeluaran ini hanya memberikan manfaat ekonomi untuk periode berjalan.

Contoh lainnya dijelaskan dalam PSAK 16 paragraf 8 yaitu:

Suku cadang dan peralatan pemeliharaan (service equipment) biasanya dicatat sebagai

persediaan dan diakui dalam lana rugi pada saat dikonsumsi. Namun demikian, suku cadang

utama dan peralatan siap pakai memenuhi kriteria aset tetap ketika entitas memperkirakan

akan menggunakan aset tersebut selama lebih dari satu periode. Sama halnya jika suku

7
cadang dan peralatan pemeliharaan yang hanya bisa digunakan untuk suatu aset tetap

tertentu, hal ini juga dicatat sebagai aset tetap.

Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau lingkungan. Perolehan aset

tetap semacam itu, walaupun tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomik masa

depan dari suatu aset tetap yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas untuk memperoleh

manfaat ekonomik masa depan dari aset lain yang terkait. Dalam keadaan ini, perolehan aset

tetap semacam itu memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset, karena aset tersebut

memungkinkan entitas memperoleh manfaat ekonomik masa depan yang lebih besar dari

aset-aset terkait dibandingkan dengan manfaat ekonomik yang dihasilkan seandainya aset

tersebut tidak diperoleh.

Sebagai contoh, pabrik kimia mungkin menerapkan proses penanganan kimiawi yang

baru dalam rangka memenuhi ketentuan lingkungan yang berlaku untuk produksi dan

penyimpanan zat kimiawi berbahaya; perbaikan pabrik yang terkait diakui sebagai aset

karena tanpa perbaikan tersebut entitas tidak dapat memproduksi dan menjual zat-zat

kimiawi. Namun demikian, jumlah tercatat aset tersebut dan aset lain yang terkait harus di-

review untuk menguji apakah telah terjadi penurunan nilai sesuai dengan PSAK 48 (revisi

2009): Penurunan Nilai Aset(PSAK 16:11).

Agar aset tetap dapat beroperasi secara berkelanjutan, perlu dilakukan inspeksi teratur

terlepas apakah ada komponen yang diganti. Dalam setiap inspeksi yang signifikan, biaya

inspeksi diakui dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian apabila memenuhi

kriteria pengakuan. Sisa jumlah tercatat biaya inspeksi yang terdahulu, jika ada (yang

dibedakan dari komponen fisiknya), dihentikan pengakuannya. Hal ini terjadi terlepas apakah

biaya inspeksi terdahulu teridentifikasi dalam transaksi perolehan atau konstruksi aset tetap

tersebut. Jika diperlukan, estimasi biaya inspeksi sejenis yang akan dilakukan di masa depan

8
dapat digunakan sebagai indikasi biaya inspeksi saat aset tersebut diperoleh atau dibangun

(PSAK 16:17).

D. Dasar Pengukuran

Menurut PSAK 16 paragraf 15,suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui

sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Lebih lanjut lagi dijelaskan

dalam PSAK 16 paragraf 10,biaya perolehan tersebut termasuk biaya awal untuk memperoleh

atau mengkonstruksi aset tetap dan biaya-biaya selanjutnya yang timbul untuk menambah,

mengganti, atau memperbaikinya.

Rincian lebih jelas diungkapkan dalam PSAK 16 paragraf 16 yang mengklasifikasikan

komponen-komponen yang masuk ke dalam biaya perolehan aset tetap yaitu:

1. harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh

dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain. Contoh

British Airways mengindikasikan pesawat disajikan sebesar nilai wajar kas yang

diserahkan setelah dikurangi kredit manufaktur;

2. biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi

dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi

manajemen.Contoh Skanska AB membeli mesin berat dari Caterpillar, Skanska

mengkapitalisasi biaya pembelian ke dalam biaya kirim. Adapun contoh biaya yang

dapat diatribusikan secara langsung dijelaskan dalam PSAK 16 paragraf 17 yaitu:

a. biaya imbalan kerja (seperti didefinisikan dalam PSAK 24 (revisi 2010): Imbalan

Kerja) yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap;

b. biaya penyiapan lahan untuk pabrik;

c. biaya handling dan penyerahan awal;

d. biaya perakitan dan instalasi;

9
e. biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil

bersih penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut

(misalnya, contoh produk dihasilkan dari peralatan yang sedang diuji); dan

f. komisi profesional.

3. estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi

aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena

entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk

menghasilkan persediaan. Dengan adanya persyaratan terakhir ini maka dalam harga

perolehan aset tetap dapat terkandung suatu nilai estimasi yang mungkin

mengakibatkan selisih perbedaan dengan penghitungan perpajakan.

Biaya restorasi lokasi aset (decommissioning costs) yang diprediksi akan terjadi pada

akhir masa manfaat aset diperlakukan sebagai bagian dari kos aset tetap. Dengan demikian

kos aset tetap adalah mencakup kos perolehan aset tetap ditambah dengan decommissioning

costs dan dismantling costs. Rekening lawan dari decommissioning costs adalah rekening

utang bersyarat. IAS 37 menegaskan bahwa provisions atau pencadangan utang atas

decommissioning costs akan diakui hanya pada saat dipenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Pada saat pelaporan keuangan perusahaan terbukti memiliki kewajiban (present

obligation) baik secara legal maupun bersifat konstruktif, sebagai akibat dari

peristiwa yang lalu.

2. Dapat diprediksi akan terjadinya arus keluar sumberdaya ekonomi untuk

menyelesaikan kewajiban, dan

3. Dapat diprediksi secara memadai jumlah kewajiban yang harus diselesaikan

diwaktu yang akandatang.

10
Contoh implementasi decommissioning costs adalah sebagai berikut, misalnya dalam

rangka memenuhi ketentuan perizinan pemerintah dalam pengadaan aset tetap, perusahaan

diwajibkan pada akhir masa pakai aktiva tetap perusahaan harus membongkar aktiva tetap,

membersihkan lokasi penempatan aktiva tetap, dan mengembalikan tanah seperti keadaan

semula.

Kondisi semacam ini memenuhi ketentuan sebagai kewajiban masa sekarang sebagai

akibat peristiwa masa lalu (pengadaan aset tetap), yang kemungkinan besar akan

mengakibatkan arus keluar sumberdaya di masa yang akan datang. Pengakuan kos atas

peristiwa di masa yang akan datang semacam ini memerlukan estimasi yang cukup cermat,

mengingat estimasi berhubungan dengan jangka waktu yang cukup panjang, yang sangat

rentan dengan berbagai kemungkinan yang bisa mempengaruhi ketepatan estimasi, paling

tidak bisa sangat dipengaruhi oleh evolusi atau bahkan revolusi perubahan teknologi, yang

kemungkinan besar akan mempengarui realisasi decommissioning dan dismantling costs.

Untuk mengatasi kerumitan estimasi, IAS 37 memberikan arahan teknis dengan

menyatakan bahwa estimasi yang terbaik adalah dengan cara mengukur dengan tepat

decommissioning dan dismantling costspada akhir masa kegunaan aset tetap, kemudian

mengukurnya dengan nilai sekarang (discounted to present value), selanjutnya present value

dari kedua unsur kos tersebut dimasukkan sebagai bagian dari kos perolehan aset tetap.

Meskipun telah disediakan arahan teknis semacam ini, kesulitan dalam praktik tetap akan

terjadi, karena yang menjadi persoalan utama adalah pada teknis pengukuran secara tepat

prediksi potensi kos yang akan terjadi pada akhir umur ekonomis aset tetap, bukan pada

bagaimana mengukur nilai sekarang dari kedua unsur kos tersebut. Dari kaca mata US

GAAP, masalah berat seperti ini barangkali yang membuat US GAAP tidak mengatur

standard tentang unsur biaya semacam ini.

11
Perlu dipahami bahwa dismantling costs, legal costs atau constructive obligations,

yang merupakan bagian dari kos perolehan aset tetap, tidak diperkenankan untuk diperluas

sampai dengan kos operasional aset tetap di waktu yang akan datang, mengingat kos

operasional di waktu yang akan datang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban masa

sekarang (present obligation). Konsekuensi dari ketentuan kapitalisasidismantling costs maka

dismantling costs harus dibebankan ke masing-masing periode yang menikmati jasa aset tetap

melalui prosedur depresiasi. Pada masing-masing periode dismantling costs harus disesuaikan

dengan perkembangan informasi terbaru dengan tujuan untuk meningkatkan ketepatan

prediksi dismantling costs. Kenaikan nilai cadangan (provision) dari dismantling costs

dilaporkan sebagai bunga atau semacam biaya pendanaan.

Beberapa contoh decommissioning costs atau dismantling costs yang harus diakui

pada saat perolehan aset tetap, misalnya sebagai berikut :

 Kasus lease premises (leasing aset tetap). Misalnya dalam transaksi leasing terdapat

kewajiban bagi lessee atau pembeli bahwa pada akhir umur ekonomi aset tetap harus

mengosongkan lokasi penempatan aset tetap, atau harus membongkar dan

memindahkan aset tetap ke lokasi lain. Dalam hal terjadi kasus semacam, jika leasing

termasuk kategori leasing pendanaan (finance lease), maka taksiran biaya

pembongkaran dan pemindahan aset (distmantling dan decommissioning costs) harus

dikapitalisasi atau dibukukan sebagai bagian dari kos aset tetap, dan didepresiasi

selama umur ekonomi aset tetap. Dalam hal leasing termasuk sebagai kategori leasing

operasional, kos semacam ini harus dipalorkan sebagai beban ditangguhkan (deferred

charge). Dalam US GAAP kos semacam ini tidak diperlakukan sebagai kos aset tetap,

karena kos aset tetap diukur berdasarkan kos yang telah terjadi (historical costs), dan

tidak termasuk kos yang kemungkinan akan terjadi.

12
 Kepemilikan aset tetap (owned premises). Mesin dalam contoh 1 dipasang pada lokasi

pabrik yang dimiliki perusahaan. Pada akhir umur ekonomi mesin, perusahaan

memiliki opsi untuk membongkar dan memindahkan mesin serta menanggung seluruh

biaya pembongkaran dan pemindahan mesin, atau membiarkan mesin tetap

ditempatnya dan tidak dioperasikan lagi. Jika perusahaan memilih tidak membongkar

dan memindahkan mesin, maka akibat yang ditimbulkan adalah menurunkan nilai

wajar (fair value) dari lokasi mesin, jika perusahaan memutuskan untuk menjual

lokasi mesin sebagaimana adanya. Tetapi karena tidak ada kewajiban legal untuk

membongkar dan memindahkan aset tetap, dalam hal ini mesin, maka kos

pembongkaran tersebut tidak dimasukkan sebagai bagian kos dari aset tetap.

Semestinya kos pembongkaran harus tetap diakui sebagai kos aset tetap, agar

perlakuan akuntansinya konsisten dengan kasus nomor 1 (satu) di atas.

 Dengan menggunakan kasus yang sama seperti contoh 1 dan 2, misalnya dalam kasus

ini pemilik perusahaan memberi opsi kepada fihak ketiga untuk membeli perusahaan

pada akhir tahun ke 5, yaitu akhir umur ekonomis aset tetap. Di dalam menawarkan

opsi, secara verbal pemilik perusahaan mengatakan bahwa perusahaan akan dalam

keadaan bersih, seluruh mesin serta perlengkapan kantor akan disingkirkan dari lokasi

pabrik. Pemilik perusahaan berharap bahwa pembeli opsi menjadi tertarik karena

biaya pembongkaran aset tetap (dalam hal ini mesin) ditanggung oleh penjual, yaitu

dalam bentuk janji untuk membersihkan pabrik dari mesin-mesin lama. Dalam kasus

semacam ini, meskipun status legalnya kemungkinan masih dapat dipertanyakan,

tetapi secara janji semacam ini telah memunculkan kewajiban konstruktif

(constructive obligation) dan harus diakui sebagai decommissioning costs.

 PT X bergerak dalam produksi bahan-bahan kimia. Perusahaan memasang tank

bawah tanah untuk menyimpan berbagai jenis bahan kimia. Tank dipasang pada saat

13
perusahaan membeli fasilitas pabrik tujuh tahun yang lalu. Pada bulan Februari 2009

pemerintah mengeluarkan peraturan yang mengharuskan perusahaan untuk

membongkar tank semacam ini pada saat tank sudah tidak digunakan lagi. Dalam

kasus semacam ini maka mulai sejak dikeluarkan peraturan pemerintah perusahaan

harus mengakuidecomissioning obligation.Misalnya dalam kasus PT X ini, dalam

kegiatan operasionalnya perusahaan juga menggunakan cairan kimia untuk

membersihkan peralatan pabrik yang dimilikinya, yang ditempatkan dalam

penampungan yang khusus dirancang untuk tujuan tersebut.

Penampungan dan tanah sekitarnya yang semuanya adalah milik PT X, terkontaminasi

oleh pembersih berbahan kimia tersebut. Pada tanggal 1 Februari 2009 pemerintah

menerbitkan peraturan yang berisi keharusan untuk membersihkan dan membuang limbah

produksi yang membahayakan pada akhir penggunaan fasilitas penampungan sisa bahan

kimia. Atas berlakunya peraturan pemerintah tersebut, berakibat timbulnya keharusan untuk

mengakui dengan segera biaya pembersihan dan pembuangan limbah industri

(decommissioning costs and obligation) yang berhubungan dengan kontaminasi yang telah

terjadi.

Tentang kemungkinan terjadinya perubahan taksiran decommissioning costs dan

dismantling costs, IFRIC nomor 1 menginterpretasikan bahwa penyesuaian hanya diperlukan

untuk sisa umur aset tetap, atau berlaku secara prospektif, dan tidak berlaku secara

restrospektif . Di Indonesia hal ini diatur dalamISAK 9 yang menyatakan bahwa perubahan

biaya penonaktifan yang muncul dari perubahan estimasi dan tariffdiskonto harus disesuaikan

dengan biaya perolehan aset pada periode berjalan secara prospektif (atau jika aset tersebut

diperhitungkan menggunakan model revaluasi, perubahan tersebut harus diperhitungkan

sebagai revaluasi surplus/defisit) dan perubahan biaya penonaktifan yang muncul akibat

berjalannya waktu diskonto harus diperhitungkan sebagai biaya pendanaan.

14
Inilah salah satu perbedaan antara US GAAP dan IFRS, karena US GAAP berbasis kos

historis, makadismantling dan decommissioning costs tidak diakui. Utang bersyarat yang

selama ini diakomodasi oleh US GAAP adalah bukan untuk konteks semacam ini, misalnya

hutang hadiah, utang garansi, atau utang karena adanya tuntutan hukum fihak ketiga, yang

jumlah nominalnya relatif lebih mudah pengukurannya. Hambatan yang akan dihadapi pada

saat IFRS diterapkan adalah pada penaksiran atau pengukurandismantling costs dan taksiran

kos lain yang akan timbul pada saat aset tetap dihentikan pemanfaatannya. Namun demikian

IFRIC nomor 1, telah memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi hambatan ini.

Ketika entitas membeli aset tetap dengan diskon pembelian, maka entitas dapat

menggunakan dua pendekatan untuk melaporkan diskon pembelian dan aset tetap, yaitu:

1. Dengan mengurangi nilai aset tanpa memperhatikan apakah diskon tersebut

diambil atau tidak diambil (disajikan pada nilai nettonya). Alasan untuk

pendekatan ini adalah asumsi bahwa biaya ril aset adalah harga dari kas atau

setara kas atas aset tersebut. Apabila diskon tidak diambil maka diskon tersebut

dianggap sebagai kerugian tahun berjalan.

2. Tidak mengurangi nilai aset, aset disajikan pada nilai bruto. Alasan untuk

pendekatan ini adalah kegagalan untuk mengambil diskon tidak harus selalu

dianggap kerugian. Ketentuan mungkin tidak menguntungkan, atau mungkin tidak

bijaksana bagi perusahaan untuk mengambil diskon.

Pada praktik bisnis saat ini kedua pendekatan tersebut digunakan, meskipun

pendekatan pada butir 1 lebih baik untuk digunakan karena menyajikan nilai aset pada nilai

wajarnya.

Perusahaan seringkali membeli aset tetap dengan kontrak kredit jangka panjang,

menggunakan wesel, utang hipotek, obligasi, atau obligasi peralatan. Untuk merefleksikan

15
biaya yang benar, perusahaan mencatat aset yang dibeli dengan kontrak kredit jangka panjang

setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat terjadinya. Jika pembayaran suatu aset

ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit normal, perbedaan antara nilai tunai

dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama periode kredit kecuali

dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 26 (revisi 2008).

Ketika tingkat bunga tidak dinyatakan, atau jika tingkat spesifik tidak memungkinkan,

maka perusahaan akan mengkaitkan dengan tingkat bunga terkait. Tingkat bunga ini akan

dinegosiasikan antara penjual dan pembeli dalam transaksi pinjaman serupa. Dalam

mengkaitkan dengan tingkat bunga, perusahaan harus mempertimbangkan beberapa faktor

diantaranya peringkat kredit peminjam, jumlah dan tanggal maturitas wesel, dan tingkat

bunga yang berlaku umum.Apabila perusahaan tidak mengaitkan tingkat bunga, maka aset

akan dicatat lebih besar dari nilai wajarnya dan beban bunga akan menjadi kurang catat pada

laporan laba rugi sepanjang periode kontrak kredit tersebut.

Kadang-kadang aset tetap dibeli dan dibayar melalui penerbitan ekuitas

perusahaan.Dalam kasus seperti itu,jika ekuitas tersebut diperdagangkan secara aktif maka

harga pasar ekuitas yang diterbitkan merupakan nilai wajar yang dijadikan indikasi biaya aset

yang diakui. Karena ekuitas merupakan alat ukur yang baik untuk harga setara kas saat ini.

Jika perusahaan tidak dapat menentukan nilai wajar ekuitas berdasarkan nilai pasarnya, maka

perusahaan mengestimasi nilai wajar aset tersebut. Dan kemudian menggunakan nilai wajar

aset sebagai dasar pencatatan aset dan penerbitan ekuitas.

Apabila suatu aset tetap ditukarkan dengan aset lain selain kas (aset non moneter),

maka aset tersebut diukur berdasarkan nilai wajar aset yang diserahkan atau nilai wajar dari

aset diterima, pilih mana yang lebih jelas. Dengan demikian perusahaan akan langsung

mengakui laba atau rugi pertukaran ini. Rasionalisasi untuk pengakuan langsung ini adalah

16
kebanyakan transaksi memiliki substansi komersial, dan oleh karena itu laba/rugi harus

segera diakui.

PSAK 16 mengatur entitas menentukan apakah suatu transaksi pertukaran memiliki

substansi komersial atau tidak dengan mempertimbangkan sejauh mana arus kas masa depan

diharapkan dapat berubah sebagai akibat dari transaksi tersebut. Suatu transaksi pertukaran

memiliki substansi komersial jika:

1. konfigurasi (contohnya risiko, waktu, dan jumlah) arus kas atas aset yang diterima

berbeda dari konfigurasi dari aset yang diserahkan; atau

2. nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang dipengaruhi oleh perubahan

transaksi sebagai akibat dari pertukaran; dan

3. selisih di (1) atau (2) adalah relatif signifikan terhadap nilai wajar dari aset yang

dipertukarkan.

Untuk tujuan menentukan apakah transaksi pertukaran memiliki substansi komersial,

nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang dipengaruhi oleh transaksi

mencerminkan arus kas setelah pajak. Hasil analisis ini dapat menjadi jelas tanpa entitas

melakukan perhitungan lebih rinci. Contoh:

Andrew Co menukarkan peralatannya dengan tanah milik Roddick Inc.Kemungkinan bahwa

waktu dan jumlah arus kas yang timbul untuk tanah akan berbeda secara signifikan dari arus

kas yang timbul dari peralatan. Sebagai hasilnya baik Andrew Co maupun Roddick Inc

berada pada posisi ekonomi yang berbeda. Oleh karena itu terjadi substansi komersial, dan

perusahaan mengakui laba/rugi pertukaran. Nilai wajar aset dapat diukur secara andal

meskipun tidak ada transaksi pasar yang sejenis, jika:

17
1. variabilitas rentang estimasi nilai wajar yang masuk akal (wajar) untuk aset tersebut

tidak signifikan; atau

2. probabilitas dari berbagai estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai secara rasional

dan digunakan dalam mengestimasi nilai wajar.

Selain hal-hal di atas, PSAK 16 juga mengatur bagaiman biaya perolehan suatu aset

yang dibangun sendiri ditentukan, yaitu dengan menggunakan prinsip yang sama

sebagaimana perolehan aset dengan pembelian. Jika entitas membuat aset serupa untuk

dijual dalam usaha normal, biaya perolehan aset biasanya sama dengan biaya

pembangunan aset untuk dijual (lihat PSAK 14 (revisi 2008): Persediaan).

Oleh karena itu, dalam menetapkan biaya perolehan maka setiap laba internal

dieliminasi. Demikian pula jumlah abnormal yang terjadi dalam pemakaian bahan baku,

tenaga kerja, atau sumber daya lain dalam proses konstruksi aset yang dibangun sendiri

tidak termasuk biaya perolehan aset. PSAK 26 (revisi 2008): Biaya Pinjaman menetapkan

kriteria yang harus dipenuhi sebelum biaya bunga dapat diakui sebagai suatu komponen

biaya perolehan aset tetap.PSAK 26 mensyaratkan biaya pinjaman yang dapat

dikapitalisasi adalah :

 biaya pinjaman yang dapat diatribusikan langsung dengan konstruksi atau

pembangunan aset tetap.

 bila biaya pinjaman tersebut menghasilkan manfaat ekonomi masa depan untuk

entitas dan dapat diukur secara andal.

Masalah kontroversial lainnya terkait biaya perolehan aset tetap yang dibangun sendiri

adalah perlakuan terhadap semua ‘keuntungan’ atau ‘kerugian’ konstruksi.Sesuai dengan

konservatisme, PSAK 16 secara umum menyatakan bahwa keuntungan konstruksi tidak

boleh segera diakui, sementara kerugian konstruksi harus segera diakui.

18
Setelah membahas mengenai biaya apa saja yang termasuk ke dalam alokasi aset tetap,

PSAK 16 juga mengatur biaya-biaya yang tidak dapat dikapitalisasi ke aset tetap:

 biaya pembukaan fasilitas baru

 biaya pengenalan produk baru (termasuk biaya iklan dan aktivitas promosi);

 biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru (termasuk

biaya pelatihan staf); dan

 administrasi dan biaya overhead umum lainnya

Pengakuan terhadap biaya-biaya dalam jumlah tercatat suatu aset tetap dihentikan ketika

aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai

dengan intensi manajemen. Oleh karena itu, biaya pemakaian dan pengembangan aset tidak

dimasukkan ke dalam jumlah tercatat aset tersebut. Sebagai contoh, biaya-biaya berikut ini

tidak termasuk di dalam jumlah tercatat suatu aset tetap:

 biaya-biaya yang terjadi ketika suatu aset telah mampu beroperasi sesuai dengan

intensi manajemen namun belum dipakai atau masih beroperasi di bawah kapasitas

penuhnya;

 kerugian awal operasi, seperti ketika permintaan terhadap keluaran (output) masih

rendah; dan

 biaya relokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh operasi entitas

E. Model Biaya Aset Tetap

Menurut PSAK 16 paragraf 30, model biaya suatu aset tetap dicatat sebesar biaya

perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.

1. Akuntansi untuk Penyusutan

19
PSAK 16 mensyaratkan bahwa setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya

perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset dan yang masa

manfaat dan/atau pola penggunaannya berbeda disusutkan secara terpisah (paragraf 43).

Sebagai contoh, sebuah bangunan dengan masa manfaat 50 tahun dan eskalator di dalamnya

dengan masa manfaat 10 tahun disusutkan secara terpisah. Menurut PSAK 16 penyusutan

aset yang dapat disusutkan dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan dan bahwa

penyusutan tersebut dihentikan hanya pada saat aset itu diklasifikasikan sebagai ‘dimiliki

untuk dijual’ berdasarkan PSAK 58 (PSAK 16 paragraf 55). Dengan demukian, penyusutan

tidak dihentikan apabila suatu aset tidak sedang digunakan atau tidak lagi digunakan, kecuali

jika aset itu telah sepenuhnya disusutkan.Namun, apabila metode penyusutan yang digunakan

adalah usage method (seperti unit of production method) maka beban penyusutan menjadi nol

bila tidak ada produksi.

Penyusutan didefinisikan dalam PSAK 16 sebagai ‘ alokasi sistematis jumlah yang dapat

disusutkan dari suatu aset sepanjang masa manfaatnya’ (paragraf 6).Dengan demikian, dalam

menentukan beban penyusutan, tiga faktor yang harus dipertimbangkan adalah :

 jumlah yang dapat disusutkan,

 estimasi umur manfaat,

 metode alokasi.

Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan

pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residunya.Jumlah tersusutkan dari suatu aset

dialokasikan secara sistematis sepanjang umur manfaatnya.

Nilai residu didefinisikan dalam paragraf 6 sebagai jumlah neto yang akan diperoleh

perusahaan dari pelepasan suatu aset jika aset itu telah mencapai akhir umur manfaatnya dan

telah beroperasi dalam kondisi yang diharapkan diakhir umur manfaatnya (yaitu dampak

20
inflasi diabaikan). PSAK 16 juga menyinggung fakta bahwa nilai residu suatu aset sering

tidak signifikan dan dapat diabaikan dalam perhitungan jumlah yang dapat disusutkan

(paragraf 53).

Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap di-review minimum setiap akhir tahun

buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan

tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25 (revisi

2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.

Nilai residu aset dapat meningkat ke suatu jumlah yang setara atau lebih besar dari jumlah

tercatatnya. Jika hal tersebut terjadi, maka beban penyusutan aset tersebut adalah nol, hingga

nilai residu selanjutnya berkurang menjadi lebih rendah dari jumlah tercatatnya (PSAK

16:55).

Umur manfaat adalah periode suatu aset yang diharapkan dapat digunakan oleh entitas,

atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari suatu aset oleh

entitas.Manfaat ekonomi masa depan melekat pada aset yang dikonsumsi oleh entitas

terutama melalui penggunaan aset itu sendiri. Namun, beberapa faktor lain seperti keusangan

teknis, keusangan komersial dan keausan selama aset tersebut tidak terpakai, sering

mengakibatkan menurunnya manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari aset tersebut.

Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh entitas.

Kebijakan manajemen aset suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset yang bersangkutan

setelah jangka waktu tertentu atau setelah pemanfaatan sejumlah proporsi tertentu dari

manfaat ekonomik masa depan yang melekat pada aset. Oleh karena itu, umur manfaat dari

suatu aset dapat lebih pendek dari umur manfaat dari aset tersebut. Estimasi umur manfaat

suatu aset merupakan hal yang membutuhkan pertimbangan berdasarkan pengalaman entitas

terhadap aset yang serupa(PSAK 16:58).

21
Metode penyusutan yang digunakan mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat

ekonomik masa depan dari aset oleh entitas. Metode penyusutan yang digunakan untuk aset

di-review minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan

dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, maka

metode penyusutan diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode

penyusutan diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25

(revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.

Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang

disusutkan secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya. Metode tersebut antara

lain :

1. metode garis lurus (straight line method). Metode garis lurus menghasilkan

pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah,

2. metode saldo menurun (diminishing balance method). Metode saldo menurun

menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset, dan

3. metode jumlah unit (sum of the unit method). Metode jumlah unit menghasilkan

pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu

aset.

Metode penyusutan aset dipilih berdasarkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik

masa depan dari aset dan diterapkan secara konsisten dari periode ke periode kecuali ada

perubahan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut.

Oleh karena itu, metode penyusutan yang digunakan harus konsisten dengan ekspektasi

pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset itu. Misalnya, untuk aset yang

digunakan secara merata sepanjang umur manfaatnya, metode garis lurus harus diterapkan,

misalnya gedung yang dipakai untuk urusan administratif. Di pihak lain, untuk aset yang

22
digunakan secara lebih intensif di umur masa hidupnya dan tidak begitu intensif di akhir

masa hidupnya, metode dipercepat harus digunakan misalnya adalah mesin-mesin pabrik

yang dipakai intensif di awal karena mengejar target produksi.

Dengan demikian pemilihan metode penyusutan tidak bisa disama ratakan untuk seluruh

aset tanpa memperhatikan pola konsumsinya, misalnya demi alasan kemudahan perpajakan.

PSAK 16 menyatakan bahwa biaya penyusutan pada setiap periode harus diakui sebagai

beban kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya (paragraf

48).

Jika suatu aset tetap digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada periode berjalan,

maka penyusutan harus dibebankan secara langsung dalam laporan laba rugi komprehensif.

Di pihak lain, jika aset tetap digunakan untuk memproduksi barang atau jasa, maka

penyusutan dibebankan pertamakali ke biaya produksi (atau konstruksi) dan akhirnya

dibebankan dalam laporan laba rugi komprehensif sebagai bagian dari harga pokok penjualan

Namun, sebagian besar perusahaan menerapkan kebijakan yang lebih praktis, yaitu

memberikan penyusutan tahun penuh untuk aset yang diperoleh selama satu periode dan tidak

ada penyusutan untuk aset yang dilepaskan selama periode itu atau sebaliknya, atau

memberikan penyusutan untuk aset yang telah digunakan selama lebih dari enam bulan

selama periode berjalan dan tidak ada penyusutan untuk aset yang telah digunakan selama

enam bulan atau kurang selama periode berjalan.

Penyusutan diakui walaupun nilai wajar aset melebihi jumlah tercatatnya, sepanjang nilai

residu aset tidak melebihi jumlah tercatatnya. Perbaikan dan pemeliharaan aset tidak

meniadakan keharusan untuk menyusutkan aset. Hal ini terjadi karena penyusutan

didefinisikan dalam PSAK 16 sebagai proses alokasi dan bukan proses penilaian.

23
Aset yang dapat disusutkan merupakan fasilitas yang perlu terjadi untuk memperoleh

pendapatan. Biaya perolehan aset itu (dikurangi nilai sisa, jika ada), seperti beban lain yang

terjadi dalam proses perolehan pendapatan, harus dibebankan terhadap penghasilan. Namun,

karena aset yang dapat disusutkan digunakan selama lebih dari satu periode, jumlah yang

dapat disusutkan harus dialokasikan pada periode yang menerima manfaat dari penggunaan

aset itu. Proses alokasi ini yang disebut sebagai penyusutan.

Jika nilai suatu aset lebih besar dari biaya perolehannya (atau jumlah tercatat neto) dan

diputuskan bahwa nilai aset itu diperhitungkan, maka yang perlu dilakukan adalah proses

revaluasi secara terpisah. Setelah revaluasi dilakukan, penyusutan masih harus

diperhitungkan untuk mengalokasikan jumlah yang revaluasian (dikurangi nilai sisa, jika ada)

sepanjang masa hidup aset yang direvaluasi. Sebetulnya, PSAK 16 menyatakan bahwa beban

penyusutan dapat terjadi sekalipun nilai wajar suatu aset lebih besar dari jumlah tercatatnya

(paragraf 52).

2. Penurunan Nilai (Impairment)

Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mengalami penurunan nilai, entitas

menerapkan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset. Pernyataan tersebut menjelaskan

bagaimana entitas me-review jumlah tercatat asetnya, bagaimana menentukan jumlah

terpulihkan dari aset dan kapan mengakui atau membalik rugi penurunan nilai.

Pada dasarnya, PSAK 48 mensyaratkan bahwa kapan pun terdapat indikasi penurunan

nilai, maka jumlah terpulihkan (yang didefinisikan sebagai jumlah terbesar dari nilai realisasi

neto dan nilai pakai) dari aset itu harus diestimasi, dan jika jumlah terpulihkan lebih rendah

dari jumlah tercatat, maka nilai aset itu harus diturunkan menjadi sebesar nilai

terpulihkannya. Rugi penurunan nilai harus segera dibebankan ke penghasilan, kecuali jika

membalik revaluasi positif sebelumnya (yang harus dibebankan ke akun cadangan revaluasi.

24
PSAK 48 juga menyatakan bahwa jika pada periode setelahnya, kondisi dan peristiwa

yang sebelumnya menyebabkan penghapusan jumlah tercatat suatu pos atau kelompok aset

tetap tidak lagi ada dan jika ada bukti meyakinkan bahwa kondisi dan peristiwa baru tidak

akan berubah di masa depan, maka segala kenaikan jumlah yang dapat dipulihkan yang

timbul harus dicatat kembali. Jumlah yang dicatat kembali harus dikurangi oleh jumlah yang

seharusnya diakui sebagai penyusutan jika penghapusan tidak terjadi.

3. Penghentian Aset

Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat:

 Pada saat dilepaskan

 Pada saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan

atau pelepasannya.

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap

dimasukkan dalam laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya (kecuali PSAK

30: Sewa mengharuskan perlakuan yang berbeda dalam hal transaksi jual dan sewa-balik).

Keuntungan tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan.

Namun, entitas yang aktivitas normal rutinnya adalah menjual aset yang sebelumnya

disewakan, maka entitas mentransfer aset tetap tersebut menjadi persediaan sesuai nilai

tercatat ketika aset tidak lagi disewakan dan menjadi aset dimiliki untuk dijual. Imbalan dari

penjualan aset tersebut diakui sebagai pendapatan sesuai dengan PSAK 23 (revisi 2010):

Pendapatan. PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan

Operasi yang Dihentikan tidak diterapkan ketika aset yang dimiliki untuk dijual dalam

keadaan bisnis normal dipindahkan ke persediaan.

25
Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara (misalnya: dijual, disewakan

berdasarkan sewa pembiayaan, atau disumbangkan). Dalam menentukan tanggal pelepasan

aset, entitas menerapkan kriteria dalam PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan untuk mengakui

pendapatan dari penjualan barang. PSAK 30 (revisi 2011): Sewa diterapkan untuk pelepasan

melalui jual dan sewa-balik.

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset tetap

ditentukan sebesar pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada, dan jumlah

tercatat dari aset tersebut.Piutang atas pelepasan aset tetap diakui pada saat awal sebesar nilai

wajarnya. Jika pembayaran untuk hal tersebut ditangguhkan, perhitungan yang akan diterima

diakui pada saat awal sebesar nilai tunainya. Perbedaan antara jumlah nominal piutang dan

nilai tunainya diakui sebagai pendapatan bunga sesuai dengan PSAK 23 (revisi 2009):

Pendapatan yang mencerminkan imbalan efektif atas piutang.

4. Model Revaluasi

Dalam model revaluasi, suatu aset tetap dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai

wajarnya pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi

penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.PSAK 16 menyatakan bahwa jika

revaluasi digunakan, aset itu harus dinilai pada nilai wajarnya (paragraf 31).

PSAK 16 lebih lanjut menyatakan bahwa nilai wajar tanah dan bangunan biasanya

ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi

professional berdasarkan bukti pasar (paragraf 32).

Meskipun tidak diatur secara khusus dalam PSAK 16, pada umumnya disepakati

bahwa penilaian harus didasarkan pada ‘nilai pasar untuk penggunaan yang ada’ dan bukan

pada ‘nilai pasar untuk penggunaan alternatif’. Nilai pasar untuk penggunaan yang ada adalah

26
estimasi nilai pasar yang memperhitungkan salah satunya bukti transaksi pasar terbuka

properti serupa, yaitu properti yang digunakan untuk tujuan serupa.

Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap yang

direvaluasi. Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah

tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Beberapa aset tetap mengalami

perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara

tahunan. Revaluasi tahunan seperti itu tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar

tidak signifikan. Namun demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau

lima tahun sekali.

Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi

diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini:

 disajikan kembali secara porposional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto

aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah

revaluasiannya. Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara

memberi indeks untuk menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan.

 dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah

eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini

sering digunakan untuk bangunan.

Jumlah penyesuaian yang timbul dari penyajian kembali atau eliminasi akumulasi

penyusutan membentuk bagian dari kenaikan atau penurunan dalam jumlah tercatat.

Aset-aset dalam suatu kelompok aset tetap harus direvaluasi secara bersamaan untuk

menghindari revaluasi aset secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai

lainnya pada saat yang berbeda-beda. Namun, suatu kelompok aset dapat direvaluasi secara

27
bergantian (rolling basis) sepanjang revaluasi dari kelompok aset tersebut dapat diselesaikan

secara lengkap dalam waktu yang singkat dan sepanjang revaluasi dimutakhirkan.

Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, maka kenaikan tersebut diakui dalam

pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi.

Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan

nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laba rugi.

Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, maka penurunan tersebut diakui dalam

laba rugi. Namun, penurunan nilai tercatat diakui dalam pendapatan komprehensif lain

selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut.

Penurunan nilai yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain mengurangi akumulasi

dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi.

Surplus revaluasi aset tetap yang telah disajikan dalam ekuitas dapat dipindahkan

langsung ke saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Hal ini meliputi

pemindahan sekaligus surplus revaluasi pada saat penghentian atau pelepasan aset tersebut.

Namun, sebagian surplus revaluasi tersebut dapat dipindahkan sejalan dengan penggunaan

aset oleh entitas. Dalam hal ini, surplus revaluasi yang dipindahkan ke saldo laba adalah

sebesar perbedaan antara jumlah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian aset dengan

jumlah penyusutan berdasarkan biaya perolehan aset tersebut. Pemindahan surplus revaluasi

ke saldo laba tidak dilakukan melalui laba rugi.

Untuk mencatat dampak revaluasi, PSAK 16 menyediakan dua metode (paragraf 35):

 Baik jumlah tercatat bruto maupun akumulasi penyusutan disajikan kembali secara

proporsional untuk menghasilkan jumlah tercatat neto yang sama dengan jumlah

revaluasian neto.

28
 Akumulasi penyusutan dihapuskan dan jumlah revaluasian neto diperlukan sebagai

jumlah tercatat bruto yang baru.

Dampak metode (1) adalah tetapnya hubungan antara biaya perolehan (atau penialaian)

dan akumulasi penyusutan. Dengan kata lain, hubungan antara jumlah tercatat bruto dan

akumulasi penyusutan tidak berubah. Alasan metode (2) adalah bahwa setelah revaluasi, aset

itu dianggap sebagai aset ‘baru’.

Sebagaimana telah disebutkan, jumlah yang dapat disusutkan dari aset tetap untuk tujuan

penyusutan didefinisikan dalam PSAK 16 sebagai ‘biaya perolehannya atau jumlah lain

pengganti biaya, dikurangi nilai residunya’ (paragraf 6). Oleh karenya, apabila suatu aset

tetap direvaluasi, maka jumlah revaluasianlah (bukan biaya perolehannya) yang menjadi

dasar untuk menghitung jumlah yang dapat disusutkan. Selain itu, seperti telah disebutkan,

PSAK 16 mensyaratkan bahwa nilai residu aset tetap di-review minimum setiap tanggal

pelaporan. Oleh karenanya, apabila suatu aset tetap direvaluasi, jumlah yang dapat disusutkan

harus dihitung kembali, berdasarkan jumlah revaluasian dan estimasi nilai residu baru.

Jumlah yang dapat disusutkan yang baru dihitung kemudian dialokasikan sepanjang sisa

umur manfaat aset itu.

Dapat dilihat bahwa PSAK 16 menyatakan ‘sebagian surplus dapat direalisasi oada saat

aset itu digunakan oleh perusahaan’ (paragraf 41). Jumlah surplus yang direalisasi secara

periodic adalah selisih antara jumlah penyusutan berdasarkan jumlah revaluasian dengan

jumlah penyusutan berdasarkan biaya perolehan aset-aset tersebut (paragraf 41).

PSAK 16 lebih lanjut menyatakan bahwa realisasi bertahap atas cadangan surplus

revaluasi harus diperhitungkan melalui pemindahan saldo laba, dan bukan melalui laporan

laba rugi komprehensif (paragraf 41)

29
PSAK 16 menyatakan bahwa cadangan revaluasi dapat (penekanan dari penulis)

dipindahkan secara langsung ke saldo laba pada saat penghentian pengakuan (paragraph 39).

Praktik yang berlaku umum di Negara tetangga Malaysia adalah apabila pengakuan suatu aset

revaluasi dihentikan, surplus revaluasi (yang kini direalisasi dan karenanya dapat

didistribusikan) dipindahkan melalui cadangan modal yang tidak dapat didistribusikan ke

cadangan yang dapat didistribusikan (misalnya saldo laba). Satu-satunya perbedaan dalam

praktik adalah sebagaian perusahaan melakukan pemindahan langsung, dan sebagian lain

melakukannya melalui laporan laba rugi komprehensif.

5. Pengungkapan

Laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap kelompok aset tetap:

1. dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto;

2. metode penyusutan yang digunakan;

3. umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

4. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi

penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; dan

5. rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

penambahan;

 aset diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok

lepasan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai PSAK 58 (revisi

2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan

dan pelepasan lainnya; akuisisi melalui kombinasi bisnis; peningkatan atau

penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraf 31, 39, dan 40 serta dari rugi

penurunan nilai yang diakui atau dijurnal balik dalam pendapatan komprehensif

lain sesuai PSAK No. 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset;

30
 rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai PSAK 48;

 rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam laba rugi sesuai PSAK 48;

 penyusutan;

 selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata

uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran

dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor;

dan

 perubahan lain.

Laporan keuangan juga mengungkapkan:

1. keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan untuk

liabilitas;

2. jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam

pembangunan;

3. jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap; dan

4. jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan

nilai, hilang atau dihentikan yang dimasukkan dalam laba rugi, jika tidak diungkapkan

secara terpisah pada pendapatan komprehensif lain.

Pemilihan metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset adalah hal-hal yang

memerlukan pertimbangan. Oleh karena itu, pengungkapan metode yang digunakan dan

estimasi umur manfaat atau tarif penyusutan memberikan informasi bagi pengguna laporan

keuangan dalam me-review kebijakan yang dipilih manajemen dan memungkinkan

perbandingan dengan entitas lain. Untuk alasan yang serupa, juga perlu diungkapkan:

1. penyusutan, apakah diakui dalam laba rugi atau diakui sebagai bagian dari biaya

perolehan aset lain, selama suatu periode; dan

31
2. akumulasi penyusutan pada akhir periode.

3. Entitas mengungkapkan sifat dan dampak perubahan estimasi akuntansi yang

berdampak material pada periode berjalan atau diperkirakan berdampak material pada

periode berikutnya. Untuk aset tetap,

4. pengungkapan tersebut dapat muncul dari perubahan estimasi dalam:

 nilai residu;

 estimasi biaya pembongkaran, pemindahan atau restorasi suatu aset tetap; umur

manfaat dan metode penyusutan.

Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut diungkapkan:

1. tanggal efektif revaluasi;

2. apakah penilai independen dilibatkan;

3. metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar aset;

4. penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung berdasarkan

harga terobservasi (observable prices) dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar

terakhir yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lainnya;

5. untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut dicatat

dengan model biaya; dan

6. surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan pembatasan-

pembatasan distribusi kepada pemegang saham

Informasi berikut mungkin relevan dengan kebutuhan pengguna laporan keuangan:

 jumlah tercatat aset tetap yang tidak dipakai sementara;

 jumlah tercatat bruto dari setiap aset tetap yang telah disusutkan penuh dan masih

digunakan;

32
 jumlah tercatat aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif dan tidak

diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009):

Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan; dan

 jika model biaya digunakan, nilai wajar aset tetap apabila berbeda secara material dari

jumlah tercatat.

33
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aset tetap dalam akuntansi adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam

produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk

tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Menurut PSAK 16 aset tetap didefinisikan sebagai aset berwujud yang digunakan dalam

produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk

tujuan administratif, serta diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Dalam

Kieso (2011:512) aset tetap memiliki karakteristik berikut ini:

a. Aset dimiliki untuk digunakan dalam operasional dan bukan untuk dijual.

b. Aset memiliki masa umur manfaat yang panjang dan biasanya disusutkan.

c. Aset memiliki substansi fisik.

Sesuai dengan prinsip pengakuan tersebut, PSAK 16 paragraf 12 menyatakan entitas tidak

boleh mengakui biaya perawatan sehari-hari aset tetap sebagai bagian dari aset bersangkutan.

Biaya-biaya ini diakui dalam laba rugi saat terjadinya. Biaya perawatan sehari-hari terutama

terdiri atas biaya tenaga kerja dan bahan habis pakai (consumables) termasuk di dalamnya

suku cadang kecil.

Suku cadang dan peralatan pemeliharaan (service equipment) biasanya dicatat sebagai

persediaan dan diakui dalam lana rugi pada saat dikonsumsi. Namun demikian, suku cadang

utama dan peralatan siap pakai memenuhi kriteria aset tetap ketika entitas memperkirakan

akan menggunakan aset tersebut selama lebih dari satu periode. Sama halnya jika suku

34
cadang dan peralatan pemeliharaan yang hanya bisa digunakan untuk suatu aset tetap

tertentu, hal ini juga dicatat sebagai aset tetap.

35
Daftar Pustaka

PSAK No. 19 Aktiva Tak Berwujud.pdf

ED-PSAK No. 19 Revisi 2009 Aset Tidak Berwujud.pdf

AKUNTANSI.pdf

36

Anda mungkin juga menyukai