4
4
L O K A
Batara Surya
Universitas 45 Makasar, Indonesia
E-mail: bataraciptaperdana@yahoo.co.id
Abstrak: Penelitian ini dilakukan pada pengembangan kawasan kota baru Metro Tanjung Bunga dengan menganalisis perubahan fi-
sik spasial bekerja sebagai determinan perubahan formasi sosial, pada kawasan Metro Tanjung Bunga, dengan menggunakan pendeka-
tan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Data diperoleh dari sejumlah informan komunitas lokal baik yang berasal dari tokoh
masyarakat dan responden. Perubahan fisik spasial yang berlangsung sangat cepat mendorong akselerasi pembangunan, diawali den-
gan berkembangnya fungsi-fungsi baru, mendorong masuknya penduduk pendatang secara infiltratif dan ekspansif. Perubahan formasi
sosial tunggal ke formasi ganda yang di dalam terdapat formasi sosial prakapitalis dan formasi sosial kapitalisme menunjukkan bahwa
koeksistensi dua tipe formasi sosial dalam penguasaan reproduksi ruang pada pembangunan kawasan kota baru tidak selalu saling
kait-mengkait (interrelation) dan harmoni, sehingga berdampak pada marginalisasi komunitas lokal.
Kata Kunci : Perubahan Fisik Spasial, Perubahan Formasi Sosial, Marginalisasi Pada Komunitas Lokal.
Abstract: Research conducted on the development of new urban Metro Tanjung Bunga to analyze spatial physical changes in work as
a determinant of social formation changes, in the Metro Tanjung Bunga area, using qualitative approaches and quantitative approach-
es. Data obtained from a number of good local community informants from community leaders and the respondent. Spatial physical
changes that take place very quickly encourage the acceleration of development, starting with the development of new functions, en-
courage the entry of migrants in infiltrative and expansive. The changes of a single social formation to double formation inside there
precapitalist social formations and social formations of capitalism suggests that the coexistence of two types of social formations in the
mastery of space on the reproductive development of new urban areas are not always mutual interrelation and harmony, so impact to
the marginalization of local communities.
Key Word : Spatial Physical Changes, Social Change Formation, Marginalization of Local Community
212
PERUBAHAN FISIK SPASIAL KAWASAN PINGGIRAN… BATARA SURYA
Tabel di atas, memberi gambaran bahwa pemanfaatan lahan tambak atau sebesar 9,04%. Pe-
pemanfaatan lahan pada periode 1994-1996, manfaatan lahan yang tidak dominan adalah pada
menunjukkan fungsi ruang dominan adalah pada kegiatan rekreasi atau sebesar 0,33%. Dari data
kegiatan pertanian atau sebesar 74,50%. Kemudian tersebut, mengindikasikan bahwa fungsi ruang kawa-
san Metro Tanjung Bunga secara spasial ditunjukkan nilai/harga lahan. Pada tahun 1994-1995 harga lahan
oleh dua kegiatan utama komunitas lokal yaitu pada hanya dinilai sebesar Rp.5.000-30.000 m2. Sejak
kegiatan pertanian pada satu sisi dan budidaya peri- tahun 1996-1997 pihak PT. GMTD sebagai salah
kanan (tambak) pada sisi yang lain. Periode tahun satu pengembang utama yang memiliki kemampuan
1994-1996 dan periode tahun 1997-2010, pada ka- modal atau investasi, membebaskan lahan dengan
wasan Metro Tanjung Bunga telah terjadi pergeseran luasan yang cukup besar sehingga kepemilikan la-
pemanfaatan lahan yang sangat signifikan. Perge- hannya sangat dominan. Kelima, faktor keberadaan
seran pemanfaatan ruang yang sangat signifikan ini peraturan yang mengatur tata ruang. RDTR BWK E
ditandai dengan alih fungsi guna lahan pertanian dari Kota Makassar tahun 1997 fungsi yang ditetapkan
kondisi awal seluas 889,14 Ha kemudian berkurang pada kawasan Tanjung Bunga adalah sebagai kawasan
menjadi 27,42 Ha, lahan tambak dari kondisi awal pertanian dan tambak (fungsi primer) dan fungsi
108,40 Ha, mengalami pengurangan luasan sebesar penunjang adalah wisata dan permukiman. Ke-
93,40 Ha, lahan kebun campuran dari kondisi awal mudian tahun 2003 fungsi kawasan Metro Tanjung
11,20 mengalami pengurangan luasan menjadi 5 Ha Bunga mengalami perubahan yang ditetapkan dalam
dan lahan kosong dari kondisi awal 160 Ha menjadi Revisi RTRW Kota Makassar (2003-2013). Fungsi
85,32 Ha. Pergeseran pemanfaatan lahan yang men- yang ditetapkan adalah sebagai kawasan komersil,
galami peningkatan antara lain; permukiman dari jasa dan wisata (fungsi primer), fungsi penunjang
kondisi awal seluas 19,35 Ha menjadi 101,39 Ha, adalah permukiman dan pertanian. Artinya, selama
fasilitas sosial ekonomi dari kondisi awal 5,75 Ha lima tahun telah terjadi alih fungsi guna lahan pada
menjadi 17,00 Ha dan kegiatan rekreasi dari 4 Ha kawasan Metro Tanjung Bunga yang berlangsung
menjadi 18,32 Ha, disamping hal tersebut persiapan sangat cepat dan revolusioner. Keenam, faktor pra-
lahan pengembangan yang akan dilakukan oleh pihak karsa pengembang, mempunyai pengaruh yang san-
PT. GMTD seluas 519,76 Ha. Kondisi ini menun- gat signifikan dalam mengarahkan perkembangan
jukkan bahwa fisik spasial kawasan Metro Tanjung fisik spasial kawasan. Keberadaan pengembang (PT.
Bunga, akan mengalami perubahan dari waktu ke GMTD), memiliki pengaruh yang sangat dominan
waktu yang didukung dengan berkembangnya dalam mengarahkan perkembangan fisik spasial ka-
fungsi-fungsi aktivitas sosial ekonomi baru, sehingga wasan Metro Tanjung Bunga.
menjadi daya tarik masuknya penduduk pendatang
baik secara infiltratif maupun ekspansif. Proses pengembangan kawasan Metro Tan-
jung Bunga dikaitkan dengan hasil perencanaan
KARAKTERISTIK F ISIK SPASIAL BARU RDTR dan Revisi RTRW Kota Makassar, mengin-
dikasikan bahwa ada dua gejala yang sangat berpen-
Akselerasi pembangunan kawasan Metro
garuh, yaitu; (1) para pengembang berorientasi pada
Tanjung Bunga di identifikasi dominan dipengaruhi
oleh perkembangan spasial secara sentrifugal. maksimalisasi profit, sehingga apa saja akan ditem-
Kondisi ini mencerminkan variasi intensitas peman- puh asalkan mampu mendatangkan keuntungan fi-
faatan ruang. Ada 6 faktor yang mendorong proses nansial yang diharapkan, (2) hasil perencanaan
ini berlangsung, yaitu; Pertama, faktor aksesibilitas. (RDTR dan Revisi RTRW) lebih berorientasi pada
Perubahan aksesibilitas fisikal pada kawasan Metro kemaslahatan wilayah dan masyarakat sehingga kebi-
Tanjung Bunga ditandai dengan berkembangnya jakan tata ruang dirumuskan berdasarkan pertim-
prasarana transportasi sehingga mengondisikan daya
bangan maksimalisasi kesejahteraan penduduk. Dua
hubung dan aksesibilitas kawasan menjadi mening-
kat. Kedua, faktor pelayanan umum, merupakan fak- hal ini mengalami benturan dan sangat sulit di kom-
tor penarik yang mendorong mobilitas penduduk promikan, kondisi ini juga dipicu oleh praktik pen-
penduduk pendatang secara ekspansif dan infiltratif geluaran perijinan yang mengindikasikan banyak
dalam jumlah yang sangat besar untuk bermukim. terjadi pelanggaran, sehingga konsep tata ruang
Ketiga, faktor karakteristik lahan, karakteristik fisik hanya sebatas konsep di studio, tetapi menjadi tidak
lahan pada kawasan Metro Tanjung Bunga di nilai
berarti di lapangan.
berdasarkan indikator keadaan tofografi yang relatif
datar, berada pada ketinggian 0-3 meter dari per- Analisis spasial yang dikembangkan Neo
mukaan air laut dengan kemiringan lereng yang kecil Marxis yang dipelopori oleh Lefebvre (1974/1971),
(0-5%), relief mikronya tidak menyulitkan untuk intinya menjelaskan bahwa praktik spasial akan ber-
pembangunan. Keempat, faktor karakteristik
geser dari sarana produksi menuju reproduksi ruang
pemilikan lahan, status ekonomi komunitas lokal
yang relatif lebih rendah mengondisikan transaksi yang digerakkan oleh kapitalisme. Artinya, proses
jual-beli lahan menjadi cukup tinggi, disamping pen- yang berkembang saat ini ditemukan gejala bahwa
garuh faktor aksesibilitas, sehingga berdampak pada ruang yang dikembangkan oleh pihak pengembang
pada kawasan Metro Tanjung Bunga berasosiasi se- Jika proses ini berlangsung secara terus-menerus
cara positif dengan kehadiran kapitalisme dan men- pada kawasan Metro Tanjung Bunga, maka akan di-
gondisikan pergeseran ruang dari sarana produksi temukan gejala konteks arah perubahan sosial yang
menuju reproduksi ruang. Dalam banyak hal ruang dikehendaki.
di reproduksi oleh sistem kapitalisme sehingga men-
gondisikan struktur kelas di dalam sistem ekonomi.
Gambar 1. Perkembangan Fisik Spasial Sepanjang Jalur Jalan Metro Tanjung Bunga
Yang Berkembang Secara Linier
Konseptualisasi teori Lefebvre (1981) dan Proses perkembangan fisik spasial sentri-
Lee (1979), memiliki relevansi dengan ekspresi fugal yang terjadi secara memanjang memberi pen-
keruangan yang dikondisikan oleh perubahan fisik garuh pada perluasan kawasan Metro Tanjung Bun-
spasial akibat proses sentrifugal yang berlangsung ga, sehingga secara langsung mengondisikan penam-
pada kawasan Metro Tanjung Bunga. Ada dua
macam bentuk ekspresi keruangan yang terjadi kai- bahan areal kekotaan. Jalur memanjang ini pada ka-
tannya dengan pergeseran ruang dari sarana pro- wasan Metro Tanjung Bunga adalah pada jalur jalan
duksi menuju reproduksi ruang, yaitu; Metro Tanjung Bunga ke arah Kelurahan Barom-
(a) perkembangan fisik spasial secara memanjang bong menuju ke Kabupaten Takalar dan pada lokasi
(linier) dan (b) perkembangan fisik spasial secara yang menghubungkan jalur lingkar luar Barat menu-
konsentris. Bentuk ekspresi keruangan yang terjadi ju ke Kabupaten Gowa. Jalur memanjang ini telah
pada kawasan Metro Tanjung Bunga adalah masing-
mengontrol pertumbuhan permukiman maupun
masing berdiri sendiri dan gabungan dari dua macam
ekspresi, sehingga proses ini menunjukkan makin bangunan non permukiman sedemikian rupa sehing-
kompleksnya ekspresi keruangan yang ditampilkan. ga membentuk konsentrasi bangunan dengan seba-
ran keruangan memanjang jauh lebih besar dari pada ta pantai Akkarena, kemudian diikuti dengan ber-
sebaran melebarnya. kembangnya berbagai aktivitas lainnya dan didukung
Perkembangan spasial sentrifugal konsen- dengan keberadaan permukiman yang menyatu seca-
tris pada kawasan Metro Tanjung Bunga adalah ben- ra kompak. Dari proses ini diperoleh gambaran
tuk perkembangan areal kekotaan yang terjadi di bahwa upaya untuk mengendalikan bentuk fisik spa-
sisi-sisi kawasan yang terbangun dan menyatu secara sial kawasan Metro Tanjung Bunga jauh lebih mu-
kompak. Kondisi ini terjadi secara spesifik pada pu- dah, karena di luar daerah terbangun masih berupa
sat kawasan Metro Tanjung Bunga, melalui akumu- lahan-lahan terbuka, sehingga regulasi yang menga-
lasi kegiatan, titik pusatnya ditandai dengan kebera- rah ke akselerasi perkembangan fisik spasial dapat
daan Mall GTC, Theme Park Trans Studio dan wisa- dilaksanakan dengan hambatan yang minimal.
Gambar 2. Perkembangan Fisik Spasial Kawasan Metro Tanjung Bunga Secara Konsentris
ekonomi dan (c) pemilihan dan pemilikan lokasi variasi keruangan secara sosial antara penduduk pen-
perumahan di dasarkan pada kelompok etnis (penda- datang dan komunitas lokal yang mendiami kawasan
tang dan lokal). Proses ini kemudian mengondisikan Metro Tanjung Bunga.
Gambar 4. Pola Ruang Kawasan Metro Tanjung Bunga Kondis Tahun 2006-2009
yang selama ini menjadi penerus dalam komunitas • Aksesibilitas dan mobilitas penduduk menjadi
lokal. Dampak secara langsung perubahan fisik meningkat.
spasial kawasan Metro Tanjung Bunga yang dapat • Pergeseran kegiatan usaha dan perubahan orien-
diamati, sebagai berikut: tasi pekerjaan komunitas lokal.
• Segregasi secara fisik antara hunian komunitas
• Pergeseran kepemilikan lahan dari dominan lokal dan hunian penduduk pendatang ekspan-
kepemilikan komunitas lokal ke kepemilikan sif.
pengembang. • Pengkumuhan lingkungan hunian komunitas
• Alih fungsi guna lahan mengondisikan gangguan lokal
terhadap sistem irigasi, pengolahan lahan, • Perubahan formasi sosial tunggal ke formasi
penanaman dan produktivitas lahan. sosial ganda pada komunitas lokal.
• Peningkatan nilai dan harga lahan kawasan
Metro Tanjung Bunga.
Gambar 5. Segregasi Secara Spasial Lokasi Hunian Pada Kawasan Metro Tanjung Bunga
Ekspansi Kapitalisme
(Pergeseran Kepemilikan
Lahan) :
Penetrasi
Invasi Perubahan Fisik Spasial Kawasan Metro Tanjung
Dominasi
Bunga
tiga tipe hubungan yaitu; egaliter, kelas dan transisi Reading on Social Change and Development.
sebagai tipe antara. Kuala Lumpur: Oxford University Press.
Anderson, P. 2008. Asal Usul Postmodernitas. Penerbit.
Perubahan fisik spasial bekerja sebagai de- Pustaka Pelajar.
terminan perubahan formasi sosial melalui proses Barker, C. 2009. Cultural Studies: Teori dan Praktek. Pen-
penetrasi kapitalisme dalam kerangka penguasaan erbit. Kreasi Wacana Yogyakarta.
reproduksi ruang pada kawasan Metro Tanjung Borja Jordi And Castells Manuel. 1997. Managemen of
Bunga yang awalnya dihuni oleh komunitas asli ber- Cities in The Information Age, London : Ear-
ciri agraris pedesaan (prakapitalis), menunjukkan scan Publication Ltd.
bahwa koeksistensi formasi sosial prakapitalisme dan Berger, Peter L, 1984. Revolusi Kapitalis. Jakarta. Pener-
bit LP3ES.
formasi sosial kapitalisme dalam proses artikulasi
Castel, Manuel. 1990. Global Restruturation and Territorial
yang tidak berjalan optimal, mengondisikan peruba- Development, Blackwell.
han sosial pada komunitas lokal, ditandai dengan Evers, Hans-Dieter. 1974. Struktur Sosial Kota-Kota Asia
penajaman strata (proses stratifikasi) dari stratifikasi Tenggara: Kasus Kota Padang. Penerbit.
sederhana menjadi jelas stratanya. Selain faktor Prisma
tersebut dan akibat adanya perbedaan kemampuan Evers, Hans-Dieter. 1985. Sosiologi Perkotaan. Penerbit.
dan kesanggupan di dalam mengakses sumber daya LP3ES
reproduksi ruang, mengondisikan marginalisasi pada Forbes, K.D. 1983. Geografi Keterbelakang (terjemahan
komunitas lokal. Hal ini ditarik berdasarkan indika- oleh: A. Setiawan Abadi. Judul Asli:
tor; kemiskinan pada komunitas lokal, kelemahan Geografhy of underdevelopment). Penerbit
LP3ES.
fisik, keterasingan, kerentanan, dan ketidakber-
Gidden, A. 2004. Sosiologi : Sejarah dan Pemikirannya (ter-
dayaan yang saling terkait satu dengan yang lain. jemahan oleh: Ninik Rochaini Sjam. Judul
asli : La Sosiologie: Hirtorie at Idees) Penerbit.
Kreasi Wacana.
KESIMPULAN ................ 1993. Perubahan Sosial di Indonesia Tradisi,
Adanya kolaborasi antara pemerintah dan Akomodasi dan Modernisasi. Penerbit. Program
pemilik modal dalam penguasaan lahan mendorong Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung.
akselerasi pembangunan kawasan Metro Tanjung Harison, E. L. Huntington, S.P. 2006. Kebangkitan Peran
Bunga, di awali dengan alih fungsi guna lahan me- Budaya : Bagaimana Nilai – Nilai Membentuk
lalui proses penetrasi kapitalisme, menyebabkan Kemajuan Manusia (terjemahan oleh :
Retnowati, Judul asli : Culture Matters : How
pergeseran sarana produksi menuju reproduksi ru-
Values Shape Human Progres) Penerbit. LP3ES
ang, menjadi motor penggerak masuknya penduduk Indonesia.
pendatang dan menyebabkan perubahan formasi Helmi, A.F. 1994. Hidup di Kota Semakin Sulit. Bagaimana
sosial pada komunitas lokal dari formasi sosial tung- Strategi Adaptasi Yang Efektif Dalam Situasi
gal ke formasi sosial ganda. Koeksistensi dua tipe Kepadatan Sosial. Buletin Psikologi
formasi sosial dalam penguasaan reproduksi ruang Harvey, D. 2009. Neoliberalisme Dan Restorasi Kelas Kapi-
yang didominasi oleh formasi sosial kapitalisme, talis. Penerbit. Resist Book.
mengondisikan ketidakmampuan komunitas lokal Haferkamp. Hans, and Neil J. Smelser (ed.), 1992. Social
dalam mengakses sumber daya reproduksi ruang Change and Modernity. Berkeley and Los An-
sehingga berada dalam posisi marginal. geles, California: University of California
Press.
Marginalisasi yang berlangsung pada komu-
Ife, J. Tesoriero, F. 2008. Alternatif Pengembangan
nitas lokal yang dikondisikan oleh perubahan fisik Masyarakat di Era Globalisasi. Penerbit.
spasial yang berlangsung sangat cepat dan revolu- Pustaka Pelajar.
sioner sangat dipengaruhi oleh adanya penguasaan Lekachman, R. 2008. Kapitalisme Teori dan Sejarah
lahan yang timpang dan penguasaan reproduksi Perkembangannya. Penerbit. Resist Book.
ruang yang di dominasi oleh kapitalisme. Marginali- Lefebvre, H. 1981. La Produktion de L’espace. Edition An-
sasi pada komunitas lokal diukur berdasarkan indika- thoropos.
tor; kemiskinan, ketidakberdayaan terhadap sum- Millassoux, C. 1972. From Reproduction to Production. Eco-
berdaya ekonomi, ketidakadilan, kesenjangan pen- nomic and Society.
dapatan, keterisolasian, dan kelemahan fisik. Soetomo, S. 2009. Urbanisasi Dan Morfologi : Proses Per-
kembangan Peradaban dan Wajah Ruang Fi-
siknya. Penerbit. Graha Ilmu Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Suseno, F.M. 2005. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme
Agger, B. 2008. Teori Sosial Kritis. Penerbit. Kreasi Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Penerbit.
Wacana. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Armstrong, W.R. dan Terry McGee.2002. “A Theory of ……...... 2005. Pembangunan Kota Indonesia Dalam Abad
Urban Involution.” Hlm 220-234 dalam Hans- 21 Konsep dan Pendekatan Pembangunan Perko-
Dieter Ever (ed.), Sociologi of South-Eats Asia: taan di Indonesia. Penerbit. URDI – YSS.