Anda di halaman 1dari 12

T A T A

L O K A

JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 4; NOVEMBER 2011


© 2011 Biro Penerbit Planologi UNDIP

PERUBAHAN FISIK SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN MEMARGINALKAN


KOMUNITAS LOKAL
(KASUS KOTA BARU METRO TANJUNG BUNGA, MAKASSAR)

Spatial Physical Changes In Suburb Marginalize Of Local Community


(The Case Of Metro Tanjung Bunga, Makassar)

Batara Surya
Universitas 45 Makasar, Indonesia
E-mail: bataraciptaperdana@yahoo.co.id

Received: September 15th, 2011 Accepted: November 9th, 2011

Abstrak: Penelitian ini dilakukan pada pengembangan kawasan kota baru Metro Tanjung Bunga dengan menganalisis perubahan fi-
sik spasial bekerja sebagai determinan perubahan formasi sosial, pada kawasan Metro Tanjung Bunga, dengan menggunakan pendeka-
tan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Data diperoleh dari sejumlah informan komunitas lokal baik yang berasal dari tokoh
masyarakat dan responden. Perubahan fisik spasial yang berlangsung sangat cepat mendorong akselerasi pembangunan, diawali den-
gan berkembangnya fungsi-fungsi baru, mendorong masuknya penduduk pendatang secara infiltratif dan ekspansif. Perubahan formasi
sosial tunggal ke formasi ganda yang di dalam terdapat formasi sosial prakapitalis dan formasi sosial kapitalisme menunjukkan bahwa
koeksistensi dua tipe formasi sosial dalam penguasaan reproduksi ruang pada pembangunan kawasan kota baru tidak selalu saling
kait-mengkait (interrelation) dan harmoni, sehingga berdampak pada marginalisasi komunitas lokal.

Kata Kunci : Perubahan Fisik Spasial, Perubahan Formasi Sosial, Marginalisasi Pada Komunitas Lokal.

Abstract: Research conducted on the development of new urban Metro Tanjung Bunga to analyze spatial physical changes in work as
a determinant of social formation changes, in the Metro Tanjung Bunga area, using qualitative approaches and quantitative approach-
es. Data obtained from a number of good local community informants from community leaders and the respondent. Spatial physical
changes that take place very quickly encourage the acceleration of development, starting with the development of new functions, en-
courage the entry of migrants in infiltrative and expansive. The changes of a single social formation to double formation inside there
precapitalist social formations and social formations of capitalism suggests that the coexistence of two types of social formations in the
mastery of space on the reproductive development of new urban areas are not always mutual interrelation and harmony, so impact to
the marginalization of local communities.

Key Word : Spatial Physical Changes, Social Change Formation, Marginalization of Local Community

212
PERUBAHAN FISIK SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN… BATARA SURYA

PENDAHULUAN hanya dihuni penduduk sebanyak 4.571 jiwa tahun


Fenomena pembangunan Kota Makassar, 1996 dan pada tahun 2008 meningkat menjadi
yang berkembang menjadi kota modern di awali sebesar 52.803 jiwa atau mengalami pertambahan
pada tahun 1950-an. Kota Makassar saat itu hanya sebesar 48.232 jiwa. Peningkatan jumlah
meliputi 5 wilayah utama (distrik), meliputi; distrik pendududuk ini mengindikasikan tingginya arus
Makassar, Wajo, Melayu, Ende dan Mariso. Wajah urbanisasi dan migrasi pada kawasan Metro Tanjung
Kota Makassar pada tahun 1950-an mengalami Bunga, sehingga menjadi motor penggerak proses
perubahan yang cukup tajam. Kondisi ini ditandai suburbanisasi yang berlangsung dari waktu ke
dengan lenyapnya teknologi kekuasaan kolonial yang waktu. Perubahan fisik spasial yang berlangsung
membagi dan mengendalikan berbagai kelompok sangat cepat dan revolusiner, menjadi motor
masyarakat kota.Yang muncul secara terbuka adalah penggerak pergeseran sarana produksi menuju
tarik-menarik antara kekuatan modal untuk reproduksi ruang ditandai dengan berkembanya
mengklaim ruang kota, bersaing dengan kekuatan aktivitas ekonomi strategis. Kondisi ini kemudian
mobilisasi massa dan kekuatan meliter. Dari proses berdampak pada marginalisasi komunitas lokal akibat
sejarah Kota Makassar diperoleh gambaran bahwa ketidakmampuan dan ketidakberdayaan dalam
ruang kota tidak lagi terjadi secara alamiah. Ada mengakses sumber daya dan peluang-peluang
beberapa proses historis dan intervensi lembaga- ekonomi akibat dominasi fungsi-fungsi ekonomi
lembaga kekuasaan yang membentuk wajah Kota yang dikembangkan oleh sektor kapitalis.
Makassar. Dalam proses perkembangan selanjutnya
mengindikasikan bahwa, penguasa tak selamanya
mampu mengendalikan dan membentuk wajah kota, METODE PENELITIAN
akan tetapi daya dorong dan daya gerak kapitalisme Lokasi penelitian dilakukan pada kawasan
melalui proses penetrasi yang mengondisikan Metro Tanjung Bunga Kecamatan Tamalate Kota
perubahan fisik spasial Kota Makassar. Kondisi ini Makassar. Waktu penelitian dilakukan pada bulan
juga terjadi pada kawasan pinggiran Metro Tanjung Nopember 2009 sampai bulan agustus 2010. Pilihan
Bunga, ditandai dengan perubahan morfologi, struk- pendekatan yang dipilih adalah studi kasus. Sifat ka-
tur ruang dan pola ruang kawasan. sus ditujukan memahami tentang satu latar atau
Akselerasi pembangunan kawasan Metro peristiwa yang dikondisikan oleh perubahan fisik
Tanjung Bunga yang didorong perubahan fisik spasial spasial.
kawasan di awali sejak dibangunnya jalur jalan Metro Metode analisis data yang digunakan dalam
Tanjung Bunga sejak tahun 2003, yang menghu- penelitian ini adalah gabungan pendekatan kuantita-
bungkan Kota Makassar dengan Kabupaten Gowa tif-kualitatif (mixing methods) dari Denzin dan Lin-
dan Kabupaten Takalar. Kondisi tersebut secara coln (2009: 300). Alasan secara filosofis mengga-
langsung mengondisikan pergeseran struktur ruang bungkan kedua pendekatan ini adalah; (1) logika
dan pola ruang kawasan dari kondisi sebelumnya. triangulasi; dalam hal ini hasil penelitian kualitatif di
Indikasi ini dapat diamati dengan berkurangnya cek kembali pada studi kuantitatif dan sebaliknya,
lahan-lahan pertanian dan tambak yang telah beralih tujuannya adalah memperkuat kesahihan temuan,
fungsi menjadi kegiatan perkotaan. Pergeseran (2) penelitian kuantitatif dan kualitatif digabungkan
pemanfaatan ruang kawasan Metro Tanjung Bunga untuk memberikan gambaran secara umum, (3)
yang sangat signifikan dari kondisi awal, ditandai penelitian kuantitatif digunakan pada ciri-ciri struk-
dengan berkembangnya beberapa aktivitas, yaitu; tural kehidupan sosial dan penelitian kualitatif men-
(1) rekreasi tahun 1996 dengan luasan 4 Ha gambil kualitas subjek sebagai titik tolak, sehingga
mengalami perubahan menjadi 29 Ha, (2) kedua pendekatan ini dihadirkan secara bersama
permukiman 19,35 Ha mengalami perubahan dalam pelaksanaan studi, (4) pendekatan kuantitatif
menjadi 33,5 Ha, Sawah dari 889,14 Ha mengalami digunakan dalam menganalisis hubungan antar uba-
penurunan luasan menjadi 27,42 Ha, (3) tambak han-ubahan, pendekatan kualitatif digunakan untuk
dari 108,4 Ha mengalami penurunan luasan menjadi membantu menyelaraskan faktor-faktor yang men-
15 Ha, (4) kebun campuran dari 11,20 Ha dasari hubungan yang terbangun, (5) pendekatan
mengalami penurunan menjadi 5 Ha, (5) lahan kuantitatif digunakan untuk mengungkap ciri-ciri
kosong 160 Ha mengalami penurunan luasan struktural kehidupan sosial skala besar, sedangkan
menjadi 85,32 Ha, (6) fasilitas sosial-ekonomi dari pendekatan kualitatif cenderung menyentuh behav-
5,75 Ha mengalami peningkatan menjadi 17 Ha. Di ioral skala kecil, sehingga ketika peneliti berupaya
samping itu pada aspek prasarana transportasi mengungkap kedua tingkatan, maka secara bersama
(jaringan jalan) yang awalnya hanya dengan panjang digunakan panduan kuantitatif dan kualitatif, dan (6)
6,5 km mengalami penambahan sepanjang 17,8 km. untuk mendapatkan data dari dua realitas yang ber-
Demikian pula halnya dengan perkembangan jumlah beda, maka diperlukan pengabungan dua pendekatan
penduduk mengalami peningkatan yang awalnya (kuantitatif dan kualitatif).

JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 4; NOVEMBER 2011 213


PERUBAHAN FISIK SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN… BATARA SURYA

munitas lokal. Dalam RDTR Kota Makassar Bagian


Wilayah Kota E Tahun 1995 menyebutkan, bahwa
Hasil
berdasarkan kondisi dan letak wilayahnya yang
Perubahan fisik spasial pada kawasan
berada pada kawasan pesisir Selat Makassar, maka
Metro Tanjung Bunga di asumsikan akibat 2 macam
kawasan Metro Tanjung Bunga mengalami perluasan
faktor yang mempengaruhi, yaitu (a) proses
daratan rata-rata 50 meter per tahun. Hasil Studi
perkembangan spasial secara sentrifugal dan (b) dan
KIP III hingga KIP V menunjukkan, bahwa perluasan
perkembangan spasial secara sentripetal. Proses
areal daratan kawasan Metro Tanjung Bunga telah
perkembangan spasial secara horisontal menjadi
mencapai 250 meter dari garis pantai (tahun 2000).
penentu bertambah luasnya areal perkotaan dan
Sarana dan prasarana transportasi untuk menunjang
makin padatnya areal bangunan pada kawasan Metro
aktivitas sosial ekonomi masyarakat pada waktu itu
Tanjung Bunga. Proses inilah yang dijustifikasi seba-
di indentifikasi masih kurang memadai. Jalur masuk
gai faktor pendorong akselerasi pembangunan kawa-
ke kawasan Metro Tanjung Bunga yang ada hanya
san. Pergeseran fungsi ruang Kota Makassar ke ka-
dihubungkan melalui jalur jalan perintisan dari arah
wasan Metro Tanjung Bunga di tandai alih fungsi
jalan Nuri menyusuri tepi Sungai Jenneberang.
guna lahan dan berkembangnya fungsi-fungsi aktivi-
Kondisi ini memberi gambaran bahwa pada kawasan
tas baru antara lain; fungsi permukiman, perdagan-
Metro Tanjung Bunga, awalnya merupakan kawasan
gan, wisata, pendidikan, kesehatan, perkantoran,
yang belum terbangun dan dominan merupakan
jasa dan fungsi komersil lainnya. Proses ini ke-
areal pertanian dan tambak produktif. Dengan
mudian menjadi motor penggerak masuknya pen-
demikian ciri-ciri kawasan pada waktu itu dominan
duduk pendatang dan mengondisikan perubahan
sebagai daerah agraris (masyarakat agraris pedesaan),
formasi sosial tunggal pada komunitas lokal kawasan
meskipun secara administratif wilayahnya masuk
pinggiran Metro Tanjung Bunga.
dalam wilayah Kota Makassar. Pergeseran peman-
faatan ruang kawasan Metro Tanjung Bunga di awali
KARAKTERISTIK FISIK SPASIAL PERIODE TA-
dengan berlangsungnya alih fungsi guna lahan, men-
HUN 1994-1996
gondisikan luas lahan pertanian dan tambak yang
Kondisi fisik spasial kawasan Metro Tan-
merupakan pemanfaatan lahan dominan dari kondisi
jung Bunga pada periode tahun 1994-1996 dicirikan
sebelumnya mengalami pengurangan dan pergeseran
dengan dominasi pemanfaatan lahan pertanian dan
luasan.
pertambakan yang sepenuhnya diusahakan oleh ko-

Tabel 1. Perbandingan Pemanfaatan Ruang Kawasan Metro Tanjung Bunga


Periode Tahun 1994-1996 Dan Periode Tahun 1997-2010

Luas La- Luas La-


han Peri- han Peri-
No Pemanfaatan Lahan ode Tahun % ode Tahun % Keterangan
1994-1996 1997-2010
(Ha) (Ha)
1 2 3 4 5 6 7
1 Sawah 889,14 74,5 27,42 2,29 Berkurang
2 Tambak 108,40 9,04 15 1,25 Berkurang
3 Kebun Campuran 11,20 0,94 5 0,42 Berkurang
4 Permukiman 19,35 1,62 101,39 8,46 Bertambah
5 Lahan Kosong 160 13,3 85,32 7,12 Berkurang
6
6 Fasilitas Sosial Ekonomi 5,75 0,48 17,00 1,42 Bertambah
7 Rekreasi 4 0,33 18,32 1,53 Bertambah
8 Persiapan Lahan Pengemban- - - 519,76 43,39 Pengembangan
gan Oleh PT. GMTD Baru
Sumber : Hasil Olahan Data Monografi Kelurahan Tanjung Merdeka

Tabel di atas, memberi gambaran bahwa pemanfaatan lahan tambak atau sebesar 9,04%. Pe-
pemanfaatan lahan pada periode 1994-1996, manfaatan lahan yang tidak dominan adalah pada
menunjukkan fungsi ruang dominan adalah pada kegiatan rekreasi atau sebesar 0,33%. Dari data
kegiatan pertanian atau sebesar 74,50%. Kemudian tersebut, mengindikasikan bahwa fungsi ruang kawa-

214 JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 4; NOVEMBER 2011


PERUBAHAN FISIK SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN… BATARA SURYA

san Metro Tanjung Bunga secara spasial ditunjukkan nilai/harga lahan. Pada tahun 1994-1995 harga lahan
oleh dua kegiatan utama komunitas lokal yaitu pada hanya dinilai sebesar Rp.5.000-30.000 m2. Sejak
kegiatan pertanian pada satu sisi dan budidaya peri- tahun 1996-1997 pihak PT. GMTD sebagai salah
kanan (tambak) pada sisi yang lain. Periode tahun satu pengembang utama yang memiliki kemampuan
1994-1996 dan periode tahun 1997-2010, pada ka- modal atau investasi, membebaskan lahan dengan
wasan Metro Tanjung Bunga telah terjadi pergeseran luasan yang cukup besar sehingga kepemilikan la-
pemanfaatan lahan yang sangat signifikan. Perge- hannya sangat dominan. Kelima, faktor keberadaan
seran pemanfaatan ruang yang sangat signifikan ini peraturan yang mengatur tata ruang. RDTR BWK E
ditandai dengan alih fungsi guna lahan pertanian dari Kota Makassar tahun 1997 fungsi yang ditetapkan
kondisi awal seluas 889,14 Ha kemudian berkurang pada kawasan Tanjung Bunga adalah sebagai kawasan
menjadi 27,42 Ha, lahan tambak dari kondisi awal pertanian dan tambak (fungsi primer) dan fungsi
108,40 Ha, mengalami pengurangan luasan sebesar penunjang adalah wisata dan permukiman. Ke-
93,40 Ha, lahan kebun campuran dari kondisi awal mudian tahun 2003 fungsi kawasan Metro Tanjung
11,20 mengalami pengurangan luasan menjadi 5 Ha Bunga mengalami perubahan yang ditetapkan dalam
dan lahan kosong dari kondisi awal 160 Ha menjadi Revisi RTRW Kota Makassar (2003-2013). Fungsi
85,32 Ha. Pergeseran pemanfaatan lahan yang men- yang ditetapkan adalah sebagai kawasan komersil,
galami peningkatan antara lain; permukiman dari jasa dan wisata (fungsi primer), fungsi penunjang
kondisi awal seluas 19,35 Ha menjadi 101,39 Ha, adalah permukiman dan pertanian. Artinya, selama
fasilitas sosial ekonomi dari kondisi awal 5,75 Ha lima tahun telah terjadi alih fungsi guna lahan pada
menjadi 17,00 Ha dan kegiatan rekreasi dari 4 Ha kawasan Metro Tanjung Bunga yang berlangsung
menjadi 18,32 Ha, disamping hal tersebut persiapan sangat cepat dan revolusioner. Keenam, faktor pra-
lahan pengembangan yang akan dilakukan oleh pihak karsa pengembang, mempunyai pengaruh yang san-
PT. GMTD seluas 519,76 Ha. Kondisi ini menun- gat signifikan dalam mengarahkan perkembangan
jukkan bahwa fisik spasial kawasan Metro Tanjung fisik spasial kawasan. Keberadaan pengembang (PT.
Bunga, akan mengalami perubahan dari waktu ke GMTD), memiliki pengaruh yang sangat dominan
waktu yang didukung dengan berkembangnya dalam mengarahkan perkembangan fisik spasial ka-
fungsi-fungsi aktivitas sosial ekonomi baru, sehingga wasan Metro Tanjung Bunga.
menjadi daya tarik masuknya penduduk pendatang
baik secara infiltratif maupun ekspansif. Proses pengembangan kawasan Metro Tan-
jung Bunga dikaitkan dengan hasil perencanaan
KARAKTERISTIK F ISIK SPASIAL BARU RDTR dan Revisi RTRW Kota Makassar, mengin-
dikasikan bahwa ada dua gejala yang sangat berpen-
Akselerasi pembangunan kawasan Metro
garuh, yaitu; (1) para pengembang berorientasi pada
Tanjung Bunga di identifikasi dominan dipengaruhi
oleh perkembangan spasial secara sentrifugal. maksimalisasi profit, sehingga apa saja akan ditem-
Kondisi ini mencerminkan variasi intensitas peman- puh asalkan mampu mendatangkan keuntungan fi-
faatan ruang. Ada 6 faktor yang mendorong proses nansial yang diharapkan, (2) hasil perencanaan
ini berlangsung, yaitu; Pertama, faktor aksesibilitas. (RDTR dan Revisi RTRW) lebih berorientasi pada
Perubahan aksesibilitas fisikal pada kawasan Metro kemaslahatan wilayah dan masyarakat sehingga kebi-
Tanjung Bunga ditandai dengan berkembangnya jakan tata ruang dirumuskan berdasarkan pertim-
prasarana transportasi sehingga mengondisikan daya
bangan maksimalisasi kesejahteraan penduduk. Dua
hubung dan aksesibilitas kawasan menjadi mening-
kat. Kedua, faktor pelayanan umum, merupakan fak- hal ini mengalami benturan dan sangat sulit di kom-
tor penarik yang mendorong mobilitas penduduk promikan, kondisi ini juga dipicu oleh praktik pen-
penduduk pendatang secara ekspansif dan infiltratif geluaran perijinan yang mengindikasikan banyak
dalam jumlah yang sangat besar untuk bermukim. terjadi pelanggaran, sehingga konsep tata ruang
Ketiga, faktor karakteristik lahan, karakteristik fisik hanya sebatas konsep di studio, tetapi menjadi tidak
lahan pada kawasan Metro Tanjung Bunga di nilai
berarti di lapangan.
berdasarkan indikator keadaan tofografi yang relatif
datar, berada pada ketinggian 0-3 meter dari per- Analisis spasial yang dikembangkan Neo
mukaan air laut dengan kemiringan lereng yang kecil Marxis yang dipelopori oleh Lefebvre (1974/1971),
(0-5%), relief mikronya tidak menyulitkan untuk intinya menjelaskan bahwa praktik spasial akan ber-
pembangunan. Keempat, faktor karakteristik
geser dari sarana produksi menuju reproduksi ruang
pemilikan lahan, status ekonomi komunitas lokal
yang relatif lebih rendah mengondisikan transaksi yang digerakkan oleh kapitalisme. Artinya, proses
jual-beli lahan menjadi cukup tinggi, disamping pen- yang berkembang saat ini ditemukan gejala bahwa
garuh faktor aksesibilitas, sehingga berdampak pada ruang yang dikembangkan oleh pihak pengembang

JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 4; NOVEMBER 2011 215


PERUBAHAN FISIK SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN… BATARA SURYA

pada kawasan Metro Tanjung Bunga berasosiasi se- Jika proses ini berlangsung secara terus-menerus
cara positif dengan kehadiran kapitalisme dan men- pada kawasan Metro Tanjung Bunga, maka akan di-
gondisikan pergeseran ruang dari sarana produksi temukan gejala konteks arah perubahan sosial yang
menuju reproduksi ruang. Dalam banyak hal ruang dikehendaki.
di reproduksi oleh sistem kapitalisme sehingga men-
gondisikan struktur kelas di dalam sistem ekonomi.

Gambar 1. Perkembangan Fisik Spasial Sepanjang Jalur Jalan Metro Tanjung Bunga
Yang Berkembang Secara Linier

Konseptualisasi teori Lefebvre (1981) dan Proses perkembangan fisik spasial sentri-
Lee (1979), memiliki relevansi dengan ekspresi fugal yang terjadi secara memanjang memberi pen-
keruangan yang dikondisikan oleh perubahan fisik garuh pada perluasan kawasan Metro Tanjung Bun-
spasial akibat proses sentrifugal yang berlangsung ga, sehingga secara langsung mengondisikan penam-
pada kawasan Metro Tanjung Bunga. Ada dua
macam bentuk ekspresi keruangan yang terjadi kai- bahan areal kekotaan. Jalur memanjang ini pada ka-
tannya dengan pergeseran ruang dari sarana pro- wasan Metro Tanjung Bunga adalah pada jalur jalan
duksi menuju reproduksi ruang, yaitu; Metro Tanjung Bunga ke arah Kelurahan Barom-
(a) perkembangan fisik spasial secara memanjang bong menuju ke Kabupaten Takalar dan pada lokasi
(linier) dan (b) perkembangan fisik spasial secara yang menghubungkan jalur lingkar luar Barat menu-
konsentris. Bentuk ekspresi keruangan yang terjadi ju ke Kabupaten Gowa. Jalur memanjang ini telah
pada kawasan Metro Tanjung Bunga adalah masing-
mengontrol pertumbuhan permukiman maupun
masing berdiri sendiri dan gabungan dari dua macam
ekspresi, sehingga proses ini menunjukkan makin bangunan non permukiman sedemikian rupa sehing-
kompleksnya ekspresi keruangan yang ditampilkan. ga membentuk konsentrasi bangunan dengan seba-

216 JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 4; NOVEMBER 2011


PERUBAHAN FISIK SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN… BATARA SURYA

ran keruangan memanjang jauh lebih besar dari pada ta pantai Akkarena, kemudian diikuti dengan ber-
sebaran melebarnya. kembangnya berbagai aktivitas lainnya dan didukung
Perkembangan spasial sentrifugal konsen- dengan keberadaan permukiman yang menyatu seca-
tris pada kawasan Metro Tanjung Bunga adalah ben- ra kompak. Dari proses ini diperoleh gambaran
tuk perkembangan areal kekotaan yang terjadi di bahwa upaya untuk mengendalikan bentuk fisik spa-
sisi-sisi kawasan yang terbangun dan menyatu secara sial kawasan Metro Tanjung Bunga jauh lebih mu-
kompak. Kondisi ini terjadi secara spesifik pada pu- dah, karena di luar daerah terbangun masih berupa
sat kawasan Metro Tanjung Bunga, melalui akumu- lahan-lahan terbuka, sehingga regulasi yang menga-
lasi kegiatan, titik pusatnya ditandai dengan kebera- rah ke akselerasi perkembangan fisik spasial dapat
daan Mall GTC, Theme Park Trans Studio dan wisa- dilaksanakan dengan hambatan yang minimal.

Gambar 2. Perkembangan Fisik Spasial Kawasan Metro Tanjung Bunga Secara Konsentris

PEMBAHASAN gan, Water Side Villas, Taman Losari, Villa Pantai


Biru, Taman Losari 2000, Villa Danau Biru, Taman
Perkembangan fisik spasial sentrifugal pada
Masamba dan Taman Toraja. Kawasan permukiman
kawasan Metro Tanjung Bunga, erat kaitannya den-
yang berkembang saat ini yang dibangun oleh pen-
gan perubahan kehidupan penduduk pendatang dan
gembang menempati areal seluas 101,40 Ha dengan
komunitas lokal baik secara sosial, ekonomi, dan
jumlah unit rumah yang telah terbangun hingga akhir
budaya. Proses perkembangan kawasan Metro Tan-
tahun 2009 sebanyak 1.954 unit. Kompleks permu-
jung Bunga mengondisikan perubahan wilayah tran-
kiman yang berkembang, dikategorikan sangat me-
sisi dari wajah kedesaan menjadi wajah kekotaan. Di
wah sampai lux. Munculnya pola-pola areal permu-
sepanjang jalan Metro Tanjung Bunga dari arah pusat
kiman baru pada kawasan Metro Tanjung Bunga
Kota Makassar ke arah Barombong telah berkem-
didorong oleh pembangunan kompleks perumahan
bang kegiatan jasa, pertokoan, perkantoran, permu-
dalam skala besar yang seragam bentuknya, luasan-
kiman dan rekreasi ditandai dengan berkembangnya
nya, gaya arsitekturnya, kualitasnya hingga harganya
fungsi-fungsi baru, antara lain; Celebes Convension
secara langsung akan memfilter masuknya penduduk
Center, Theme Park Trans Studio, Mall GTC, Kan-
pendatang pada kawasan Metro Tanjung Bunga.
tor PT. GMTD, wisata pantai Akkarena, pusat per-
Proses ini kemudian mengondisikan terjadinya se-
tokoan dan perumahan elit.
gregasi hunian pada kawasan Metro Tanjung Bunga.
Pada kawasan Metro Tanjung Bunga saat ini Ada tiga dasar untuk menjastifikasi proses ini terjadi
terdapat beberapa lokasi kompleks permukiman pada kawasan Metro Tanjung Bunga, yaitu; (a) ke-
baru yang telah terbangun antara lain; perumahan pemilikan hunian di dasarkan pada pendapatan, (b)
Menteng Garden, Taman Nirwana, Taman Khayan- kepemilikan hunian di dasarkan pada kelas sosial

JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 4; NOVEMBER 2011 217


PERUBAHAN FISIK SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN… BATARA SURYA

ekonomi dan (c) pemilihan dan pemilikan lokasi variasi keruangan secara sosial antara penduduk pen-
perumahan di dasarkan pada kelompok etnis (penda- datang dan komunitas lokal yang mendiami kawasan
tang dan lokal). Proses ini kemudian mengondisikan Metro Tanjung Bunga.

Gambar 3. Kondisi Lingkungan Hunian Komunitas Lokal

bangunan permukiman komunitas lokal dan proses


PERUBAHAN FISIK SPASIAL SEBAGAI DETER-
MINAN PERUBAHAN FORMASI SOSIAL yang ketiga adalah proses penggenangan daerah
permukiman (inundating process) komunitas lokal.
Perubahan fisik spasial kawasan Metro Tan-
Proses yang pertama dikondisikan oleh disparitas
jung Bunga, jika di adaptasikan dalam perspektif Neo
Marxis, kaitannya dengan proses pembentukan status sosial ekonomi, sedangkan proses penuaan
struktur ruang, menunjukkan bahwa proses yang bangunan dapat memicu munculnya permukiman
terjadi saat ini dikondisikan oleh penciptaan nilai kumuh karena terkait dengan kualitas material bahan
profit setinggi-tingginya, bertitik tolak dengan ke- bangunan hunian komunitas lokal. Lokasi permuki-
beradaan “ekonomi kapitalis”. Kondisi ini dikaji ber- man komunitas lokal pada kawasan Metro Tanjung
dasarkan proses-proses dan hubungan-hubungan Bunga yang tidak berdaya di bidang ekonomi, tidak
fungsional yang ada, merupakan produk dari eko-
memiliki kemampuan untuk mengganti bahan ban-
nomi kapitalis tersebut. Pembagian-pembagian sosial
dan keruangan yang ada merupakan produk daripada gunan yang sudah mulai melapuk, tidak mempunyai
“capitalis mode of production” (tata cara produksi kapi- biaya untuk mengecat atau pemeliharaan lainnya,
talis), kegiatan yang sangat menonjol ditandai den- dan bangunan-bangunan yang ada mengalami penu-
gan kehadiran Mall GTC yang merupakan pusat runan kualitas, sehingga memunculkan kawasan
grosir terbesar di Kawasan Timur Indonesia disamp- permukiman berkualitas rendah baik material mau-
ing kehadiran pusat hiburan Theme Park Trans Stu- pun lingkungannya. Proses penggenangan sebagai
dio.
proses ketiga ditandai dengan munculnya kawasan
Munculnya permukiman kumuh (slum) pa- permukiman kumuh pada kawasan Metro Tanjung
da kawasan Metro Tanjung Bunga selain faktor yang Bunga mulai nampak pada lokasi permukiman ko-
telah dijelaskan di atas, merupakan konsekuensi fisik munitas lokal yang memiliki jarak yang cukup dekat
spasial akibat adanya densifikasi bangunan. Densifi- dengan permukiman elit akan tetapi tidak di dukung
kasi yang berkembang secara terus-menerus pada dengan prasarana jaringan drainase yang memadai.
pusat kawasan Metro Tanjung Bunga dan sekitarnya Kondisi ini sangat rentan terjadi akibat keadaan eko-
jika tidak dibarengi dengan adanya pengendalian, nomi komunitas lokal yang tidak memiliki kemam-
maka diyakini merupakan salah satu penyebab terja- puan untuk melakukan pemeliharaan dan rehabilitas
dinya permukiman kumuh. Proses yang pertama bangunan rumah yang dimiliki, termasuk akibat
adalah terjadinya densifikasi bangunan secara terus- pembangunan yang dilakukan oleh pengembang saat
menerus, proses yang kedua adalah proses penuaan

218 JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 4; NOVEMBER 2011


PERUBAHAN FISIK SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN… BATARA SURYA

ini cenderung menutup aksesibilitas kawasan per- mukiman komunitas lokal.

Gambar 4. Pola Ruang Kawasan Metro Tanjung Bunga Kondis Tahun 2006-2009

dominasi oleh pemilik modal dengan menciptakan


Alih fungsi guna lahan pada kawasan Metro
ekonomi kapitalis dan, Ketiga, perubahan gaya hidup
Tanjung Bunga yang dominan dipicu oleh kehadiran
pada kelompok-kelompok komunitas akibat
formasi sosial kapitalisme, pada akhirnya mendorong
transformasi nilai-nilai baru. Konsekuensi-
perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial
konsekuensi yang terjadi akibat proses tersebut,
komunitas lokal. Indikasi secara nyata yang dapat
yaitu; (1) meningkatnya kesenjangan pendapatan,
diamati dari proses tersebut adalah; Pertama,
(2) perubahan kepemilikan lahan yang mengondisi-
perubahan orientasi mata pencaharian pada
kan perubahan pola hubungan sosial dan ikatan
komunitas lokal. Kedua, penguasaan lahan yang di
kelompok, dan (3) pergeseran nilai-nilai budaya

JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 4; NOVEMBER 2011 219


PERUBAHAN FISIK SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN… BATARA SURYA

yang selama ini menjadi penerus dalam komunitas • Aksesibilitas dan mobilitas penduduk menjadi
lokal. Dampak secara langsung perubahan fisik meningkat.
spasial kawasan Metro Tanjung Bunga yang dapat • Pergeseran kegiatan usaha dan perubahan orien-
diamati, sebagai berikut: tasi pekerjaan komunitas lokal.
• Segregasi secara fisik antara hunian komunitas
• Pergeseran kepemilikan lahan dari dominan lokal dan hunian penduduk pendatang ekspan-
kepemilikan komunitas lokal ke kepemilikan sif.
pengembang. • Pengkumuhan lingkungan hunian komunitas
• Alih fungsi guna lahan mengondisikan gangguan lokal
terhadap sistem irigasi, pengolahan lahan, • Perubahan formasi sosial tunggal ke formasi
penanaman dan produktivitas lahan. sosial ganda pada komunitas lokal.
• Peningkatan nilai dan harga lahan kawasan
Metro Tanjung Bunga.

Tabel 2. Perbandingan Karakteristik Formasi Sosial Dan Fisik Spasial


Kawasan Metro Tanjung Bunga Tahun 1994-2010
No Uraian Karakteristik Perubahan
Fisik Spasial Lama Fisik Spasial Baru (2003-2010)
(1994-1996)
1 Pola Ruang Didominasi oleh peruntu- Berdasarkan fungsi (komersil, wisata, jasa,
kan lahan pertanian dan perkantoran, dan permukiman.
tambak Berciri kompleksitas perkotaan
Berciri agraris pedesaan
2 Struktur Ruang Kegiatan produksi berhu- Keterkaitan ruang didukung dengan prasa-
bungan langsung dengan rana transportasi serta sarana dan fasilitas
sarana hunian komunitas penunjang yang memadai
lokal dan aktivitas pasar
tradisional
3 Karakteristik Hunian Bertipe rumah panggung Bertipe desain arsitektur modern dari yang
Masyarakat mewah sampai sangat mewah
No Uraian Karakteristik Perubahan Formasi Sosial
Formasi Sosial Lama Formasi Sosial Baru (Kapitalisme)
(Prakapitalis)
1 Karakteristik Masyara- Agraris pedesaan Pola kehidupan perkotaan
kat Pola hidup bersama Berciri heterogen
Berciri homogenitas
2 Penggunaan Tenaga Bersifat egaliter (hubun- Bersifat hubungan kelas-kelas pekerja (kon-
Kerja gan kerja pemilik dan tradiksi kelas)
pekerja)
3 Cara Produksi Keluarga inti sebagai unit Bersifat hubungan pekerja majikan dan kon-
produksi traktual Bersifat hubungan insitusi kapitalis
Lahan sebagai sarana pro- Ruang sebagai sarana reproduksi
duksi Jasa dan tenaga kerja sebagai komoditi
Padi sebagai hasil produksi
bersifat pemenuhan kebu-
tuhan subsisten
4 Struktur Organisasi Relatif Sederhana Kompleksitas melalui jaringan kerjasama
Produksi usaha
5 Kepemilikan Lahan Dominasi keluarga berda- Dominasi pemilik modal
sarkan garis keturunan

220 JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 4; NOVEMBER 2011


PERUBAHAN FISIK SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN… BATARA SURYA

Gambar 5. Segregasi Secara Spasial Lokasi Hunian Pada Kawasan Metro Tanjung Bunga

Ekspansi Kapitalisme
(Pergeseran Kepemilikan
Lahan) :
 Penetrasi
 Invasi Perubahan Fisik Spasial Kawasan Metro Tanjung
 Dominasi
Bunga

Rekayasa Fisik Spasial Komunitas Lokal


Infiltratif & Ekspansif
 Alih Fungsi Guna
Lahan
 Fungsi-fungsi baru
 Sarana Produksi Me- Perubahan Formasi Sosial Tunggal Ke Formasi Sosial Ganda
nuju Reproduksi Komunitas Lokal Kawasan Metro Tanjung Bunga
Ruang

Perubahan Interaksi Sosial


Dan Adaptasi Sosial

Perubahan Sosial Pada Komunitas Lokal

Gambar 6. Bagan Alur Proses Perubahan Sosial Pada Komunitas


Konsekuensi Lokal
Perubahan Pada Kawasan
Komunitas LokalMetro
KawasanTanjung
Metro Tanjung Bunga
Bunga

• Penajaman Stratifikasi Secara Ekonomi.


• Perubahan status ke arah achievement status.
• Perubahan sistem sosial ke arah sistem sosial terbuka
• Perubahan Kultural dari Nilai dan Norma Agraris Tradisional
Menuju Ke Nilai dan Norma Industrial Perkotaan

hubungan majikan-pekerja dengan susunan sosial


Koeksistensi dua tipe formasi sosial (pra-
yang muncul, yaitu; pada komunitas lokal yang
kapitalis dan kapitalis), mengondisikan perbedaan
beorientasi produksi subsisten, hubungan sosial ber-
dalam penguasaan reproduksi ruang yang sepe-
sifat kekerabatan dan pada komunitas lokal yang
nuhnya didominasi oleh formasi sosial kapitalisme,
berorientasi produksi komersil, bersifat relasi kerja
menyebabkan pemisahan lokasi secara spasial (ruang
antara pemilik dan pekerja dengan susunan sosial
kapitalis dan ruang prakapitalis), menjadi motor
berkembang ke arah penajaman stratifikasi secara
penggerak perubahan sosial dan marginalisasi pada
ekonomi. Sedangkan dalam formasi sosial kapital-
komunitas lokal. Perubahan sosial ini, menyebabkan
isme, ditandai dengan polarisasi sosial dengan susu-
perbedaan mode of production pada komunitas lokal.
nan masyarakat adalah relasi antar kelas sosial. Reali-
Kondisi ini ditunjukkan dengan perbedaan orientasi
tas ini relevan dengan konseptualisasi teori Russel
produksi, yaitu, orientasi produksi subsisten pada
(1989), bahwa sepanjang hubungan itu sesama
satu sisi dan orientasi produksi komersil pada sisi
manusia dalam organisasi produksi, maka terdapat
lain. Hubungan relasi sosial dalam formasi sosial
prakapitalisme berciri hubungan kekerabatan dan

JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 4; NOVEMBER 2011 221


PERUBAHAN FISIK SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN… BATARA SURYA

tiga tipe hubungan yaitu; egaliter, kelas dan transisi Reading on Social Change and Development.
sebagai tipe antara. Kuala Lumpur: Oxford University Press.
Anderson, P. 2008. Asal Usul Postmodernitas. Penerbit.
Perubahan fisik spasial bekerja sebagai de- Pustaka Pelajar.
terminan perubahan formasi sosial melalui proses Barker, C. 2009. Cultural Studies: Teori dan Praktek. Pen-
penetrasi kapitalisme dalam kerangka penguasaan erbit. Kreasi Wacana Yogyakarta.
reproduksi ruang pada kawasan Metro Tanjung Borja Jordi And Castells Manuel. 1997. Managemen of
Bunga yang awalnya dihuni oleh komunitas asli ber- Cities in The Information Age, London : Ear-
ciri agraris pedesaan (prakapitalis), menunjukkan scan Publication Ltd.
bahwa koeksistensi formasi sosial prakapitalisme dan Berger, Peter L, 1984. Revolusi Kapitalis. Jakarta. Pener-
bit LP3ES.
formasi sosial kapitalisme dalam proses artikulasi
Castel, Manuel. 1990. Global Restruturation and Territorial
yang tidak berjalan optimal, mengondisikan peruba- Development, Blackwell.
han sosial pada komunitas lokal, ditandai dengan Evers, Hans-Dieter. 1974. Struktur Sosial Kota-Kota Asia
penajaman strata (proses stratifikasi) dari stratifikasi Tenggara: Kasus Kota Padang. Penerbit.
sederhana menjadi jelas stratanya. Selain faktor Prisma
tersebut dan akibat adanya perbedaan kemampuan Evers, Hans-Dieter. 1985. Sosiologi Perkotaan. Penerbit.
dan kesanggupan di dalam mengakses sumber daya LP3ES
reproduksi ruang, mengondisikan marginalisasi pada Forbes, K.D. 1983. Geografi Keterbelakang (terjemahan
komunitas lokal. Hal ini ditarik berdasarkan indika- oleh: A. Setiawan Abadi. Judul Asli:
tor; kemiskinan pada komunitas lokal, kelemahan Geografhy of underdevelopment). Penerbit
LP3ES.
fisik, keterasingan, kerentanan, dan ketidakber-
Gidden, A. 2004. Sosiologi : Sejarah dan Pemikirannya (ter-
dayaan yang saling terkait satu dengan yang lain. jemahan oleh: Ninik Rochaini Sjam. Judul
asli : La Sosiologie: Hirtorie at Idees) Penerbit.
Kreasi Wacana.
KESIMPULAN ................ 1993. Perubahan Sosial di Indonesia Tradisi,
Adanya kolaborasi antara pemerintah dan Akomodasi dan Modernisasi. Penerbit. Program
pemilik modal dalam penguasaan lahan mendorong Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung.
akselerasi pembangunan kawasan Metro Tanjung Harison, E. L. Huntington, S.P. 2006. Kebangkitan Peran
Bunga, di awali dengan alih fungsi guna lahan me- Budaya : Bagaimana Nilai – Nilai Membentuk
lalui proses penetrasi kapitalisme, menyebabkan Kemajuan Manusia (terjemahan oleh :
Retnowati, Judul asli : Culture Matters : How
pergeseran sarana produksi menuju reproduksi ru-
Values Shape Human Progres) Penerbit. LP3ES
ang, menjadi motor penggerak masuknya penduduk Indonesia.
pendatang dan menyebabkan perubahan formasi Helmi, A.F. 1994. Hidup di Kota Semakin Sulit. Bagaimana
sosial pada komunitas lokal dari formasi sosial tung- Strategi Adaptasi Yang Efektif Dalam Situasi
gal ke formasi sosial ganda. Koeksistensi dua tipe Kepadatan Sosial. Buletin Psikologi
formasi sosial dalam penguasaan reproduksi ruang Harvey, D. 2009. Neoliberalisme Dan Restorasi Kelas Kapi-
yang didominasi oleh formasi sosial kapitalisme, talis. Penerbit. Resist Book.
mengondisikan ketidakmampuan komunitas lokal Haferkamp. Hans, and Neil J. Smelser (ed.), 1992. Social
dalam mengakses sumber daya reproduksi ruang Change and Modernity. Berkeley and Los An-
sehingga berada dalam posisi marginal. geles, California: University of California
Press.
Marginalisasi yang berlangsung pada komu-
Ife, J. Tesoriero, F. 2008. Alternatif Pengembangan
nitas lokal yang dikondisikan oleh perubahan fisik Masyarakat di Era Globalisasi. Penerbit.
spasial yang berlangsung sangat cepat dan revolu- Pustaka Pelajar.
sioner sangat dipengaruhi oleh adanya penguasaan Lekachman, R. 2008. Kapitalisme Teori dan Sejarah
lahan yang timpang dan penguasaan reproduksi Perkembangannya. Penerbit. Resist Book.
ruang yang di dominasi oleh kapitalisme. Marginali- Lefebvre, H. 1981. La Produktion de L’espace. Edition An-
sasi pada komunitas lokal diukur berdasarkan indika- thoropos.
tor; kemiskinan, ketidakberdayaan terhadap sum- Millassoux, C. 1972. From Reproduction to Production. Eco-
berdaya ekonomi, ketidakadilan, kesenjangan pen- nomic and Society.
dapatan, keterisolasian, dan kelemahan fisik. Soetomo, S. 2009. Urbanisasi Dan Morfologi : Proses Per-
kembangan Peradaban dan Wajah Ruang Fi-
siknya. Penerbit. Graha Ilmu Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Suseno, F.M. 2005. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme
Agger, B. 2008. Teori Sosial Kritis. Penerbit. Kreasi Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Penerbit.
Wacana. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Armstrong, W.R. dan Terry McGee.2002. “A Theory of ……...... 2005. Pembangunan Kota Indonesia Dalam Abad
Urban Involution.” Hlm 220-234 dalam Hans- 21 Konsep dan Pendekatan Pembangunan Perko-
Dieter Ever (ed.), Sociologi of South-Eats Asia: taan di Indonesia. Penerbit. URDI – YSS.

222 JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 4; NOVEMBER 2011


PENGARH JALAN LINGKUNGAN SEBAGAI RUANG INTERAKSI SOSIAL NANY YULIASTUTI DAN ADINDA SEKAR TANJUNG

………….2005. Pembangunan Kota Indonesia Dalam Abad


21 Pengalaman Pembangunan Perkotaan di Indo-
nesia. Penerbit. URDI – YSS.
Weber, M. 2007. Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme
(terjemahan oleh : Yusup Priyasudiarja.
Judul asli : The Protestant Ethic and The Spirit
of Capitalism) Penerbit. Jejak.

Yunus, S.H. 2008. Dinamika Wilayah Peri-Urban


Diterminan Masa Depan Kota. Penerbit.
Pustaka Pelajar.

JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 4; NOVEMBER 2011 223

Anda mungkin juga menyukai