Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS

TEORI PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS


BERDASARKAN ADAPTATIONS MODEL ROY,S.C

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:


1. SUYATNO
2. TRI AMANATUL HIDAYAH
3. ARKE MAFINA MUSTIKA
4. AYU PRADASAI
5. FRANSISCA YONNI ANDRIANI
6. VANIA RACHMIANA
7. FITRI ANA SARI
8. HASMI VILIA
9. EKA DEWI

PRODI S1 KEPERAWATAN KONVERSI


UNIVERSITAS AISYIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
T.A 2021/2022
DAFTAR ISI

1. BIOGRAFI PEMBUAT TEORI..............................................................................................2


Riwayat Calista Roy...................................................................................................................2
2. PENJELASAN TEORI............................................................................................................2
A. PENGERTIAN MODEL ADAPTASI CALLISTA ROY.................................2
B. KEYAKINAN DAN TATA NILAI..........................................................................2
3. PENERAPAN TEORI DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS......................................2
4. KESIMPULAN........................................................................................................................2
BIOGRAFI PEMBUAT TEORI
Riwayat Calista Roy

Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan
pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art
Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric
Nursing pada tahun 1966 di University of California Los Angeles.

Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus
dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E.
Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan.
Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan
keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi
dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun
pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya
stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi
dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan
residual stimuli. Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan
pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut,
Roy juga engadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep
A.H. Maslow un uk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme
dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat
meningkatkan derajat kesehatan.

Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-
ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 197O)
dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu
kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 197O,
model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda
keperawatan di Mount Saint Mary's College. Sejak saat it lebih dari 15OO staf pengajar
dan mahasiswa- mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas
model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih
lanjut dan penyaringan model.

Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977
menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model
adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara
filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan,
pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam
keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam
kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

1. PENJELASAN TEORI
A. PENGERTIAN MODEL ADAPTASI CALLISTA ROY
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969). Model
adaptasi Callista Roy adalah bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatan dengan
cara mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku mal adaptif. Individu atau
manusia holistic adaptive system yang selalu beradaptasi secara keseluruhan.

Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan keperawatan
adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai “Holistic
adaptif system”dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.

Sistem adalah suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk
beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. System
terdiri dari proses input, autput, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991 ), dengan penjelasan
sebagai berikut :

1) Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan
informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan
respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan
stimulus residual.
Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,
efeknya segera, misalnya infeksi .
a) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang
baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini
muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada
stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.
b) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan
situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap,
sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi
proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang
ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.
2) Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di
gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang
merupakan subsistem.
a) Subsistem regulator
\Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input- proses dan
output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator
sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon
neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku
output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai
sebagai perilaku regulator subsistem.
b) Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal.
Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan
balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan
dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi.
Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam
memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses
imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang
mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah
proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi
adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan
penilaian dan kasih sayang.
3) Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini
merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem
sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang
adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat
terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan
dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan.
Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses
kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping diwariskan
atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan
terhadap bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang dapat
dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka. Roy
memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol
yang disebut Regulator dan Kognator dan mekanisme tersebut merupakan bagian
sub sistem adaptasi.
Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
a) Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-
menerus berinteraksi dengan lingkungan.
b) Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-
perubahan biopsikososial.
c) Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan
untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap
semua rangsangan baik positif maupun negatif.
d) Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia
mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif
maupun negatif.
e) Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari
kehidupan manusia.
Upaya pelayanan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:

a) Untuk meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan


perilaku adaptif
b) Intervensi keperawatan ditujukan untuk menekan
stressor dan meningkatkan mekanisme adaptasi.

B. KEYAKINAN DAN TATA NILAI

Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan konsep keperawatan
dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau keyakinan serta tata nilai
yang dimilikinya diantaranya:
1) Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu berinteraksi
dengan lingkungannya.
2) Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus beradaptasi
sesuai dengan perubahan yang terjadi.
3) Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh roy,
diantaranya:
a) Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang
dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang individu.
b) Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan
baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi,
kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara subjektif.
4) System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:
a) Pertama, fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi
fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat,
integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi
endokrin.
b) Kedua, konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang
mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.
c) Ketiga, fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan
dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi
social dalam berhubungan dengan orang lain
d) Keempat, interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-
pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.
5) Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu
6) melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan
7) keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan meningkatkan respon adaptasi.
Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai suatu system adaptasi.
Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk
beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
hubungan interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan
asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan
lingkungan internal dan eksternal. Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan
berikut:

1) Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar


2) Pengembangan konsep diri positif
3) Penampilan peran social
4) Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah bagi klien dan
mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut. Kemudian asuhan
keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien beradaptasi.

Menurut Roy terdapat empat objek utama dalam ilmu keperawatan, yaitu :

1) Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)


Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu, keluarga,
kelompok, komunitas atau social. Masing-masing dilakukan oleh perawat sebagai
system adaptasi yang holistic dan terbuka. System terbuka tersebut berdampak
terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi, kejadian, energi antara system
dan lingkungan. Interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan dicirikan oleh
perubahan internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut individu harus
mempertahankan intergritas dirinya, dimana setiap individu secara kontunyu
beradaptasi.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem
adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang
mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah
mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik
manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan
regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu :
fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Dalam model
adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup,
terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan
lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah
karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling
berhubungan antara unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional
untuk beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah
dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu
itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang
umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal
yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang
dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan. Proses kontrol manusia
sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping
yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator.
Regulator dan kognator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap
empat efektor atau cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan interdependen.

Empat fungsi mode yang dikembangkan oleh Roy terdiri dari:


a) Fisiologis
a. Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen
berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi.
b. Nutrisi: menggambarkan pola penggunaan nutrient untuk
memperbaiki kondisi tubuh dan perkembangan.
c. Eliminasi: menggambarkan pola eliminasi.
d. Aktivitas dan istirahat: menggambarkan pola aktivitas, latihan,
istirahat dan tidur.
e. Integritas kulit: menggambarkan pola fungsi fisiologis kulit. (6).
Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensori perceptual
berhubungan dengan panca indera
f. Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan
cairan dan elektrolit
g. Fungsi neurologist: menggambarkan pola control neurologist,
pengaturan dan intelektual
h. Fungsi endokrin: menggambarkan pola control dan pengaturan
termasuk respon stress dan system reproduksi
b) Konsep Diri (Psikis)
Model konsep ini mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang
berhubungan dengan ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada kenyataan
keadaan diri sendiri tentang fisik, individual, dan moral-etik
c) Fungsi Peran (Sosial)
d) Fungsi peran mengidentifikasi tentang pola interaksi social seseorang
berhubungan dengan orang lain akibat dari peran ganda.
e) Interdependent
Interdependen mengidentifikasi pola nilai-nilai manusia, kehangatan, cinta
dan memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interpersonal terhadap
individu maupun kelompok.
2) Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan
dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami
gangguan fisik, psikis dan social agar dapat mencapai derajat kesehatan yang
optimal.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi
berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan internal dan eksternal
dan stimulus input tergantung dari kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang
atau keadaan koping seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat
adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara langsung terhadap ancaman/input
yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya tergantung tingkat perubahan yang
berdampak terhadap seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain
seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus
residual adalah karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul releva
dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.
3) Konsep sehat
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai tingkatan
tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan proses
dalam upaya dan menjadikan dirinya secara terintegrasisecara keseluruhan, fisik,
mental dan social. Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan in
dividu untuk memenuhi tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi terhadap
rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit sangat
individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi
(koping) tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan
mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya
dan lain-lain.
4) Konsep lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan
eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dari perilaku
seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun
psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman.
Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu
(berupa pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian) dan proses stressor
biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi
yang tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan
pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu perawat dalam
meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko akibat dari lingkungan
sekitar.

2. PENERAPAN TEORI DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS


Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses
keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap
pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut
sama dengan proses keperawatan secara umum.

1) Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengkajian
tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data
tentang perilaku klien sebagai suatu system adaptif berhubungan dengan masing-
masing mode adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan. Oleh
karena itu pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu pengkajian
klien terhadap masing- masing mode adaptasi secara sistematik dan holistik
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku klien
tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan dukungan
perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat
melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data
tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak terhadap klien.
Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic; jenis
kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi
peran, ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya, strea fisik
dan emosi; budaya;dan lingkungan fisik
2) Perumusan diagnosa keperawatan
Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan:
a. Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan
berhubungan dengan 4 mode adaptif . dalam mengaplikasikan diagnosa ini,
diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah “hypoxia”.
b. Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang
tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode
diagnosa ini maka diagnosanya adalah “nyeri dada disebabkan oleh
kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan dengan cuaca lingkungan
yang panas”
c. Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan
dengan stimulus yang sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani
mengalami nyeri dada, dimana ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada
kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan peran berhubungan dengan
keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas”
3) Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah
ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga
ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus secara
keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan
adaptasi meningkat.
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan
menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat
menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan
jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus
fokal, kontekstual dan residual.
4) Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau memanipulasi
fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas kemampuan koping
seseorang pada zona adaptasi sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan
adaptasi meningkat.
5) Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang
ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada
individu.

3. KESIMPULAN

Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969).
Model adaptasi Callista Roy adalah bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatan
dengan cara mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku mal adaptif.
Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
a) Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus- menerus
berinteraksi dengan lingkungan.
b) Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-
perubahan biopsikososial.
c) Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk
beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua
rangsangan baik positif maupun negatif.
d) Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya,
jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai
kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
e) Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari
kehidupan manusia.

Empat fungsi mode yang dikembangkan oleh Roy terdiri dari fungsi fisiologis, konsep
diri, fungsi peran dan interdependen.
Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai suatu system adaptasi.
Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk
beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
hubungan interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan
asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan
lingkungan internal dan eksternal.
. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan
kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi,

Anda mungkin juga menyukai