Anda di halaman 1dari 4

SCENE 1

(Dinda ngeliatin jam padahal guru lagi ngejelasin)

Bu Rosa : “Dinda kamu nanti pulang tetep di kelas dulu ya”

Dinda : “Iya bu” *aduh mau diapain gue*

*****

SCENE 2

Bu Rosa : “Dinda, kamu tau kenapa kamu ibu panggil?”

Dinda : “Engga bu” (geleng2)

Bu Rosa : “Ibu mau nanya soal nilai kamu, kamu ada kendala apa dirumah? Nilai kamu ko semakin
menurun?”

Dinda : “Gaada kendala kok bu, mungkin emang saya kurang belajar aja,” (muka tidak meyakinkan)

Bu Rosa: (menghela napas) “Ya sudah, Nak, mulai sekarang harus lebih rajin lagi ya belajarnya. Udah
kamu boleh pulang sekarang,”

Dinda: (senyum palsu) “Makasih bu,” (memalingkan wajah lalu memasang ekspresi kesal)

*****

SCENE 3

(Dinda berjalan dari sekolah menuju tempatnya berjualan)

Dinda: “Yaelah, Bu Rosa ngeselin banget sih,” (memutar bola mata) “Ngurusin orang lain aja, mending
ngurusin urusan sendiri,”

(Dinda sampai di halte tempat ia berjualan koran)

Dinda: *Elah, jualan lagi, kerja lagi. Kapan sih gua kaya? Cape miskin mulu,* “Koran pak, bu, dibeli
korannya 3 ribu aja,”

*****

(Tiba-tiba Lulu yang sedang berada di pinggir jalan melihat Dinda sedang berjualan)

Lulu: “Itu bukannya Dinda?” (berusaha mengenali orang yang sedang berjualan koran di halte)

Lulu: “Dia jualan koran?” (ketawa meremehkan) “Dasar miskin. Kayaknya asik nih,” (mengeluarkan
handphone-nya lalu mengambil foto Dinda yang sedang berjualan)
*****

SCENE 4

(Di rumah Dinda)

Dinda: (Gedor-gedor pintu) “BUUUU!”

(Ibunya, Bu Nur, membukakan pintu)

Dinda: (membentak ibunya) “Aduh bu, lama banget sih buka pintu doang! Tau kan aku capek?”

Ibu Nur: “Maaf, Nak, maaf. Tadi Ibu lagi di belakang,”

Dinda: “Alesan.” (berjalan masuk rumah melewati Ibunya)

Ibu Nur: (mengelus dada melihat perlakuan anaknya) “Astaghfirullah,”

*****

SCENE 5

(Dinda berjalan menuju kelasnya, anak-anak sekolah memperhatikan dan menertawakannya)

Dinda: (melihat keheranan dan berhenti di depan mading karena ada kerumunan disana) “Eh ada apaan
sih rame-rame?”

Orang yang ditanya: (tertawa) “Liat aja tuh,”

Dinda: “Misi dong, gua mau liat,” (berhasil masuk ke dalam kerumunan dan melihat fotonya terpampang
di mading) “HAH?!”

(Dinda panik dan mencopot foto itu dari mading lalu berusaha untuk berlari, namun Lulu dan Alice
datang)

Lulu: “Eh, tukang koran, mau kemana?” (tertawa) “Sini gua borong koran lo,”
Alice: (ikut tertawa)

Dinda: “Oh jadi ini kerjaan lo?” (mengangkat fotonya)

Lulu: “Kok lo jadi nuduh sih?”

(Dinda pergi meninggalkan Lulu dan Alice)

*****

SCENE 6

(Dinda berjalan dari sekolah menuju tempat ia biasa berjualan dengan membawa koran di tangannya)
Dinda: *berhenti dan melihat koran yang dia bawa* “Gausah lah, nanti gua diejek lagi,”

(Melempar korannya lalu berjalan pulang)

*****

SCENE 7

(Di rumah Dinda)

Ibu Nur: “Nak, gimana hasil jualan hari ini?”

Dinda: “Gaada,”

Ibu Nur: “Gaada?”

Dinda: “Iya gaada. Ibu ga denger?”

Ibu Nur: “Kok bisa gitu, Nak?”

Dinda: “Apa sih bu gausah banyak nanya deh. Aku capek,” (berjalan ke kamar meninggalkan ibunya)

*****

SCENE 8

(berjalan menuju sekolah, Dinda melihat siswa-siswi sekolahnya yang juga berjalan kearah sekolahnya.
Namun, Dinda memutuskan untuk berjalan ke arah lain)

Dinda: (melihat ada taman lalu berjalan kesana, dan duduk di bawah pohon rindang)

Dinda: Males sekolah, ah, nanti gue diejek lagi. Kenapa sih hidup gue gini banget?

Narator: kasian, durhaka sih

Dinda: dih siapa tuh

Narator: suara hati kamu

Dinda: dih gajelas, pergi sana

Narator: ngusir lagi, rasain nih!

Dinda: (tertimpuk apel) aduh!

(sambil memegang kepalanya dan melihat kearah apel menggelinding, ternyata di dekat apel berhenti
terdapat secarik kertas)

Dinda: wah kertas apa nih (mengambil kertas dan membacanya) “ini bukan kupon pemenang”?
Dinda: dih gajelas

Narrator: HAHA

Dinda: apasih! Aduh, (tertimpuk apel lagi dan apel menggelinding lagi kearah secarik kertas)

Dinda: kalo ini pasti iya! (membuka kertas yang ternyata kupon pemenang)

Dinda: (kaget) kupon pemenang uang 2 miliar?! Akhirnya gue kaya!

*****

SCENE 9

Anda mungkin juga menyukai