Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012

BAB II
GAMBARAN UMUM
KABUPATEN SOPPENG

2.1. Batas Administratif


Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara
administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan, 49 desa, 39 Lingkungan, 124 Dusun, 438
Rukun Kampung, dan 1.163 Rukun Tetangga dengan batas wilayah :
a. Sebelah Utara : Kabupaten Sidenreng Rappang dan Kabupaten Wajo
b. Sebelah Timur : Kebupaten Wajo dan Kabupaten Bone
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Bone
d. Sebelah Barat : Kabupaten Barru

Gambar 2.1
Peta Administratif Provinsi Sulawesi Selatan

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG 1


KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012

Tabel 2.1
Luas daerah dan pembagian daerah administrasi Kab. Soppeng
PERSE BANYAKNYA DESA/KELURAHAN
LUAS
KECAMATAN NTASE
(km2) DESA KELURAHAN JUMLAH
(%)
Marioriwawo 300 20.00 11 2 13
Lalabata 278 18.50 3 7 10
Liliriaja 96 6.40 5 3 8
Ganra 57 3.80 4 - 4
Citta 40 2.70 4 - 4
Lilirilau 187 12.50 8 4 12
Donri-donri 222 14.80 9 - 9
Marioriawa 320 21.30 5 5 10
JUMLAH 1500 100 49 21 70

Sumber: Buku Soppeng Dalam Angka tahun 2011

Gambar 2.2
Peta administratif batas kecamatan Kabupaten Soppeng

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG 2


KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012

Gambar 2.3
Peta administratif batas desa Kabupaten Soppeng

2.2. Kondisi Demografis


Penduduk Kabupaten Soppeng pada tahun 2010 tercatat sebanyak 223.826 jiwa yang terdiri dari
laki-laki 105.436 jiwa dan perempuan 118.390 jiwa. Penduduk tersebut tersebar diseluruh
desa/kelurahan dalam wilayah Kabupaten Soppeng dengan kepadatan 149 jiwa/km2. Kecamatan
terpadat adalah Kecamatan Liliriaja yaitu sekitar 280 jiwa/km2 dan yang terjarang penduduknya
adalah Kecamatan Marioriawa sekitar 87 jiwa/km2.
Dilihat dari perkembangan jumlah penduduk dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir yaitu periode
2006-2010 terdapat penurunan jumlah penduduk sebesar 1.54 %. Pada tahun 2006 berdasarkan
data dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Soppeng jumlah penduduk yang tercatat sebanyak 227.273
jiwa Penduduk Kabupaten Soppeng yang terdiri dari laki-laki 106.923 jiwa dan perempuan 120.350
jiwa. Penurunan tersebut disebabkan disamping berhasilnya program pemerintah dalam menekan
angka kelahiran juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kualitas pendidikan di Kabupaten
Soppeng yang mengakibatkan terjadinya perpindahan penduduk dalam pencarian kapangan
pekerjaan di daerah lain

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG 3


KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012

Tabel 2.2
Jumlah Penduduk perkecamatan dan rata-rata kepadatannya
LUAS KEPADATAN PENDUDUK
KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK
(km2) PER KM2

Marioriwawo 300 44.310 147


Lalabata 278 44.269 159
Liliriaja 96 26.964 280
Ganra 57 11.301 198
Citta 40 7.999 199
Lilirilau 187 38.202 204
Donri-donri 222 22.920 103
Marioriawa 320 27.861 87
2010 1500 223.826 149
2009 1500 230.774 154
JUMLAH 2008 1500 229.502 153
2007 1500 228.181 152
2006 1500 227.273 151

Sumber: Buku Soppeng Dalam Angka tahun 2011

Gambar 2.4
Peta kepadatan penduduk Kabupaten Soppeng

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG 4


KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012

Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Ratio Jenis Kelamin

JENIS KELAMIN RATIO JENIS


KECAMATAN
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH KELAMIN

Marioriwawo 20.701 23.609 44.310 87


Lalabata 21.287 22.982 44.269 92
Liliriaja 12.659 14.305 26.964 88
Ganra 5.190 6.111 11.301 84
Citta 3.615 4.384 7.999 82
Lilirilau 17.952 20.250 38.202 88
Donri-donri 10.700 12.220 22.920 87
Marioriawa 13.332 14.529 27.861 91
2010 105.436 118.390 223.829 89
2009 108.115 122.629 230.744 88
JUMLAH 2008 106.806 122.696 229.502 87
2007 107.350 120.831 228.181 89
2006 106.923 120.350 227.273 89

Sumber: Buku Soppeng Dalam Angka tahun 2011

Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Soppeng Tahun 2006-2010
TAHUN
KECAMATAN
2006 2007 2008 2009 2010

Marioriwawo 44.959 45.138 45.402 45.646 44.310


Lalabata 42.229 42.398 42.636 42.865 44.269
Liliriaja 35.787 26.773 26.931 27.074 26.964
Ganra 11.604 11.650 11.721 11.800 11.301
Citta - 9.157 9.211 9.259 7.999
Lilirilau 40.138 40.298 40.531 40.748 38.202
Donri-donri 24.441 24.540 24.682 24.813 22.920
Marioriawa 28.115 28.227 28.388 28.539 27.861
JUMLAH 227.273 228.181 229.502 230.744 223.826

Sumber: Buku Soppeng Dalam Angka tahun 2011

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG 5


KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012

2.3. Kondisi Geografis dan Topografi


Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak
antara 40 06’ Lintang Selatan dan 40 32’ Lintang Selatan dan antara 1190 47’ 18” Bujur Timur dan 1200
06’ 13” Bujur Timur. Letak Kabupaten Soppeng di depresiasi Sungai Walanae yang terdiri dari
daratan dan perbukitan. Dengan luas daratan 700 km2 berada pada ketinggian rata-rata kurang lebih
60 m di atas permukaan laut. Perbukitan yang luasnya 800 km2 berada pada ketinggian rata-rata 200
m di atas permukaan laut. Ibukota kabupaten Soppeng yaitu Kota Watansoppeng berada pada
ketinggian 120 m di atas permukaan laut. Gunung yang tertinggi yang di dalam wilayah Kabupaten
Soppeng yaitu gunung Nene Conang dengan ketinggian 1.463 m. Puluhan sungai-sungai yang
terletak di Kabupaten Soppeng yang cukup banyak berpotensi untuk mengairi tanah-tanah pertanian
di sekitarnya. Sungai-sungai tersebut antara lain :
Sungai Langkemme, berhulu di Gunung Lapacu bermuara di Sungai walannae, sungai tersebut
melalui Dusun Umpungeng, Dusun Langkemme, Dusun Cenranae, dusun Soga ke Sungai
Walannae.
Jenis-jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Soppeng antara lain Litosol, Gromusol, Mediteran
Coklat, Regusol, Alluvial, Litosol Coklat Tua; dengan variasi penyebaran jenis tanah pada setiap
kecamatan.

Gambar 2.5
Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Soppeng

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG 6


KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012

Tabel 2.5
Daerah Aliran Sunga (DAS) di Wilayah Kabupaten Soppeng

DEBIT (m3/det)
No. NAMA DAS LUAS (Ha)
Maksimum Minimum
1 Walanae 25.568,67 110 80.5
2 Batu-batu 13.018,42 30 22
3 Pising 6,68 1,3 0,9
4 Kiru-kiru 855,63 2,5 0,5
5 Padangang 18.654,92 43 35
6 Lawo 14.188,03 56 40
7 Mario-Walanae 12.206,59 51 32
8 Malanroe 18.236,49 1,5 0,5
9 Langkemme 8.071,69 50 30

Sumber: Dokumen RTRW Kabupaten Soppeng dan Data Dinas PSDA Kab. Soppeng

Gambar 2.6
Peta Tata Guna Tanah di Kabupaten Soppeng

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG 7


KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012

Gambar 2.7
Peta Kondisi Geologi di Kabupaten Soppeng

2.4. Keuangan dan Perekonomian Daerah

2.4.1 Pengelolaan Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah merupakan seluruh penerimaan yang berasal dari daerah itu sendiri dan alokasi
dari pemerintah pusat sebagai hak pemerintah daerah yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

2.4.1.1 Pendapatan Asli Daerah.

Salah satu sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri atas pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD
yang sah. Dalam kurun waktu 2007-2010, PAD mengalami kenaikan rata-rata 4,64 persen per tahun
dan mengalami peningkatan sangat signifikan tahun 2011 yang mencapai 30.3 %. Retribusi daerah
masih merupakan penyumbang terbesar terhadap PAD dengan kontribusi yang mencapai rata-rata
49,75 persen selama periode 2007-2011 dan bertumbuh rata-rata 17,62 persen per tahun.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG 8


KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012

2.4.1.2 Dana Perimbangan

Pendapatan daerah yang berasal dari Dana Perimbangan sangat tergantung dari kebijakan
pemerintah pusat. Dalam kurun waktu 2007-2010 pendapatan daerah yang bersumber dari Dana
Perimbangan mengalami kenaikan rata-rata 3,01 persen dan meningkat sebesar 12,7 % tahun 2011.
Meskipun pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan PAD, namun kontribusinya terhadap
total pendapatan daerah jauh lebih besar dibandingkan dengan PAD. Kontribusi Dana Perimbangan
mencapai angka rata-rata 86,34 persen per tahun selama lima tahun terakhir, sementara PAD hanya
menyumbang sebesar 4,07 persen, selebihnya bersumber dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang
Sah.

2.4.1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah terdiri atas Dana
Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus, dan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya. Realisasi
pendapatan dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dalam kurun waktu 2006-2011
menunjukkan kenaikan yang signifikan, dengan rata-rata kenaikan mencapai 113,9 %.

2.4.2 Pengelolaan Belanja Daerah

Belanja daerah sebagai salah satu instrumen penting dalam mewujudkan visi misi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah, olehnya itu tentu saja kebijakan yang terkait dengan pengelolaan belanja
daerah diarahkan pada upaya pemenuhan pelaksanaan kebijakan strategis dan program-program
prioritas yang menunjang pencapaian visi, misi dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan.

2.4.2.1 Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung diarahkan pada upaya pemenuhan belanja pegawai, belanja bunga, belanja
hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan
Desa, belanja bantuan Keuangan kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa dan
belanja tidak terduga. Rata-rata pertumbuhan realisasi belanja tidak langsung kurun waktu 2007-
2011, menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan yakni 11,50 persen.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG 9


KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012

2.4.2.2 Belanja Langsung

Komposisi belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja
modal yaitu belanja yang diperuntukkan bagi pelaksanaan program-program pembangunan dan
mencerminkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD lingkup pemerintah Kabupaten Soppeng.
Tabel 3.2 diatas menunjukkan rata-rata pertumbuhan realisasi belanja langsung dari 2007 s/d 2011
mengalami pertumbuhan yang negatif dengan rincian untuk belanja pegawai dengan rata-rata
pertumbuhan realisasi 6,94 persen, untuk belanja barang dan jasa dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 7,07 persen sedangkan pada belanja modal turun rata-rata 8,52 persen.

Tabel 2.6
Ringkasan Realisasi APBD 6 Tahun Terakhir

NO. ANGGARAN 2006 2007 2008 2009 2010 2011


A Pendapatan
Pendapatan asli daerah
1 11,266,106,312 15,821,801,661 17,460,780,983 16,104,247,623 16,531,437,645 21,551,766,287
(PAD)
2 Dana Perimbangan 325,463,397,877 364,303,221,066 392,132,343,171 401,071,742,260 397,522,593,650 448,094,072,116

Lain-lain pendapatan
3 5,389,408,621 8,358,266,957 38,657,223,368 51,633,764,936 90,618,295,232 129,677,629,811
yang sah
Jumlah Pendapatan 342,118,912,810 388,483,289,684 448,250,347,522 468,809,754,819 504,672,326,527 599,323,468,214

B Belanja
1 Belanja Tidak Langsung 203,994,054,595 178,505,541,850 246,185,947,840 276,687,811,369 335,503,653,462 365,245,404,957

2 Belanja Langsung 116,934,840,863 185,901,920,707 218,156,302,426 226,990,251,654 159,354,010,744 209,075,848,225

Jumlah Belanja 320,928,895,458 364,407,462,557 464,342,250,266 503,678,063,023 494,857,664,206 574,321,253,182

Surplus/Defisit
21,190,017,352 24,075,827,127 (16,091,902,744) (34,868,308,204) 9,814,662,321 25,002,215,032
Anggaran
Sumber: Dokumen Laporan Realisasi Keuangan Kabupaten Soppeng Tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011

2.4.3 Pengalokasian Anggaran Sanitasi

Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar
sanitasi yang terdiri dari drainase, pengelolaan limbah dan persampahan di Kabupaten Soppeng
selama 5 tahun terakhir memiliki proporsi yang hanya bekisar di 2 %. Tahun 2007, proposi anggaran
sanitasi terhadap belanja total di Kabupaten Soppeng hanya berkisar di angka 1,49 %. Begitu pula di
tahun 2008. Pda tahun 2009, proporsinya meningkat di angka 2,16 %. Hal ini disebabkan adanya
peningkatan peningkatan anggaran drainase di Dinas PU yang mencapai 93,98 % dari tahun

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG 10


KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012

sebelumnya dan adanya pembangunan TPA di Kabupaten Soppeng. Proporsi tersebut sangat
menurun di Tahun 2010 yang hanya mencapai 0.73 % dari total belanja dengan pengalokasian
anggaran terbesar di dinas PU sebesar 77,2 % dari total penganggaran sanitasi di tahun 2010.
Proporsi tersebut meningkat di tahun 2011 dengan capaian 2.14 % dari total belanja. Peningkatan
tersebut diakibatkan adanya pembangunan peningkatan sarana TPA dan juga pembangunan IPAL
pada Rumah Sakit Kabupaten Soppeng.

Tabel 2.7
Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi per Penduduk 6 Tahun Terakhir

TAHUN
NO SUBSEKTOR/SKPD
2007 2008 2009 2010 2011 2012

A AIR LIMBAH
1 PU 808,725,000 760,000,000 1,405,720,000 1,531,512,998

2 Lingkungan Hidup 66,827,000 109,601,000 70,000,000 202,421,000 188,145,000 109,250,000

3 Kebersihan 577,000,000 180,000,000 100,000,000 100,000,000 100,000,000

4 Dinas Kesehatan 1,924,907,700

B PERSAMPAHAN
1 PU 250,000,000 168,746,600

2 Lingkungan Hidup
3 Kebersihan 458,150,000 1,918,035,000 1,297,345,000 477,078,000 6,196,551,000 1,594,302,500

C DRAINASE
1 PU 4,854,935,550 4,247,113,000 8,238,615,572 2,033,417,750 2,433,446,000 1,279,750,000

D ASPEK PHBS
(pelatihan, sosialisasi,
pendampingan,
komunikasi)
1 PU
2 Dinas Kesehatan 46,181,000 46,181,000 43,082,050 43,082,050 35,825,000 123,812,500

3 BPMD 40,000,000

4 Humas SETDA 70,000,000

5 Bappeda 68,000,000
TOTAL BELANJA MODAL
SANITASI 5,426,093,550 6,897,930,000 10,887,767,622 3,615,998,800 12,284,594,700 5,085,374,598
TOTAL BELANJA MODAL
SANITASI DARI APBD MURNI
(bukan pendamping) 3,217,369,550 6,309,430,000 5,324,907,621 2,028,268,797 6,459,973,700 4,365,723,298
TOTAL BELANJA APBD
364,407,462,557 464,342,250,266 503,678,063,023 494,857,664,206 574,321,253,182 -

PROPORSI BELANJA MODAL


SANITASI TERHADAP BELANJA 1.49 1.49 2.16 0.73 2.14 #DIV/0!
TOTAL (%)
JUMLAH PENDUDUK
228,181 229,502 230,744 223,825 - -

BELANJA MODAL SANITASI PER


PENDUDUK (Rp) 23,779.78 30,056.08 47,185.49 16,155.47 #DIV/ #/0!

Sumber: Dokumen Laporan Monitoring dan evaluasi Pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Soppeng

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG 11


KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012

2.4.4 Pengelolaan Keuangan Daerah

Peningkatan efektifitas pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Soppeng adalah sebuah tuntutan
untuk mewujudkan visi dan misi yang telah dirumuskan dalam periode 2011-2015. Pengelolaan
keuangan daerah yang dimaksud meliputi pengelolaan pendapatan, pengelolaan belanja dan
pengelolaan penerimaan. Untuk menghasilkan pengelolaan keuangan yang lebih efisien dan efektif
terutama terkait dengan proyeksi peningkatan pendapatan daerah, belanja pemerintah, dan defisit
anggaran yang tidak melampaui ambang batas sesuai dengan peraturan yang ada. Penetapan
asumsi-asumsi yang mendasari rencana pengelolaan keuangan daerah menjadi prasyarat yang
harus dipenuhi.

Kondisi pengelolaan keuangan daerah selama periode 2006-2011 ditunjukkan pada Tabel 2.8.
Kondisi dimaksud sekaligus juga menjadi angka berbagai indikator ekonomi makro daerah dan
pokok-pokok kebijakan fiskal Kabupaten Soppeng.

Tabel 2.8
Data Perekonomian Umum Daerah 6 Tahun Terakhir

NO. ANGGARAN 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 PDRB Harga Konstan 1,304,050.64


953,606.76 1,004,853.08 1,082,806.02 1,156,498.05 1,207,984.42
(angka
(dalam juta rupiah) sementara)
2 Pendapatan Perkapita Penduduk
Kabupaten 14,195,790
6,131,382 6,972,591 8,718,841 10,359,683 12,189,646
(angka
sementara)

3 Upah Minimum Regional Kab. (Rp./bulan) 612,200 672,300 740,520 905,000 1,000,000 1,100,000

4 Inflasi (%) baru dihitung oleh BPS pada tahun 2012

7.95
5 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6.63 5.37 7.76 6.81 4.45
(angka
sementara)

Sumber: BPS Kabupaten Soppeng dan Kantor Transduknaker Kabupaten Soppeng

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG 12


KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012

Tabel 2.9
Data Mengenai Ruang Fiskal Kabupaten 6 Tahun Terakhir

TAHUN INDEKS KEMAMPUAN FISKAL/RUANG FISKAL DAERAH (IRFD)

2006 10,875,973.09

2007 16,933,689.34

2008 7,893,140.61

2009 8,426,401.03

2010 7,260,458.07

2011 10,403,469.48

Sumber: Dinas DPPKAD Kabupaten Soppeng

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng bertumbuh pada kisaran di atas 4 - 7 persen per tahun
selama 6 tahun terakhir. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tercapai melalui dua sisi, yaitu sisi
penawaran (supply side) dan sisi permintaan (demand side). Dari sisi penawaran, pertumbuhan
ekonomidicapai melalui peningkatan sektor keuangan, sektor bangunan dan konstruksi, sektor
perdagangan, sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor pertambangan dan penggalian. Dari sisi
permintaan, pertumbuhan ekonomi bersumber dari peningkatan investasi pemerintah khususnya di
bidang infrastruktur, pembentukan modal domestik bruto, dan konsumsi masyarakat.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG 13

Anda mungkin juga menyukai