Anda di halaman 1dari 24

Makalah

Peran dan fungsi perawat dalam keperawatan medikal bedah,


kompenen , lingkup , trend dan isue

Mata kuliah : Keperawatan Medikal Bedah 1

Dosen : Ns.Ashar Prima M. Kep.

Disusun oleh :

Muhammad Huda

0432950120023

Program Studi D3 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh

Tahun Akademik 2020/2021


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, Puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberi kami Rahmat dan inayahnya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah “peran dan fungsi perawat dalam kmb, lingkup, komponen , trend&isue “ , dalam
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 dengan tepat waktu.

Terima kasih kepada bapak dosen Ns.Ashar Prima M. Kep. yang telah membantu kami
dan membimbing kami dalam proses pembuatan makalah ini. Dan terima kasih pula
untuk teman-teman seperjuangan yang turut membantu membuat dan menyelesaikan
makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat waktu.

Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, tata bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu
kami ingin meminta saran dan masukan yang membangun agar kedepannya bisa kami
jadikan sebagai acuan untuk menjadi lebih baik lagi di masa yang mendatang.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Bekasi, 10 Oktober 2021

Muhammad Huda
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ II

DAFTAR ISI .......................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Peran dan fungsi perawat kmb ........................................................................................... 6

B. Komponen perawat kmb ...................................................................... 7

C. Ruang lingkup perawat kmb............................................................................................. 8

D. Hot and trand isue ............................................................................ 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 14

B. Saran .................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai


wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam
tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka
keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas
dari adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis
penyakit dan teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi
akan menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan
keperawatan. Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan
Isu Keperawatan Medikal Bedah serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah peran dan fungsi perawat keperawatan medikal bedah

2. Ruang lingkup komponen keeprawatan medikal bedah

3. Trend and issue keperawatan medikal bedah

C. Tujuan Penulisan

 Mengintifikasi fungsi peran perawat keperawatan medikal bedah

 Mengidentifikasi trend dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia

 Mengidentifikasi issue dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia

 Mengetahui implikasi trend dan isu keperawatan medikal bedah terhadap perawat
di Indonesia
 Mengetahui issue aspek legal dalam keperawatan professional
 Mengetahui trend keperawatan mandiri masa kini.

D . MANFAAT

 Meningkatkan pemahaman perawat terhadap perkembangan trend dan isu


keperawatan medikal bedah di Indonesia
 Sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah

 Mengetahui keterkaitan keperawatan medikal bedah dengan trend dan isu yang
berkembang dalam bidang kesehatan
 Sebagai landasan dalam melakukan penelitian baik klinik dan praklinik
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT KMB

perawat dalam keperawatan medikal bedah :

1. Peran Pelaksana
Peran ini dikenal dengan “ Care Giver “ peran perawat dalammemberikan
asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai
individu, keluarga, dan masyarakat, dengan metoda pendekatan pemecahan
masalah yang disebut proses keperawatan. Dalam melaksanakan peran ini,
perawat bertindak sebagai comforter, protector, serta rehabilitator. Sebagai
comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada klien.
Peran protector dan advocate lebih berfokus pada kemampuan perawat
melindungi dan menjamin hak dan kewajiban klien agar terlaksana dengan
seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Peran sebagai communicator,
perawat bertindak sebagai penghubung antara klien dengan anggota kesehatan
lainnya. Peran ini erat kaitannya dengan keberadaan perawat mendampingi klien
sebagai pemberi asuhan keperawatan selama 24 jam. Sedangkan rehabilitator,
berhubungan erat dengan tujuan pemberian asuhan keperawatan, yakni
mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi
normal.
2. Peran sebagai Pendidik
Sebagai pendidik, perawat berperan dalam mendidik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung
jawabnya. Peran ini berupa penyuluhan kepada klien, maupun bentuk desimilasi
ilmu kepada peserta didik keperawatan.
3. Peran sebagai Pengelola
Dalam hal ini perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam
mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan sesuai dengan manajemen
keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai pengelola perawat
dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan atau pelayanan keperawatan
serta mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan, karena
pengetahuan pemahaman perawat yang kurang sehingga pelaksana perawat
pengelola belum maksimal, mayoritas posisi, lingkup kewenangan dan tanggung
jawab perawat hampir tidak berpengaruh dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan.
4. Peran sebagai peneliti
Sebagai peneliti di bidang keperawatan, perawat diharapkan mampu
mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metoda penelitian
serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau
pelayanan dan pendidikan keperawatan. Penelitian di dalam bidang keperawatan
berperan dalam mengurangi kesenjangan penguasaan teknologi di bidang
kesehatan, karena temuan penelitian lebih memungkinkan terjadinya transformasi
ilmu pengetahuan dan teknologi, selain itu penting dalam memperkokoh upaya
menetapkan dan memajukan profesi keperawatan.
Peran dan fungsi perawat khususnya di rumah sakit adalah memberikan
pelayanan atau asuhan keperawatan melalui berbagai proses atau tahapan yang
harus dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pasien.
Tahapan yang dilakukan tentunya berdasarkan standar yang diakui oleh
pemerintah maupun profesi perawat. Salah satu bagian yang berperan penting
dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan adalah pelayanan keperawatan.
Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan komponen terbesar dari sistem
pelayanan kesehatan yang terintegrasi (Kuntoro, 2010: hal 1). Pelayanan
keperawatan merupakan proses kegiatan natural dan berurutan yang dilakukan
oleh perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Pelayanan diberikan karena adanya keterbatasan atau kelemahan fisik dan
mental. Keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan menuju kepada
kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Kegiatan
keperawatan dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan, pemulihan, pemeliharaan kesehatan dengan penekanan
upaya pelayanan kesehatan sesuai wewenang, tanggung jawab dan etika profesi
keperawatan sehingga memungkinkan setiap individu mencapai kemampuan
hidup sehat. Tenaga kesehatan yang paling banyak jumlahnya dalam memberikan
pelayanan kesehatan di rumah sakit dan sering berinteraksi dengan klien adalah
perawat.
B. Ruang lingkup komponen keperawatan medikal bedah

LINGKUP PRAKTEK KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH

Lingkup praktek keperawatan  medikal-bedah merupakan bentuk asuhan


keperawatan pada klien DEWASA yang mengalami gangguan fisiologis baik yang
sudah nyata atau terprediksi mengalami gangguan baik karena adanya penyakit,
trauma atau kecacatan. Asuhan keperawatan meliputi perlakuan terhadap individu
untuk memperoleh kenyamanan; membantu individu dalam meningkatkan dan
mempertahankan kondisi sehatnya; melakukan prevensi, deteksi dan mengatasi
kondisi berkaitan dengan penyakit ; mengupayakan pemulihan sampai kliendapat
mencapai kapasitas produktif tertingginya; serta membantu klien menghadapi
kematian secara bermartabat.

Praktek keperawatan medikal bedah menggunakan langkah-langkah ilmiah


pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi; dengan memperhitungkan
keterkaitan komponen-komponen bio-psiko-sosial klien dalam merespon
gangguan fisiologis sebagai akibat penyakit, trauma atau kecacatan.

LINGKUP KLIEN

Klien yang ditangani dalam praktek keperawatan medikal bedah adalah orang


dewasa, dengan pendekatan “one-to-one basis”. Kategori “dewasa” berimplikasi
pada penegmbangan yang dijalani sesuai tahapannya. Tugas-tugas perkembangan
ini dapat berdampak pada perubahan peran dan respon psikososial selama klien
mengalami masalah kesehatan, dan hal ini perlu menjadi pertimbangan perawat
dalam melakukan kajian dan intervensi keperawatan. Pendekatan keperawatan
harus memperhitungkan “level kedewasaan” klien yang ditangan, dengan demikian
pe;ibatan dan pemberdayaan klien dalam proses asuhan merupakan hal penting,
sesuai dengan kondisinya; ini berkenaan dengan “Self-caring capacities”
LINGKUP GARAPAN KEPERAWATAN

         

            Untuk membahas lingkup garapan keperawatan medikal-bedah, kita perlu


mengacu pada “focus telaahan – lingkup garapan dan basis intervensi keperawatan
seperti telah dibahas pada bagian awal tulisan ini.

Fokus telaahan keperawatan adalah respon manusia dalam mengahdapi masalah


kesehatan baik actual maupun potensial. Dalam lingkup keperawatan medikal
bedah, masalah kesehatan ini meliputi gangguan fisiologis nyata atau potensial
sebagai akibat adanya penyakit, terjadinya trauma maupun kecacatan berikut
respon klien yang unik dari aspek-aspek bio-psiko-sosio-spiritual. Mengingat basis
telaahan respon klien bersumber dari gangguan fisiologis, maka pemahaman akan
patofisiologis atau mekanisme terjadinya gangguan dan (potensi) manifestasi klinis
dari gangguan tersebut sangat mendasari lingkup garapan dan intervensi
keperawatan.

          Penyakit, trauma atau kecacatan sebagai masalah kesehatan yang dihadapi


klien dapat bersumber atau terjadi pada seluruh system tubuh meliputi system-
sistem persyrafan; endokrin; pernafasan; kardiovaskuler; pencernaan;
perkemihan; muskuloskeletal; integumen; kekebalan tubuh; pendengaran ;
penglihatan serta permasalahan-permasalahan yang dapat secara umum menyertai
seluruh gangguan system yaitu issue-isue yang berkaitan dengan keganasan dan
kondisi terminal.

Lingkup Garapan

          Lingkup garapan keperawata  adalah kebutuhan dasar manusia,


penyimpangan dan intervensinya. Berangkat dari focus telaahan keperawatan
medikal bedah diatas, lingkup garapan keperawatan medikal bedah adalah segala
hambatan pemenuhan kebutuhan dasar yang terjadi karena perubahan fisiologis
pada satu atau berbagai sistem tubuh; serta modalitas dan berbagai upaya untuk
mengatasinya.
            Guna menentukan berbagai hambatan pemenuhan kebutuhan dasar mansuai
dan  modalitas yang tepat waktu untuk mengatasinya dibutuhkan keterampilan
berfikir logis dan kritis dalam mengkaji secara tepat kebutuhan dasar apa yang
tidak terpenuhi, pada level serta kemungkinan penyebab apa (diagnosis
keperawatan). Hal ini akan menentukan pada perlakuan (treatment) keperawatan,
dan modalitas yang sesuai. Disibi dibutuhkan keterampilan teknis dan telaah legal
etis.

Basis Intervensi

            Dari focus telaahan dan lingkup garapan keperawatan medikal bedah yang
sudah diuraikan sebelumya, basis intervensi keperawatan medikal bedah adalah
ketidakmampuan  klien (dewasa) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.
(Self care deficit). Ketidakamampuan ini dapat terjadi karena
ketidakseimbangan  antara tuntutan kebutuhan (Self – care demand) dan kapasitas
klien untuk memenuhinya (Self-care ability) sebagai akibat perubahan fisiologis
pada satu atau berbagai system tubuh. Kondisi ini unik pada setiap individu karena
kebuthan akan self-care (Self care requirement) dapat berbeda-beda, sehingga
dibutuhkan integrasi keterampilan-keterampilan berfikir logis-kritis, teknis dan
telaah legal-etis untuk menentukan bentuk intervensi keperawatan mana yang
sesuai, apakah bantuan total, parsial atau suportif-edukatif yang dibutuhkan klien.

KONSEKUENSI PROFESIONAL

         

            Menutup sementara tulisan ini ada berbagai konsekuensi logis yang masih
harus dipikirkan sebagai acuan bagi praktisi kpeerawatan pada area keperawatan
medikal bedah. Melihat kompleksitas focus telaahan, lingkup garapan dan basis
intervensi area keperawatan medikal bedah dan konsekuensi profesionalnya perlu
dirumuskan :
§      Standar performance untuk acuan kualitas asuhan

§      Kategori kwalifikasi perawat untuk menentukan kelayakannya sebagai praktisi

§         Sertifikasi dan lisensi keahlian yang senantiasa diperbaharui untuk


memberi  jaminan kemanan  bagi pengguna jasa keperawatan.

C. Trend and issue keperawatan medikal bedah

A. TREND DAN ISSUE DALAM KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH


Seluruh bidang pelayanan kesehatan sedang berubah dan tidak satupun perubahan yang
berjalan lebih cepat dibandingkan yang terjadi di bidang perawatan akut. Di sini, perawat
memberikan bantuan langsung baik untuk pasien maupun keluarga yang menghadapi
penyakit atau cedera. Hal ini memberikan suatu tantangan yang sangat menyenangkan
dan nyata bagi perawat. Tanggung jawab untuk mengkoordinasikan perawatan ini
membutuhkan perencanaan dan pencatatan yang yang dengan jelas mengidentifikasi
masalah-masalah dan intervensi-intervensi, juga perencanaan perawatan kesehatan
jangka pendek dan panjang untuk individu dan keluarga.
Di bidang perawatan yang tengah berubah ini, apakah yang bakal terjadi? Pada tahun
1989, kami mencatat tujuh trend utama yang kami yakin akan mempunyai dampak
berkepanjangan pada perawatan dan perawatan pasien, yaitu:
Penurunan biaya perawatan kesehatan perhitungan biaya asuhan keperawatan
Pengurangan lamanya dirawat Peningkatan kepercayaan terhadap teknologi tinggi
Kebutuhan akan pengetahuan keperawatan tahap lanjut Kebutuhan akan kolaborasi dan
komunikasi inovasi dalam perencanaan perawatan melalui komputerisasi

Mereka yang memantau kecenderungan ini (juga staf perawat yang memberikan
perawatan langsung) dapat membuktikan bahwa kecenderungan ini telah benar-benar
menimbulkan, dan akan terus memiliki efek yang sangat mendalam pada profesi dan
praktik keperawatan.

Penurunan Biaya Perawatan Kesehatan


Implementasi dari kemungkinan reimbursemen (pengembalian uang) yang dimulai
dengan pasien Medicare yang menggantikan fokus pelayanan kesehatan menjadi
pembendungan biaya. Rumah sakit telah menanggapi pengurangan biaya perawatan
dengan mengurangi jumlah tempat tidur dan staf. Selain itu, meskipun perawatan pasien
di rumah sakit menjadi lebih singkat, namun pasiennya lebih parah, mengakibatkan
peningkatan kebutuhan asuhan keperawatan dan kelebihan beba
kerja. Keadaan ini telah mewajibkan bahwa keperawatan meninjau kembali standar
minimum dari perawatan sementara tetap mempertahankan dan memberikan asuhan
keperawatan yang efektif. Sebagai akibat dari perubahan ini, perawat harus berfungsi
lebih efektif. Karena belum pernah sebelumnya, rencana perawatan pasien harus
mencerminkan persiapan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien dan standar-
standar perawatan di bawah tekanan-tekanan keterbatasan waktu dan sumber daya yang
lebih sedikit.
Perhitungan Biaya Asuhan Keperawatan
Perhatian profesi oleh karenanya terfokus pada biaya pemberian asuhan keperawatan
pada pasien dalam kondisi prospektif pengembalian uang, baiaya lebih sedikit, waktu
yang terbatas, dan pengurangan jumlah tempat tidur dan staf. Perhitungan kontribusi
keperawatan pada perawatan pasien dapat digunakan untuk menentukan biaya
pemberian asuhan pada pasien khusus. Dengan menghitung waktu keperawatan,
membutuhkan pengidentifikasian tingkat asuhan keperawatan yang diperlukan bagi
setiap pasien, yang dapat digunakan untuk “pajak” langsung dari sumbangan pelayanan.
Pada rumah sakit-rumah sakit yang telah menarik pajak untuk pelayanan keperawatan,
rencana asuhan pasien sudah merupakan bagian integral dari penyesuaian biaya asuhan
keperawatan.
Penjabaran tentang bidang keperawatan telah menjadi tantangan yang berkelanjutan
sejak awalanya profesi kita. Tentang apa dan bagaimana dari bidang keperawatantelah
dijelaskan pada bagian-bagian dalam sejumlah publikasi yang telah adayang membantu
operasionalisasi pekerjaan keperawatan. Publikasi ANA tahun 1980 Nursing: A Social
Policy Statement menggambarkan keperawatan sebagaidiagnosa dan tindakan dari
respons manusia terhadap masalah- masalahkesehatan aktual dan potensial. Asosiasi
Diagnosa Keperawatan Amerika Utara (NANDA) mengembangkan taksonomi (1989) yang
memberikan skema klasifikasi awal untuk mengkategorikan dan membuat penggolongan
label-label diagnosa keperawatan. Definisi NANDA tentang diagnosa keperawatan (1990)
lebih lanjut memperjelas tahap kedua proses keperawatan (mis., identifikasi
masalah/diagnosa), Standar of Clinical Partice ANA, (1991) menggambarkan proses
asuhan keperawatan pasien dan mengidentifikasi standar-standar untuk kinerja
(performa) profesional (Tabel 1-1)
Kemajuan ilmu pengetahuan diteruskan dengan AHCPR (departemen kesehatan dan
agensi pelayanan kemanusiaan untuk kebijakan dan penelitian pelayanan
kesehatan Amerika)yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas, ketepatan, dan
keefektifan pelayan asuhan kesehatan dan akses untuk pelayanan ini. Yang pada akhirnya,
pertemuan multi disiplin dari para praktisi (termasuk perawat) telah memulai proses
yang sulit dalam pembatan pedoman-pedoman praktik klinik yang ditujukan untuk situasi
khusus perawatan pasien. Pedoman-pedoman ini dimaksudkan untuk membantu
pemberian asuhan kesehatan dalam pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan
penatalaksanaan situasi klinik. Mereka sumber daya yang memungkinkan perawatan
pasien dievaluasi, pemberi asujhan kesehatan menjalankan tanggung gugat, dan
pembayaran jasa disesuaikan. Pada trbitan ini, 4 pedoman praktik klinik diterbitkan dan
tersedia gratis. Keempat terbitan tersebut adalah:
Penatalaksanaan Nyeri Akut: Prosedur Operatif atau Medikal dan Trauma
Inkontinensia Urine pada Orang Dewasa
Ulkus karena Tekanan
Anemia Sel Sabit
Pada tahun 1992, Iowa Intervention Project: Nursing Interventions Clasification (NIC)
juga telah mengalihkan perhatian kita pada isi dan proses asuhan keperawatan dengan
mengidentifikasi dan menstandarisasi beberapa aktifitas perawatan langsung yang
dilakukan perawat.
Pengurangan Lamanya Dirawat
Ketentuan dari perawatan yang dibuat dengan keinginan sendiri harus direncanakan dan
diberikan dengan kontinuitas sejalan dengan penurunan masa perawatan. Banyak pasien
yang meninggalkan rumah sakit lebih dini masih membutuhkan perawatan kesehatan.
Rumah sakit menanggapi kebutuhan ini dengan membuat ruangan/tempat
tidurperawatan transisi, membuat agensi perawatan kesehatan sendiri, atau menyewa
koordinator yang berlandaskan rumah sakit untuk kerja dengan agensi pelayanan
kesehatan swasta. Perawat memikul ttanggung jawab yang besar untuk memastikan
bahwa pasien yang pulang pada waktu sesuai dengan penggolongan kelompok diagnosis
yang berhubungan. Perencanaan pulang yang agresif harus dimulai pada penerimaan di
unit medikal/bedah dan menggabungkan pengetahuan tentang sumber-sumber rumah
sakitdan komunitas yang tersedia untuk pasien.
Untuk mempermudah pemulangan dini tetapi aman dan untuk menjamin kontinuitas
perawatan, banyak batasan-batasan unit tradisional dilanggar. Manager keperawatan-
kasus mengikuti pasien dari penerimaan sampai unit perawatan umum
hingga pemulangan kembali ke komuniti dalam suatu upaya untuk mencapai hasil yang
optimal. Rencana perawatan terkoordinasi yang efektif dapat membantu menjamin
kontinuitas perawatan antara sistem pelayanan kesehatan dan rumah atau agensi yang
menerima pemindahan.
Standar-Standar Praktik Keperawatan Klinik
Standar-standar Asuhan
Pengkajian: Perawat mengumpulkan data kesehatan pasien

Diagnosis: Perawat menganalisis data pengkajian dalam memnentukan diagnosa

Identifikasi Hasil: Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individual bagi
klien
Perencanaan: Perawat mengembangkan rencana asuhan yang menggambarkan intervensi
untuk mencapai hasil yang diharapkan
Standar Performa Profesinal

Kualitas Asuhan: Perawat secara sistematis mengevaluasi kualitas dan efektivitas praktik
keperawatan
Penilaian Performa: Perawat mengevaluasi prktik keperawatannya sendiri dalam
hubungannya dengan standar-standar praktik profesinal dan undang-umdang serta
peraturan yang relevan
Pendidikan: Perawat mendapatkan dan mempertahankan pengetahuan terbaru dalam
parkatik keperawatan
Kolegialitas: Perawat memberikan sumbangsih pada perkembangan profesional teman
sejawat , kolega dan lain-lain
Etik: Keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan perawat atas nama klien ditentukan
dalam cara-cara yang sesuai etika
Kolaborasi: Perawat berkolaborasi dengan klien, orang terdekat, dan pemberi pelayanan
kesehatan lain dalam memberikan perawatan klien.
Riset: Perawat menggunakan temuan-temuan riset dalam praktik

Penggunaan sumber: Perawat mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan


dengan keamanan, efektifitas, dan biaya dalam perencanaan dan pemberian asuhan pada
klien
Meningkatnya Ketergantungan terhadap Teknologi Tinggi
Dalam lingkungan “bermusuhan” dari masyarakat yang tunduk pada hukum, praktik
kedokteran defensif telah mengakibatkan peningkatan ketergantungan pada teknologi
diagnostik dan intervensi pengobatan yang canggih. Beberapa tahun yang lalu sebelum
“tekti” menjadi suatu kecenderungan, perawat-perawat menunjukkan perhatian bahwa
pasien dalam bahaya kematian diantara selang-selang, alat pemantau, dan mesin-mesin
karena teknologi yang kompleks menjadi bagian yang meningkat dengan pesat dalam
perawatan kesehatan. Hal ini mengarahkan perawat-perawat untuk menjadi penasehat
hukum bagi individualitas pasien, konsep holistik tentang interaksi “pikiran- jiwa-tubuh”,
dan meningkatkan kewaspadaan terhadap dilema isu-isu etik seperti kualitas hidup/hak
untuk mati. Menyertakan konsep-konsep ini dan pertimbangan dari latar belakang
budaya/sosioekonomi individual dapat memudahkan pencapaian keseimbangan antara
kemajuan teknologi dan kebutuhan-kebutuhan manusia
Kebutuhan akan Pengetahuan Keperawatan Tahap Lanjut
Intervensi keperawatan intensif dibutuhkan untuk menagatasi peningkatan akuitas
pasien dalam menghadapi lamanya dirawat yang lebih singkat didalam lingkungan
medikal/bedah. Perawat membutuhkan keahlian-keahlian klinik yang lebih baik,
kematangan, kemampuan berpikir kritis, keasertifan, dan ketrampilan-ketrampilan
penatalaksanaan pasien untuk mengatasi peningkatan tanggung jawab ini.
Program-program sertifikasi keperawatan spesialis memberikan tujuan-tujuan yang
umum: untuk memberikan perlindungankonsumen, untuk memajukan pengetahuan dan
kompetensi keperawatan, untuk meningkatkan otonomi keperawatan, dan untuk
memperkuat kolaborasi. Sertifikasi memberikan pengakuan pada hasil yang telah dicapai
perawat tentang standar-standar yang sebelumnya telah ditetapkan oleh kelompok yang
mengeluarkan sertifikasi, dan oleh karenanya sertifikasi ini menjadi sesuatu yang penting
dalam era yang semakin memperhatikan biaya karena para manajer mencari para
profesionalyang kompeten untuk di pekerjakan. Selain itu, kepercayaan semacam ini bisa
menjadi kerangka kerja untuk reimbursement oleh pembayar ketiga.
Kebutuhan akan Kolaborasi dan Komunikasi
Sejalan dengan pemberian pelayanan kesehatan yang makin kompleks dan makin
terpusat secara ekonomis, kebutuhan akan komunikasi dan kolaborasi antar profesi-
profesi kesehatan makin tinggi. Hanya melalui kolaborasi anatar departemen, pelayanan-
pelayanan, serta fasilitas-fasilita memungkinkan profesional-profesional
medikal memberikan perawatan yang paling efisien dan komprehensif. Perawat sebagai
koordinator primer keseluruhan perawatan pasien, berkewajiban untuk menjamin bahwa
hal ini berlangsung.
Komunikasi dan kolaborasi intradepartemen dapat dilakukan dalam bentuk konferensi
perawatan pasien. Informasi yang didapatkan dari konferensi ini dimasukkan ke dalam
rencana perawatan yang menyeluruh oleh perawat, yang bekerja sebagai penghubung
antara pemberi perawatan kesehatan. Jadi, rencana perawatan dan pencatatan
komunikasi yang terjadi terus menerus berfungsi sebagai parantara antara perawat dan
disiplin lain.
Pasien dan keluarga, karena mempunyai tanggung jawab untuk mereka sendiri (kontrol
lokus-internal), juga turut serta dalam banyak keputusan berkenaan dengan tingkat dan
besarnya asuhan kesehatan yang mereka inginkan. Hal-hal yang berkenaan dengan moral
dan etik mereka, seperti keputusan-keputusan no code/keinginan hidup, dengan tanggal,
waktu, dan nama-nama dari mereka, yang turut serta harus dimasukkan dalam rencana
perawatan. Hal ini memberikan pencatatan legal dan etik dari proses pembuatan
keputusan/komunikasi.
Inovasi dalam Rencana Asuhan melalui Komputerisasi
Banyak perawat meyakini bahwa waktu mereka yang terbatas lebih baik dihabiskan
untuk pemberian perawatan pasien di tempat tidur daripada mengisi kertas kerja.
Penggunaan rencana perawatan tertulis hanya menunjukkan devisi tugas fungsional dan
kewajiban menghidupkan terus menerus gagasan bahwa rencana- rencana perawatan
adalah kerja sibuk, tidak berhubungan dengan pemberian asuhan. Pembuatan kembali
rencana asuhan untuk menggunakan model-model keperawatan meningkatkan
penggunaan dan memberikan pencatatan singkat, memperlihatkan hubungan antara
perencanaan dan pencatatan. Institusi yang menggunakan laporan dengan komputer
meningkatkan jumlah perencanaan perawatan yang diberikan dan dipertahankan
daripada yang terjadi sebelum komputerisasi. Kenyataanya, sistem komputer telah
memberikan dampak yang menyenangkan pada proses, karena perawata-perawat dapat
dengan cepat memasukkan, menayangkan, memperbaiki, mengevaluasi, dan mencetak
rencana perawatan, sehingga meningkatkan kualitas penyimpanan catatan.
Kebanyakan sistem komputer menggunakan rencana asuhan perawatan pasien yang
baku, yang mencerminkan standar-standar perawatan yang diterima untuk masalah-
masalah medik/keperawatan tertentu. Banyak penggunaan diagnosa
keperawatan yang diterima untuk pengujian oleh NANDA. Karena rencana yang dibuat
dengan komputer mencerminkan banyak jenis pengetahuan dan pengalaman
keperawatan, hal ini memungkinkan praktisi yang baru sekali pun untuk membuat
strategi perawatan yang efektif. Rencana perawatan yang baku juga berfungsi sebagai
“penyegar ingatan” bagi perawat yang merawat pasien yang tidak selalu mereka temui
dalam area praktik klinik, sehingga memeberikan informasi untuk meningkatkan praktik
yang efektif. Selain itu rencana perawatan yang baku ini memberikan pada semua
perawat suatu cara yang efisien untuk mengembangkan rencana asuhan yang
komprehensif, diperbaiki secara kontinue, mengindividualisasi, dan dapat dipertanggung
jawabkan untuk masing-masing pasien.
ISU ASPEK LEGAL
Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan pasien
sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa negara
bagian di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online
sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien
yang menerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat
antar negara bagian. Isu legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam
kaitan telenursing masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan
umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur,
etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang
diberikan. Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan
pengembangan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan
sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan model informasi
kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan
kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini,
yang secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang
kesehatan dalam merawat pasien adalah:

Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan
harus tetap terjaga
Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial
resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau
telepon) dan keuntungannya
Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan
membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah
gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.

Perubahan yang cepat dalam lingkungan perawatan kesehatan, sejalan dengan kemajuan
kontinue teknologi, peningkatan keparahan penyakit, tekanan-tekanan anggaran, dan
perluasan pengetahuan keperawatan, telah sangat meningkatkan tanggung jawab yang
harus diemban oleh perawat sekarang ini. Untuk memenuhi tanggung jawab ini,
perencanaan dan pencatatan perawatan adalah penting untuk memuaskan kebutuhan
pasien dan memenuhi kewajiban legal. Pencatatan dampak keperawatan pada perawatan
pasien juga memberikan informasi akan kebutuhan perawatan yang berkelanjutan, hal-
hal yang berkenaan dengan hukum, dan pembayaran.
Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai
bidang yang meliputi:
Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya
penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam
bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan
pasien, atau antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi
biaya kesehatan, jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan
dan masa hari rawat, meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan
model pendidikan keperawatan berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden
1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan
klien dalam menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara holistik
akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di
Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang
meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana prasarana
yang masih belum memadai.
Definisi :
Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi
komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan
keperawatan kepada klien. Yang menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang
magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan
video. Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan
transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau komputer 4)
Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan
tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan
kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara
beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan
aplikasi bidang medis dan non- medis, seperti telediagnosis, telekonsultasi dan
telemonitoring.
Telenursing is defined as the practice of nursing over distance using telecommunications
technology (National Council of State Boards of Nursing).
Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi
dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi
satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas- fasilitas kesehatan di dua negara dan
memakai peralatan video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth).

TREND KEPERAWATAN MANDIRI MASA KINI


Perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, keluarga, kelompok maupun individu. Hal
ini menyebabkan perawat selalu menjadi pusat perhatian dari masyarakat maupun pasien
yang dirawatnya. Mengikuti perkembangan perawatan dunia, para perawat menginginkan
perubahan yang mendasar dalam kegiatan profesinya. Kalau tadinya hanya membantu
tugas pelaksanaan tugas dokter, yang menjadi bagian dari upaya pencapaian tujuan
asuhan medis, kini mereka, menginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya
mencapai tujuan asuhan keperawatan. Tuntutan tanggungjawab dan tugaspun mulai
bergeser yang dulu perawat hanya sebagai perpanjangan dari dokter untuk merawat
pasien selama 24 jam, kini tuntutan itu sudah menjadi tanggungjawab profesi perawatan
secara mandiri yang tentunya mempunyai konsekuensi terhadap perawat tentang
tanggungjawab dan tanggung gugat, baik dari pasien, dokter, maupun profesi kesehatan
lainya, dan bahkan kadang harus mempertanggungjawabkan dirinya baik secara perdata
maupun
pidana di pengadilan akibat kesalahan tindakan terhadap pasien maupun malpraktik yang
terjadi atas diri perawat itu, maupun bersama-sama dengan profesi kesehatan lainya,
seperti dokter, X-ray technician, Laboratorium Technician
Walaupun Perawat mempunyai Induk organisasi Keperawatan PPNI, namun jika terjadi
kasus-kasus yang berhubungan dengan perawat ternyata masih belum mampu membantu
banyak penyelesaian yang dihadapi perawat, hal ini memyebabkan perlindungan
terhadap perawat masih sangat rendah, dikarenakan masih belum adanya Undang-
undang yang mengatur perlindungan terhadap perawat. Ternyata resiko-resiko yang
dihadapi oleh perawat tidak hanya berhenti sampai disitu saja tentunya karena perawat
sebagai tenaga pelayanan keperawatan yang berada 24 jam disamping pasien juga
menghadapi berbagai resiko kesehatan akan terjadinya infeksi silang berbagai macam
penyakit dari pasien maupun kejadian kecelakaan kerja akibat pekerjaanya seperti
tertusuk jarum, nyeri pungung sehubungan dengan pekerjaan mengangkat dan
memindahkan pasien, bed making dan bahkan sampai HNP (Hernia Nucleons Pulposus)
yang berakibat kelumpuhan.
Ternyata tanggungjawab dan resiko yang diemban perawat masih belum sebanding
dengan upah yang mereka terima rata-rata berkisar antara 400 rb – l jt rupiah, yang mana
masih jauh dibawah UMP (Upah Minimum Propinsi). Ketidak cukupan upah inilah yang
walaupun bukan faktor utama, akhirnya para perawat tedebak dalam kegiatan "klinical
practice", yang ilegal, yang mau tidak mau mereka, harus melakukannya karena tuntutan
ekonomi dan kebutuhan sehari-hari yang memang harus dipenuhi yang tidak dapat
dicukupi dari upah yang diterimanya.
Saat ini masih terjadi persepsi yang keliru di masyarakat tentang profesi keperawatan di
Indonesia. Persepsi keliru itu terjadi karena kesalahan informasi yang mereka terima dan
kenyataan di lapangan. Kondisi ini didukung pula dengan kebudayaan dan kebiasaan-
kebiasaan perawat seperti mengambilkan stetoskop, tissue untuk para dokter. Masih
banyak para perawat. yang tidak percaya diri ketika berjalan dan berhadapan dengan
dokter. Paradigma ini harus dirubah, mengikuti perkembangan keperawatan dunia. Para
perawat menginginkan perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Kalau tadinya
hanya, membantu pelaksanaan tugas dokter, menjadi bagian dari upaya mencapai tujuan
asuhan medis, kini mereka menginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya
mencapai tujuan asuhan keperawatan.
Institusi pendidikan keperawatan sangat bertanggungjawab dan berperan penting dalam
rangka, melahirkan generasi perawat yang berkualitas dan berdedikasi. Pemilik dan
pengelola insititusi pendidikan keperawatan yang sama sekali tidak memiliki pemahaman
yang cukup tentang keperawatan baik secara disiplin ilmu atau profesi dapat menjadi
penyebab rendahnya mute lulusan dari pendidikan keperawatan yang ada. Hal ini dapat
di ukur dengan kalah bersaingan para Perawat Indonesia bila di bandingkan dengan
negara- negara lain seperti Philipina dan India. Pemicu yang paling nyata adalah karena,
dalam system pendidikan keperawatan. kita masih menggunakan "Bahasa Indonesia"
sebagai pengantar dalam proses pendidikan. Hal tersebut yang membuat Perawat kita
kalah bersaing di tingkat global. Disisi lain dengan berkembangnya pola pelayanan
kesehatan di Indonesia memberikan kesempatan pada perawat untuk memperluas peran
dan fungsinya, sehingga perlu ditunjang dengan latar belakang jenjang pendidikan tinggi
dalam bidang keperawatan termasuk pendidikan spesialistik, sehingga mampu bekerja
pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Isu hangat di berbagai pertemuan
keperawatan baik regional maupun nasional adalah isu tentang jasa keperawatan. Hal ini
merupakan kebutuhan mendesak, karena dapat menimbulkan dampak series, seperti
penurunan mute pelayanan, meningkatnya keluhan konsumen, ungkapan ketidakpuasan
perawat lewat unjuk rasa dan sebagainya. Isu ini jika tidak ditanggapi dengan benar dan
proporsional dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien
dan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayanan kesehatan, menghambat
perkembangan rumah sakit serta menghambat upaya pengembangan dari keperawatan
sebagai profesi. Pada akhirnva keperawatan yang bermutu adalah suatu bentuk pelayanan
yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasien sebagai pelanggan. Untuk
mencapainya Perawat dapat memulai dari dirinya sendiri. Perawat harus bekerja sesuai
standar praktek pelayanan keperawatan sesuai wewenang dan tangung jawabnya, selalu
berupaya mengembangkan diri melalui pendidikan dan pelatihan yang
berkesinambungan serta sistem jenjang karir.
Selain memiliki kemampuan intelektual, interpersonal dan teknikal, perawat di Indonesia
juga harus mempunyai otonomi yang berarti mandiri dan bersedia menanggung resiko,
bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukannya,
termasuk dalam melakukan dan mengatur dirinya sendiri. Tetapi yang terjadi di lapangan
sangat memilukan, banyak sekali rekan-rekan Perawat yang melakukan "Praktek” .
Pelayanan Kedokteran dan Pengobatan" yang sangat tidak relevan dengan ilmu
keperawatan itu sendiri.

22
Bab 3
Penutup
A. Kesimpulan

1. Trend Keperawatan Medikal Bedal Bedah dan Dampaknya di Indonesia.


Beberapa trend yang terjadi dalam Keperawatan Medikal Bedah di
Indonesia, diantaranya adalah: telenursing, Prinsip Moisture Balance
dalam Perawatan Luka,
Pencegahan HIV-AIDS pada Remaja dengan Peer Group, Program sertifikasi
perawat keahlian khusus, Hospice Home Care, One Day Care, Klinik HIV, Klinik
Rawat Luka, Berdirinya organisasi profesi keperawatan kekhususan,
Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit
dalam Lingkup Keperawatan Medikal Bedah. Disadari bahwa semua trend
tersebut belum seutuhnya diterapkan dalam pelayanan keperawatan di
seluruh Indonesia.
2. Isu dalam Keperawatan Medikal Bedah dan Dampaknya di Indonesia
Beberapa isue yang berkembang dalam Keperawatan Medikal Bedah di
Indonesia, antara lain: Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang
diencerkan pada luka, Belum ada dokumentasi keperawatan yang baku
sehingga setiap institusi rumah sakit mengunakan versi atau modelnya
sendiri-sendiri, Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter, Euthanasia:
suatu issue kontemporer dalam keperawatan, Pengaturan sistem tenaga
kesehatan, Lulusan D3 Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit
pemerintah dibandingkan S1, dan Peran dan tanggung jawab yang belum
ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan sehingga implikasi di rs antara
DIII, S1 dan Spesialis belum jelas terlihat.

B. SARAN

Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend


dan isu keperawatan medikal bedah di Indonesia sehingga dapat
dikembeangkan dalam tatanan layanan keperawatan. Diharapkan agar perawat
bisa menindaklanjuti trend dan isu tersebut melalui kegiatan riset sebagai dasar
untuk pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah
Sakit dalam Lingkup Keperawatan Medikal Bedah

DAFTAR PUSTAKA
Ditjen PPM dan PPL Depkes RI (2018). Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia .
http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf, diakses Selasa, 23 september 2018, pukul
11.00 WIB
Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan:Nuha Medika

23
24

Anda mungkin juga menyukai