Anda di halaman 1dari 16

1

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

NASIONALISME MAHASISWA DI LINGKUNGAN KAMPUS

DOSEN PENGAMPU : Drs. MARWOTO SAIMAN, M.Pd,

DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS

DISUSUN OLEH :

KOORDINATOR
DYENDA AZZAHRA 2002112568
ANGGOTA
HAURIAH 2002112900
FERDI FAUZIO 2002111556

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

TAHUN 2020
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Nasionalisme Mahasiswa di
Lingkungan Kampus.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. MARWOTO SAIMAN,
M.Pd, yang telah memberikan kami tugas dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberi kontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Dengan adanya modernisasi masyarakat dituntut untuk selalu mengejar ketinggalan dalam
hal teknologi yang dampaknya masyarakat cenderung konsumtif. Secara empiris lunturnya
nilai-nilai nasionalisme selain dari adanya modernisasi dan globalisasi, juga disebabkan oleh
kurangnya pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai nasionalisme itu sendiri. Hal itu di
buktikan dengan terjadinya beberapa kasus dalam negeri misalnya tindak pidana korupsi,
anarkisme mengatasnamakan agama dan golongan, perang antar suku, bahkan aksi terorisme.
Hal tersebut adalah representasi dari lunturnya nilai-nilai nasionalisme di lingkungan
masyarakat. Mencegah lunturnya nilai-nilai nasionalisme, perlu adanya penyegaran kembali
tentang spirit nasionalisme kepada kader-kader bangsa, terutama generasi muda yang akan
menjadi penerus estafet kepemimpinan bangsa ke depan dan berharap kepemimpinan
pemuda ini bisa membawa masa depan bangsa ke arah yang lebih baik.

Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan
karya kami. Semoga karya ilmiah ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita
semua tentang Nasionalisme Mahasiswa di Lingkungan Kampus

Perawang, 28 Desember 2020

Penulis
3

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
I.A . LATAR BELAKANG...............................................................................................................4
I.B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................................0
I.C. TUJUAN....................................................................................................................................0
I.D. MANFAAT................................................................................................................................0
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
II.A. PENGERTIAN NASIONALISME MAHASISWA DI LINGKUNGAN KAMPUS....................2
II.B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAHAMAN MAHASISWA
TERHADAP NILAI-NILAI NASIONALISME................................................................................4
BAB III..................................................................................................................................................5
PENUTUP.............................................................................................................................................5
III.A. KESIMPULAN........................................................................................................................5
III.B. SARAN....................................................................................................................................6
III.C DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................7
4

BAB I

PENDAHULUAN

I.A . LATAR BELAKANG


Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian dalam konteks
pendidikan nasional yang memiliki peran strategis untuk meningkatkan kembali wawasan
kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa. Oleh karena itu untuk memperkuat peran
Pendidikan Kewarganegaraan, maka pemerintah mewajibkan Pendidikan Kewarganegaraan
diberikan pada setiap satuan pendidikan termasuk perguruan tinggi. Sebagaimana terdapat
dalam pasal 37 ayat (1) Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Jika dikaji
lebih jauh maka pemerintah melalui undang-undang tersebut memiliki tujuan menyiapkan
generasi muda (mahasiswa) agar memiliki wawasan kebangsaan dan semangat
nasionalisme, karena mahasiwa merupakan kader bangsa yang akan meneruskan tonggak
kepemimpinan bangsa dan Negara Indonesia.
Oleh karena itu Negara bertanggung jawab untuk mempersiapkan generasi
muda/mahasiswa yang memiliki wawasan kebangsaan yang tinggi dan juga memiliki
semangat nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagaimana
dikemukakan oleh Winataputra (2014) : Secara holistic Pendidikan Kewarganegaraan
bertujuan agar setiap warga Negara muda (young citizens) memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral Pancasila, nilai dan norma Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nilai dan komitmen Bhinneka tunggal Ika,
dan komitmen bernegara kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu secara sadar dan
terencana peserta didik sesuai dengan perkembangan psikologis dan konteks kehidupannya
secara sistemik difasilitasi untuk belajar berkehidupan demokrasi secara utuh, yakni belajar
tentang demokrasi (learning about democracy), belajar dalam iklim dan melalui proses
demokrasi (learning through democracy), dan belajar untuk membangun demokrasi
(learning for democracy).
Di era reformasi yang terus bergulir, pemahaman Wawasan Kebangsaan mulai berkurang.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Adanya keinginan beberapa daerah untuk memisahkan diri dari NKRI dengan
berbagai dalih. Kondisi ini mencerminkan kemungkinan adanya disintegrasi

2. Menonjolnya kepentingan kelompok dan golongan sendiri, sehingga


kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan bangsa dan negara semakin
dikesampingkan bahkan cenderung dikorbankan;
5

3. Menguatnya semangat primordialisme (mengutamakan putra daerah atau


mengklaim kalangan daerahnya sendiri); dan tumbuhnya gejala separatis.

4. Pudarnya asas satu wilayah Nusantara sehingga terjadi pengusiran dan penjarahan
milik warga lain yang selama bertahun-tahun bermukim dan berkarya di daerah itu;

5. Penggunaan kekerasan dan pemaksaan atas dasar mayoritas sehingga menimbulkan


konflik antaretnis yang minoritas merasa tertindas dan mengadakan perlawanan
atau mengungsi ke daerah lain;

6. Mencontoh budaya asing dan menghujat budaya sendiri;

7. Lunturnya budaya penghormatan kepada simbol-simbol negara (Bendera, Lambang


Negara, Presiden, dll);

8. Lunturnya semangat kepahlawanan dan perjuangan bangsa (heroisme);

9. Munculnya sikap apatis terhadap proses pembangunan nasional;

10. Maraknya euforia otonomi daerah; dan

11. Tidak ada rasa hormat dan kebanggaan kepada Bapak Bangsa (the foundingfather).

Sejalan dengan pendapat di atas Manan dan Ju Lan (2011, hlm.2) Mengungkapkan
bahwa“kemiskinan, korupsi, lemahnya ketahanan budaya, dan juga konflik antaretnik dan
konflik yang mengatasnamakan agama yang marak sejak era reformasi merupakan tantangan
yang secara langsung atau tidak langsung memengaruhi kadar nasionalisme Indonesia di
kalangan rakyatnya”. Oleh karena itu maka perlu di tingkatkan kembali mengenai
pemahaman wawasan kebangsaan untuk tetap menumbuhkan semangat nasionalisme di
semua elemen bangsa Indonesia. Wawasan kebangsaan terdiri dari kata “wawasan yang
berarti konsepsi cara pandang”, Depdiknas (2005, hlm.1271) dan “kebangsaan yang artinya
ciri yang menandai golongan bangsa” Depdiknas (2005,hlm.102).

Bangsa sendirimemiliki arti kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan,


adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Jadi wawasan kebangsaan
adalah konsepsi cara pandang tentang suatu bangsa, yang memiliki ciri bersamaan asal
keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Wawasan kebangsaan
sering dipakai untuk menterjemahkan kata nasionalisme. Wawasan kebangsaan sebagai sudut
pandang suatu bangsa dalam memahami keberadaan jati diri dan lingkungannya pada
dasarnya merupakan penjabaran dari falsafah bangsa itu sesuai dengan keadaan wilayah
suatu negara dan sejarah yang dialaminya. Wawasan ini menentukan cara suatu bangsa
memanfaatkan kondisi geografis, sejarah, sosial budayanya dalam mencapai cita-cita dan
6

menjamin kepentingan nasionalnya serta bagaimana bangsa itu memandang diri dan
lingkungannya baik ke dalam maupun ke luar.

Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), makna dan hakikat
serta pengejawantahan wawasan kebangsaan tersebut penting dipahami oleh setiap warga
negara Indonesia. Dalam hal ini generasi muda memiliki kedudukan sebagai salah satu unsur
warga negara yang berperan sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI
berkembang dan mengkristal tidak lepas dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia dalam
membentuk negara ini.

Konsep wawasan kebangsaan Indonesia tercetus pada waktu diikrarkannya Sumpah


Pemuda 28 Oktober 1928 sebagai tekad perjuangan yang merupakan konvensi nasional
tentang pernyataan eksistensi bangsa Indonesia. Wawasan seperti ini pada hakikatnya tidak
membedakan perbedaan asal suku, keturunan, ataupun perbedaan warna kulit. Dengan kata
lain, wawasan tersebut mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa atau dapat disebut
sebagai wawasan kebangsaan Indonesia. Berkaitan dengan ini Bintoro (1996) mengemukakan
bahwa : “Reason d’etre negara Indonesia bukan berdasar sosio antropologis (etnik), tetapi
karena pengalaman sejarah ditindas kolonialisme dan mengaspirasikan kehidupan
kebangsaan yang bebas”. Wawasan kebangsaan didukung oleh ideologi (gerakan pemikiran)
yang timbul di abad ke-18 yaitu Nasionalisme. Sehubungan dengan hal tersebut telah terbukti
betapa tingginya semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk melawan dan mengusir
penjajah sejak awal penjajahan Belanda sampai dengan tercapainya kemerdekaan Republik
Indonesia yang merupakan refleksi kisah perjuangan. Hal ini menjadi sebuah tuntutan yang
layak, agar generasi muda dapat menghargai jasa-jasa pejuang dan lebih mencintai
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Muhammad (2012,hlm.14) :Generasi muda Indonesia yang kian hari mengalami


catatan kelam akibat perilaku dan kepribadian mereka yang tidak memiliki mental baja dalam
menghadapi setiap persoalan yang muncul. Hal ini tentu saja menjadi ancaman yang serius
bagi masa depan Indonesia, padahal sebagian generasi penerus kaum tua, generasi muda
diharapakan.

Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi merupakan sumber nilai dan


pedoman dalam pengembangan dan penyelengaraan program studi, guna mengantarkan
mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan
pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang
harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta tanah air
dan bangsanya. Dengan adanya mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat
membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu
7

mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam
menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan
rasa tanggung jawab dan bermoral. Berkaitan dengan itu mahasiswa diharapkan akan
mampu untuk menjaga dan meneruskan cita-cita pembangunan bangsa dengan sungguh-
sungguh mencintai bangsanya sendiri, dengan tidak membeda-bedakan setiap suku, ras,
maupun agama yang mendiami bumi pertiwi Indonesia. Dengan wawasan kebangsaan dan
juga semangat nasionalisme maka hal ini diharapkan agar kita dapat menjaga keutuhan.
0

I.B. RUMUSAN MASALAH


I.b.1. Apa maksud dari nasionalisme mahasiswa di lingkungan kampus?

I.b.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Mahasiswa Terhadap Nilai-Nilai


Nasionalisme

I.C. TUJUAN
I.b.1. Agar mengetahui arti dari nasionalisme mahasiswa di lingkungan kampus?

I.b.2. Agar mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Mahasiswa Terhadap


Nilai-Nilai Nasionalisme

I.D. MANFAAT
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang cukup signifikan terhadap
banyak pihak antara lain:
Manfaat Teoritis
a. Memberikan manfaat dan sumbangsih pemikiran untuk perkembangan pemikiran dan ilmu
pengetahuan khususnya tentang nasionalisme.

b. Memberikan wawasan tentang fenomena yang terjadi dewasa ini tentang lunturnya nilai-nilai
nasionalisme.

Bagi Peneliti:

1. Memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang nilai-nilai nasionalisme.

2. Sebagai refleksi pentingnya memahami dan mengamalkan nilai-nilai nasionalisme dalam


hidup berbangsa dan bernegara.

Bagi Mahasiswa:
1. Memberikan pemahaman bahwa pentingnya memahami nilai-nilai nasionalisme dalam hidup
berbangsa dan bernegara.
1

2. Memberikan kesadaran untuk mengamalkan nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupan sehari-


hari.

3. Memberikan pengetahuan akademik seputar nilai-nilai nasionalisme.


2

BAB II

PEMBAHASAN

II.A. PENGERTIAN NASIONALISME MAHASISWA DI LINGKUNGAN


KAMPUS
Nasionalisme berasal dari kata Nation (Inggris) yang berarti bangsa dan Isme yang
berarti paham atau aliran, jadi Nasionalisme dapat diartikan sebagai paham kebangsaan.
Nasionalisme menurut Kohn, adalah suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi
individu harus diserahkan kepada negara, dan mempunyai perasaan yang sangat mendalam akan
suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat dan
penguasa-penguasa resmi didaerahnya, dan dapat pula diartikan sebagai paham yang memberi
ilham kepada sebagian besar penduduknya dan mewajibkan seorang pemimpin untuk
mengilhami beberapa anggota-anggotanya. Nasionalisme menjelaskan bahwa negara kebangsaan
adalah cita dan satu-satunya bentuk sah dari organisasi politik dan bahwa bangsa adalah sumber
kebudayaan dan kesejahteraan ekonomi.

Menurut Buwono, Nasionalisme sering kali dikonotasikan dengan aspek-aspek emosional,


kolektif, dan idola serta sarat memori historis. Nasionalisme selalu melibatkan dimensi emosi
atau rasa, seperti seperasaan,sepenanggungan, seperantauan, dan senasib. Nasionalisme juga
tidak lepas dari faktor memori historis yaitu kecenderungan yang dibangun untuk menumbuhkan
perasaan “bersatu” dalam sebuah konsep kebangsaan tertentu, dalam semangat itulah
nasionalisme Indonesia mucul sebagai satu ikatan bersama. demikian pula para pendiri bangsa
(Founding Fathers) Indonesia melalui Budi Utomo dan kemudian Sumpah Pemuda, telah
menciptakan nasionalisme Indonesia yang lintas Etnis, dangan simbol bendera Merah Putih dan
bahasa Indonesia.

Nasionalisme mempunyai peran penting dalam menjaga keutuhan kesatuan bangsa


Indonesia sesuai dengan UUD 1945 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi: “Negara Indonesia ialah
Negara Kesatuan yang bersama, dalam konteks berbangsa dan bernegara. Menurut Buwono,
nasionalisme sering kali dikonotasikan dengan aspek-aspek emosional, kolektif, dan idola serta
sarat memori historis. Nasionalisme selalu melibatkan dimensi emosi atau rasa, seperti
3

seperasaan, sepenanggungan,seperantauan, kebersamaan. dan senasib. Dalam hal ini sesuai


dengan Indonesia dengan masyarakatnya yang multikultural dari berbagai macam budaya, suku,
ras, agama, dan bahasa, apabila tidak disertai rasa kebersamaan, gotong-royong dan toleransi
maka akan terjadi perpecahan antar kelompok masyarakat.

Oleh karena itu, pemahaman nilai-nilai nasionalisme harus tertanam pada seluruh
individu demi terjaganya rasa kebersamaan dan cinta tanah air dan diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dewasa ini, semangat dan nilai-nilai nasionalisme seakan-akan sudah mulai luntur
karena terkikis oleh modernisasi dan globalisai, Menurut Suhanadji dan Waspodo, Globalisasi
merupakan determinasi sejarah yang tidak bisa dihindari bagi setiap bangsa atau negara,
sehingga mau tidak mau, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap. Sedangkan Modernisasi
adalah proses penerapan ilmu pengetahuan yang meliputi semua segi kehidupan manusia pada
tingkat yang berbeda-beda di mana masyarakat modern lebih mengedepankan hak individu
daripada kepentingan bersama. Hal tersebut terbukti di wilayah perkotaan di mana tatanan
masyarakat perkotaan cenderung individualistis. Selain itu dengan adanya modernisasi
masyarakat dituntut untuk selalu mengejar ketinggalan dalam hal teknologi yang dampaknya
masyarakat cenderung konsumtif. Secara empiris lunturnya nilai-nilai nasionalisme selain dari
adanya modernisasi dan globalisasi, juga disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat
tentang nilai-nilai nasionalisme itu sendiri. Hal itu di buktikan dengan terjadinya beberapa kasus
dalam negeri misalnya tindak pidana korupsi, anarkisme mengatasnamakan agama dan
golongan, perang antar suku, bahkan aksi terorisme. Hal tersebut adalah representasi dari
lunturnya nilai-nilai nasionalisme di lingkungan masyarakat. Mencegah lunturnya nilai-nilai
nasionalisme, perlu adanya penyegaran kembali tentang spirit nasionalisme kepada kader-kader
bangsa, terutama generasi muda yang akan menjadi penerus estafet kepemimpinan bangsa ke
depan dan berharap kepemimpinan pemuda ini bisa membawa masa depan bangsa ke arah yang
lebih baik.

Peran pemuda terutama mahasiswa Menurut Ilahi peran pemuda sangat signifikan dalam
mengawal peristiwa penting yang terjadi di Indonesia. Dilihat dari perspektif sejarah selalu
menjadi pelopor terdepan dalam menentukan masa depan bangsa dengan aksi gerakan pemuda
(Youth movement).4 Dengan kata lain, gerakan pemuda menjadi kekuatan utama yang melahirkan
revolusi bersar-besaran bagi perjalanan penting sebuah bangsa. Demikian pula dengan sejarah
4

pemuda di Indonesia yang meghadirkan idealisme revolusioner dengan tercetusnya Sumpah


Pemuda 1928 yang melahirkan konsep nasionalisme baru bagi bangsa Indonesia. Pasca
reformasi yang telah berselang 16 tahun, peran mahasiswa sebagai kaum intelektual dengan
slogan agen of change dan agen of future. telah mengalami penurunan begitu juga dengan spirit
nasionalismenya. Menurut Ilahi, peran penting pemuda bagi perjalanan bangsa secara faktual
memang tidak bisa tergantikan oleh apapun. Pemuda dalam kesempatan mendatang merupakan
generasi penerus yang diharapkan mampu memberikan konstribusi signifikan bagi perbaikan dan
kemajuan bangsa yang mengalami berbagai macam krisis kepemimpinan. Dalam konteks ini
dapat dilihat dari fenomena yang terjadi di kalangan mahasiswa.

II.B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAHAMAN


MAHASISWA TERHADAP NILAI-NILAI NASIONALISME
Berdasarkan analisis peneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman mahasiswa
adalah Faktor internal yaitu dari diri mahasiswa itu sendiri kurang kesadaran diri sebagai warga
negara Indonesia dan kurangnya wawasan kebangsaan atas bangsa dan negara sendiri, dan
Faktor eksternal yaitu dengan arus globalisasi dan kurangnya filter atau sistem yang mengatur
untuk mengatasi hal tersebut. Faktor utama yang mempengaruhi pembentukan nasionalisme
mahasiswa adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting, khususnya orang tua. Orang lain
yang dianggap penting ialah teman dan dosen.

Faktor yang juga mempengaruhi pembentukan nasionalisme adalah:

a) Organisasi ekstra kampus, yang memberikan pengaruh politis kepada individu,

b) Media massa, yang memberi pemahaman (kognitif) kondisi Indonesia,

c) Pendidikan formal, memberi pengaruh melalui Pendidikan Kewarganegaraan,

d) Pelatihan kebangsaan, berupa pengetahuan dan keterampilan untuk berkontribusi sesuai


dengan kapasitas/peran mahasiswa,

e) Ajaran agama Islam, yang menerangkan bahwa membela negara adalah kewajiban, serta

f) Pengalaman, yang membentuk nasionalisme karena meninggalkan kesan


5

BAB III

PENUTUP

III.A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut :

1. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk dengan kebhinekaannya yang terdiri
dari banyak perbedaan (suku, ras, agama, dan sistem budaya), namun hal ini pun
menimbulkan tantangan tersendiri yang berkaitan dengan pluraslisme budaya (cultural
pluralism) dan juga menguatnya semangat primordialisme. Dalam konteks Negara Kesatuann
Republik Indonesia (NKRI) makna dan hakikat serta pengejawantahan wawasan kebangsaan
penting dipahami oleh setiap warga negara Indonesia. Namun Kondisi kehidupan berbangsa
dan bernegara Indonesia saat ini mengalami kemunduran dalam pemahaman wawasan
kebangsaan dan lunturnya semangat nasionalisme.

2. Generasi muda memiliki kedudukan sebagai salah satu unsur warga negara yang berperan
sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah NKRI. Namun dalam kehidupan
nyata generasi muda Indonesia pada saat ini mengalami catatan kelam akibat perilaku dan
kepribadian yang tidak memiliki mental baja dalam menghadapi setiap persoalan yang
muncul.

3. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang diterapkan di semua jenjang


pendidikan dengan tujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Di perguruan tinggi pun Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan MKDU yang tergabung dalam MPK yang wajib dipelajari oleh semua Mahasiswa.
Dalam penerapannya mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang diterapkan di setiap
perguruan tinggi seharusnya mampu mewujudkan tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan
yang tidak hanya sebatas mata kuliah wajib.
6

III.B. SARAN
Sebaiknya Sebagai mahasiswa berbangsa dalam kalangan generasi muda dan
mahasiswa pada khususnya. Pemahaman akan wawasan kebangsaan dan juga semangat
nasionalisme sudah terintegrasi dalam proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan.
Masalah-masalah tersebut menarik untuk diteliti oleh penulis, yaitu tentang wawasan
kebangsaan dan semangat nasionalisme di lingkungan kampus .Peneliti ingin mengetahui
sejauh mana korelasi proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan peningkatan
wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa. Para mahasiswa yang
merupakan generasi penerus bangsa, diharapkan dapat menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dengan adanya Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan
kembali wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme di kalangan mahasiswa.

Mahasiswa harus mempunyai kepedulian sosial yang mencerminkan nilai-nilai


nasionalisme dengan cara selalu mengkaji realitas sosial yang ada di masyarakat dan harus
selalu menambah wawasan kebangsaan.Dosen sebagai tenaga pengajar diperguruan tinggi
harus memberikan pengetahuan tentang dampak-dampak atau akibat adanya globalisasi dan
modernisasi untuk mengantisipasi agar mahasiswa tidak terjurus kepada dampak negatif dari
adanya globalisasi dan modernisasi.Kegiatan mahasiswa di perguruan tinggi yang
mencerminkan nilai-nilai nasionalisme harus digalakkan kembali tujuannya untuk
membudayakan budaya akademik yang berorientasi pada wawasan kebangsaan.Bagi peneliti
selanjutnya agar lebih representasi dan valid dalam pengambilan data kaitannya tentang
pemhaman nilai-nilai nasionalisme alangkah baiknya menggunakan metode kuantitatif.
7

III.C DAFTAR PUSTAKA


Buwono, Sultan Hamengku X. 2007. Merajut

Kembali ke Indonesiaan Kita. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama

Ilahi, Mohammad Takdir. 2012. Nasionalisme

dalam Bingkai Pluralitas Bangsa.

Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Jainuddin. 2012. Pemahaman Santri Terhadap

Undang-Undang Nomor15 Tahun 2003

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Terorisme. Civic Hukum. Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan.“FKIP”

UMM.

Kohn, Hans. 1984. Nasionalismearti dan

sejarahnya. Terjemahan Sumantri

Mertodipuro. Jakarta : PT.

Pembangunan dan Erlangga.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian

Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya Offset.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif,dan R&D. Bandung: Alfabeta.


8

Sinta, Dwi Istiningsih. 2013.Studi Deskriptif

Upaya Guru PKn Dalam Menanamkan

Sikap Nasionalisme Pada Siswa Smp

Negeri Satu Atap Merjosari Kota

Malang. Civic Hukum Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. “FKIP”

UMM.

Suhanadji & Waspodo TS. 2004. Modernisasi

dan Globalisasi Studi Pembangunan

dalam Perspektif Global. Jakarta: Insan

Cendikia.

Thung Ju Lan & Manan, Muhammad. (Eds.).

2011. Nasionalisme dan Ketahanan

Budaya di Indonesia. Jakarta : LIPI

Press.

Zuriah. Nurul. 2009. Metodologi Penelitian

Sosial dan Pendidikan Teori – Aplikasi.

Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai