Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF) ISSN Cetak: 1858-330X dan

36Jilid 15, Nomor


Jurnal Sains 3.
danDesember 2019Fisika. Jilid 15, Nomor 3, Desember 2019, hal
Pendidikan 71-78
ISSN Online: 2548-6373
Hal: 71-77 Website:http://ojs.unm.ac.id

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM


FISIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS XI MIPA SMA NEGERI 3
MAKASSAR

Reni Ruanti1), Nurhayati2), Helmi3)


Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Fisika
Email: reniruanti917@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini merupakan penelitian True Experiment Design dengan desain Posstest-Only
Contol Design. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan skor hasil belajar pada aspek kognitif
dengan empat indikator yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis, antara peserta didik
yang diajar dengan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dan yang diajar secara konvensional,
serta menganalisis perbedaan hasil belajar peserta didik yang diajar dengan pembelajaran berbasis
inkuiri terbimbing dan yang diajar secara konvensional. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3
Makassar dengan sampel yaitu kelas XI MIPA 3 (kelas eksperimen) diterapkan pembelajaran inkuiri
terbimbing dan XI MIPA 4 (kelas kontrol) diterapkan pembeajaran secara konvensional.. Hasil analisis
deskriptif tes hasil belajar fisika peserta didik diperoleh skor rata-rata pada kelas eksperimen yaitu
12,79 dengan kategori tinggi, sedangkan skor rata-rata pada kelas kontrol yaitu 10,27 dengan kategori
sedang dari skor ideal 21. Hasil uji statistik menggunakan uji t’ diperoleh bahwa H1 diterima dan H0
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara
peserta didik yang diajar dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan yang diajar secara
konvensional.

Kata Kunci: Pembelajaran Inkuiri Terbimbing, Hasil Belajar Fisika

Abstract. This research was a True Experimental Design research that using Posttest-Only Control
Design. This study aims to describe the score of learning outcomes on cognitive aspects with four
indicators, namely knowledge, understanding, application and analysis, between students taught by
guided inquiry learning and those taught conventionally, and analyzing differences in learning
outcomes of students taught by guided inquiry learning and conventionally learning. This research was
conducted in Makassar State High School 3 Academic Year 2018/2019 with a sample of class XI MIPA
3 which amounted to 32 people as the experimental class and class XI MIPA 4 which amounted to 32
people as the control class. In the experimental class applied guided inquiry learning and in the control
class conventional learning was applied. The results of the descriptive analysis of student physics
learning outcomes tests obtained an average score in the experimental class of 12.79 with a high
category, while the average score in the control class was 10.27 with a medium category of ideal scores
21. Statistical test results using the test t 'is obtained that H1 is accepted and H0 is rejected. Thus it can
be concluded that there are differences in the results of physics learning between students taught by
guided inquiry learning with those taught conventionally.

Keywords: Guided Inquiry Learning, the results of studying physics


Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF) ISSN Cetak: 1858-330X dan
72Jilid 15, Nomor
Jurnal Sains 3.
danDesember 2019Fisika. Jilid 15, Nomor 3, Desember 2019, hal
Pendidikan 71-78
ISSN Online: 2548-6373
Hal: 71-77 Website:http://ojs.unm.ac.id

PENDAHULUAN

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 dan pembelajaran secara tim atau berkelompok.


Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Alternatif pembelajaran yang berpotensi dan juga
dalam Pasal 1 disebutkan, dianjurkan dalam kurikulum 2013 yaitu
“Pendidikan merupakan usaha sadar dan pembelajaran yang dilaksanakan dengan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan menggunakan pendekatan berbasis keilmuan.
proses pembelajaran agar peserta didik secara (Kemendikbud,2013)
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk Pembelajaran yang mengadopsi langkah-
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, langkah saintis dalam membangun pengetahuan
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, melalui metode ilmiah yang menekankan pada
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan proses pencarian pengetahuan, melalui
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. pengalaman belajar mengamati, menanya,
(Depdiknas,2017) mengumpulkan informasi/mencoba,
Berdasarkan undang-undang tersebut, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Salah
diperlukan suatu proses pembelajaran yang dapat satu model pembelajaran yang memiliki langkah-
mendukung sesuai dengan tujuan pendidikan. langkah saintis di dalamnya adalah model
Diantaranya yaitu dengan melaksanakan pembelajaran inkuiri.
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, Berdasarkan hasil observasi dan
pembelajaran interaktif, membangun wawancara yang dilaksanakan pada 17
pembelajaran secara jejaring dimana peserta didik September 2018 di SMA Negeri 3 Makassar
dapat menimba ilmu dari mana saja. diperoleh informasi bahwa guru mata pelajaran
Salah satu upaya pemerintah dalam fisika telah mencoba menggunakan model
mewujudkan tujuan dari pendidikan tersebut ialah pembelajaran inkuiri, namun belum diketahui
dengan melakukan penyempurnaan kurikulum secara pasti bagaimana efektifitas dari
pendidikan secara bertahap. Saat ini diberlakukan pembelajaran tersebut. Selain itu informasi yang
kurikulum baru secara Nasional, yaitu kurikulum diperoleh dari guru mata pelajaran fisika yaitu
2013 yang telah direvisi. Kurikulum 2013 ini model pembelajaran inkuiri dapat diterapkan di
ditetapkan berdasarkan kebutuhan peserta didik. kelas XI MIPA SMA Negeri 3 Makassar karena
Dimana peserta didik dituntut aktif, kreatif, peserta didik memiliki kemampuan berinkuiri
disiplin, serta memiliki tanggung jawab baik hanya saja masih perlu bimbingan dari guru, oleh
kepada dirinya sendiri maupun apa yang karena itu peneliti memilih salah satu jenis model
dikerjakan. pembelajaran inkuiri yaitu model pembelajaran
Proses pembelajaran diatas telah diatur inkuiri terbimbing.
dalam kurikulum 2013, pada Permendikbud No. Bonstter dan Marthen-Hansen (Anam,
69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan 2016:17) menyebutkan bahwa inkuiri terbimbing
Struktur Kurikulum SMA/MA, di mana merupakan model pembelajaran dimana guru
pembelajaran pada kurikulum 2013 telah datang ke kelas dengan membawa masalah untuk
dirancang dengan pola pembelajaran aktif, dipecahkan oleh peserta didik, kemudian mereka
interaktif, pola pembelajaraan secara jejaring,
Reni Ruanti, dkk. Efektifitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing … 73

dibimbing untuk menemukan cara terbaik dalam mengembangkan pengetahuannya sendiri namun
memecahkan masalah tersebut. tetap dalam bimbingan intensif guru, sehingga
Model pembelajaran inkuiri terbimbing belajar menjadi bermakna dan hasil belajar
merupakan salah satu jenis dari pembelajaran peserta didik dapat meningkat. Hal ini selaras
inkuiri yang melibatkan peserta didik untuk dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
menemukan jawaban terhadap masalah yang Yulianingsih dan Hadisaputro (2013:155)
dikemukakan oleh guru dan tetap dibawah tentang keefektifan pendekatan student centered
bimbingan intensif dari guru. Dalam learning dengan inkuiri terbimbing untuk
pelaksanaannya, peserta didik dilibatkan dalam meningkatkan hasil belajar, diperoleh bahwa
penyelidikan, mengidentifikasi konsep atau hasil belajar peserta didik yang diberi
metode serta mendorong peserta didik dalam pembelajaran dengan pendekatan student
menemukan cara untuk memecahkan masalah centered learning dengan inkuiri terbimbing
yang di hadapi (Nugroho,2018). lebih baik dengan presentasi skor hasil belajar
Salah satu manfaat dari belajar melalui sebesar 93,94% daripada hasil belajar yang
inkuiri terbimbing yaitu semua merasakan proses diberi pembelajaran dengan metode ceramah
belajar mereka sendiri dari awal sampai akhir, dengan presentasi skor hasil belajar 78,79%.
tetapi yang lebih penting adalah kemandirian
dalam penelitian dan pembelajaran, METODE
pengembangan berbagai keterampilan, dan Jenis penelitian yang digunakan adalah
keterampilan sosial serta bahasa dan membaca True experimental Design dengan menggunakan
tertanam dalam pendekatan inkuiri terbimbing Posttest-Only Control Design sebagai desain
(Kuhlthau,2007:10) penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Agustus 2018 sampai Mei 2019 dan lokasi
Model pembelajaran inkuiri memiliki
penelitian ini bertempat di SMAN 3 Makassar.
beberapa keunggulan dibandingkan dengan
Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas XI
model pembelajaran lain yang pertama, dalam
SMA Negeri 3 Makassar yang berjumlah 256
pembelajaran inkuiri menekankan pada
orang.
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
Teknik pengambilan sampel pada
psikomotor secara seimbang, sehingga
penelitian ini menggunakan simple random
pembelajaran dianggap lebih bermakna. Kedua,
sampling. Hal ini dilakukan agar tidak
memberikan ruang kepada peserta didik untuk
mengganggu proses pembelajaran peserta didik
belajar sesuai dengan gaya belajarnya. Ketiga,
dengan pertimbangan bahwa kedudukan peserta
sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
didik di dalam kelas ditetapkan tanpa melihat
modern yang menganggap belajar adalah proses
peringkat nilai, jenis kelamin, golongan peserta
perubahan tingkah laku berkat adanya
didik. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta
pengalaman belajar secara langsung.
didik kelas XI MIPA 3 dan kelas XI MIPA 4.
Dibandingkan dengan pembelajaran
Variabel pada penelitian ini yaitu model
konvensional di sekolah tersebut yaitu ceramah
pembelajaran inkuiri terbimbing dan model
bervariasi, melalui model pembelajaran inkuiri
pembelajaran konvensional sebagai variabel
terbimbing peserta didik dapat lebih aktif dalam
bebas dan hasil belajar fisika peserta didik kelas
proses belajar mengajar dan dapat
Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF) ISSN Cetak: 1858-330X dan
74Jilid 15, Nomor
Jurnal Sains 3.
danDesember 2019Fisika. Jilid 15, Nomor 3, Desember 2019, hal
Pendidikan 71-78
ISSN Online: 2548-6373
Hal: 71-77 Website:http://ojs.unm.ac.id

XI MIPA SMA Negeri 3 Makassar sebagai Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis H0 jika
−𝑤2 𝑡2 + 𝑤3 𝑡3 𝑤2 𝑡2 + 𝑤3 𝑡3
variabel terikat. < 𝑡8 <
𝑤2 + 𝑤3 𝑤2 + 𝑤3
Instrument penelitian yang digunakan 9:; 9;;
Dengan: 𝑤2 = , 𝑤3 =
pada penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk <: <;
2
pilihan ganda pada pokok bahasan suhu dan kalor, 𝑡2 = 𝑡 >1 − 3?@ , (𝑛2 − 1)
2
yang didasarkan pada kompetensi dasar dan 𝑡3 = 𝑡 >1 − 3? @ , (𝑛3 − 1)
indikator pembelajaran meliputi jenjang (Sudjana, 2005: 241)
pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
(C3), dan menganalisis (C4). Perangkat a. Hasil
pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini Hasil analisis deskriptif menunjukkan
adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) deskripsi tentang skor hasil belajar fisika peserta
dan Lembar Kerja Peseta Didik (LKPD). didik masing-masing kelompok penelitian.
Prosedur penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap Adapun gambaran skor hasil belajar fisika peserta
yaitu tahap persiapan yang terdiri dari observasi, didik antara dua kelas yaitu kelas eksperimen
wawancara dan penyusunan perangkat yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri
pembelajaran, tahap pelaksanaan dimana terbimbing dan kelas kontrol yang diajar dengan
pembelajaran inkuiri terbimbing diberikan pada model pembelajaran konvensional adalah sebagai
kelas eksperimen dan tahap akhir yaitu berikut:
penyusunan laporan hasil penelitian. Dalam
Tabel 1. Skor Statistik Deskriptif Hasil Belajar
penelitian ini data yang diperoleh dianalisis
Fisika Peserta Didik Kelas Kontrol
dengan menggunakan dua macam statistik yaitu Dan Kelas Eksperimen
analisis statistik deskriptif yang meliputi
Nilai Statistik
penghituungan skor rata-rata, standar deviasi, Hasil Belajar Fisika
Statistik
Kelas Kelas
varians serta pengkategorian skor. Dan untuk
Eksperimen Kontrol
statiktik inferensial meliputi uji normalitas, uji Jumlah Sampel 32 32
homogenitas dan uji hipotesis, karena data yang Skor maksimum
21 21
ideal
diperoleh terdistribusi normal dan tidak homogen Skor minimum
0 0
maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji t’ ideal
Skor tertinggi 17 15
dengan persamaan sebagai berikut:
Skor terendah 10 5
x́1 -x́2 Rentang Skor 7 10
t' =
2 2
*+s1 + s2 /
Skor rata-rata 12,79 10,27
n1 n2 Standar deviasi 1,80 3,56
Varians 3,26 12,73
dengan : (Ruanti,2019)
Skor hasil belajar fisika peserta didik
𝑥¯2= rata-rata skor kelompok eksperimen
𝑥¯3 = rata-rata skor kelompok kontrol kelas eksperimen dan kelas kontrol dikategorikan
S1 = standar deviasi kelompok eksperimen berdasarkan adopsi dari Riduwan (2011: 41)
S2 = standar deviasi kelompok kontrol
tentang pengkategorian hasil belajar, maka dapat
n1 = jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 = jumlah sampel kelompok kontrol
Reni Ruanti, dkk. Efektifitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing … 75

dibuat tabel pengkategorian skor hasil belajar 2


hitung = 2,379. Untuk taraf signifikan = 0.05
sebagai berikut. dan dk = k-1 = 5-1 = 4, maka diperoleh 𝑥 2
tabel =𝑥
Tabel 2. Pengkategorian dan Persentase Skor 2
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas (0,95)(4) = 9,48. Dengan demikian 𝑥
Eksperimen dan Kelas Kontrol SMA 2 2
𝑥 tabel (2,379 < 9,48) yang berarti skor
hitung<
Negeri 3 Makassar hasil belajar fisika peserta didik berasal dari
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Interval
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentasi
(%)
Frekuensi
Persentasi
(%)
populasi yang berdistribusi normal. Demikian
0-4
Sangat
0 0 0 0 pula halnya dengan kelas kontrol yang diajar
Rendah
5-8 Rendah 0 0 10 31,3 dengan menggunakan pembelajaran
9 – 12 Sedang 15 46,9 9 28,1
13 – 16 Tinggi 16 50,0 13 40,6 konvensional diperoleh 𝑋 2hitung = 9,767. Untuk
Sangat
17 - 21 1 3,10 0 0
Tinggi = 0.05 dan dk = k-1 = 6-1=5, maka diperoleh
(Ruanti, 2019) 2 2
𝑥 tabel = 𝑥 (0,95)(5) = 11,07. Dengan demikian
Indikator hasil belajar pada aspek
𝑥 2hitung< 𝑥 2tabel (9,767 < 11,07) yang
kognitif yang dinilai pada penelitian ini adalah
berarti skor hasil belajar fisika peserta didik
pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis.
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Hasil analisis tiap indikator hasil belajar adalah
sebagai berikut. Hasil pengujian homogenitas varians data
skor hasil belajar fisika untuk kelas eksperimen
Tabel 3 Persentase Skor Hasil Belajar
yang diajar menggunakan model pembelajaran
Peserta Didik Kelas XI IPA SMA
Negeri 3 Makassar inkuiri terbimbing dan kelas kontrol yang diajar
Kelas menggunakan pembelajaran konvensional
Kelas Kontrol
Ekspeimen menggunakan uji F. Berdasarkan analisis, dengan
Indikator Skor Pres- Skor
rata- entasi rata-
Presen- taraf nyata α = 0,05 diperoleh nilai Fhitung dan
tasi (%)
rata (%) rata Ftabel untuk skor hasil belajar fisika, Fhitung = 3,57
Pengetahuan/
1,56 78,12 1,31 65,62
dengan Ftabel = 1,82. Karena Fhitung > Ftabel maka ini
Ingatan (C1)
menunjukkan bahwa data skor hasil belajar fisika
Pemahaman
2,65 66,41 2,62 65,63
(C2) peserta didik kelas eksperimen dan kontrol
Aplikasi (C3) 4,91 61,33 3,84 48,05 memiliki varians yang berbeda atau tidak
Analisis (C4) 3,63 51,79 2,65 37,95 homogen.
(Ruanti,2019) Berdasakan uji prasyarat yaitu uji
Selain dianalisis secara deskriptif, data normalitas dan uji homogenitas diperoleh bahwa
hasil penelitian juga dianalisis secara inferensial kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai
dengan statistik uji–t’ yang bertujuan untuk populasi yang terdistribusi normal namun varians
pengujian hipotesis. Sebelum digunakan uji–t, datanya tidak homogen, sehingga pengujian
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan hipotesis penelitian dilakukan dengan
homogenitas. menggunakan uji-t’. berdasarkan persamaan
(3.10) diperoleh nilai t’ untuk skor hasil belajar
Hasil perhitungan untuk kelas fisika sebesar 3,56 sedangkan ttabel pada taraf dk1
eksperimen yang diajar menggunakan model = dk2 = 31 adalah sebesar 2,03.
pembelajaran inkuiri terbimbing diperoleh 𝑋
Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF) ISSN Cetak: 1858-330X dan
76Jilid 15, Nomor
Jurnal Sains 3.
danDesember 2019Fisika. Jilid 15, Nomor 3, Desember 2019, hal
Pendidikan 71-78
ISSN Online: 2548-6373
Hal: 71-77 Website:http://ojs.unm.ac.id

Hasil analisis diperoleh nilai t’ tidak prasarana. Model pembelajaran inkuiri


berada pada rentang −2,03 sampai dengan 2,03. terbimbing termasuk dalam faktor eksternal yang
Dengan demikian hipotesis H0 ditolak dan H1 dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dimana peserta didik mendapatkan suasana
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap skor belajar yang berbeda dari sebelumnya sehingga
hasil belajar fisika peserta didik yang diajar peserta didik pada kelas eksperimen lebih
dengan menggunakan model pembelajaran termotivasi dan menjadi lebih aktif dalam proses
inkuiri terbimbing dengan peserta didik yang pembelajaran sehingga materi pembelajaran lebih
tidak diajar dengan menggunakan model bermakna dan dapat lebih lama diingat oleh
pembelajaran inkuiri terbimbing. peserta didik, hal ini berpengaruh pada
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
b. Pembahasan
Dari uraian di atas, maka dapat
Berdasarkan hasil analisis statistik secara
disimpulkan bahwa pembelajaran fisika dengan
deskriptif menunjukkan perbandingan skor hasil
menggunakan model pembelajaran inkuiri
belajar peserta didik antara kelas eksperimen dan
terbimbing lebih efektif dalam meningkatkan
kelas kontrol. Dimana skor rata-rata yang
hasil belajar fisika peserta didik daripada
diperoleh peserta didik pada kelas eksperimen
pembelajaran dengan menggunakan model
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini
Dilihat pada tabel pengkategorian skor hasil
selaras dengan hasil penelitian yang telah
belajar fisika, peserta didik kelas eksperimen dan
dilakukan oleh Yulianingsih dan Hadisaputro
kontrol tersebar dalam tiga pengkategorian yaitu
tentang keefektifan pendekatan student centered
kategori rendah, sedang dan tinggi. Berdasarkan
learning dengan inkuiri terbimbing untuk
hasil analisis tersebut terlihat bahwa secara
meningkatkan hasil belajar, yang menunjukkan
analisis deskriptif kelas eksperimen berada pada
hasil kurang lebih sama yaitu pembelajaran
kategori tinggi dan kelas kontrol berada pada
inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan
kategori sedang. Berdasarkan hasil analisis
hasil belajar peserta didik.
inferensial terbukti bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara kedua kelas. Hal ini KESIMPULAN
menunjukkan perbedaan skor rata-rata antar Berdasarkan hasil penelitian dan
kedua kelas jika diterapkan pada populasi. pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.
Perbedaan antara skor hasil belajar Skor hasil belajar fisika peserta didik yang diajar
peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas dengan menggunakan model pembelajaran
kontrol dimana kelas eksperimen lebih tinggi inkuiri terbimbing berada pada rentag skor 12 –
dibandingkan kelas kontrol, hal ini dapat 15, yang berada pada kategori tinggi. Skor hasil
dikaitkan dengan teori tentang faktor-faktor yang belajar fisika peserta didik yang diajar dengan
mempengaruhi proses dan hasil belajar dimana menggunakan model pembelajaran konvensional
selain faktor internal yaitu fisiologi ( fisik dan berada pada rentang skor 7 – 14, yang berada pada
panca indra) dan psikologi (bakat, minat dan kategori sedang. Terdapat perbedaan antara skor
kecerdasan) terdapat faktor eksternal yaitu hasil belajar fisika peserta didik yang diajar
lingkungan, kurikulum, guru, sarana dan menggunakan model pembelajaran inkuiri
Reni Ruanti, dkk. Efektifitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing … 77

terbimbing dengan hasil belajar fisika peserta


didik yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional.

DAFTAR RUJUKAN Kuhlthau, C. C. (2007). Guide Inquiry Learning


In The 21th Century. London: Liberary
Anam Khoirul, M. (2016). Pembelajaran Unlimited.
Berbasis Inkuiri. Yogyakarta: Pustaka Nugroho, A. (2018). Higher Order Thinking
Pelajar. Skills. Jakarta: Kompas Gramedia.
Depdiknas. (2017). Undang-Undang No. 20 Ruanti Reni. (2019). Efektivitas Pembelajaran
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Inkuiri Terbimbing Dalam Fisika Pada
Nasional. Jakarta: Dirjen Diknas. Peserta Didik Kelas XI MIPA SMA Negeri 3
Hadisaputro, & Y (2013). Keefektifan Makassar. Makassar: Universitas Negeri
Pendekatan Student Centered Learning Makassar.
Dengan Inkuiri Terbimbing Untuk Riduwan. (2016). Dasar-Dasar
Meningkatkan Hasil Belajar. Issn N0 2252-
6609-Conservation University, 155. Statistika. Bandung: Alfabeta.
Kemendikbud. (2013). Kerangka Dasar Dan
Struktur Kurikulum Sma/Ma. Jakarta: Dirjen
Diknas.

Anda mungkin juga menyukai