Mengetahui,
Dosen Pengampu
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
1. PENDAHULUAN...........................................................................................1
2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
2.2.1 Suhu...................................................................................................3
2.2.3 Kecerahan.........................................................................................4
2.2.5 Gelombang........................................................................................5
2.3.1 pH......................................................................................................6
2.3.2 Salinitas.............................................................................................6
2.3.3 DO......................................................................................................7
3. METODOLOGI..............................................................................................8
4 PENUTUP.....................................................................................................30
4.3 Kesimpulan...........................................................................................30
4.4 Saran.......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32
LAMPIRAN..........................................................................................................34
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Salinometer....................................................................................34
Gambar 2. Refraktometer...............................................................................34
Gambar 4. pH Paper........................................................................................34
Gambar 5. Kompas..........................................................................................34
Puji syukurkami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nyalah,kami diberi kemampuan dan kekuatan untuk menyelesaikan
laporan ini. Adapun laporan ini kami tulis dengan tujuan sebagai syarat tiket
masuk UAP (Ujian Akhir Praktikum) mata kuliah Oseanografi.
Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Diana Arfiati, MS. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu
kelautan
2. Ir. Aida Sartimbul, M.Sc., P.hD selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Oseanografi
3. M Arif Zainul Fuad S.Kel, M.Sc., selaku Dosen Pengampu Praktikum mata
kuliah Oseanografi
4. Kedua orang tua kami
5. Asisten Praktikum mata kuliah Oseanografi yang telah memberikan motivasi
serta dukungan baik moril maupun non moril.
Dalam pengerjaan laporan ini kami menyadari bahwa banyak sekali
kekurangan dan kesalahan dalam pengerjaannya, oleh karena itu, kami meminta
maaf dan kami berharap kritik dan saran yang mampu memotifasi kami sehingga
kami dapat membuat laporan lebih baik lagi dikemudian hari.
Malang, 6 Mei 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan Memiliki 17.508 buah pulau besar dan
kecil, dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Bila ditinjau dari segi
oseanografi, Indonesia memiliki perairan laut dangkal dan perairan laut dalam.
Perairan laut dangkal berupa paparan (shell) dan diukur mulai dari garis surut
terendah sampai pada kedalaman 200 m. Paparan Sahul (Sahul plat) dengan
kedalaman sekitar 30-90 m dan terbentang antara Irian Jaya dan beberapa pulau
kecil lainnya dengan daratanAustralia. Diantara paparan Sunda dan paparan Sahul
terdapat laut yang relalif dalam meliputi Selat Bali, Laut Flores, Laut Maluku dan
Laut Banda (Genisa, 1998).
Oseanografi terdiri dari dua kata, yaitu oceanos yang berarti laut dan
graphos yang berarti gambaran atau deskripsi (bahasa Yunani).Secara sederhana
kita dapat mengartikan Oseanografi sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut.
Dalam bahasa lain yang lebih lengkap, Oseanografi dapat diartikan sebagai studi
dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Ilmu
ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan
perpaduan dari bermacam-macam ilmu-ilmu dasar yang lain.Ilmu-ilmu lain yang
termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology), ilmu bumi (geography), ilmu
fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim
(metereology) (Hutabarat, 2001).
Laut memiliki sumber daya laut yang sangat kaya dan penting, antara lain
sumber daya perikanan, terumbu karang, mangrove, bahan tambang, dan pada
daerah pesisir dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata yang menarik. Laut juga
mempunyai arti penting bagi kehidupan makhluk hidup seperti manusia, ikan,
tumbuh-tumbuhan, dan biota laut lainya (Erni, 2001).
1.2 Maksud dan Tujuan
1. Pakaian Lapangan
2. Tas lapangan
3. Obat-obatan pribadi
4. Buku catatan lapangan
5. Clipboard
6. Kertas HVS secukupnya
7. ATK
8. Handphone + powerbank yang telah di Instal Aplikasi Google Earth Pro dan
Windy
9. Pakaian Ganti
10. Laptop + Charger
11. Kamera
1.4 Waktu dan Tempat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Suhu
Arus merupakan gerakan yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan
di dunia.Arus permukaan dibangkitkan terutama oleh angin yangberhembus di
permukaan laut.Selain itu, topografi muka air laut juga turut mempengaruhi
gerakan arus permukaan. Angin dan topografi laut saat ini dapat diamati dengan
menggunakan satelit Altimetri Jason1. Dengan bantuan data darisatelit ini, maka
dapat dipetakan pola dari pergerakan arus laut permukaan secara global
(Widyastutidkk., 2010).
Menurut Aziz (2006), Arus laut terjadi dimana saja di laut. Pada
hakekatnya, energi yangmenggerakkan massa air laut tersebut berasal dari
matahari. Adanya perbedaanpemanasan matahari terhadap permukaan bumi
menimbulkan pula perbedaanenergi yang diterima permukaan bumi.Perbedaan ini
menimbulkan fenomena arus laut dan angin yang menjadi mekanisme untuk
menyeimbangkan energi diseluruh muka bumi. Kedua fenomena ini juga saling
berkaitan erat satu dengan yang lain. Angin merupakan salah satu gaya utama
yang menyebabkan timbulnya arus laut selain gaya yang timbul akibat dari tidak
samanya pemanasan dan pendinginan air laut.
2.2.3 Kecerahan
2.2.5 Gelombang
Nining (2002) dalam Aziz (2006), menyatakan bahwa gelombang laut pada
umumnya timbul oleh pengaruh angin, walaupun masih ada faktor-faktor lain
yang dapat menimbulkan gelombang di laut seperti aktifitas seismik di dasar laut
(gempa), letusan gunung api, gerakan kapal, gaya tarik benda angkasa (bulan dan
matahari). Gelombang laut dapat juga terjadi di lapisan dalam (pada bidang antara
dari dua lapisan air yang mempunyai densitas berbeda).Gelombang ini disebut
gelombang dalam (internal waves).
Pada hakekatnya fenomena gelombang laut menggambarkan transmisi dari
energi dan momentum. Gelombang laut selalu menimbulkan sebuah ayunan air
yang bergerak tanpa henti-hentinya pada lapisan permukaan laut dan jarang dalam
keadaan sama sekali diam (Aziz, 2006).
2.3 Parameter Kimia
2.3.1 pH
2.3.2 Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat di dalam perairan.
Pengertian salinitas yang paling mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang
terdapat pada suatu perairan. Hal ini di karenakan salinitas ini merupakan
gambaran tentang padatan total di dalam air setelah semua karbonat di konversi
menjadi oksida, semua bromida dan iodida di gantikan oleh chlorida dan semua
bahan organik telah dioksidasi (Gusrina, 2008).
Salinitas sangat berpengaruh pada tekanan osmotik air. Semakin tinggi
salinitasnya maka akan semakin tinggi pula tekanan osmotiknya (Karif, 2011).
Naik turunnya salinitas disebabkan oleh banyak hal diantaranya adalah up welling
dan pengaruh hujan yang turun secara terus menerus dalam jangka waktu
beberapa hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hutabarat dan Evans dalam
Bachrin (2011), bahwa salinitas akan turun secara tajam yang disebabkan oleh
besarnya curah hujan. Salinitas bersifat lebih stabil di lautan terbuka, walaupun
dibeberapatempat kadang-kadang salinitas menunjukan adanya fluktuasi
perubahan.
2.3.3 DO
b. Kecepatan Arus
Tali raffia : penghubung antar botol bekas air mineral
Botol bekas air mineral (600 ml) 2 buah: sebagai pemberat dan
pelampung
Stopwatch : menghitung waktu tempuh
Kompas : penunjuk arah angin
c. Kecerahan
Secchi disk : mengukur kecerahan air laut
Karet gelang : menandai D1 dan D2 pada tali secchi disk
Tongkat skala : mengukur panjang tali
d. Pasang Surut
Tide staff : mengukur pasang surut air laut
e. Gelombang
Tongkat skala 2 m : mengukur tinggi gelombang air laut
Stopwatch : digunakan untuk menghitung waktu
c. DO
Water sampler : wadah untuk mengambil sample air
Botol DO : wadah sample
Pipet tetes : untuk mengambil dan memindahkan
larutandengan skala kecil
Pipet volum : untuk mengambil dan memindahkan
larutandengan skala besar
Corong :untuk memindahkan larutan
Biuret : untuk titrasi
Statif : penyangga biuret
b. Kecepatan Arus
Air laut (perairan) : Sebagai media yang diukur kecepatan
arusnya.
c. Kecerahan
Air laut (perairan) : Sebagai media yang diukur kecerahannya.
d. Gelombang
Air laut (perairan) : Sebagai media perairan yang diukur tinggi
gelombang dan periode gelombang.
e. Pasang surut
Air laut (perairan) : Sebagai media yang diukur pasang
surutnya.
b. Salinitas
Aquades : membersihkan membran refraktometer.
Tissue : mengeringkan membran refraktometer.
Air laut (perairan) : media yang diukur salinitasnya.
c. DO (Dissolved Oxigen)
Air sampel : Bahan yang akan diamati kandungan
oksigennya.
MnSO4 (2 ml) : Mengikat oksigen yang larut didalam air.
NaOH + KI (2ml) : Untuk membantu tejadinya endapan
cokelat dan melepas I2
H2SO4 (2ml) : Melarutkan endapan cokelat dan indikator
suasana asam.
Amylum (3 tetes) : Sebagai indikator warna ungu dan
indikator basa.
Na2S2O3(0,025N) : Sebagai titran
Thermometer Hg
Hasil
c. Kecerahan
Secchi disk
d. Pasang Surut
Tide Staff
Ditancapkan
Dilihat tinggi permukaan air sebagai t0 (cm)
Dilihat tinggi permukaan air setelah 6 jam sebagai t1 (cm)
Dicatat hasil pengamatan
Dihitung kecepatan pasang surut
Hasil
e. Gelombang
Tinggi Gelombang
Tongkat Skala
Hasil
Periode Gelombang
Tongkat Skala
Hasil
b. Salinitas
Refraktometer
Hasil
c. DO (Dissolved Oksigen)
Botol DO
3. PEMBAHASAN
a. Kecepatan Arus
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kecepatan Arus
Diket:s = 5 m
t = 160 s
Dit:v = ?
1 10.15 WIB 0,031 m/s
Jawab:v = s/t
= 5/160
= 0,031 m/s
b. Kecerahan
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kecerahan
Percobaan Jam Hasil Perhitungan
Diket:D1 = 183 cm
D2 = 161 cm
1 09.40 WIB 172 cm Dit:Kec ?
D1+ D 2
Jwb:Kec = =
2
183+161
2
= 172 cm
Diket: D1 = 161 cm
D2 = 121 cm
Dit:Kec ?
D1+ D 2
2 10.05 WIB 141 cm Jwb:Kec = =
2
161+121
2
=141 cm
Diket: D1 = 196 cm
D2 = 127,5 cm
Dit:Kec ?
D1+ D 2
3 10.16 WIB 157,58 cm Jwb: Kec = =
2
196+127,5
2
= 157,58 cm
Rata-rata 157,58 cm
c. Suhu
Tabel 3. Hasil Pengamatan Suhu
3. 10.16 WIB 31 0C
Rata-rata 30,3 0C
d. Gelombang
Tinggi Gelombang
Tabel 4. Hasil Pengamatan Tinggi Gelombang
Periode Gelombang
Tabel 5. Hasil pengamatan Periode Gelombang
Periode Gelombang
3s 2s 3s 2,6 s
(detik)
e. Pasang Surut
Tabel 6.Hasil Pengamatan Pasang Surut
SkalaTideStaf
Percobaan Jam Hasil Perhitungan
f
2 Diket:T1 = 107 cm
cm/jm T0 = 115 cm
1 10.15 WIB 107 cm
t = 4 jam
Dit:Pasut ?
2 14.15 WIB 115 cm
Jwb:
t 0−t 1
Pasut =
T
115−107
=
4
= 2 cm/jm
b. Salinitas
Nilai Salinitas:
Salinometer : 35 ppt
Refraktofotometer : 32 ppt
s
kecepatan arus adalah (v) = , dimana s (panjang tali yang dipakai) dan t
t
(lama waktu).
c. Kecerahan
Disiapkan secchi disk yang akan digunakan dan dimasukkan
kedalam perairan laut. Lalu secchi disk diturunkan perlahan-lahan agar
mudah dalam proses pengamatan sampai batas tidak tampak pertama kali
dan diberikan tanda dengan karet gelang yang dihitung sebagai D1.
kemudiansecchi disk diturunkan lagi sampai tidak tampak sama sekali.
Setelah itu secchi disk diangkat kepermukaan perlahan-lahan agar tidak
terlewat dari proses pengamatan hingga secchi disk pertama kali terlihat
yang dihitung sebagai D2 dan dicatat kedalaman D1 dan D2 setelah itu
D1+ D 2
kecerahan dihitung dengan rumus: Kecerahan (D) = , dimana D1
2
adalah kedalaman saat secchi disk mulai tidak tampak pertama kali, dan
D2adaah kedalaman secchi disk mulai tampak pertama kali.
d. Pasang Surut
Disiapkan alat yang akan digunakan yaitu tide staff, kemudian
dibawa keperairan pantai lalu ditancapkan didasar perairan. Diukur
ketinggian awal permukaan laut dan dicatat, setelah itu didiamkan selama
kurang lebih 4 jam lalu dicatat ketinggian permukaan laut kemudian
t 1−t
dihitung nilai pasang surutnya dengan rumus: Pasang Surut = ,
T
dimana t1adalah skala akhir pada tide staff,t0adalah skala awal pada tide
staff dan t adalah selang waktu pengukuran.
e. Gelombang
- Tinggi gelombang
Disiapkan tongkat skala yang akan digunakan,
kemudian dibawa keperairan pantai lalu ditegakkan pada dasar
perairan. Diukur tinggi puncak gelombang dan lembah
gelombang yang dating,kemudian dihitung selisih yang
didapatkan dan dicatat hasilnya.Diulangi langkah tersebut
sebanyak tiga kali dan dicari nilai rata-ratanya.
- Periode gelombang
Disiapkan tongkat skala yang akan digunakan,
kemudian dibawa keperairan pantai lalu ditancapkan pada
dasar perairan. Diukur tinggi gelombang pertama yang datang
dan diukur lagi ketinggian gelombang kedua yang datang
dengan dihitung selisih waktu kedua gelombang tersebut,
kemudian diulangi langkah diatas sebanyak tiga kali dan
dicatat hasilnya.Terakhir, dicari nilai rata-ratanya.
- Metode Modern
Kedua disiapkan pH meter yang akan digunakan,
kemudian pH meter di celupkan pada botol yang berisi air laut.
Setelah itu pH meter dinyalakan dan dilihat nilai yang muncul
pada LCD pH meter. Setelah nilai pada pH meter stabil maka
dicatat sebagai nilai pH nya.
b. Salinitas
Disiapkan terlebih dahulu alat yang akan digunakan yaitu
refraktometer,serta bahan yang diperlukan yaituair laut.Kemudian kaca
refraktometer dikalibrasi dengan cara meneteskan aquades ke kaca
refraktometer kemudian dikeringkan dengan tissue secara searah agar kaca
tidak tergores.Setelah itu, air laut diteteskan sebanyak 1-2 tetes diatas kaca
refraktometer dengan menggunakan pipet tetes. Kemudian kaca
refraktometer ditutup dengan kemiringan 450 perlahan-lahan agar tidak
terjadi gelembung udara karena dapat mempengaruhi proses pengamatan.
Pembacaan salinitas dilakukan dengan cara melihat dengan mata kanan
pada lubang pengamatan dengan memutar skala yang tepat sampai terlihat
terang, pembacaan skala dilakukan menghadap cahaya matahari agar
pengamatan memperoleh data yang valid. Skala yang dibaca adalah skala
bagian kanan dengan garis yang berwarna biru yang menunjukkan nilai
salinitas.
Pertama-tama disiapkan salinometer, lalu dikalibrasi dengan
menggunakan aqudest agar pengukuran lebih valid,kemudiandikeringkan
dengan tissue.Setelah itu diambil air sampel dan diteteskan ke salinometer
2-4 tetes.Kemudian di tekan tombol “on” hingga muncul tulisan “AAA”
kemudian muncul nilai salinitasnya dan dicatat hasilnya.
c. DO (Oksigen Terlarut)
Disiapkan terlebih dahulu water sampler dan botol DO, kemudian
botol DO dimasukkan kedalam water sampler untuk mengambil air sample
dari perairan laut. Pada saat pengambilan air, botol DO dalam keadaan
terbuka dan dimasukkan kedalam water sampler, kemudian dimasukkan
keperairan, selang air yang berada diluar tabung water sampler ditutup
ujungnya agar air tidak masuk kedalam tabung DO.Setelah itu, selang air
baru dibuka setelah sampai pada kedalaman yang diukur dari setengah
kecerahan. Setelah selang air berbunyi “blub” yang menandakan botol
sudah terisi penuh maka selang kembali ditutup agar tidak terjadi
kontaminasi pada botol DO, kemudian water sampler diangkat. Setelah
penuh, botol DO ditutup saat masih didalam water sampler agar volume
botol DO nya menjadi valid tanpa adanya gelembung udara, kerena
gelembung udara tersebut mempengaruhi jumlah oksigen yang terdapat
dalam botol DO. Setelah itu botol DO dikeluarkan dari water sampler dan
dilihat apakah ada gelembung udaranya dengan membolak-balikkan botol
DO, apabila ada gelembung maka harus diulangi kembali pengambilan air
sampel hingga tidak ada gelembungnya.
Air sample dalam botol DO kemudian ditetesi dengan 2 ml MnSO 4
untuk mengikat oksigen terlarut yang terkandung dalam air sampel.
Kemudian ditambah 2 ml NaOH+KI yang berfungsi untuk melepaskan
I2dan membentuk endapan coklat, kemudian dihomogenkan dengan cara
dibolak-balik. Didiamkan selama jangka waktu tertentu agar endapan
coklat terbentuk secara sempurna, setelah terbentuk endapan, bagian air
yang bening dibuang. Endapan yang tersisa didalam botol DO ditetesi
dengan H2SO4 pekat sebanyak 2 ml yang berfungsi sebagai pengkondisian
asam dan melarutkan endapan coklat, kemudian dihomogenkan agar
tercampur hingga larutan larut. Setelah larut diberi 3-4 tetes amylum yang
berfungsi sebagai pemberi warna dan pengkondisian basa, kemudian
larutan tersebut dititrasi dengan menggunakan Na2S2O3 untuk mengikat I2
dan membentuk Na2I2 juga sebagai titran sampai air jernih pada saat
pertama kali, kemudian dicatat ml titran yang terpakai dan dihitung DO
b. Kecepatan Arus
Dari praktikum lapang Oseanografi tentang kecepatan arus,
didapatkan hasil pengukuran nilai kecepatan arus sebesar 0,031 m/s pada
pukul 10.15 WIB. Sedangkan arah arus berasal dari Utara menuju Selatan.
Variasi bulanan angin permukaan di atas perairan Samudera Hindia
terutama di belahan bumi bagian utara sangat dipengaruhi oleh sistem
monsun Asia - Australia sebagai akibat pergeseran posisi matahari ke utara
dan selatan ekuator.Namun sebaliknya, pola sirkulasi angin permukaan di
belahan bumi bagian selatan relatif konstan sepanjang tahun, yaitu angin
bergerak ke arah Barat dan Barat Laut.Hal ini disebabkan kondisi
geografis perairan Samudera Hindia, yaitu bagian utara ekuator merupakan
perairan tertutup dan sebaliknya bagian selatan ekuator merupakan
perairan terbuka (Nontji, 1993).
c. Kecerahan
Dari praktikum lapang Oseanografi tentang kecerahan, didapatkan
hasil pengukuran nilai kecerahan pada percobaan pertama pukul 09.40
WIB sebesar 172 cm dengan D1 = 183 cm dan D2 = 161 cm, pada
percobaan kedua pukul 10.05 WIB sebesar 141 cm dengan D1 = 161 cm
dan D2 = 121 cm dan pada percobaan ketiga pukul 10.16 WIB sebesar
159,75 cm dengan D1 = 196 cm dan D2 = 127,5 cm. Maka rata-rata
kecerahannya adalah 157,58 cm.
kondisi lingkungan perairan sebaiknya harus memenuhi standard
kualitas air laut yang baik bagi kehidupan teripangseperti : pH 6,5–8,5,
kecerahan air laut 50 cm, kadar oksigen terlarut 4–8 mg/l (Agusta, 2012).
d. Pasang Surut
Dari praktikum lapang Oseanografi tentang pasang surut,
didapatkan hasil pengukuran nilai pasang surut pukul 10.15 WIB skala
awal pada tide staff sebesar 107 cm dan pada pukul 14.15 WIB skala akhir
pada tide staff sebesar 115 cm. Selang waktu pengukuran adalah 4.
Kecepatan pasang surut 2 cm/jam. Maka diperoleh tipe pasang surut
campuran condong diurnal.
Hasil penelitian tinggi pasang-surut (pasut) selama tiga kali
menunjukkan bulan Februari 2006 didapatkan berkisar antara 0,2-1,4 m
merupakan tinggi pasut paling besar dibandingkan dengan bulan Mei (0,2-
0,9 m) dan bulan Agustus (0,1-0,8 m). Pebruari didapatkan jenis pasut
diurnal campuran, bulan Mei diperoleh jenis pasut diurnal penuh berubah
menuju ke diurnal campuran dan bulan Agustus didapatkan jenis pasut
antara dominan diurnal campuran (Hadikusumah, 2009).
e. Gelombang
- Tingggi Gelombang
Dari praktikum lapang Oseanografi tentang gelombang, didapatkan
hasil pengukuran tinggi puncak gelombang pertama 129 cm, tinggi lembah
pertama 122 cm, tinggi puncak gelombang kedua 108 cm, tinggi lembah
gelombang kedua 107 cm dan tinggi puncak gelombang ketiga 105 cm,
tinggi lembah gelombang ketiga 125 cm. Rata-rata tinggi puncak
gelombang 114 cm dan rata-rata tinggi lembah gelombang 118 cm. Maka
diperoleh hasil rata-rata selisihnya sebesar -4 cm
Perubahan tinggi gelombang sangat bergantung pada waktu,
dimana secara umum didapatkan saat siang tinggi gelombang menjadi
meningkat, dan waktu malam berubah menjadi berkurang atau menurun.
Energi gelombang antara tanggal 23–25 Pebruari diperoleh puncaknya
(240 cm2) yang didominasi oleh periode 3 dt, dimana waktu siang energi
gelombang meningkat dan waktu malam menurun. Secara umum
perubahan tinggi gelombang diakibatkan oleh tekanan angin (wind tres) di
permukaan laut didapatkan waktu siang lebih tinggi dan waktu malam
berubah menjadi melemah.Namun antara tanggal 26–28 Pebruari energi
gelombang meningkat baik waktu siang maupun malam dengan
puncaknya tanggal 26 (441 cm2) (Hadikusumah, 2009).
- Periode Gelombang
Dari praktikum lapang Oseanografi tentang periode gelombang,
didapatkan hasil pengukuran nilai periode gelombang pertama 1,34 detik,
periode gelombang kedua 1,67 detik, dan periode gelombang ketiga adalah
2 detik. Rata-rata periode gelombang sebesar 1,67 detik.
Menurut Djunarsjah(2005),klasifikasi gelombang laut (berdasarkan
periode) adalah:
Tabel 7. Periode dan Jenis Gelombang
Jenis Gelombang
Periode
b. Salinitas
Dari praktikum lapang Oseanografi tentang salinitas, didapatkan
hasil pengukuran nilai salinitas sebesar 35 ppt dengan salinometer. Dan
menggunakan refraktofotometer sebesar 35 ppt. Jadi, Dapat disimpulkan
salinitas di perairan laut Probolinggo termasuk cukup baik.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hamka (2003) dalam Nursida
(2011) yang mengemukakan bahwa dalam kegiatan pembenihan ikanyang
berhubungan langsung dengan aspek teknis dalam memproduksi benih,
salah satu aspek penting yang harus dipenuhi sesuai Standar Nasional
Indonesia (SNI) adalahair laut harus bersih, tidak tercemar dengan
salinitas 28-35 ppt.
c. DO
Dari praktikum lapang Oseanografi tentang DO, didapatkan nilai
DO sebesar 9,92 mg/liter. Hal ini menunjukkan bahwa perairan di
Probolinggo termasuk dalam keadaan cukup baik.
Hasil pengukuran tersebut sesuai karena menurut Effendi (2003),
di perairan laut kadar oksigen terlarut berkisar antara 11 mg/liter pada
suhu 00C dan pada suhu 250C sebesar 7 mg/liter. Kandungan oksigen
dalam air yang ideal adalah antara 3-7 ppm. Jika kandungan oksigen
kurang dari 3 ppm, maka ikan maupun udang akan berada di permukaan
air, demikian pula jika oksigen terlalu tinggi, ikan maupun udang bisa mati
karena terjadi emboli dalam darah.
c. Kecerahan
Manfaat kecerahan adalah untuk budidaya perikanan, kecerahan air
yang dipersyaratkan adalah lebih dari 3 m, radiasi matahari penting dalam
melengkapi cahaya yang dibutuhkan tanaman hijau-hijauan untuk dipakai
dalam proses fotosintesa, merupakan faktor penting dalam hubungannya
dengan perpindahan populasi hewan laut (Deddy, 2009).
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan
proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi
menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam perairan,
begitu juga sebaliknya. Jadi manfaat dalam perikanan adalah semakin
banyak cahaya yang dapat masuk akan menambah jumlah populasi dari
fitoplankton sebagai makanan dari ikan herbivora (Devin, 2011).
d. Pasang Surut
Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan di dalam
transportasi laut, kegiatan pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir
pantai, dan lain-lain (Deddy, 2009).
Manfaat pasang surut air laut salah satunya adalah dalam
pelestarian mangrove yang habitatnya adalah pada daerah pasang surut air
laut.Oleh karena itu pelestarian mangrove sangat dibutuhkan karena
mangrove adalah tempat ikan-ikan mencari makan dan tempat pemijahan
oleh beberapa jenis ikan (Nontji, 1993).
e. Gelombang
Manfaat gelombang adalah dari gerakan air berpengaruh terhadap
pendekatan spora pada substratnya.Karakteristik spora dan algae yang
tumbuh pada daerah berombak dan berarus kuat.Umumnya cepat
tenggelam dan memiliki kemampuan menempel dengan cepat dan kuat.
Sebagai contoh: Euchuma serra, E. Spinossum, Gelidium spp dan
Pleroladia spp. Sementara itu, algae yang tumbuh di daerah yang tenang
memiliki karakteristik spora yang mengandung lapisan lendir dan
memiliki ukuran serta bentuk yang lebih besar. Gerakan air tesebut juga
sangat berperan dalam mempertahankan sirkulasi zat hara yang berguna
untuk pertumbuhan (Deddy, 2009).
Manfaat gelombang dalam perikanan adalah dengan membaca arah
angin dan besarnya gelombang maka nelayan akan dapat memprediksikan
waktu melaut mereka dan macam tangkapan yang akan diperoleh. Adanya
gelombang yang besar juga dapat dijadikan peringatan bagi para nelayan
agar tidak melaut (Nontji, 1993).
4.4.2 Parameter Kimia
a. pH
Menurut Romimohtarto (1991) dalam Anwar (2011),air laut
mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah
perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan
petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan
perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan
kehidupan biota laut. Derajat keasaman (pH) air laut permukaan di
Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6.0 –
8.5.Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan
biota laut, baik secara langsung maupun tidak langsung (Romimohtarto,
1991).
Manfaat pengetahuan tentang pH adalah kita dapat menyatakan
suatu perairan itu layak sebagai tempat hidup ikan atau sebaliknya. Karena
pH pada perairan yang berlebih maka ikan akan mudah terserang panyakit
dan mati (Nontji, 1993).
b. Salinitas
Menurut Romimoharto (2007) dalam Octasylva (2008),
keanekaragaman salinitas dalam air laut akan mempengaruhi jasad-jasad
hidup akuatik melalui pengendalian berat jenis dan keragaman tekanan
osmotik. Jenis-jenis biota perenang ditakdirkan untuk mempunyai hampir
semua jaringan-jaringan lunak yang berat jenisnya mendekati berat jenis
air laut biasa, sedangkan jenis-jenis lainnya seperti bentos mempunyai
berat jenis yang lebih tinggi daripada air laut di atasnya.
Dengan parameter salinitas suatu perairan kita dapat mengetahui
kelayakan suatu perairan untuk suatu usaha perikanan karena apabila
salinitas tidak cocok maka usaha tidak akan berjalan lancar. Dengan
parameter salinitas kita juga dapat melihat kira-kira organosme apa saja
yang dapat hidup pada perairan tersebut (Nontji,1993).
c. DO
Salmin (2000) dalam Salmin (2005) menyatakan bahwa, oksigen
terlarut (Dissolved Oxigen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup
untuk pernapasan,proses metabolism atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu,
oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan
anorganik dalam proses aerobic. Sumber utama oksigen dalam suatu
perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan fotosintesis
organisme yang hidup dalam perairan tersebut.
Manfaat dari pengetahuan tentang oksigen yang terlarut maka akan
berimplikasi pada organisme yang dapat berfotosintesis pada perairan
karena dengan semakin banyaknya oksigen yang terlarut dalam air maka
organisme yang dapat berfotosintesis akan lebih banyak dan ekosistem
akan berkembang baik (Nontji, 1993).
4 PENUTUP
4.3 Kesimpulan
Kesimpulan yang kami dapat dari praktikum Oseanografi yang
dilaksanakan pada tanggal 21 April 2013 di Pelabuhan Perikanan Pantai,
Mayangan, Probolinggo adalah:
Oseanografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang lautan serta sifat-
sifat laut dan segala sesuatu yang terkandung di dalam laut. Oseanografi
terbagi menjadi empat (4) cabang ilmu yaitu: Fisika Oseanografi,
Geologi Oseanografi, Kimia Oseanografi, dan Biologi Oseanografi.
Arus laut permukaan pencerminan langsung daripada angin yang bertiup
pada waktu itu. Jadi arus permukaaan ini digerakkan oleh angin.
Kecerahan perairan adalah ukuran penetrasi sinar cahaya yang masuk ke
dalam perairan dan mencapai daerah di bawah air, atau dengan kata lain
sebagai ukuran sejauh mana kita dapat melihat ke dalam air laut.
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda
dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer.
Salinitas adalah jumlah berat semua garam (dalam garam) yang terlarut
dalam satu liter.
Derajat Keasaman (pH) adalah suatu ekspresi dari konsentrasi ion
hydrogen yang ada di dalam perairan.
Gelombang adalah gerakan naik turunnya sebuah tubuh perairan yang
dinyatakan dengan naik turunnya permukaan secara bergantian.
Pasang surut adalah gelombang yang dibangkitkan oleh adanya interaksi
antara laut, matahari dan bulan.
Oksigen terlarut dalam air adalah parameter kualitas air yang sangat vital
bagi kehidupan organisme perairan.
Hasil pengamatan dari praktikum Oseanografi adalah:
Pada parameter fisika
Kecepatan arus = 0,031 m/detik
Kecerahan = 157,58 cm
Suhu = 30,30 C
Tinggi gelombang = -4 cm, Periode Gelombang = 2,6 sekon
Pasang surut = 2 cm/jam
Pada parameter kimia
Derajat Keasaman (pH)
pH Paper : 8,38
Salinitas =
Refraktometer :32 ppt
Salinometer :35 ppt
Oksigen terlarut (DO) = 9,92 mg/l
4.4 Saran
Sebaiknya dalam praktikum Oseanografi yang ada dilapang, para
praktikan diharapkan tidak bercanda dan tetap fokus dalam praktikumnya agar
data yang di dapat lebih akurat dan meyakinkan, terlebih lagi untuk para asisten
harus tetap memberikan pengawasan dan dukungan kepada para praktikan agar
dapat menjalani praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 3. Thermometer Hg
Gambar 1. Salinometer
Gambar 4. pH Paper
Gambar 2. Refraktometer
Gamba
r 5. Kompas
2. Denah Lokasi Praktikum Oseanografi
Pelabuhan Perikanan Pantai, Mayangan, Probolinggo
Lintang : Selatan, 7,72090
Bujur : Timur, 113,23050
Akurat : 14 meter
Ketinggian : 33 meter
Akurat tinggi : 34 meter
N
Parameter Alat Di lapang Gambar Literatur
o
Kecepatan
1
Arus
( Google Image,2013)
Keceraha
2
n
(Google Image,2013)
3 Suhu
(Google Image,2013)
4 Salinitas -
(Google Image,2013)
5 pH -
(Google Image,2013)
Gelomban
6
g
(Google Image,2013)
Pasang
7
Surut
(Google Image,2013)
(Google Image,2013)
DO
8 (Oksigen
Terlarut)
(Google Image,2013)