Kelas : Akuntansi - 4D
Sumber :
I. PENDAHULUAN
Akuntansi adalah suatu alat yang memiliki peran penting dalam setiap kegiatan bisnis,
baik bisnis yang berskala kecil, menengah, maupun besar. Seperti komputer yang memiliki
bahasa sendiri yaitu pemprograman, bisnis juga memiliki bahasanya sendiri, yaitu akuntansi.
Berdasarkan budaya kapitalis, akuntansi dikenal sebagai bahasa bisnis karena memberikan
informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk saling berkomunikasi
dalam dunia bisnis. Informasi-informasi tersebut dijadikan sebagai alat untuk melakukan
evaluasi, meningkatkan kinerja perusahaan dan dijadikan pertimbangan dalam mengambil
keputusan yang tepat untuk setiap kejadian yang terjadi di perusahaan.
Sesuai dengan budaya islam, sistem akuntansi yang dibuat sedemikian rupa sesuai
dengan kebutuhan budaya muslim dan ajaran-ajaran islam. Pada dasarnya akuntansi syariah
sama dengan konvensional, hanya saja dibedakan dengan prinsip-prinsip syariah di dalamnya
sehingga informasi yang disajikan akan berbeda dengan informasi yang disajikan oleh
konvensional. Akuntasi syariah terhindar dari praktik riba dan segala macam tindakan yang
dilarang oleh ajaran islam. Sehingga dengan adanya akuntansi syariah maka sesorang akan
lebih berhati-hati dalam setiap melakukan kegiatannya.
Saat ini lembaga keuangan yang berbasis syari’ah terus berkembang pesat di Indonesia
beberapa tahun belakangan ini, tidak hanya lembaga keuangan berupa bank namun juga
lembaga keuangan lainnya seperti lembaga keuangan mikro syari’ah. Sistem lembaga
keuangan syari’ah beroperasi berdasarkan kepada prinsip bagi hasil yaitu mudharabah dan
musyarakah, prinsip jual beli yaitu murabahah, salam dan istishna dan sewa atau ijarah, telah
memberikan alternatif sistem lembaga keuangan yang saling menguntungkan bagi
masyarakat dan lembaga tersebut, serta menonjolkan aspek keadilan dan kegiatan spekulatif
dalam bertransaksi.
II. PEMBAHASAN
A. Artikel
Pengertian Salam
Berdasarkan PSAK 103, Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih)
dengan pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Salam
merupakan salah satu jenis akad jual beli, dimana pembeli membayar terlebih dahulu atas
suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya jelas sedangkan barangnya baru akan
diserahkan pada saat tertentu dikemudian hari. Dengan demikian, akad salam dapat
membantu produsen dalam penyediaan modal sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai
dengan yang telah dipesan sebelumnya. Sebaliknya, pembeli mendapat jaminan memperoleh
barang tertentu, pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya diawal. Akad
salam biasanya digunakan untuk pemesanan barang pertanian.
Dalam PSAK 103, dijelaskan alat pembayaran modal salam dapat berupa uang tunai
barang atau manfaat, tetapi boleh berupa pembebanan utang penjual atau penyerahan piutang
pembeli dar pihak lain. Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak
dapat berubah selama jangka waktu akad. Apaila barang yang dikirim tidak sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati sebelumnya, maka pembeli boleh melakukan khyiar yaitu
memilih apakah transaksi dilanjutkan atau dibatalkan. Untuk menghindari resiko yang
meugikan pmbeli boleh meminta jaminan dari penjual.
Adapun salam paralel merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam,
dalam hal ini transaksi salam pertama dilakukan antara nasabah dan bank , sedangkan
transaksi salam kedua dilakukan antara bank dengan petani atau pemasok. Penerapan
transaksi salam dalam dunia perbankan masih sangat minim, bahkan sebagian besar bank
Syariah tidak menawarkan skema transaksi ini. Berdasarkan definisi di atas, salam terlihat
mirip dengan ijon. Akan tetapi jual beli Salam tidak sama dengan jual beli ijon, karena dalam
jual beli Salam kualitas dan kuantitas barang serta waktu penyerahannya sudah ditentukan
dan disepakati sebelumnya, sehingga di dalamnya tidak ada unsur gharar atau ketidak jelasan.
Landasan hukum tentang akad salam, yaitu terdapat pada Firman Allah SWT dalam surat al-
Al-Ma'idah Ayat 1, Firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 282 dan juga Hadits.
Karakteristik Salam
1. LKS dapat bertindak sebagai pembeli dan atau penjual. Jika LKS bertindak sebagai
penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
dengan cara salam maka hal itu disebut salam parallel.
2. Salam parallel dapat dilakukan dengan syarat:
1. Akad antara LKS (pembeli) dan produsen (penjual), terpisah dari akad antara LKS
(penjual) dan pemebeli akhir.
2. Kedua akad tidak saling bergantung (ta’alluq)
3. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal
akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah jangka waktu akad.
Dalam hal bertidak sebagai pembeli, LKS dapat meminta jaminan kepada penjual
untuk menghindari resiko yang merugikan.
4. Barang pesanan harus diketahui karaktersitiknya secara umum yang meliputi: jenis,
spesifiaksi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai dengan
karakteristik yang telah disepakti antara pembeli dan penjual.
5. Alat pembayaran harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa kas, barang
atau manfaat. Pelunasan harus dilakakukan pada saat akad disepakati dan tidak
boleh dalam bentuk pembebasan hutang penjual atau penyerahan piutang pembeli
dari pihak lain.
6. Transaksi salam dilakukan karena pembeli berniat memberikan modal kerja
terlebih dahulu untuk memungkinkan penjual (produsen) memproduksi barangnya,
yang dipesan memiliki spesifikasi khusus atau pemebli ingin mendapatkan
kepastian dari penjual. Transaksi salam diselesaikan pada saat penjual
menyerahkan barang kepada pembeli.
Pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi salam dan salam paralel
yang sebelumnya diatur dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah, diganti
dengan PSAK 103 tentang Akuntansi Salam. Dalam PSAK 103 tentang Akuntansi Salam
memberikan batasan ketentuan yang dicakup dalam PSAK tersebut agar tidak salah dalam
mempergunakan akun yang dipergunakan dalam transaksi salam berikut dibahas tentang
cakupan akuntansi salam dan akun yang dipergunakan dalam transaksi salam. Cakupan
akutansi salam dalam PSAK 103 tentang akuntansi salam adalah sebagai berikut:
Yang harus menerapkan akuntansi Salan dalam PSAK 103 ini lebih luas dibandingkan
dengan PSAK 59 yang hanya diperuntukkan perbankan saja. Dalam PSAK 103 tersebut
Lembaga Keuangan Syariah dalam arti luas seperti perbankan syariah, asuransi syariah,
lembaga pembiayaan syariah dan lainya. Disisi lain ketentuan PSAK 103 membahas
ketentuan akuntansi dari penjual dan akuntans pembeli tidak membedakan siapa pelakunya,
sedangkan dalam PSAK 59 dibahas ketentuan akuntansi tentang Bank Syariah sebagai
penjual dan Bank syariah sebagai pembeli.
Keajiban saam diaani pade sat perijual menerima vodal neabar salam sebesar modal
usaha salam rang diterinia.
Modal uaha salam yang diterima dapat berupa kas dan aset non kas. Madal usaha
salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterima, sedangkan modal
salam dalam butuk aset non kas diukur sebesar nilai wajar.
Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan
barang kepada pembeli. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih
antara jumlah yang dibayar oleb pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan
oleh penjual ke pembeli akhir
Sesuai karakteristik harga barang salam harus dibayar lunas saat akad ditanda
tangani. Dengan dibayar harga barang salam terlebih dahulu oleh pembeli kepada
produsen sebgai penjual, maka hal tersebut merupakan modal bagi produsen untuk
memproduksi barang salam tersebut.
Penyerahan barang salam berkaitan dengan kewajiban salam karena dalam transaksi
salam yang terhutang atau yang menjadi kewajiban dari pembuat adalah penyerahan
barang dengan spesifikasi yang telah disepakati dalam akad. Dalam PSAK 103 (19)
tentang akuntansi salam menjelaskan bahwa kewajiban salam dihentikan pengakuannya
(derecognation) pada saat penyerahan barang kepada pembeli. Jika penjual melakukan
transaksi salam paralel, selisih antara jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir dan biaya
perolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan
barang pesanan oleh penjual ke pembeli akhir. Jadi bagi penjual atau produsen kewajiban
berakhir dengan penyerahan barang sesuai spesifikasi yang telah disepakati di awal,
tanpa memperhatikan harga barang saat penyerahan.
Akuntansi Pembeli
Yang dimaksud pembeli dalam transaksi salam adalah pihak yang melakukan pemesanan
barang, baik pembeli akhir maupun LKS sebagai pembeli dalam transaksi sala paralel.
Dalam transaksi salam dan salam paralel, akun-akun yang dipergunakan akuntansi
pembeli mencerminkan transaksi yang dilakukan oleh pembeli atau pemesan, untuk
kepentingan penyusunan laporan posisi keuangan (neraca) atau laporan laba rugi.
Piutang Salam
1) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau
manfaat.
2) Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati
3) Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang
PSAK 103 tentang akuntansi salam mengatur pengakuan dan pengukuran modal
salam sebagai berikut :
Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan
kepada penjual
Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset non kas. Modal usaha salam dalam
bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, sedangkan modal usaha salam
dalam bentuk non kas diukur sebesar nilai wajar. Seleisih anatara nilai wajar dan
nilai tercatat modal usaha non kas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan
atau kerugian pada saat penyerahan modal usaha salam.
Fatwa Dewan Syariah Nasional nonor 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli salam
menjelaskan penyerahan barang oleh pembuat (produsen) sebagai berikut :
Penjual harus menyerahkan barang tepat waktu dengan kualitas dan jumlah
yang telah disepakati
Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, penjual
tidak boleh meminta tambahan harga
Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah, dan
pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan harga
Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati
dengan syarat kualitas dan jumalh barang sesuai dengan kesepakatan, dan ia
tidak boleh menuntut tambahan harga
Jika semua atau sebagian tidak tersedia pada waktu penyerahan, atau
kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka ia
memiliki dua pilihan, yaitu membatalkan kontran dan memimta kembali
uangnya atau menunggu sampai barang tersedia
Peneimaan barang pesanan diakui dan diukur jika barang pesanan sesuai
dengan akad dinilai sesuai nilai yang disepakati. Jika barang pesanan
bebrbeda kualitasnya, maka barang pesanan diukur sesuai dengan akad dan
nilai wajar pada saat diterima
Penerimaan barang diakui dan diterima jika pembeli tidak menerima
sebagian atau seleruh barang pesanan pada tanggal jatuh tempo, maka
o Jika tanggal pengiriman diperpanjang nilai tercatat piutang salam
sebesar sebagian yang belum dipenuhi sesuai dengan nilai yang
tercantum dalam akad
o Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang
salam berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual
sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi
o Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruh dan pembeli
mempunyai jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan
jaminan tersebut lebih kecil dari nilai piutang salam, maka selisih
antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan
tersebut diakui sebagi piutang kepada penjual yang telah jatuh tempo.
Sebaliknya, jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai
tercatat, piutang salam maka selisihnya menjadi hak penjual
Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai persediaan. Pada akhir
periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi
salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang
dapat direalisasikan lebih rendah dari b iaya perolehan, maka selisihnya
diakui sebagai kerugian.
d. Denda
Agar penjual tidak menyalahi kesepakatan dalam akad, dan untuk mendidik
kedisiplinan, maka kedua pihak dapat melakukan kesepakatan dalam pengenaan denda.
Dana yang diterima atas denda tidak diakui sebagai pendapatan LKS sebagai penjual
tetai harus diserahkan sebagai dan sosial atau dana kebajikan. Dalam PSAK 103 tentang
akuntansi salam diatur mengenai denda dalam paragraf 15, yaitu pemebli dapat
mengenakan denda pada penjual, denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang
mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannnya. Hal ini tidak
berlaku bagi penjual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya sesuai dengan akad,
dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
B. Peraturan Terkait
Ketentuan syar’i transaksi salam diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor
05/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli salam. Fatwa tersebut mengatur tentang ketentuan
pemabayaran, ketentua-ketentua yang harus dipenuhi oleh barang yang diperjual belikan,
salam paralel, waktu penyerahan dan syarat pembatalan kontrak. Terkait penjual, Fatwa
Dewan Syariah Nasional nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 mengharuskan agar penjual
menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati.
Dan terkait alat bayar, Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 05/DSN-MUI/IV/2000
menyatakan bahawa alat bayar dapat berupa uang, barang, atau manfaat. [emabayaran harus
dilakukan pada saat kontrak disepakati dan pembayaran tersebut tidak boleh dalam bentuk
pembebasan utang.
C. PSAK
Dalam PSAK 103 tentan akuntansi salam telah diatur hal-hal yang terkait dengan
penyajian transaksi salam dalam laporan keuangan syariah sebagi berikut :
1) Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebgai piutang salam
2) Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memnuhi kewajibannya
dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam
3) Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban salam
Dalam PSAK 103 tantang akuntansi salam telah diatur hal-hal yang terkait dengan
pengungkapan transaksi salam dalam laporan keuangan syariah sebagai berikut :
a) Transaksi
Bank syariah melakukan transaksi menngunakan akad salam dengan kelompok petani
yang ada di Wonosobo dengan data-data sebagai berikut :
Berdasarkan data-data tersebut, maka buatlah perhitungan dan jurnal dari siklus transaksi
yang terjadi antara Bank Syariah dengan kelompok petani yang ada di Wonosobo.
b) Kasus
Tanggal 1 April 2020, Bank ABC Syariah menyerahkan modal salam sebesar Rp
100.000.000,00 kepada KUD Petani BPPK untuk pemesanan beras sebanyak 5 ton.
Penyerahan barang akan dilakukan pada tanggal 31 Mei 2020.
Tanggal 31 Mei 2020, Bank ABC Syariah menerima barang salam dari KUD Petani BPPK
senilai Rp 100.000.000,00
Tanggal 31 Mei 2020 Bank ABC Syariah menerima barang salam dari KUD Petani BPPK
senilai Rp 90.000.000,00
Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah menjadi
piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi.
Tanggal 31 Mei 2020, KUD Petani BPPK hanya bisa menyerahkan barang pesanan salam
senilai Rp 50.000.000,00
IV. KESIMPULAN
Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman dikemudian
hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad
disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Salam merupakan salah satu jenis akad jual
beli, dimana pembeli membayar terlebih dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan
kuantitasnya jelas sedangkan barangnya baru akan diserahkan pada saat tertentu dikemudian
hari.
Transaksi Salam berakhir pada saat penjual menyerahkan barang kepada pembeli.
Karakteristik dan harga barang harus sudah disepakati di awal akad. Jika ada ketidak sesuaian
karakteristik barang yang dikirimkan ke pemheli, maka menjadi tanggung jawah penjual.
Ketentuan harga barang tidak dapat beruhah selama jangka waktu akad. Alat pembayaran
dapat berupa kas, barang atau manfaat. Pelunasan harus dilukukan pada saat akad disepaauti
dan tidak boleh dalam bentuk penebusun hutang penjual atau penyerahan piutang pembeli
dari pihak lain. Jaminan dapat diminta unthik menghindari risiko yang merugikan.
Untuk menghadapi setiap masalah yang timbul karena transaksi ini, maka perbankan
syariah menyiasati dengan memberlakukan pola bagi hasil yang merujuk kepada pedoman
akuntanasi perbankan syariah Indonesia (PAPSI), pernyataan standar akuntansi keuangan
(PSAK) dan fatwa dewan syariah nasioanal (DSN) Majelis Ulama Indonesia. Reaksi ini telah
membawa perbankan syariah di Indonesia lebih semangat dan lebih maju dengan ketepatan
akuntabilitas.