NIM : 2020072014096
Gangguan akibat kekurangan yodium merupakan masalah gizi yang di jumpai hampir di seluruh
negara di dunia,terutama di negara di dataran tinggi dan pegunungan.
Akibat yang di timbulkan oleh masalah ini bukan hanya dari segi kosmestik yaitu benjolan yang
membesar di leher (gondok) tetapi juga masalah kualitas SDM seperti IQ yang
rendah,produktivitas yang rendah,bisu,tuli,kretin,cebol bahkan terlahir cacat baik fisik maupun
mental.
Pengertian : Sekumpulan gejala yang timbul pada tubuh seseorang akibat kekurangan unsur
yodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama.
Penyebab sekunder adalah ketidak mampuan tubuh untuk menggunakan zat gizi yang
ada,antarlain dapat di sebabkan oleh inborn defect metabolisme.
Penyebab lainnya
1) Lingkungan,yaitu topografi
2) Makanan (zat goetrogenik) seperti singkong,rebung,kol
Patogenesis :
Jika kekurangan yodium berkelanjut sel kelenjar tiroid membesar akibat usaha peningkatan
penyerapan yodium.
Kelompok sasaran :
Kurang vitamin A (KVA) merupakan salah satu masalah gizi kurang yang masih dihadapi oleh
negara berkembang termasuk Indonesia.KVA adalah suatu keadaan yang di tandai dengan
rendahnya kadar vitamin A dalam Jaringan tubuh (Hati) & rendahnya asupan karotin dari
Vitamin A serta melemahnya kemampuan adaptasi terhadap gelap.
Buta senja (XN)-> gejala penderita sulit beradaptasi di ruang yang gelap setelah lama berada
di ruangan bercahaya terang.
Xerosis Konjungtiva (X1A)-> gejala selaput lender bola mata tampak kurang mengkilat dan
sedikit kering,keriput dan berubah warna coklat
Bercak Bitot (X1B)->gejala pada x1A di tambah dengan bercak putih seperti busa sabun pada
mata,dalam keadaan berat tampak seperti berisik
Ulkus Kornea (X3A)->kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus pada permukaan
kornea
Xeroflalmia Scars (XS)->kornea mata tampak putih atau bola mata mengecil,bila luka pada
kornea sembuh bekasnya seperti jaringan parut
Menurut WHO
Setiap tahun ada 3-10 juta anak menderita KVA (xeroflalmia) dan 250.000-500.000 anak
menjadi buta,hal ini menyebabkan terjadinya keratinisasi sel epitel dan perubahan napsu
makan.
Menunjukan bahwa cakupan pemberian kapsul vitamin A secara nasional pada anak umur 6-59
bulan adalah 75,5 %.menurut provinsi persentase pemberian kapsul vitamin A selama 6 bulan
terakhir tertinggi di Nsa Tenggara Barat 89,2 % dan terendah di sumatera utara 52,3 %.
2.Anak yang tidak mendapat ASI Eksklutif & tidak dapat ASI sampai usia 2 tahun
3.Anak yang tidak mendapat MP-ASI yang cukup,baik mutu maupun jumlahnya
4.Anak kurang gizi atau dibawah garis merah (BGM) pada KMS