Anda di halaman 1dari 15

HUKUM OHM

Nama : Ronaa Justia Dwiyanti


Nrp : 5017201008
Tanggal Praktikum : 28 September 2021

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL PERENCANAAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2021
HUKUM OHM
RONAA JUSTIA DWIYANTI
5017201008/28 SEPTEMBER 2021
DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL, PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

ABSTRAK
Pada praktikum kali ini akan dilakukan percobaan hukum ohm dengan tujuan
mengetahui berapa besar arus, tegangan, dan hambatan yang ada. Selain itu juga untuk
membuktikan bahwa hasil pengukuran multimeter selaras dengan prinsip yang digunakan
yaitu hukum ohm. Alat dan bahan yang digunakan ialah kabel USB, kepala charger,
gunting, cutter, solder listrik, dan multimeter. Praktikum ini dilakukan dengan
pengulangan sebanyak lima kali untuk mendapatkan hasil yang stabil. Praktikum kali ini
mengharuskan kita untuk melakukan 3 kali kerja yaitu mengukur tegangan dengan cara
meililitkan serabut tembaga ke jarum probe multimeter kemudian diukur dengan
menggunakan multimeter yang selektornya sudah diset kea rah tegangan DC. Kemudian
yang kedua yaitu mengukur resistor dengan cara menempelkan jarum probe pada masing-
masing sisi colokan solder kemudian diukur menggunakan multimeter yang sudah diset
ke pengaturan resistor. Terakhir mengukur kuat arus dengan cara melilitkan serabut
tembaga yang positif ke salah satu sisi colokan solder, dan sisi yang lain ditempelkan
jarum probe. Sedangkan serabut tembaga kabel yang lain dililitkan ke jarum probe sisa.
Hasil dari praktikum dengan multimeter didapatkan rata-rata nilai tegangan, arus, dan
hambatan berturut-turut sebesar 5.16V, 2.724A, dan 1.86Ω. sedangkan dari hasil
pengukuran secara rumus didaptkan hasil 5.10012V, 2.77A, dan 1.88Ω. Dari sini dapat
dilihat bahwa nilai dari perhitungan menunjukkan hasil yang selaras dengan nilai yang
dihasilkan multimeter. Oleh karenanya dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai perhitungan
secara manual dengan nilai yang didapatkan di multimeter menunjukkan hasil yang
hamper sama, hanya beda angka dibelakang koma saja. Selain itu tegangan listrik
dipengaruhi oleh kuat arus dan hambatan. Jika hambatannya besar maka membutuhkan
arus yang besar pula agar tegangan yang dihasilkan besar.

Keywords: Hambatan, Kuat Arus, Multimeter, Tegangan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pencahayaan di dunia ini bisa berasal dari dua sumber yang pertama yaitu sumber
alami seperti cahaya matahari dan sumber buatan seperti lampu. Lampu untuk bisa
memancarkan cahayanya membutuhkan sumber tenaga, yang tidak lain dan tidak
bukan ialah listrik. Listrik ini memiliki beberapa parameter seperti tegangan,
hambatan, daya, kuat arus, dan sebagainya. Tidak mungkin suatu hal bisa sempurna,
pasti adalah hal-hal yang membuat itu semua menjadi rusak. Nah untuk menghindari
kerusakan ini, maka perlu di lakukan pengukuran agar kita tau dan bisa mencegah
untuk hal-hal yang tidak diinginkan kelak.
Pengukuran dalam kelistrikan bisa dilakukan mandiri dengan menggunakan
multimeter jika terkait dengan hal yang sederhana. Sedangkan jika yang lebih rumit,
lebih baik memanggil orang dari PLN atau orang yang bertanggung jawab dan ahli
dengan hal-hal berbau kelistrikan. Pengukuran sederhana dengan multimeter ini
digunakan untuk mengukur kuat arus, hambatan, dan tegangan dari suatu barang
elektronik. Multimeter sendiri ada dua yaitu multimeter analog dan multimeter digital.
Agar lebih aman dan lebih mudah maka digunakan multimeter digital.
1.2 Rumusan Masalah
a. Berapa nilai tegangan, kuat arus, dan hambatan yang tercatat pada multimeter?
b. Bagaimana hasil yang didapat berdasarkan perhitungan secara manual dan nilai
pada multimeter?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui besar nilai tegangan, kuat arus, dan hambatan menggunakan
multimeter.
b. Membuktikan bahwa hasil yang diperoleh pada multimeter dengan perhitungan
manual yang didasarkan pada rumus sama.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Hukum Ohm
Menghasilkan arus listrik pada suatu rangkaian memerlukan perbedaan potensial
atau tegangan. Salah satu cara untuk menghasilkan perbedaan potensial atau tegangan
di sepanjang kawat adalah dengan menghubungkan ujung-ujungnya ke terminal
baterai yang berlawanan (Morrison, 2011). Fisikawan Jerman Georg Simon Ohm
(1787-1854) adalah orang pertama yang menunjukkan secara eksperimental bahwa
arus dalam kawat logam berbanding lurus dengan tegangan yang diterapkan.
Sehingga dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut:
𝐼 ∝ 𝑉 ………………………………………(1.1)
(Oppermann, 1941)
Hubungan penting ini dikenal sebagai hukum Ohm. Hal ini dapat dilihat sebagai
hubungan sebab-akibat, dengan tegangan sebagai penyebab dan arus sebagai efek
(Oppermann, 1941). Seberapa besar arus dalam kawat tidak hanya tergantung pada
tegangan antara ujungnya, tetapi juga pada resistansi yang ditawarkan kawat terhadap
aliran elektron. Aliran elektron terhambat karena tabrakan dengan atom kawat. Hal
ini didefinisikan sebagai resistansi listrik R sebagai faktor proporsionalitas antara
tegangan V (antara ujung kawat) dan arus I (melewati kawat):
𝑉 = 𝐼. 𝑅……………………………………(1.2)
(Morrison, 2011)
Hukum Ohm, rasio V / I yang merupakan konstanta, di mana V adalah tegangan
yang diterapkan di sepotong bahan (seperti kawat) dan I adalah arus yang melalui
material.yang dirumuskan seperti persamaan 1.2 di atas. Satuan SI untuk resistansi
adalah volt per ampere, yang disebut ohm dan diwakili oleh huruf kapital Yunani
omega (Ω). Hukum Ohm bukanlah hukum dasar alam seperti hukum gerak Newton.
Ini hanya pernyataan tentang cara bahan tertentu yang bergerak di rangkaian listrik
(Kitaigorodsky & Freier, 1966).
Formula V = IR sendiri kadang-kadang disebut sebagai hukum Ohm, namun hal
ini hanya berlaku ketika mengacu pada bahan atau perangkat yang mana R adalah
konstan independen dari V. Tapi R tidak konstan untuk banyak zat selain logam atau
untuk perangkat seperti dioda, tabung vakum, transistor, dan sebagainya. Bahkan
untuk logam, R sendiri tidak konstan jika suhu yang ada berubah-ubah. Jadi “Hukum
Ohm” bukanlah hukum alam yang mendasar, melainkan deskripsi tentang suatu kelas
bahan berupa konduktor logam, yang suhunya tidak banyak berubah. Bahan-bahan
seperti itu dikatakan "ohmic." Bahan atau perangkat yang tidak mengikuti hukum
Ohm dikatakan “nonohmic” (Morrison, 2011).
2.2 Arus listrik
Arus listrik mengalir melewati kawat atau sebuah perangkat (terhubung ke
baterai), dan besarnya tergantung pada ketahanan perangkat itu. Resistansi adalah
properti dari kawat atau perangkat. Tegangan, di sisi lain, berada di luar kawat atau
perangkat, dan diterapkan di dua ujung kawat atau perangkat. Arus melalui perangkat
dapat disebut "respon", arus meningkat jika tegangan meningkat atau resistensi
menurun, sebagaimana rumus:
𝑉
𝐼 = 𝑅 …………………………………………(1.3)
Arus bukan vektor, meskipun arus memang memiliki arah. Dalam kawat tipis,
arah arus selalu sejajar dengan kawat di setiap titik, tidak peduli bagaimana kawat
melengkung atau lurus. Arah arus konvensional (positif) adalah dari potensi tinggi
menuju potensi yang lebih rendah. Arus dan muatan tidak bertambah atau berkurang
atau "habis" saat melalui kawat atau perangkat lain. Jumlah yang mengisi di satu
ujung sama dengan yang keluar di ujung yang lain (Morrison, 2011).
Arus sendiri dibagi menjadi dua yaitu arus searah (DC) dan arus bolak balik (AC).
Arus searah (DC) adalah aliran muatan listrik hanya dalam satu arah. Arus ini
merupakan arus yang berada dalam keadaan stabil pada rangkaian tegangan yang
konstan. Alternating current (AC) adalah aliran muatan listrik yang secara berkala
membalikkan arah. Jika sumbernya bervariasi secara berkala, terutama bergerak
secara sinusoidal, rangkaian ini dikenal sebagai rangkaian arus bolak-balik. Tegangan
dan frekuensi AC sering digunakan di rumah-rumah dan berbagai perusahaan bisnis
di seluruh dunia.

Gambar 1.1 (a)Tegangan DC dan arus konstan dalam waktu, setelah arus terbentuk. (b)
Grafik tegangan dan arus versus waktu untuk daya AC 60-Hz. Tegangan dan arus
sedang dalam fase sinusoidal untuk rangkaian resistensi sederhana.

(Oppermann, 1941)

2.3 Tegangan
Sebuah benda bermuatan positif jika benda tersebut kehilangan elektron dan
bermuatan negatif jika benda tersebut kelebihan elektron. Dalam keadaan berbeda
muatan inilah munculnya tenaga potensial yang berada di antara benda-benda itu
(David, 2014 dalam Atina, 2015). Karena itu bila sepotong kawat penghantar
dihubungkan diantara kedua benda yang berbeda muatan menyebabkan terjadinya
perpindahan energi diantara benda – benda itu. Peralihan energi ini berlangsung terus
selama ada beda potensial yang lebih dikenal dengan tegangan listrik. Terjadinya
tegangan disebabkan adanya beda tiap muatan yang mempunyai tenaga potensial
untuk menggerakkan suatu muatan lain dengan cara menarik atau menolak. Beda
potensial atau tegangan listrik dapat dihasilkan dengan memberikan tegangan listrik
dari suatu pembangkit listrik pada salah satu tempat penghantar. Dengan kata lain,
dalam suatu rangkaian listrik, tegangan listrik diartikan sebagai beda potensial di
antara dua titik (Young, Freedman, & Ford, 2012 dalam Atina, 2015).
2.4 Hambatan
Resistensi suatu objek tergantung pada bentuknya dan bahan yang disusunnya.
Resistor silinder pada Gambar 1.2 mudah dianalisis, dengan demikian, kita dapat
memperoleh wawasan tentang resistensi bentuk yang lebih rumit. Seperti yang sudah
diduga, resistansi listrik silinder R berbanding lurus dengan panjangnya L, mirip
dengan resistansi pipa terhadap aliran fluida. Semakin lama silinder, semakin banyak
muatan yang bertumbukan yang dilakukan masing-masing atomnya. Semakin besar
diameter silinder, semakin banyak arus yang dapat dibawanya (sekali lagi mirip
dengan aliran cairan melalui pipa). Bahkan, R berbanding terbalik dengan area
penampang silinder A.

Gambar 1.2 Ilustrasi tabung yang menyerupai pipa, agar lebih


mudah untuk dibayangkan mengenai hambatan
Untuk bentuk tertentu, resistansi tergantung pada bahan yang disusun objek.
Bahan yang berbeda menawarkan resistensi yang berbeda terhadap aliran muatan. Hal
ini dapat didefinisikan, resistivitas ρ suatu zat sehingga resistansi R suatu objek
berbanding lurus dengan ρ. Resistivitas ρ adalah sifat intrinsik dari suatu material,
terlepas dari bentuk atau ukurannya. Resistansi R dari silinder seragam panjang L,
area penampang A, dan terbuat dari bahan dengan resistivitas ρ, adalah
𝐿
𝑅 = 𝜌 𝐴 …………………………………….(1.4)
(Oppermann, 1941)
2.5 Multimeter
Multimeter adalah alat ukur yang umum digunakan dalam praktikum elektronika.
Alat ukur ini terdiri dari 3 bagian yaitu Amperemeter (alat ukur arus listrik),
Voltmeter (alat ukur tegangan listrik) dan Ohmmeter (alat ukur hambatan listrik). Ada
dua jenis multimeter yaitu multimeter digital dan multimeter analog. Masing – masing
jenis multimeter ini memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Kadang-
kadang multimeter sering disebut AVOmeter (AVO = Ampere Volt Ohm meter)
(Anonim, n.d.).

Gambar 1.3 Multimeter Analog


Gambar 1.4 Multimeter
Digital
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan bahan
Pada praktikum pertama ini terdapat beberapa alat dan bahan yang
digunakan agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan lancer. Alat dan bahan
tersebut yaitu satu buah multimeter sebagai alat yang digunakan untuk mengukur
tegangan, arus, dan hambatan. Kemudian ada satu buah kabel USB sebagai alat
untuk menghantarkan listrik, satu buah kepala charger, satu buah solder untuk
mengukur hambatan dan kuat arus, satu buah gunting sebagai alat pemotong kabel
USB, dan satu buah cutter sebagai alat untuk mengupas (menguliti) kabel yang
lebih tipis.
3.2 Skema alat
Berikut adalah skema alat yang digunakan dalam praktikum mandiri:
a. Pengukuran Tegangan

Gambar 1.5 Skema pengukuran tegangan

b. Pengukuran Hambatan

Gambar 1.6 Skema pengukuran hambatan

c. Pengukuran Kuat Arus


Gambar 1.7 Skema pengukuran kuat arus

3.3 Langkah kerja


Percobaan kali ini dilakukan guna mengukur tegangan, kuat arus, dan
hambatan menggunakan multimeter.
Sebelum memulai pengukuran pada masing-masing parameter hal utama yang
harus dilakukan ialah mengupas kabel USB. Pertama-tama, potong kabel USB di
bagian yang dipakai untuk mengecas HP. Setelah itu, kuliti kabel putih dengan
gunting hingga terlihat kabel berwarna-warni dan usahakan agar kabel berwarna-
warni itu tidak terpotong. Jika sudah terlihat maka pilih kabel yang berwarna
terang dan gelap, untuk dikuliti lebih lanjut sehingga terlihat serabut tembaganya.
Biasanya kabel yang dikupas adalah kabel warna merah dan hitam. Setelah kabel
warna merah dan hitam terlihat serabut tembaganya, linting serabut itu untuk
memudahkan melilitnya ke kabel probe multimeter nanti.
Setelah melakukan hal di atas, hal utama yang lain yang perlu dilakukan ialah
mengecek kondisi multimeter itu sendiri. Caranya ialah tancapkan kabel probe
hitam pada lubang yang bertuliskan “com” dan kabel probe merah pada lubang
yang bertuliskan “VΩ”. Setelah itu, nyalakan multimeter lalu putar selector ke
angka yang berskala 20k dengan satuan Ω. Kemudian sentuhkan kedua jarum
yang berada di ujung kabel probe lalu cek hasilnya di multimeter. Jika
menunjukkan angka 0, maka multimeter siap digunakan. Catatan yang perlu
diperhatikan ialah saat menempelkan kedua jarum yang ada diujung kabel probe,
usahakan tangan jari tidak menyentuh jarum itu karena akan mempengaruhinya
dan juga usahakan tangan kita stabil dan tidak bergoyang-goyang agar
mendapatkan nilai 0.
Setelah melakukan kedua hal diatas, barulah kita mengukur masing-masing
parameternya . Berikut langkah kerja dari masing-masing percobaan pengukuran:
a. Pengukuran Tegangan
Pertama-tama untuk mengukur tegangan, kabel berwarna-warni yang
sudah dikuliti tadi, yang dilinting tembaganya, dililitkan ke ujung kabel probe.
Pada lintingan serabut tembaga kabel berwarna merah dililitkan ke ujung
kabel probe berwarna merah pula. Sedangkan pada lintingan serabut tembaga
kabel berwarna hitam, dililitkan pada ujung kabel probe berwarna hitam.
Setelah itu, hubungkan kabel USB dengan kepala charger lalu tancapkan pada
arus stop kontak yang sudah teraliri arus listrik. Nyalakan multimeter lalu set
selector multimeter pada skala 20 V di tegangan DC yang berlogo V--- seperti
itu, bukan yang V ~. Lalu perhatikan angka yang tercatat pada layar
multimeter dan catat hasilnya. Jika hasilnya terdapat tanda negatif, maka
penempatan warnanya terbalik. Jika hasilnya 0, maka kabel tersebut salah dan
harus ganti warna yang lain.
b. Pengukuran Hambatan
Pada pengukuran hambatan atau resistor, yang harus dilakukan ialah kabel
probe hitam dan kabel probe merah ditempel di masing-masing sisi colokan
solder. Kemudian aliri listrik yang sudah ada pada stop kontak, lalu putar
selector multimeter di skala 20k Ω. Perhatikan hasil yang etrtera pada layar
multimeterya lalu catat.
c. Pengukuran Kuat Arus
Pada pengukuran kuat arus hal yang harus dilakukan adalah, pada kabel
lintingan serabut tembaga yang berwarna merah dililitkan ke kabel probe
berwarna merah. Kemudian, kabel berwarna hitam yang Nampak lintingan
serabut tembaganya tadi dililitkan ke salah satu colokan solder, lalu disisi yang
lain ujung kabel probe berwana hitam ditempelkan. Setelah melakukan hal
tersebut aliri arus listrik dengan menyambungkan kabel USB dengan kepala
charger, lalu kepala charger itu dicolokkan ke stop kontak yang sudah dialiri
arus listrik rumah. Kemudian, setel selector multimeter di skala 20 mA lalu
lihat hasil yang tertera di layar, kemudian catat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Praktikum mandiri kali ini telah dilakukan, juga dilakukan sebanyak 5 kali
percobaan. Sehingga didapatkan hasil yang disajikan dalam bentuk tabel seperti
berikut:
Tabel 1.1 Hasil pengukuran hambatan

Pengukuran R
ke- (Ω)
1 1.86
2 1.86
3 1.86
4 1.86
5 1.86
Rata-rata 1.86

Tabel 1.2 Hasil pengukuran tegangan

Pengukuran V
ke- (Volt)
1 5.16
2 5.16
3 5.16
4 5.16
5 5.16
Rata-Rata 5.16

Tabel 1.3 Hasil pengukuran kuat arus

Pengukuran I
ke- (A)
1 2.75
2 2.74
3 2.74
4 2.75
5 2.75
Rata-rata 2.742

4.2 Analisis Perhitungan


Berdasarkan data hasil percobaan yang ada pada subbab 4.1 di atas, maka akan
diuji menggunakan rumus seperti yang ada dipersamaan 1.2. Tujuannya adalah
membuktikan apakah hasil yang diperoleh menunjukkan nilai yang sama.
Perhitungannya sebagai berikut:
Diketahui:
V= 5.16
I= 2.742
R= 1.86
Ditanya:
V=…?
I =…?
R=…?
Jawab:
𝑉 = 𝐼. 𝑅
𝑉 = 2.742 × 1.86
𝑉 = 5.10012
𝑉
𝐼=𝑅
5.16
𝐼 = 1.86
𝐼 = 2.77
𝑉
𝑅= 𝐼
5.16
𝑅 = 2.742
𝑅 = 1.88

4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang disajikan dalam bentuk tabel pada subbab 4.1
dengan lima kali pengulangan pada masing-masing parameternya, didapatkan hasil
rata-rata yaitu 1.86 Ω, 5.16 V, dan 2.742 A. Hasil ini kemudian dipakai untuk
membuktikan rumus dari hukum ohm yang mana rumusnya ialah V=I.R seperti yang
sudah tertulis pada subbab 4.2 di atas. Dapat dilihat, bahwa hasil perhitungan
menggunakan hukum ohm didapatkan nilai V sebesar 5.10012 volt, nilai I sebesar
2.77 A, dan nilai R sebesar 1.88 Ω. Jika dicermati lebih baik, hasil antara multimeter
dengan pengukuran secara hukum ohm menunjukkan kemiripan. Perbedaan hanya
terletak pada nilai yang berada di belakang koma dan itu pun tidak terlalu jauh. Hal
ini bisa saja terjadi karena adanya error. Baik itu human error ataupun alat yang
digunakan terdapat error.
Berdasarkan hasil praktikum ini sesuai dengan rumusan hukum ohm, besar
tegangan akan dipengaruhi oleh kuat arus dan hambatan. Semakin besar kuat arus
yang dihasilkan dan semakin kecil hambatan yang ada, maka tegangan yang akan
dihasilkan semakin besar dan begitu pula sebaliknya. Hasil prakrikum dengan teori
ini selaras sehingga dapat dikatakan juga bahwa penggunaan multimeter untuk
menghitung ketiga parameter tersebut sangatlah tepat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal yang telah dilakukan pada praktikum kali ini dan juga
hasil yang telah didapat, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Hasil pengukuran kuat arus, tegangan, dan hambatan dengan multimeter
didapatkan hasil berturut-turut sebesar 2.742 A, 5.16 V, dan 1.86 Ω.
b. Hasil pengukuran dengan rumusan hukum ohm, didapatkan nilai sebesar
5.10012 V, 2.77 A, dan 1.88 Ω.
c. Pengukuran secara manual dengan hukum ohm dan hasil yang didapatkan
pada multimeter menunjukkan hasil yang selaras walau terpaut koma.
d. Praktikum yang dilakukan sesuai dengan hukum ohm yang mana, nilai V akan
semakin besar jika nilai I besar dan nilai R nya kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (n.d.). Bab 1 pengenal komponen elektronika 1.1. 1–68.
Atina, A. (2015). Tegangan Dan Kuat Arus Listrik Dari Sifat Asam. 12(2), 28–42.
Kitaigorodsky, A., & Freier, G. D. (1966). Introduction to Physics. American Journal of
Physics, 34(10), 992–993. https://doi.org/10.1119/1.1972385
Morrison, T. J. (2011). Basic Principles with Applications. In Functional Analysis.
https://doi.org/10.1002/9781118032992.ch2
Oppermann, R. H. (1941). College physics. In Journal of the Franklin Institute (Vol.
232, Issue 4). https://doi.org/10.1016/s0016-0032(41)90590-2
LAMPIRAN
Alat dan Bahan

Pengukuran Tegangan

Pengukuran Hambatan

Pengukuran Kuat Arus

Anda mungkin juga menyukai