Anda di halaman 1dari 8

EPILEPSI POST TRAUMA DENGAN GEJALA PSIKOTIK

Laily Irfana
Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surabaya
e-mail: : irfanalaily@gmail.com

Abstrak: Data WHO menunjukkan epilepsi menyerang 1% penduduk dunia. Angka kejadian epilepsi
masih tinggi terutama di negara berkembang yaitu mencapai 114 per 100.000 penduduk per tahun.2 Pada
kelompok dewasa muda, epilepsi dapat terjadi salah satunya disebabkan oleh trauma kepala.3 Kasus ini
melaporkan penderita laki-laki usia 24 tahun dengan keluhan kejang yang disertai dengan gejala psikotik.
Didapatkan riwayat pasien kejang pertama kali dua bulan setelah mengalami trauma kepala yaitu pada
tahun 2003. Saat itu pasien mengalami cedera otak berat dan dari CT scan kepala didapatkan perdarahan
di otak. Dua bulan setelah trauma kepala itu pasien mengalami kejang berulang disertai keluhan yang
dominan adalah marah-marah hingga pernah sampai mau membunuh orang. Dari analisis EEG
menunjukkan hasil epilepsi lobus frontotemporal. Setelah pasien mendapatkan pengobatan phenytoin
dan risperidone, kejang mulai terkontrol. Namun bila tidak minum obat pasien kejang lagi. Hal ini
dialami oleh pasien hingga saat kasus ini dilaporkan, yaitu sepuluh tahun post trauma.

Kata kunci: Epilepsi Post Trauma, psychotic epilepsy

PENDAHULUAN dengan trauma kepala tertutup dan 50% pada


penderita dengan fraktur tulang tengkorak dan
Epilepsi merupakan salah satu penyakit jejas pada otak.4 Tipe kejang pada eplepsi pasca
neurologis yang sering ditemukan. Data WHO trauma dapat berbeda-beda bergantung pada lesi
menunjukkan epilepsi menyerang 1% penduduk yang diakibatkan oleh trauma tersebut.
dunia. Epilepsi dapat terjadi pada siapa saja di
seluruh dunia tanpa batasan ras dan sosial
TINJAUAN PUSTAKA
ekonomi. Angka kejadian epilepsi masih tinggi
terutama di negara berkembang yaitu mencapai Definisi Epilepsi
114 per 100.000 penduduk per tahun. Prevalensi Epilepsi adalah suatu keadaan yang ditandai
epilepsi pada bayi dan anak-anak cukup tinggi, oleh bangkitan epilepsi berulang berselang lebih
menurun pada dewasa muda dan pertengahan, dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi. Yang
kemudian meningkat lagi pada kelompok usia dimaksud dengan bangkitan epilepsi adalah
lanjut yang disebabkan oleh penyakit manifestasi klinik yang disebabkan oleh aktivitas
2
serebrovaskuler. Pada kelompok dewasa muda, listrik otak yang abnormal dan berlebihan dari
epilepsi dapat terjadi akibat trauma, neoplasma, sekelompok neuron. Manifestasi klinik ini terjadi
gangguan vaskuler, maupun penggunaan alkohol secara tiba-tiba dan sementara berupa perubahan
dan obat-obat sedatif lain.3 perilaku yang stereotipik, dapat menimbulkan
Epilepsi secara garis besar dapat gangguan kesadaran, gangguan motorik, sensorik,
digolongkan menjadi epilepsi idiopatik, otonom, ataupun psikik.1
kriptogenik, dan simtomatik. Epilepsi pasca
trauma termasuk dalam epilepsi simtomatik. Etiologi Epilepsi
Merupakan sekuel dari trauma kepala yang paling Etiologi epilepsi dapat dibagi ke dalam 3
sering terjadi, dengan insiden 5% pada penderita kategori, yaitu:

47
Medical and Health Science Journal, Vol. 2, No. 2, August 2018

1. Idiopatik: tidak terdapat lesi struktural di mediale melalui radiasio akustik yang berjalan
otak atau defisit neurologik. Diperkirakan melalui pars sublentikularis krus posterior kapsula
mempunyai predisposisi genetik dan interna.
umumnya berhubungan dengan usia. Pada hemisfer dominan, girus temporalis
2. Kriptogenik: dianggap simtomatik tetapi superior pars posterior (area 22) dan girus angular
penyebabnya belum diketahui. Gambaran (area 39) penting untuk fungsi pendengaran bahasa
klinik sesuai dengan ensefalopati difus bicara dan tulisan. Sedangkan hemisfer non-
3. Simtomatik : bangkitan epilepsi dominan berperan dalam pendengaran suara,
disebabkan oleh kelainan/lesi struktural irama dan musik. (8,12)
pada otak, misalnya cedera kepala, infeksi b. Korteks area olfaktorik primer
SSP, kelainan kongenital, lesi desak Bagian anterior uncus merupakan bagian
ruang, gangguan peredaran darah otak, korteks area olafktorik primer terpenting. Daerah
toksik (alkohol, obat), metabolik, kelainan yang lain meliputi kroteks prepiriformis (anterior
degeneratif.1 28) dan substansia perforata anterior.
Rhinensefalon dalam arti lebih terbatas meliputi
Klasifikasi bagian susunan saraf yang menerima serat-serat
Klasifikasi yang ditetapkan oleh dari bulbus olfaktorius sehingga mencakup traktus
International League Against Epilepsy (ILAE) olfaktorius, striae olfaktorius bagian tertentu
terdiri dari 2 jenis klasifikasi, yaitu klasifikasi korpus amygdaloid, uncus, korteks prepiriformis
untuk jenis bangkitan epilepsi (ILAE 1981), dan dan substansia perforata anterior.
klasifikasi untuk sindrom epilepsi (ILAE 1989). c. Visual pathways
Pada bangkitan umum, manifestasi klinis dan EEG Area visual ekstratriata melintas disebelah
mengindikasikan adanya keterlibatan korteks dalam dari lobus temporalis sekitar krus posterior
serebri bilateral dan difus pada awal onset. Pada ventrikel lateralis.
bangkitan fokal, manifestasi klinis merupakan d. Girus temporalis inferior dan medial.
manifestasi dari lesi fokal yang tampak pada Berperan dalam kegiatan belajar dan
abnormalitas EEG.1 Hemisferium serebri dibagi memori. Seperti diketahui belajar adalah suatu
menjadi lobus frontalis, lobus parietalis, lobus proses untuk mendapatkan pengetahuan tentang
okipitalis, lobus temporalis. Berbagai penelitian dunia yang dipengaruhi oleh pengalaman,
menyebutkan bahwa psikotik epilepsi merupakan sedangkan memori adalah simpanan informasi
lesi yang terjadi pada lobus temporalis dan lobus yang dapat dipanggil kembali.4
frontalis.4
Lobus temporalis berfungsi untuk Kejang Parsial Kompleks (Kejang Psikomotor,
memproses input auditori, mengenali objek visual, Kejang Lobus Temporal)
ditambah dengan fungsi amigdala, yaitu Karakteristik dari bangkitan tipe ini adalah
afeksi (emosi) pada input sensori dan memori. adanya:
Pada lobus temporalis terdapat daerah 1. Aura, terdapat pada awal bangkitan, dapat
fungsional sebagai berikut:4 berupa halusinasi, ilusi.
a. Korteks area auditorus primer 2. Hilangnya kontrol pikiran dan tindakan,
Merupakan area Brodman 41 dan 42, terdapat periode perubahan perilaku dan
terdapat dalam insula (girus Heschl). kesadaran, yang setelahnya penderita
Korniokorteks area pendengaran ini menerima mengalami amnesia.3
impuls pendengaran dari korpus genikulatum

48
Laily Irfana, Epilepsi Post Trauma dengan Gejala Psikotik

Halusinasi pada penderita bangkitan tipe ini 1. Psikosis iktal


pada umumnya adalah halusinasi visual dan Khas timbul pada status epileptikus
auditorik, terdiri dari gambaran visual yang jelas nonkonvulsif, termasuk status parsial sederhana,
maupun tidak, suara-suara, gangguan pengecapan, status parsial kompleks, dan status absans.
vertigo, dan yang paling jarang adalah halusinasi Perubahan perilaku pada psikotik iktal hampir
bau. Terdapat juga gejala diskognitif berupa déjà selalu paroksismal dan menjadi gejala puncak
vu, jamais vu, atau rasa depersonalisasi. Gejala kejang. Psikotik iktal terjadi selama status
emosional berupa sedih, kesepian, marah, epileptikus non konvulsif, yaitu suatu kondisi di
gembira, takut, dan cemas juga didapatkan.3 mana aktivitas epileptik memanjang, tanpa kejang,
Gejala motorik juga dapat terjadi, seperti dapat menyebabkan perubahan status mental
mengecap, mengunyah, salivasi, menggoyang- menjadi tahap psikotik dengan adanya halusinasi
goyangkan kaki. Penderita juga dapat berperilaku dan delusi, gangguan kognitif (gangguan
tidak pantas seperti telanjang di depan umum atau perhatian, kesulitan dalam melakukan perintah
meracau. Saat terjadi bangkitan, penderita motorik kompleks, gangguan berbicara), dan
kehilangan kontak terhadap sekitarnya. Tidak perilaku bizarre.
jarang juga penderita yang perilakunya menjadi 2. Psikosis post-iktal
agresif dan melakukan kekerasan. Lennox Fenomena psikotik postiktal dapat berupa
menyebutkan perubahan motorik, perilaku gejala terisolasi atau sebagai sekelompok gejala
automatisme, dan perubahan fungsi psikis sebagai yang menyerupai gangguan psikotik. Gejala
trias psikomotor.3 psikotik yang menonjol bersifat pleomorfik
Kejang parsial kompleks erat kaitannya (persecutory, waham kebesaran, referential,
dengan gangguan kepribadian, perilaku, dan somatik, waham keagamaan, katatonik,
psikiatrik. Penelitian oleh Vitoroff menyebutkan halusinasi), dengan gejala afektif (manik atau
bahwa sepertiga dari penderita memiliki riwayat depresi).
penyakit depresif mayor dan dengan jumlah yang Kriteria psikotik postiktal menurut Stagno
sama memiliki gejala gangguan kecemasan. (1997), adalah sbb:
Gejala psikotik ditemukan pada 10% kasus. Fase ✓ Gejala psikotik atau psikiatrik lainnya
pascaiktal pada penderita epilepsi lobus temporal terjadi setelah bangkitan, atau yang
kadang berupa gejala delusional-paranoid atau sering terjadi pada serial kejang, setelah
psikotik amnestik yang dapat berlangsung lucid interval, atau dalam waktu 7 hari
beberapa hari hingga berminggu-minggu. setelah kejang.
Perekaman EEG pada periode ini mungkin tidak ✓ Adanya psikotik, depresi atau elasi, atau
menunjukkan aktivitas kejang meski tidak gejala yang berhubungan dengan
menyingkirkan adanya kemungkinan aktivitas anxietas.
kejang pada amigdala dan struktur lobus temporal ✓ Adanya pembatasan waktu, dalam
yang lebih dalam. Gangguan yang sulit dibedakan beberapa hari atau minggu, tidak
dengan skizofrenia ini dapat ditemukan pada signifikan jika terdapat kesadaran
periode interiktal. 3 berkabut (bukan karena toksikasi obat,
status epileptikus parsial kompleks, atau
Klasifikasi Psikotik Epilepsi gangguan metabolik).
Berdasarkan ada atau tidaknya bangkitan, Temuan serupa dari beberapa penelitian
psikosis epilepsi terbagi dalam : serial kasus psikotik epilepsi adalah : 1)

49
Medical and Health Science Journal, Vol. 2, No. 2, August 2018

keterlambatan antara onset gejala psikiatrik dan postiktal sebelum berkembang menjadi psikotik
waktu kejang terakhir; 2) waktu durasi relatif interiktal. Sehingga perlu penatalaksanaan
pendek; 3) affect-laden symptomatology; 4) psikotik postiktal yang tepat untuk mencegah dan
sekelompok gejala delusi dan psikotik seperti menghambat perkembangannya menjadi psikotik
gangguan afektif; 5) meningkatnya frekuensi interiktal.
bangkitan tonik klonik umum sekunder pada onset Psikotik pada epilepsi interiktal telah
psikotik epilepsi; 6) onset psikotik epilepsi timbul diidentifikasi khas terjadi pada pasien dengan
setelah kejang lebih dari 10 tahun; dan 7) respon epilepsi parsial. Telah terjadi perdebatan yang luas
cepat dengan terapi neuroleptik atau mengenai kemungkinan bahwa psikotik pada
benzodiazepin dosis rendah. epilepsi adalah indikasi TLE (temporal lobe
3. Psikosis inter-iktal epilepsy). Sementara penelitian lainnya
Fenomena psikotik interiktal, khususnya menunjukkan bahwa proporsi TLE antara pasien
halusinasi dan delusi, sering terjadi pada pasien psikotik pada epilepsi tidak lebih tinggi
epilepsi. Tarulli et al (2001) melaporkan beberapa dibandingkan pada populasi umum.2,3,6,7,8
kasus pasien dengan episode multipel psikotik
Tabel 1. Klasifikasi psikotik epilepsi
Tipe Hubungan Durasi EEG Terapi
psikotik dengan
bangkitan
Psikotik Selama status Beberapa Iktal (status non Benzodiazepin,
iktal epileptikus menit s/d jam konvulsif) antiepileptik
Psikotik Saat bingung Beberapa hari Perlambatan Benzodiazepin,
Postiktal setelah s/d minggu postiktal antipsikotik
bangkitan dan
lucid interval
Psikotik Ketika kejang Beberapa Lebih baik atau Antipsikotik,
alternatif berkurang atau minggu s/d normal antiepileptik
disupresi bulan
Psikotik Tidak ada Beberapa tahun Sebagian besar Antipsikotik
seperti hubungan abnormal
skizopreni spesifik dengan
a kronis kejang

Epilepsi Pascatrauma korteks serebri. Risiko terjadinya epilepsi


Epilepsi merupakan sekuel yang paling pascatrauma berhubungan dengan beratnya trauma
sering terjadi setelah terjadi trauma kranioserebral. kepala. Sebuah penelitian yang dilakukan
Penyebabnya adalah benturan atau laserasi pada Annegers terhadap 2747 penderita trauma kepala,

50
Laily Irfana, Epilepsi Post Trauma dengan Gejala Psikotik

risiko terjadinya kejang setelah cedera kepala berat sekitar 5 menit. Setelah kejang pasien tertidur.
(penurunan kesadaran atau amnesia lebih dari 24 Kejang terjadi >5x dalam sehari. Diantara kejang
jam), termasuk perdarahan subdural dan gegar pasien sadar. Kejang seringkali diawali dengan
otak) adalah 7% dalam jangka waktu 1 tahun dan marah-marah, mengamuk, sampai-sampai pasien
11,5% dalam 5 tahun. Jika cedera kepala sedang mencekik ibunya. Setelah itu pasien tidak sadar
(penurunan kesadaran atau amnesia selama 30 dengan apa yang dia lakukan.
menit sampai 24 jam, atau hanya menyebabkan Pasien mengalami kejang pertama kali
fraktur tulang tengkorak), risiko berkurang sekitar sepuluh tahun y.l. Saat kejang seluruh
menjadi 0,7% dan 1,6%. Pada cedera kepala lengan dan tungkai menghentak-hentak. Mata
ringan (penurunan kesadaran atau amnesia kurang melirik ke atas. Mulut berbusa+, lidah tergigit+,
dari 30 menit), risiko terjadi kejang tidak lebih ngompol+. Lama kejang sekitar 5 menit. Sebelum
besar daripada populasi umum. Risiko terjadinya kejang pasien sering marah-marah, namun bila
epilepsi lebih besar jika trauma terjadi pada daerah ditanya setelah kejang berhenti pasien mengatakan
parietal dan frontal posterior, serta setelah trauma lupa. Setelah kejang pasien tertidur. Kejang mulai
kepala tajam.4 terjadi 2 bulan setelah pasien mengalami
Interval antara trauma kepala dan terjadinya kecelakaan motor. Pasien mengalami benturan
kejang pertama bervariasi. Sebagian kecil kepala, muntah-muntah, kemudian tidak sadar.
penderita mengalami kejang beberapa saat setelah Dilakukan pemeriksaan CT scan Kepala
trauma (immediate epilepsy). 4-5% penderita didapatkan perdarahan otak, kemudian
trauma kepala mengalami kejang pertama dalam diopnamekan di RS Sidoarjo selama dua minggu.
minggu pertama (early epilepsy). Epilepsi Tidak dilakukan tindakan operasi. Pasien pulang
pascatrauma sendiri sebenarnya merujuk pada late tanpa gejala sisa, namun dua bulan kemudian
epilepsy, yaitu kejang yang terjadi beberapa pasien mulai sering mengalami kejang, hingga
minggu atau bulan setelah trauma (1 sampai 3 2x/bulan dengan bentuk kejang yang sama. Pasien
bulan). Sekitar 6 bulan pascatrauma, 50% dibawa keluarganya berobat ke puskesmas dan
penderita mengalami kejang pertama. Pada 2 mendapatkan obat yang diminum tiga kali sehari,
tahun pascatrauma, kemungkinannya meningkat ibu pasien lupa nama obatnya. Tidak minum obat
menjadi 80%. 4 teratur dan tidak kontrol lagi. Kejang tetap terjadi
sekitar 1 bulan sekali.
LAPORAN KASUS Dua tahun setelah kejang pertama, selain
bentuk kejang sebelumnya, terkadang pasien juga
Identitas Pasien
sering tiba-tiba mengecap-ngecap, kemudian
Nama : Sdr.AZ
berjalan mondar mandir, dan pasien tidak
Umur : 24 Tahun
menyadari apa yang dilakukannya.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Empat tahun ini pasien sering marah-marah,
Tanggal Pemeriksaan : 20 Mei 2013
berteriak-teriak, pernah hingga menusuk-nusuk
Riwayat Penyakit Sekarang
badannya. Tiga tahun setelah keluhan tersebut
Keluhan Utama : Kejang
baru dibawa berobat ke RSJ Lawang dan opname
Autoanamnesis dan heteroanamnesis:
selama 2 bulan. Setelah itu pasien membaik,
Kejang terjadi sejak 3 hari sebelum MRS.
namun tidak rutin kontrol.
Saat kejang seluruh lengan dan tungkai
Dua minggu sebelum MRS, pasien semakin
menghentak-hentak. Mata melirik ke atas. Mulut
sering marah-marah dan memukuli orang hingga
berbusa+, lidah tergigit+, ngompol+. Lama kejang

51
Medical and Health Science Journal, Vol. 2, No. 2, August 2018

akhirnya pasien dipasung dan diborgol oleh warga. Tekanan Darah: 140/90 mmHg; Nadi: 82 x/menit;
Selama itu pasien semakin sering kejang hingga RR:18x/menit; Temperatur Aksila: 36,5 celcius
oleh perangkat desa dibawa ke RSDS. Status generalis dbn
Riwayat nyeri kepala kronis (-), muntah (-),
kejang (-), kelemahan sepruh badan (-), Status Neurologis
kesemutan/tebal (-), bicara pelo (-), merot (-), GCS : 456
gangguan penglihatan (-), gangguan pendengaran Meningeal Sign : KK (-), kernig (-
(-), gangguan BAB dan BAK (-). ), Brudzinski I-IV (-)
N. Cranialis : NII/III: PBI
Riwayat Penyakit Dahulu diameter 3mm/3mm RC (+),
● Tahun 2003, riwayat trauma kepala papil edema :-/-
pingsan, muntah, luka jahitan di kepala N. cranialis lain : Parese (-)
samping kanan. CT scan kepala Motorik : 5 / 5 (lengan) 5/5
didapatkan perdarahan di otak. (tungkai)
Kemudian dirawat selama 2 minggu di RS Sensorik : dalam batas
Sidoarjo. normal.
● Tahun 2009, opname di RS Jiwa Lawang CV / ANS : dalam batas
selama 2 minggu, karena marah-marah. normal.
● Tahun 2011, opname di RS Jiwa Laboratorium ( 17 Maret 2013 )
Kalimantan Selatan selama 1,5 tahun, dbn
karena marah-marah dan membunuh Pemeriksaan EEG
orang. EEG ( 24 Mei 2013)
● Keluarga pasien tidak ada yang sakit Hasil : EEG Abnormal III (Bangun dan tidur
seperti pasien. stadium II)
● Riwayat kehamilan: dalam batas normal, - Spike Wave di regio
tidak mengkonsumsi jamu-jamu atau prefrontal kanan
obat-obatan tertentu. - Spike wave di regio temporal
● Riwayat kelahiran : lahir terlambat bulan, kanan
normal, ditolong bidan. - ISA (Intermitten Slow
Saat lahir sempat biru, langsung menangis. Activity) general
Kejang demam sejak umur 9 bulan hingga 4 tahun. EEG saat perekaman ini abnormal,
● Riwayat tumbuh kembang : sesuai anak mengindikasikan adanya potensial
pada umurnya. epileptogenicity di regio prefrontal kanan dan
● Riwayat pendidikan : Tamat SD, dengan regio temporal kanan disertai ensefalopati difus
prestasi biasa. Tidak melanjutkan sekolah derajat ringan.
sejak pasien sering kejang setelah
kecelakaan. Radiologi
Thorax AP
Pemeriksaan Fisik Cor dan pulmo tak tampak kelainan
Status Internistik MRI Kepala tanpa kontras (24 mei 2013)
Kesadaran : Composmentis Saat ini brain parenchym tak tampak
kelainan. Tidak tampak atrofi hipokampus

52
Laily Irfana, Epilepsi Post Trauma dengan Gejala Psikotik

dengan volume sisi kanan:1,620 cm3 insiden 5% pada penderita dengan trauma kepala
volume sisi kiri: 1,820 cm3. tertutup dan 50% pada penderita dengan fraktur
DWI : tak tampak restricted diffusion area. tulang tengkorak dan jejas pada otak.4 Tipe kejang
MRA: circulus wilisi patent, tak tampak pada eplepsi pasca trauma dapat berbeda-beda
malformation vascular. bergantung pada lesi yang diakibatkan oleh trauma
tersebut. Kasus ini melaporkan penderita laki-laki
Tes Neurobehaviour usia 24 tahun dengan keluhan kejang yang disertai
● Neurobehaviour: Didapatkan gangguan dengan gejala psikotik. Didapatkan riwayat pasien
pada atensi, visual memory, verbal kejang pertama kali dua bulan setelah mengalami
memory, dan kategori naming trauma kepala yaitu pada tahun 2003. Saat itu
● Diagnosis tentative neurobehaviour : pasien mengalami cedera otak berat tidak sadar
Saat ini didapatkan pasien dengan selama 1 minggu. Dari CT scan kepala didapatkan
multidomain amnestik MCI yang dapat perdarahan di otak. Sejak itu pasien mengalami
pula disebabkan oleh penyakit dasarnya. kejang berulang dengan disertai keluhan yang
Saran: Atasi penyakit dasarnya dominan adalah marah-marah hingga pernah
Evaluasi pemeriksaan kognitif ulang sampai mau membunuh orang. Dari analisis EEG
dalam 6 bulan. menunjukkan hasil epilepsi lobus temporal. Hal ini
mendukung gejala dari pasien tersebut yang
Diagnosis menunjukkan gejala behavioral changes dan
Diagnosis klinis : automatism yang mengarah ke psikotik epilepsi
● Serial general tonic clonic seizure dimana pada pasien ini dengan tipe psikotik iktal.
● Behavioural changes Pasien mendapatkan terapi phenytoin dan
● Automatism risperidone dosis standar, dan menunjukkan
Diagnosis Topis : Korteks lobus epilepsi telah terkontrol dengan pengobatan
frontotemporalis tersebut namun masih didapatkan kejang
Diagnosis Etiologis : Epilepsi simtomatik kemungkinan karena pasien tidak rutin minum
lobus temporal obat. Kejadian epilepsi pada kasus ini belum
e.c traumatic brain injury sembuh hingga sepuluh tahun setelah trauma
kepala.
Penatalaksanaan
- Farmakoterapi KESIMPULAN
Phenytoin kaps 3x100mg
Pada kasus ini pasien laki-laki dengan
Risperidone tab 2x0,5 mg
epilepsi post trauma dengan onset 2 bulan setelah
Asam folat tab 1x1
trauma kepala. Berdasarkan anamnesis dan
- Psikoterapi suportif
pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien
- Psikoedukasi keluarga
didiagnosis epilepsi lobus frontemporal dan
menunjukkan gejala menyerupai psikotik. Pasien
PEMBAHASAN mendapatkan pengobatan standar yaitu phenytoin
dan risperidone. Kejang terkontrol namun bila
Epilepsi pasca trauma termasuk dalam
tidak minum obat pasien kejang lagi. Hal ini
epilepsi simtomatik. Merupakan sekuel dari
dialami oleh pasien hingga saat kasus ini
trauma kepala yang paling sering terjadi, dengan
dilaporkan, yaitu sepuluh tahun post trauma.

53
Medical and Health Science Journal, Vol. 2, No. 2, August 2018

DAFTAR PUSTAKA
Harsono, dkk. 2011. Pedoman Tatalaksana
Epilepsi. PERDOSSI. Jakarta: 1-6.
Shorvon SD. 2006. Handbook of Epilepsy
Treatment. Blackwell Science. Oxford: 1-3
Ropper AH, Brown RH. Epilepsy and Other
Seizure Disorders. In Ropper AH, Brown
RH. Adams and Victor’s Priciples of
Neurology 8th Ed. McGraw-Hill. USA: 269-
299
Ropper AH, Brown RH. Craniocerebral Trauma.
In Ropper AH, Brown RH. Adams and
Victor’s Priciples of Neurology. McGraw-
Hill. USA:762-763
Rudzinski LA, Meador KJ. 2011. Epilepsy: Five
New Things. Neurology.76:S20

54

Anda mungkin juga menyukai