Anda di halaman 1dari 5

BAB I.

PERTANIAN DAN SEJARAHNYA

Pertanian mulai terjadi ketika manusia mulai mengambil peranan dalam pertumbuhan tanaman dan hewan
serta mengaturnya bagi pemenuhan kebutuhannya. Besarnya tingkat peranan manusia dalam perumbuhan
tumbuh-tumbuhan dan hewan serta motif dari usahanya itu menentukan tingat kemajuan pertanian. Mulai
dari tingkat mengumpulkan dan berburu, pertanian primitif, pertanian tradisional dan modern.

a) Pengumpul dan perburuhan


Pada saat ini terdapat berbagai kelompok masyarakat dari berbagai tingkat kebudayaan yang masing2
hidup pada tingkat perekonomian yang berbeda-beda. Manusia pertama yang menempati daerah
hutan tropika sekita laut cina selatan adalah alitik atau prepaleolitik ,yaitu kelompok pengumpul
makanan dan mendapatan makan dengan cara mengumpulkan tumbuh tumbuhan yang dapat dimakan
dan dengan berburu dan menangkap ikan.
Ciri-cirinya adalah:
 Pada tingkatan ini manusia hidup seperti terasing dan mereka hidup dengan cara
mengumpulkan makan dan berburu atau di sebut Nomadik artinya tidak menetap lama pada
suatu tepat ,tetapi mereka tidak mengembara tanpa tujuan di dalam hutan.
 Mereka umumnya mempunyai kelompok dan wilayah tertentu dengan tempat tinggal masih
sangat sederhana misalnya didalam goa atau lobang di kaki tebing batu.
 Mereka sudah mengetahui banyak jenis tanaman dan habitatnya serta telah mengetahui
kegunaan daun, bunga ,biji yang berguna atau mengandung racun (suku Karo Palembang,Suku
Kedui Kalimantan,suku Kelampai Sunda,Tapos Melayu dll)dan cara diolah terlebih dahulu
dengan cara di rebus sebelum dimakan, atau dalam hal pengawetan makanan sudah ada cara
direndam di masukan ke dalam bambu atau di benam dalam tanah kadang sampai berbulan
bulan. Dengan cara ini bahan makanan akan tahan lama di simpan dan bisa juga
menghilangkan racun dari tanaman tersebut.
b) Pertanian Primitif
Ketika manusia mengumpulkan dan pemburu di atas mulai berusaha menjaga tumbuhan sumber
makan, maka mulai terjadi suatu mata rantai antara periode pengumpulan dan pemburu dengan
pertanian primitif dicirikan antara lain:
 Petani-petani primitip bertani berpindah-pindah; sebidang tanah ditanami sekali atau berupa
belukar atau hutan untuk dibersihkan kemudian ditanami satu atau dua kali untuk ditingalkan
kembali
 Orang2 yang suka durian akan tinggal dekat pohon durian serta menjaga dari gangguan
hewan2 liar.
 Orang2 sdh mulai senang menanam kembali sulur umbi liar setelah diambil umbinya sehingga
dapat tumbuh dan diambil lagi.Tindakan ini merupakan langkah menuju pertanian Primitif
dengan adanya pengalaman dan pengetahuan selama berabad-abad tentang bahan tumbuh-
tumbuhan, Edward Hahm (dalam Pelzer,K.J.,1948) dan beberapa sarjana lain menganggap
bahwa wanita adalah penemu (inventor ). cara penanaman tanaman dan oleh karenanya
adalah penghasil bahan makan yang pertama. Hahm menamai pertanian primitif sebagai
Hackbau (Hoe Culture atau hoe tillage = pertanian pacul atau tajak ) dan menganggap bahwa
pacul dan tajak adalah alat untuk wanita.
c) Pertanian tradisional
 Pertanian yang lebih maju di namai plugbau (Plow culture atau plow tillage= pertanian bajak)
dan bajak dianggap alat kerja untuk laki-laki. Teori Hahm yang pertama menyatakan wanita
adalah yang pertama mulai menanam dapat diterima. Tetapi pendapat tentang perbedaan
antara pertanian primitif dan lebih maju berdasarkan alat kerja yang dipergunakan apalagi
dihubungkan dengan jenis kelamin, tidak dapat diterima, sebab terdapat banyak contoh atau
bukti bahwa pria juga menggunakan pacul (sampai sekarang),dan contoh petani primitif juga
tidak menggunakan pacul tetapi menggunakan tugal atau tongkat penggali.
 Perbedaan yang fundamental antara pertanian primitip dengan pertanian yang telah maju
adalah dalam hal penggunaan tanah. Dalam pertanian primitip yang agak maju kayu-kayu dan
ranting-ranting dibakar. Sistem pertanian ini kita kenal dengan nama ladang atau huma atau
shifting cultivation. Pertanian yang lebih maju dilakukan pada tanah yang sama setiap tahun
yang oleh karenya dinamai pertanian menetap. Pertanian menetap, tergantung dari besarnya
usaha manusia dalam mengatur pertumbuhan tanaman dan motivasi pengusahaanya dapat
dibedakan kedalam pertanian tradisioal dan pertanian modern.
 Pada pertanian teradisional orang menerima keadaan tanah, curah hujan dan varietas tanaman
sebagaimana adanya atau sebagaimana yang diberikan alam. Bantuan terhadap pertumbuhan
tanaman hanya sekedarnya sampai tingkat tertentu seperti penggunaan air yang tersedia deri
alam atau disediakan melalui suatu sistim irigasi, menyingkirkan tumbuh-tumbuhan
pengganggu, dan melindungi tanaman dari gangguan binatang liar atau serangga dengan cara-
cara yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Peternakan sebenarnya hanya merupakan
penjinakan hewan-hewan, dan penggunaan tenaga dan hasilnya. Perikanan hanya berupa
penangkapan dan pemeliharaan yang sederhana dan lebih tergantung pada alam. Kehutanan
berarti menebangan pohon-pohon yang tumbuh secara alami meskipun dengan - gergaji listrik.
d) Pertanian Modern
Dalam pertanian modern ciri-cirinya :
 manusia menggunakan otaknya untuk meningkat kan pengguasaannya. terhadap semua faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan - tanaman dan hewan dengan pengembangan ilmu dan
teknologi dapat dikuasai faktor2 yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
 Usaha pertanian merupakan cara usaha yang efisien dan Masalah pertanian dihadapi secara
ilmiah.
 Fasilitas irigasi dan drainase dibangun dan dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil maksimum.
 Pemilihan tanaman dilakukan untuk mendapatkan varietas yang unggul yaitu berproduksi
tinggi, responsi terhadap pemupukan, tahan terhadap penyakit, dan matang lebih cepat.
 Susunan makanan ternak disiapkan secara ilmiah dan dikembangkan metode macam input
(bibit, air, pupuk alat-alat pertanian) dilakukan secara ilmiah dan didorong oleh motivasi
ekonomi untuk mendapatkan hasil dan pendapatan yang lebih besar Hasil pertanian dalam
bentuk "bulk"/meruah atau besar diolah untuk mendapatkan harga - yang lebih tinggi, cara
pengawetan hasil pertanian dikembangkan untuk menghindarkan kerusakan yang cepat dan
mendapatkan nilai yang lebih tinggi.
 Pertanian moden selalu berobah sesuai kebutuhan manusia baik volume maupun jenis dengn
penggunaan ilmu dan teknologi yang selalu berkembang.

Pembagian pertanian berdasarkan teknis ekonomis pengambilan hasilnya dari tanah atau alam :

a. Pertanian ekstraktif mengambil hasil dari alam dan tanah tanpa usaha untuk
mengembalikan sebagian hasilnya untuk keperluan di kemudian hari (perikanan sungai,
laut dan hasil hutan).

b. Pertanian generatif mengambil hasil dari alam dan tanah dengan usaha
mengembalikan sebagian hasilnya untuk keperluan di kemudian hari (pertanian
dengan usaha pembibitan, pengolahan, pemeliharaan dan pemupukan, serta usaha
lain yg bertujuan untuk menjaga kelestarian alam)

SEJARAH PERKEMBANGAN PERTANIAN INDONESIA

Perkembangan pertanian Indonesia sebelum Belanda datang, ditentukan oleh danya sistem p padi sawah
merupakan upaya untuk membentuk pertanian menetap. Pada saat ini di Indonesia dapat kita temukan
berbagai sistem pertanian yang berbeda, baik efisiensi teknologinya maupun tanaman yang diusahakannya,
yaitu sistem ladang, sistem tegal pekarangan, sistem sawah dan
sistem perkebunan. Sistem ladang merupakan suatu bentuk peralihan dari tahap pengumpul ke tahap
penanam. Pengolahan tanah dilakukan secara sangat minimum, produktivitas bergantung pada lapisan humus
yang terbentuk dari system hutan. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, misalnya padi,
jagung maupun umbi-umbian. Sistem tegal pekarangan berkembang di tanah-tanah kering yang jauh dari
sumber air. Sistem ini dikembangkan setelah menetap dengan tingkat pengelolaan yang juga rendah dan
tanaman yang diusahakan terutama tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan. Sistem sawah,
merupakan sistem dengan pengolahan tanah dan pengelolaan air yang baik sehingga tercapai stabilitas biologi
yang tinggi dankesuburan tanah dapat dipertahankan. Sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan,
baik untuk padi maupun palawija. Di beberapa daerah sawah juga diusahakan untuk tanaman tebu, tembakau
atau tanaman hias. Sistem perkebunan baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar milik swasta
maupun perusahaan negara, berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor seperti karet, kopi, teh, kakao,
kelapa sawit, cengkeh dan lain-lain.
Bertani adalah kehidupan pokok rakyat dan pemerintah memperoleh sumber penerimaannya semata-mata
dari pertanian. Penerimaan Negara terutama terdiri atas pembayaran innatura dan jasa-jasa tenaga kerja
penggarap tanah. Ini berarti bahwa sebagai kawula, petani harus menyisihkan sebagian hasil panen dan
waktunya bagi keperluan raja, kerajaan dan atasan. Pembayaran ini sebagai bukti bahwa mereka sebagai
kawula (warga negara) dari suatu negara dan dianggap sebagai imbalan untuk perlindungan pemerintah dari
serangan musuh atau gangguan keamanan lainnya.

Dalam mengerjakan tanah pertaniannya petani mempergunakan peralatan sederhana berupa pacul, bajak,
garu, dan parang yang dibuat masyarakat setempat. Ternak merupakan tenaga pembantu yang paling penting
untuk mengolah tanah. Hampir tidak ada keluarga tani yang mengupah buruh tani untuk mengerjakan sawah.
Meskipun kecil, hampir setiap keluarga memiliki tanah sawah atau tegalan yang mereka tanami bahan
makanan berupa padi, jagung, jagung cantel (shorgum), jewawut, ubi, dan ketela. Dalam istilah ekonomi
pertanian usaha semacam ini
dinamakan usahatani subsisten yang hasil produksinya diutamakan untuk keperluan keluarga sendiri;
sedangkan sarana produksi dicukupi dari dalam keluarga. Perdagangan hampir tidak ada. Organisasi ekonomi
yang ada sangat sederhana dengan sedikit sekali perdagangan antarmereka. Campur tangan pemerintah
kerajaan secara langsung tidak ada, namun demikian karena pertanian merupakan sumber pendapatan paling
penting, semua tingkatan pemerintah memperoleh pendapatannya dari pajak-pajak sektor pertanian baik
berupa pajak atas hasil produksi atau dari perdagangan hasil-hasilnya.
Setiap barang yang bergerak menjadi sasaran pemajakan oleh penguasa. Pungutan dikenakan di semua
pelabuhan, di pedalaman peredaran barangbarang dipaksa melewati pintu-pintu gerbang tempat membayar
pajak. Pasar tidak hanya merupakan tempat pembeli dan penjual bertemu, tetapi lebih-lebih lagi merupakan
arena yang empuk bagi para penguasa untuk mempermudah penerimaan pajak. Tidak boleh ada perdagangan
di luar pasar, dan monopoli ini kadang-kadang berlaku sejauh 30 km atau lebih. Monopoli pemerintah ini
berpengaruh buruk pada persediaan
pangan. Pungutan baik yang resmi maupun tidak resmi benar-benar membuat masyarakat pertanian tertekan
karena yang diterima petani menjadi teramat kecil bila dibandingkan dengan yang dibayar oleh konsumen
terakhir. Campur tangan pemerintah dalam hal seperti ini merupakan campur tangan yang tidak positif karena
telah mengurangi atau menghilangkan sama sekali gairah untuk berproduksi. Keadaan yang demikian
merupakan bibitbibit timbulnya involusi
pertanian ala Clifford Geertz, suatu ciri pertanian di Jawa abad kedua puluh. Oleh karena itu, involusi pertanian
yang negative tersebut tidak sepenuhnya bersumber dari kebijakan kolonialisme Belanda yang baru muncul
belakangan.
Sifat-sifat kelambanan dan apatisme petani Indonesia rupanya sudah mulai terbentuk pada zaman feodalisme
abad ke 16 dan 17, sebelum Belanda datang di Indonesia. Penekanan terhadap petani dan kehidupan petani
ternyata bukan hal yang baru. Secara teoritis, apabila di dalam suatu negara, pertanian hampir merupakan
satu-satunya sektor yang rakyatnya menggantungkan hidupnya. Hanya di sanalah negara menggantungkan
sumber pendapatannya. Dalam hal ini, tidak dapat dihindarkan bahwa petani menjadi semacam sapi perahan.
Hal ini terlihat lebih jelas pada zaman revolusi kemerdekaan, terutama di daerah-daerah pertanian monokultur
yang petaninya harus membayar berbagai pungutan resmi untuk membantu jalannya pemerintahan setempat
dan dalam banyak hal membantu menghidupi pejabat – pejabat pemerintah daerah.
Meskipun kondisi petani pada masing-masing periode berbeda, tetapi perkembangan pertanian dalam seluruh
periode tersebut ditandai oleh perbedaan dari metode penggalian sumberdaya pertanian Indonesia yang
semuanya ditujukan untuk memberi keuntungan sebesar-besarnya bagi penjajah. Tujuan utama kebijaksanaan
pembangunan pertanian pada zaman kolonial adalah memberikan pemasukan yang besar kepada kas penjajah
di atas pengeluaran bagi biaya pemerintahan kolonial. Sistem inilah yang diyakini akan mendatangkan uang
paling cepat dan

DEFINISI PERTANIAN

Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan pada proses pertumbuhan dari tumbuh-
tumbuhan dan hewan. Pertanian dalam arti sempit dinamakan pertanian rakyat. Sedangkan Pertanian dalam
arti luas meliputi:
1. Pertanian dalam arti sempit( Pertanian Rakyat),
2. Perkebunan
3. peternakan,
4. Kehutanan,
5. Perikanan.

Secara garis besar, pengertian pertanian dapat diringkas menjadi empat komponen yang tidak terpisahkan.
Keempat komponen tersebut meliputi: Proses Produksi, Petani,Tanah dan Perusahaan Usahatani.
1. PERTANIAN :
Pertanian rakyat (usahatani) : pertanian yg bersifat subsisten atau setengah sub sisten (pertanian keluarga)
atau family farm/farm managemen
CIRI-CIRINYA :
a.Diusahakan oleh keluarga
b.Komoditi utama adalah tanaman pangan dan hortikultura (beras, palawija, sayur-sayuran dan buah-
buahan)umumnya di Pulau Jawa, sedangkan di luar Jawa, selain tanaman pangan banyak juga petani yg
mengusahakan tanaman perdagangan misal : kopi,cengkeh, tembakau,nilam, tembakau,(mayoritas
perkebunan rakyat, seperti karet)
c.Diusahakan di sawah, ladang atau pekarangan.
d.Sebagian besar hasilnya untuk konsumsi keluarga.
e.Faktor-faktor produksi (termasuk modal)sebagian besar berasal dari usahatani sendiri.
f.Luas lahan yang diusahakan rata-rata < 1 ha.
g.Perusahaan pertanian :pertanian yang bersifat komersial dan biasanya dalam skala besar (perusahaan)
estate farm/ estate management
CIRI-CIRINYA :
 .Memproduksi hasil tertentu dengan sistem pertanian seragam di bawah manajemen yg
terpusat & menggunakan berbagai metode ilmiah dan teknik pengolahan yg efisien.
 Bidang usaha mayoritas adalah perkebunan, disamping eksploitasi hutan, perikanan dan
peternakan.
 Tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yg sebesar-besarnya.
 Bentuk perusahaan : pemerintah, swasta, joint-venture dan perusahaan asing.
2. PERKEBUNAN :
 1.Umumnya terdapat di daerah-daerah panas (dekat khatulistiwa).
 2.Kepemilikan perkebunan di Indonesia terbagi atas:milik negara (50% dari luas perkebunan),swasta
nasional (37%),swasta asing (7%),joint venture (4%),pemerintah daerah (1,5%),lain-lain (0,5%)
 3.Tanaman perkebunan yang penting di Indonesia adalah karet (didominasi oleh karet rakyat walaupun
mutunya di bawah karet perusahaan),Lada (permintaan besar, penawaran kurang),Kopi, tembakau,
nilam (pemasok dunia terbesar), tembakau, kina, dsb.
PERUSAHAAN SWASTA ASING
Mulai tahun 1870 dengan hukum agraria kolonial Belanda yg memungkinkan pemilik modal besar dari luar
negeri menanamkan modalnya di Indonesia.
Hak-hak usaha para penanam modal asing :
a.Hak Erfpacht : hak untuk menanam modal pada perkebunan di Indonesia dengan jangka waktu maksimal 75
tahun dengan luas maksimal 360 ha.
b.Hak Opstaal : hak untuk mendirikan bangunan-bangunan pabrik untuk usaha.
c.Hak Eigendom : hak untuk mendirikan rumah,untuk tempat tinggal pekerja-pekerja asing.
d.Undang-undang pokok agraria tahun 1961, Pemerintah Indonesia mengubah hak erfpacht menjadi hak guna
usaha dan hak guna bangunan (maks. 10 tahun)

C.KEHUTANAN :
Di Indonesia, hutan yang luasnya > 120 juta hektar kegunaannya terbagi atas :
 Hutan lindung : berfungsi memberikan perlindungan terhadap tanah, tata air, iklim serta
lingkungannya.
 Hutan suaka alam : berfungsi memberikan perlindungan terhadap binatang, untuk keperluan
pengetahuan dan kebudayaan.
 Hutan produksi : hutan yang memberi manfaat produksi kayu dan hasil hutan lainnya.
 Hutan wisata : hutan yang menyediakan keindahan alamnya untuk kepentingan pariwisata.
TIPE HUTAN DI INDONESIA :Hutan payau,Hutan rawa,Hutan pantai,Hutan gambut,Hutan
hujan/tropika basah (70%),Hutan musim,Hutan sekunder

D.PETERNAKAN
Dilihat dari pola pemeliharaannya terbagi atas :
1. Peternakan rakyat cara pemeliharaan tradisional:keterampilan sederhana
a. Menggunakan bibit lokal dalam jumlah & mutu yg terbatas
b. Pemeliharaan dan pengelolaan dilakukan secara tradisonal (digembalakan di padang umum &
dikerjakan oleh anggota keluarga peternak)
c. Tujuan utama peternakan digunakan untuk hewan pekerja (pembajak), pengangkut gerobak/ beban) &
kotorannya digunakan sebagai pupuk dan yg berumur 4-5 tahun dijual untuk ternak besar, untuk dikonsumsi
dan dijual (ternak kecil)
2. Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yg semi komersial.
a. Keterampilan yg dimiliki sudah lumayan
b. Penggunaan bibit unggul & obat-obatan cenderung meningkat.
c.Jumlah ternak yg dimiliki 2-5 ekor ternak besar, 5-100 ekor ternak kecil/ terutama ayam.
d.Tujuan utama selain untuk menambah pendapatan keluarga, juga untuk konsumsi .
3. Peternak komersial cirri : Dijalankan oleh pemilik modal besar,Menggunakan sarana produksi dengan
teknologi yg modern,dikerjakan oleh tenaga kerja yg dibayar,Makanan ternak dibeli dalam jumlah yg
besar,Tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yg sebesar-besarnya.

E.PERIKANAN
a. segala usaha penangkapan, budidaya, pengolahan sampai pemasaran ikan
b. sumber perikanan : semua binatang dan tumbuhan yg hidup di perairan darat maupun laut.
c. Diusahakan di Indonesia mayoritas oleh rakyat (perikanan rakyat dgn perahu layar dan alat
penangkapan ikan yg sederhana)

Anda mungkin juga menyukai