Anda di halaman 1dari 20

MINI RISERT

METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

“ MENGHITUNG CURAH HUJAN”

Oleh :

Nama : Lia muniar Lumbantoruan

Nim : 3173131021

Dosenpengampu : Drs. Kamarlin Pinm,M.Si

Riki Rahmad,S.Pd.,M.Sc

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTASILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab
telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada kami, sehingga mampu
menyelesaikan Tugas “MINI RISET” Tugas ini di buat untuk memenuhi salah satu mata
kuliah kami yaitu Meteorologi dan Klimatologi.
Adapun tujuan Penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada: Bapak Drs. Kamarlin
Pinm,M.Si dan Riki Rahmad,S.Pd.,M.Sc. selaku dosen pengajar mata kuliah Meteorologi dan
Klimatologi. Dan juga Teman-teman semua yang telah mendukung dan memberi semangat
kepada kami.

  Kami menyadari penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
berharap saran dan kritik untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi kami dan pihak yang
memerlukan Terimakasih.

Medan, 15 Desember 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, mengapa
iklim di berbagai tempat di bumi berbeda , dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan
aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan interpretasi dari data2 yang banyak
dehingga memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang2 sering juga mengatakan
klimatologi sebagai meteorologi statistik (Tjasyono, 2004)
Sejak tahun 1980an para pemerhati dan peneliti meteorologi meyakini bahwa akan
terjadi beberapa penyimpangan iklim global, baik secara spatial maupun temporal, seperti  
peningkatan temperatur udara, evaporasi dan curah hujan.  Menjadi hal sangat krusial
mengetahui besaran anomali curah hujan yang akan terjadi pada masa datang di wilayah
Indonesia dalam skala global menggunakan model prakiraan iklim yang dikembangkan
berdasarkan keterkaitan proses antara atmosfer, laut, dan kutub dengan memperhatikan
evolusi yang proporsional dari peningkatan konsentrasi CO2 di trophosfer. 
Penelitian desk studi simulasi zonasi curah hujan untuk periode 1950-1979 dan
periode 2010-2039 beserta anomalinya terutama untuk musim hujan (Maret sampai Oktober)
dilaksanakan pada tahun 2002.  Anomali zonasi curah hujan merupakan selisih kejadian
hujan (mm) pada periode inisial (1950-1979) dengan periode berikutnya (2010-2039), dengan
menggunkan model ARPEGE (Action de Recherche Petite Echelle Grande Echelle) Climat
versi 3.0.  Besaran curah hujan yang ditampilkan merupakan keadaan curah hujan rataan
bulanan pada kedua periode tersebut.  Koordinat yang dipilih berkisar antara 25° Lintang
Utara dan Lintang Selatan serta berkisar 150° Bujur Timur. 
Selain itu, dianalisis zonasi temperatur maksimal dan temperatur minimal untuk
ketinggian 2 m di atas permukaan tanah dan evaporasi (mm).  Untuk melihat perubahan
frekuensi kejadian hujan sepanjang tahun 1980 sampai 2000 pada kondisi lapang, dilakukan
analisis frekuensi untuk parameter curah hujan dan temperatur pada dua periode pengamatan:
periode 1980-1990 dan 1991-2000.  Data iklim hasil pengamatan tersebut diperoleh dari
stasiun klimatologi Tamanbogo, Lampung Tengah (105°05’ BT ; 5°22’ LS ; 20 m dpl) dan
Genteng, Jawa Timur (114°13’ BT ; 8°22’ LS ; 168 m dpl). 
Pada periode 2010-2039 diprakirakan akan terjadi peningkatan jumlah curah hujan di
atas wilayah Indonesia, yang ditandai dengan perubahan zonasi wilayah hujan dengan
anomali positip zona konveksi, peningkatan temperatur, dan evaporasi terutama pada zona
konveksi  tertinggi di sepanjang selat Malaka, Laut Banda, Laut Karimata, dan Laut Arafura. 
Perubahan kualitas dan kuantitas curah hujan, khususnya curah hujan 100-150 mm/hari 
secara signifikan (59% dan 100%) pada stasiun sinoptik Tamanbogo dan Genteng telah
terjadi pada periode 1991-2000.  Langkah antisipasi limpahan curah hujan yang lebih besar
dapat dilakukan secara serentak melalui pendekatan lingkungan dan kemasyarakatan.

B. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui cara menentukan curah hujan disiatu wilayah
Ada menggunakan metode Aljabar, poligon dan Isoyet.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar
dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah
hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan
penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian
iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya
memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi
aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan, 2002).
Thornthwaite (1933) dalam Tjasyono (2004) menyatakan bahwa tujuan klasifikasi
iklim adalah menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-
benar aktif terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau
perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.
Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu
maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan
pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia
Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai
kriteria utama (Lakitan, 2002). Tjasyono (2004) mengungkapkan bahwa dengan adanya
hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan
pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara tanaman
dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai
kriteria dalam pengklasifikasian iklim.
Beberapa sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah
digunakan di Indonesia antara lain adalah:
a. Sistem Klasifikasi Koppen
Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan curah hujan.
Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di muka bumi yang didasarkan
kepada lima prinsip kelompok nabati (vegetasi). Kelima kelompok iklim ini dilambangkan
dengan lima huruf besar dimana tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy
climates), iklim B adalah tipe iklim kering (dry climates), iklim C adalah tipe iklim hujan
suhu sedang (warm temperate rainy climates), iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju
dingin (cold snowy forest climates) dan iklim E adalah tipe iklim kutub (polar climates)
(Safi’i, 1995).
      b. Sistem Klasifikasi Mohr
Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan, dari
hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana
keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila
curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm
per bulan (Anon, ?).
      c. Sistem Klasifikasi Schmidt-Ferguson
Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Menurut Irianto, dkk (2000)
penyusunan peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk
iklim hutan. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah
bulan basah dan bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klsifikasi iklim
Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah (X) dalam klasifikasian iklim
Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan kering atau
bulan basah selama tahun pengamatan ( åf ) dengan banyaknya tahun pengamatan (n).
Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe
iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah
hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim
C (agak basah) jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu
menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan
musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis
vegetasinya hutan savana, tipe iklim G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan
tipe iklim H (ekstrim kering) jenis vegetasinya adalah padang ilalang (Syamsulbahri, 1987).
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan
air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah
bulan basah yang berlansung secara berturut-turut.
Oldeman, et al (1980) mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk tanaman padi
adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan
asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi
kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan,
sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan
sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah
apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering
apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.
Lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis/varietas yang
digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan dalan satu tahun dipandang optimal
untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa
tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi
tanpa irigasi tambahan (Tjasyono, 2004).
Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim merupakan
pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun.
Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam
setahun. Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone C, zone
D dan zone E sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkana angka yaitu sub 1, sub 2,
sub 3 sub 4 dan sub 5.
Zone A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun. Zone B hanya dapat
ditanami padi 2 periode dalam setahun. Zone C, dapat ditanami padi 2 kali panen dalam
setahun, dimana penanaman padi yang jatuh saat curah hujan di bawah 200 mm per bulan
dilakukan dengan sistem gogo rancah. Zone D, hanya dapat ditanami padi satu kali masa
tanam. Zone E, penanaman padi tidak dianjurkan tanpa adanya irigasi yang baik.
(Oldeman, et al., 1980)
Klimatologi merupakan ilmu tentang atmosfer. Mirip dengan meteorologi, tapi
berbeda dalam kajiannya, meteorologi lebih mengkaji proses di atmosfer sedangkan
klimatologi pada hasil akhir dari proses2 atmosfer.
Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan produksi
tanaman. Jenis2 dan sifat2 iklim bisa menentukkan jenis2 tanaman yg tumbuh pada suatu
daerah serta produksinya. Oleh karena itu kajian klimatologi dalam bidang pertanian sangat
diperlukan. Seiring dengan dengan semakin berkembangnya isu pemanasan global dan
akibatnya pada perubahan iklim, membuat sektor pertanian begitu terpukul. Tidak teraturnya
perilaku iklim dan perubahan awal musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan
musim hujan membuat para petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan masa
panen. Untuk daerah tropis seperti indonesia, hujan merupakan faktor pembatas penting
dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian. Selain hujan, unsur iklim lain yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, angin, kelembaban dan sinar matahari.
Setiap tanaman pasti memerlukan air dalam siklus hidupnya, sedangkan hujan
merupakan sumber air utama bagi tanaman. Berubahnya pasokan air bagi tanaman yg
disebabkan oleh berubahnya kondisi hujan tentu saja akan mempengaruhi siklus pertumbuhan
tanaman. Itu merupakan contoh global pengaruh ikliim terhadap tanaman. Di indonesia
sendiri akibat dari perubahan iklim, yaitu timbulnya fenomena El Nino dan La Nina.
Fenomena perubahan iklim ini menyebabkan menurunnya produksi kelapa sawit. Selain itu
produksi padi juga menurun akibat dari kekeringan yang berkepanjangan atau terendam
banjir. Akan tetapi pada saat fenomea La Nina produksi padi malah meningkat untuk masa
tanam musim ke dua.
BAB III

PEMBAHASAN

Dalam pembahaan ini akan dibahas mengenai menghitung Curah hujan


melalui 3 metode yaitu Aljabar, Poligon dan Isoyet. Dimana wilayah yang akan
saya lakukan adalah Kota Medan. Dan ada 3 stasiun yang dilakukan
pengukurannya.

1) STASIUN METEOROLOGI MARITIM BELAWAN

2) STATIUN GEOFISIKA TUNTUNGAN

3) STASIUN KLIMATOLOGI SAMPALI

1. METODE ALJABAR

Yaitu ditentukan dengan menjumblahkan curah hujan dari semua


tempat dengan pembagiannya berdasarkan banyaknya stasiun.

2. METODE POLIGON

Yaitu metode yang digunakan untuk mencakup luas dengan


menggunakan gerid dan juga mencari batas wilayah stasiun, batas curah
hujan. Dengan menentukan atau membentuk garis kahyal dan membentuk
garis bidang sejajar terhadap garis khayal tersebut.

3. METODE ISOYET

Metode ini hampir sama dengan metode poligon hanya saja lebh
rumit pengerjaannya dimana menentujkan jarak maing masing garis dari
stasiun A ke B, setelh itu membentuk dari kelipatan masing- masing
curah hujan. Dan juga membentuk garis lengkung berdasarkan curah
hujan masing-masing dari garis tetapi dengan angka curah hujan yang
sama

berikut ini saya akan memaparkan Peta Kota Medan, bersamaan dengan nama
stasiunnya.
1. METODE ALJABAR
2. METODE POLIGON
3. METODE ISHOYET
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN
Jadi kesimpulannya adalah bahwa kita dapat mengetahui berapa curah hujan yang
terjadi pada 10 tahun atau bahkan bisa lebih dan itu bisa dilakukan dengan menerima
informasi atau data dari masing masing satsiun. Dan stasiun yang harus di lakukan sebagai
pekerjaan minimal 3 atau 4, dan dapat di lihat hasil yang telah saya kerjakan bahwa dari 3
metode yang ada, data yang akurat itu adalah data dari Metode Isoyet karna, metode ini
menghitung jarak mengukur berdasarkan kesamaan curah hujan menjadi satu wilayah.
DAFTAR PUSTAKA

Rahmad, Riki. 2017. “ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM, DAN EVAPOTRANSPIRASI
POTENSIAL UNTUK KAB/KOTA DI SUMATERA UTARA.” Open Science Framework. November
2017. osf.io/hy9fm.

https://mmahbub.files.wordpress.com/2010/05/1-hitungch.pdf

Anda mungkin juga menyukai