Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI ( KDP )

Dosen Pembimbing : Hj. Ns. Jajuk Kusumawaty, S.Kep., M.Kep

Oleh :
NENDA CHANDRA MAULANA

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2021
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
NAFAS DALAM DAN BATUK EFEKTIF

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan :


Melatih nafas dalam dan batuk efektif
Diagnosa medis : Pneumonia
2. Diagnosa Keperawatan :
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sekret di jalan napas
3. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional

No Prinsip Rasional
1 Cuci tangan Mencegah transmisi mikroorganisme
2 Mengucap salam Pendekatan terapeutik

3 Menjaga privacy klien Memastikan keamanan klien saat


dilakukan tindakan
4 Menjelaskan tujuan dan Agar klien memahami tujuan tindakan
prosedur tindakan yang dilakukan
5 Atur posisi klien semifowler Meningkatkan ekspansi paru dan
atau duduk memaksimalkan oksigenasi (Zurimi
Jurusan Keperawatan & Kemenkes
Maluku, 2019).
6 Meminta klien meletakkan Agar klien merasakan gerakan inhalasi
satu tangan di dada dan satu dan ekshalasi abdomen
tangan di perut
7 Melatih klien melakukan Untuk melatih kontraksi otot abdomen
nafas perut
8 Meminta klien menahan Relaksasi otot abdomen
nafas hingga 3 hitungan
9 Meminta menghembuskan Agar mengatur nafas saat ekshalasi
nafas perlahan dalam 3
hitungan ( lewat mulut, bibir
seperti meniup)
10 Memasang perlak / alas dan Mempermudah klien untuk
bengkok mengeluarkan sputum

11 Meminta klien untuk Untuk mrengeluarkan secret pada area


melakukan nafas dalam 2 jalan nafas
kali, yang ke 3 inspirasi,
tahan nafas dan batukan
dengan kuat
12 Menampung lendir dalam Untuk menghindari bakteri
sputum pot terkontaminasi dengan klien dan
perawat lain
13 Mengevaluasi tindakan Untuk mengetahui kondisi klien
setelah dilakukan tindakan
14 Merapihkan alat
Mengakhiri sebuah tindakan
15 Cuci tangan
Mencegah infeksi nasokomial
Batuk efektif merupakan salah satu upaya untuk mengeluarkan dahak
dan menjaga paru-paru tetap bersih, disamping dengan memberikan tindakan
nebulizer dan postural drainage. Batuk efektif dapat di berikan pada pasien
dengan cara diberikan posisi yang sesuai agar pengeluaran dahak dapat lancar
(Nugroho, Agung, 2011).
4. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan dan cara
pencegahanya :
a. Klien yang tidak mampu teknik batuk yang baik dan benar akan banyak
mengeluarkan tenaga dan akan mengakibatkan kalori banyak terbuang
Pencegahannya : Dengan diberikan teknik batuk efektif yang baik dan
benar
b. Pengeluaran dahak yang tidak lancar bisa menyebabkan penumpukan
sputum yang membuat perlengketan pada jalan nafas sehingga jalan nafas
tidak efektif dan menimbulkan sesak nafas
Pencegahannya : Berikan air hangat teknik batuk efektif yang baik dan
benar
c. Klien kurang memahami cara melakukan nafas dalam dan batuk efektif
dapat menyebabkan ketidaksesuaian dalam mempraktekan dan tidak akan
maksimal dalam pengeluaran secret
Pencegahannya : Evaluasi bagaimana klien mempraktekan batuk efektif
(Nurmayanti, et al 2019).
5. Tujuan tindakan tersebut :
a. Membantu membersihkan saluran pernafasan dari lendir besar, iritasi,
partikel asing dan mikroba (Puspitasari et al , 2019).
b. Menajaga paru-paru agar tetap bersih jika dilakukan dengan
Meningkatkan saturasi oksigen (Weni Sartiwi1, 2015)
6. Hasil yang didapatkan dan maknanya :
a. Menghilangkan gangguan pernafasan akibat adanya penumpukan sekret
b. Secret keluar dari jalan nafas, klien kooperatif
7. Identifikasi tindakan keperawatan lainya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah/ diagnosa tersebut (mandiri/Kolaborasi) :
a. Ajarkan klien dan keluarga teknik batuk efektif
b. Memberitahukan posisi demi fowler
c. Kolaborasi pemberian otot
REFERENSI
Nugroho, Agung, Y. (2011). Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada
Pasien Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Instalasi
Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Baptis Kediri Yosef Agung Nugroho, 4(2).
Nurmayanti, N., Waluyo, A., Jumaiyah, W., & Azzam, R. (2019). Pengaruh
Fisioterapi Dada, Batuk Efektif Dan Nebulizer Terhadap Peningkatan
Saturasi Oksigen Dalam Darah Pada Pasien Ppok. Jurnal Keperawatan
Silampari, 3(1), 362–371. Https://Doi.Org/10.31539/Jks.V3i1.836
Puspitasari, D., Widiastutik, D. U., & Najib, M. (2019). Teknik Batuk Efektif Dan
Bersihan Jalan Nafas Pada Klien Tuberkulosis Paru Di Rsud M . Soewandhie
Surabaya, Xii(2), 121–128.
Weni Sartiwi1. (2015). Latihan Batuk Efektif Pada Pasien Pneumonia Di Rsud
Sawahlunto, 3, 152–156.
Zurimi Jurusan Keperawatan, S., & Kemenkes Maluku, P. (2019). Asuhan
Keperawatan Dengan Pemberian Teknik Batuk Efektif Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi Pada Klien Dengan Tuberculosis Paru Di Ruang
Paru-Paru Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Haulussy Ambon. Health
Science, 4(1), 34–40.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
DISCHARGER PLANNING

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan :


Discharger Planning
Diagnosa medis :Gastritis
2. Diagnosa Keperawatan : Nyeri b/d agen cidera biologis
DO :
 Nyeri
 Cemas
DS : Klien terlihat mengeluh nyeri dan takut
3. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional :
No Prinsip Rasional

1 Penemuan kasus dan Untuk mengidentifikasi faktor resiko yang


pengkajian dapat diatasi oleh klien di rumah

2 Koordinasi Untuk menyusun rencana kepulangan klien


dengan tim medis dan keluarga klien

3 Implementasi Agar pelaksanaan dan evaluasi dari


Pemberian penkes tentang perencanaan pemulangan sesuai dan klien
kasus, dan pelaksanaan mampu menjaga kesehatannya dengan
minum obat pada klien dan optimal (Hadi & Suminarti, 2021).
keluarga klien

4. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan dan cara pencegahanya :


Bila klien tidak paham dengan penkes dan pelaksanaan obat maka kesembuhan klien
tidak akan optimal.
Pencegahan : Lakukan evaluasi terhadap klien untuk menjelaskan kembali apa yang telah
disampaikan pada saat penkes dan pelaksanaan minum obat oleh perawat (Hardivianty,
2017)
5. Tujuan tindakan dan maknanya :
Membantu klien untuk penyembuhan klien setelah keluar ari rumah sakit dengan optimal
(Ninla Elmawati Falabiba, 2019).
6. Hasil yang didapatkan dan maknanya :
Klien sudah siap untuk pulang dan dan mengerti tentang penyakit yang dialami (L.,
Kadir, & Erika, 2021).
7. Identifikasi tindakan keperawatan lainya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah/ diagnosa tersebut (mandiri/Kolaborasi) :
a. Ajarkan teknik relaksasi nyeri
b. Kolaborasi pemberian obat (Noprianty & Noviyanti, 2019).
REFERENSI

Hadi, M., & Suminarti, T. (2021). Penerapan Discharge Planning Terhadap Kepuasan Pasien
Pada Asuhan Keperawatan. Jurnal Keperawatan Silampari, 4(2), 544–553.
Https://Doi.Org/10.31539/Jks.V4i2.1633

Hardivianty, C. (2017). Evaluasi Pelaksanaan Discharge Planning Di Rumah Sakit Pku


Muhammadiyah Gamping Yokyakarta. Proceeding Health Architecture, 1(1), 21–34.
Retrieved From Http://Mmr.Umy.Ac.Id/Wp-Content/Uploads/2017/05/Cynthia-
Hardivianty_Page-21-34.Pdf

L., D. M., Kadir, R., & Erika, K. A. (2021). Implementasi Discharge Planning Dengan
Pendekatan Family Centered Nursing Terhadap Motivasi Keluarga Di Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Hasanuddin Makassar, Xvi(1), 90–97.

Ninla Elmawati Falabiba. (2019). Standar Discharge Planning Terhadap Keterampilan Ibu
Primipara Dalam Memandikan Bayi Baru Lahir, 3, 319–325.

Noprianty, R., & Noviyanti, S. (2019). Pelaksanaan Discharge Planning Oleh Profesional
Pemberi Asuhan (Ppa) Di Ruang Rawat Inap. Jurnal Kesehatan Vokasional, 4(3), 139.
Https://Doi.Org/10.22146/Jkesvo.48638
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN ENEMA

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan :


Enema
Diagnosa medis :Konstipasi
2. Diagnosa Keperawatan :
Konstipasi b/d pola pikir defekasi tidak teratur
Ds : Klien mengeluh nyeri dan belum BAB selama 3 hari
Do : Distensi Abdomen
3. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional :
No Prinsip Rasional

1 Enema dilakukan dengan pemberian Untuk mengurangi rasa nyeri karena


obat anti konstipasi (misalkan dimasukkan benda ke dalam anus dan
laxative enema) melalui anus dan untuk kenyamanan pasien
sebelum dimasukan obat oles
terlebih dahulu bagian yang akan
dimasukan menggunakan jelly
2 Saat enema dilakukan atur posisi Agar obat masuk melalui anus dengan
pasien menjadi posisi SIM’S benar dan membuat pasien nyaman
dengan posisi tersebut

3 Enema dilakukan dengan prinsip Untuk meminimalisir penyebaran


bersih , menggunakan handschoon bakteri dan untuk kenyaman pasien.
bersih.

4. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan dan cara pencegahanya :


Bila pasien memliki alergi terhadap obat maka akan menyebabkan reaksi alergi
Pencegahannya : Tanyakan terlebih dahulu untuk meminimalisirkan terjadinya alergi
5. Tujuan tindakan tersebut dilakukan :
 Untuk membantu dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi (Emiliana, 2019)
 Merangsang motilitas usus meningkatkan sekresi air dan elektrolit (Purnamasari,
2018)
6. Hasil yang didapat dan maknanya :
Obat anti konstipasi berhasil dimasukan melalui anus, pasien kooperatif
7. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah / diagnosa tersebut. (mandiri dan kolaborasi) :
 Kolaborasi pemberian obat lainnya (obat oral)
 Bila pasien dapat melakukan defekasi di toilet motivasi pasien untuk posisi setengah
berjongkok atau semi squatting (Evaldo Rahma, 2019)
 Memberitahukan pasien agar makan makanan yang berserat
 Efektifitas Latihan Otat Panggul (Windahandayani, Siswadi, & Tijtra, 2018)
 Motivasi pasien untuk mengkonsumsi air setidaknya 8 gelas per hari (Sianipar, 2015)
REFERENSI

Emiliana M. K. Mau. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn. Y.F. Dengan Diagnosa Medik
Ileus Paralitik Di Ruang Komodo Rsud Prof. Dr.W.Z Johanes Kupang.

Evaldo Rahma, Wibowo, S. F. (2019). Asuhan Keperawatan Klien Cerebro Vascular


Accident (Cva) Dengan Masalah Keperawatan Konstipasi Di Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan Malang.

Purnamasari, L. (2018). Tanda Bahaya , Evaluasi , Dan Tatalaksana Sembelit Pada Anak,
45(12), 902–907.

Sianipar, N. B. (2015). Konstipasi Pada Pasien Geriatri, 42(8), 572–577.

Windahandayani, V. Y., Siswadi, Y., & Tijtra, E. (2018). Efektivitas Latihan Otot Dasar
Panggul Dalam Mencegah Konstipasi Pasien Stroke Non Hemoragik, 27(1), 16–21.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
PEMASANGAN KATETER URINE

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan :


Pemasangan kateter
Diagnosa medis : Stroke
2. Diagnosa Keperawatan :
Retensi urin b/d kelemahan otot spinker sekunder terhadap stroke
3. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional :
No Prinsip Rasional

1 Pemasangan kateter urin ini Menghindari penyebaran mikroorganisme


memperhatikan prinsip steril (Nababan, 2020)

2 Gunakan kateter sesuai ukuran Memudahkan untuk pemakaian kateter

3 Dengan mengutamakan privasi Menjaga kenyamanan dan keamanan klien


klien
Pemasangan kateter urin merupakan suatu tindakan invasif dengan memasukan
selang kateter ke dalam kandung kemih yang mana bertujuan untuk membantu
pengeluaran urin. Pemasangan kateter urin dapat menjadi suatu tindakan yang dapat
menyelamatkan keselamtan jiwa khususnya bila da masalah pada saluran kencing
dikarenakan tersumbat atau pasien tidak dapat melakukan urinasi. Tindakan pemasangan
kateter urin juga dapat dilakukan pada pasien dengan indikasi lain, seperti : untuk
menentukan jumlah urin sisa di dalam kandung kemih, untuk melancarkan suatu obstruksi
yang menyambut aliran urin, atau untu memantau hasil pengeluaran urin setiap jam pada
pasien (Prastia, Dwi, 2015).
4. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan dan cara pencegahanya :
 Bahaya resiko infeksi
Pencegahannya : Melakukan perawatan kateter dengan cara membersihkan daerah
sekitar kateter yang masuk ke dalam orifisium uretra dengan sabun dan saat
memandikan atau membersihkan kotoran pasien, hindari penggunaan bedak dan spray
pada daerah parineal, jangan menarik kateter saat pembersihan
 Infeksi saluran kemih
Pencegahannya : Mencuci tangan tangan (Edisyah Putra Ritonga, 2018)
 Penyumbatan pada saluran kateter
Pencegahannya : Harus dilakukan penggantian kateter secara rutin (Afrilia, 2017)
 Penggunaan kateter jangka waktu lama
Pencegahannya : Dilakukan bladder training
5. Tujuan tindakan tersebut :
a. Mengeluarkan urin dari kandung kemih pada keadaan obstruksi intravesikal
b. Mengeluarkan pada disfungsi kandung kemih, diversi urin setelah tindakan operasi
sistem urinaria bagian bawah (Widiastuti, 2012).
6. Identifikasi tindakan keperawatan lainya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah/ diagnosa tersebut (mandiri/Kolaborasi) :
a. Perwatan selang kateter
b. Pemberian obat
c. Observasi TTV
REFERENSI

Afrilia, I. (2017). Dentifikasi Mikroorganisme Penyebab Infeksi Saluran Kemih Identifikasi


Mikroorganisme Penyebab Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Pengg Una Kateter Urine
Di Icu Rsup Dr. Una Kateter Urine Di Icu Rsup, 6(1), 196–201.

Edisyah Putra Ritonga. (2018). Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Kemih Oleh Perawat Pada
Pasien Terpasangnya Kateter Di Rumah Sakit Umum Imelda, 4(1).

Nababan, T. (2020). Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada
Pasien Di Ruang Rawat Inap, 3(2), 23–30.

Prastia, Dwi, R. (2015). Perbandingan Respon Nyeri Pada Prosedur Kateterisasi Urin Pria
Dengan Teknik Pengolesan Jelly Pada Kateter Dan Penyemprotan Jelly Langsung Ke
Dalam Urethra Di Instalasi Gawat Darurat Rsud Dr. Soedarso.

Widiastuti, A. (2012). Perbedaan Kejadian Inkontinensia Urin Pada Pasien Post Kateterisasi
Yang Dilakukan Bladder Training Setiap Hari Dengan Bladder Training Sehari Sebelum
Kateter Dibuka Di Bpk Rsu Tidar Magelang, Iv(02), 63–70.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN ROM

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan :


Mengajarkan ROM
2. Diagnosa Keperawatan :
Ds : Klien mengatakan susah menggerakan kaki dan tangan karena lama tidak digerakan
parca struck
Do : Klien terlihat lemah dan berbaring saja
Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskletal
3. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional :
No Prinsip Rasional

1 Mencuci tangan Mencegah tranmisi mikroorganisme

2 Mengucapkan salam Bentuk komunikasi teurapetik

3 Menjaga privacy Memastikan keamanan klien saat dilakukan


tindakan

4 Posisikan klien pada posisi Posisi anatomis, memudahkan dalam


terlentang dan lurus melakukan tindakan

5 Lakukan ROM pasif pada kepala Meningkatkan atau mempertahankan


dan leher : fleksi, ekstensi, fleksibiltas dan kekuatan otot serta
hiperekstensi, fleksi internal dan merangsang sirkulasi darah tetap lancar di
rotasi daerah kepala dan leher

6 Lakukan ROM pasif pada Mencegah kekakuan kelainan bentuk, dan


ekstermitas atas kanan dengan kontraktur serta merangsang sirkulasi darah,
gerakkan dan jumlah pada sendi di ekstermitas atas kanan
pengulangan yang tepat
7 Lakukan ROM pasif pada Mencegah kekakuan kelainan bentuk, dan
ekstermitas bawah kanan dengan kontraktur serta merangsang sirkulasi darah,
gerakkan dan jumlah pada sendi di ekstermitas bawah kanan
pengulangan yang tepa
8 Melakukan ROM pasif pada Mencegah kekakuan kelainan bentuk, dan
ekstermitas atas kiri kontraktur serta

9 Lakukan ROM pasif pada Mencegah kekakuan kelainan bentuk, dan


ekstermitas bawah kiri kontraktur serta merangsang sirkulasi darah,
pada sendi di ekstermitas bawah kiri

4. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan cara


pencegahannya :
a. Meningkatkan rasa nyeri, peradangan dan cedera
Pencegahannya : Lakukan pda daerah yang tidak nyeri, peradangan dan cidera
b. Gerakan ROM yang dilakukan salah
Pencegahannya : Merhatikan SOP dengan benar (Setyawan & Yunitasari, 2017)
c. Klien merasa kelelahan
Pencegahannya : Jangan terlalu memaksakan saat melakukan ROM
5. Tujuan tindakan tersebut :
a. Untuk menjaga kelentuan sendi (Rantesigi & Nirva, 2020)
b. Meningkatkan vaskularisasi (Shinta & Sara, 2020)
c. Dapat mencegah terjadinya penurunan fleksibilitas sendi dan kekuatan sendi
(Gunawan, 2018)
6. Hasil yang didapat dan maknanya :
a. Klien mampu melakukan latihan sendi dan maknanya melakukan sendiri
b. Meningkatkan dan mempertahankan kekuatan otot dan fleksibilitas persendian
maknanya tidak terjadi kelemahan otot, kekakuan sendi ataupun kecacat (Yogisutanti,
Ardayani, 2018)
7. Identifikasi tindakan keperawatan lainya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah/ diagnosa tersebut (mandiri/Kolaborasi) :
a. Fisioterapi oleh ahli fisik
b. Ajrakan teknik ambulasi dan perpindahan yang aman
c. Anjurkan untuk berlatih bersama dengan keluarga klien agar dapat melakukannya
dengan sendiri
REFERENSI

Gunawan, R. (2018). Pengaruh Rom ( Range Of Motion ) Terhadap Kekuatan Otot


Ekstremitas Pada Pasien Stroke Non Hemoragic, 3(2), 64–72.

Rantesigi, & Nirva, A. (2020). Penerapan Latihan Range Of Motion ( Rom ) Pasif Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Dengan Kasus Stroke, 2(2), 61–66.

Setyawan, A. D., & Rosita, A. (2017). Pengaruh Pemberian Terapi Rom (Range Of Motion)
Terhadap Penyembuhan Penyakit Stroke, 2(2), 87–90.

Shinta, A., & Sara, O. (2020). Penerapan Prosedur Latihan Range Of Motion (Rom) Pasif
Sedini Mungkin Pada Pasien Stroke Non Hemoragik (Snh), 5(10), 1015–1021.

Yogisutanti, G., Ardayani, T., & Simangunsong, D. S. U. (2018). Pengaruh Senam Tai Chi
Terhadap Fleksibilitas Dan Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Lansia Di Gereja Bandung
Barat, 2(1), 60–68.

Anda mungkin juga menyukai