Anda di halaman 1dari 9

Jurnal MATH-UMB.

EDU
Vol 7 (2), Tahun 2020

PENGARUH MODEL REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION


TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA
KELAS V SEKOLAH DASAR GUGUS XIV KOTA BENGKULU

Fasadena Saraseila1, V. Karjiyati2, Neza Agusdianita3


1,2,3
Program Studi PGSD, FKIP Universitas Bengkulu
Fasadenasaraseila@gmail.com1 , Vkajiyati@gmail.com2, Neza.agusdianita@gmail.com3

Abstract
This study aims to determine the effect of Realistic Mathematics Education models on the ability
of mathematics literacy of fifth grade students of the XIV Cluster Elementary School in
Bengkulu City. This research is a quantitative research. The method used is quasy experimental
with desigen type is the matching only pretest-posttest control group design. The population in
this study was the elementary school cluster XIV Bengkulu City. The sampling technique used
cluster random sampling. The sample in this study was class V at SDN 42 Bengkulu City as an
experimental class and class V at SDN 24 Bengkulu City as a control class. The research
instrument used in the form of a test sheet in the form of a description of 4 squestions. Taking
the test twice, namely before and after learning takes place in the experimental and control
classes. Based on the t-test calculation of the students' posttest results, where tcount= 4.09 and
ttable = 2.07. Because tcount>ttable, it can be concluded that there is a significant difference on the
use of realistic mathematics education models on the ability of mathematics literacy of fifth
grade students in the XIV group of Bengkulu city.
Keywords: Realistic Mathematics Education, Mathematical Literacy Ability

PENDAHULUAN menempatkan siswa Indonesia pada


Matematika merupakan salah satu peringkat bawah dibandingkan negara-
bidang studi yang memiliki sifat khas dan negara Organisation for Economic Co-
selalu digunakan dalam memecahkan operation and Development (OECD)
masalah di kehidupan sehari-hari. lainnya. Pada PISA tahun 2018 Indonesia
Matematika dikenal sebagai ilmu menduduki peringkat 72 dari 78 negara
pengetahuan yang bersifat abstrak, artinya dengan perolehan skor 379 dari 591 yang
hanya ada di dalam pemikiran. Menurut didapat dari China sebagai peringkat
Abidin, dkk (2018) proses pengabstrakan tertinggi dan skor 569 yang didapat dari
itu dilakukan dengan mempresentasikan negara tetangga yaitu Singapura.
permasalahan yang ada ke dalam bentuk Sementara itu, dari hasil Trends in
model matematika dengan demikian International Mathematics and Science
dibutuhkan pemahaman yang baik untuk Study (TIMMS) tahun 2016, Indonesia
memaknai konsep- konsep matematika. memperoleh skor 395 dari skor rata-rata
Karakteristik matematika yang bersifat 500. Skor tertinggi didapatkan Singapura
abstrak ini yang menyebabkan anak merasa dengan skor 618 yaitu 50% lebih tinggi
kesulitan dalam memahami pembelajaran daripada Indonesia (Han, dkk. 2017:1). Hal
matematika, sehingga matematika masih ini menunjukkan bahwa kemampuan literasi
menjadi matapelajaran yang kurang matematika siswa Indonesia masih rendah
disenangi siswa dan dianggap sebagai mata dan tertinggal.
pelajaran yang sulit. Banyak faktor yang menyebabkan
Dalam Programme for International rendahnya kemampuan literasi matematika
Student Assessment (PISA) rendahnya siswa salah satunya adalah kurangnya
kemampuan literasi matematika anak pembiasaan dari guru dalam menyelesaikan
Sekolah Dasar Indonesia terlihat dari hasil masalah yang berkaitan dengan soal literasi
tahun 2000 hingga 2018. PISA matematika. Kenyataan ini banyak dijumpai

1
Jurnal MATH-UMB.EDU
Vol 7 (2), Tahun 2020

dalam pembelajaran matematika di kelas, siswa mampu dan terampil menggunakan


pembelajaran yang berlangsung hanya matematika dalam kehidupan sehari-hari.
berpusat pada guru yang hanya menjelaskan Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
sehingga siswa menjadi pasif. Sejalan pembelajaran diarahkan kepada konsep-
dengan pendapat Diyarko dan Waluyo konsep dalam kompetensi dasar yang
(2016: 71) yang mengatakan bahwa faktor diajarkan. Depdiknas dalam Wijaya
yang menyebabkan rendahnya skor (2012:16) menjelaskan bahwa pembelajaran
kemampuan literasi siswa yaitu kesulitan matematika bertujuan supaya siswa
siswa dalam menyelesaikan soal literasi memiliki kemampuan memahami konsep
matematika, tidak adanya pembiasaan dari matematika, menggunakan penalaran pada
guru dengan soal-soal literasi matematika, pola dan sifat, memecahkan masalah,
factor metode dan media yang digunakan mengkomunikasikan gagasan dengan media
kurang mendukung pembelajaran. serta memiliki sikap menghargai
Literasi matematika merupakan matematika dalam kehidupan. Dengan
kemampuan seseorang untuk merumuskan, pembelajaran yang menggunakan situasi
mengunakan dan menafsirkan matematika nyata untuk menemukan konsep, maka
dalam berbagai konteks. Sejalan dengan dapat mengembangkan kemampuan literasi
pendapat Astuti (2018) dalam artikelnya matematika siswa.
“Kemampuan Literasi Matematika dan Kemampuan literasi dalam pembelajaran
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi“ matematika dapat dikatakan sebagai standar
Literasi matematika diartikan sebagai yang harus dikuasai oleh siswa untuk
kemampuan seseorang untuk merumuskan, menumbuhkembangkan keterampilan
menerapkan dan menafsirkan matematika matematika. Oleh karenaitu guru harus
dalam berbagai konteks, termasuk memahami tentang karakteristik
kemampuan melakukan penalaran secara matematika agar dalam menyampaikan
matematis dan menggunakan konsep, materi dapat mudah dipahami oleh siswa
prosedur, dan fakta. Literasi berkaitan erat dengan menggunakan situasi nyata sesuai
dengan kemampuan memecahkan masalah dengan karakteristik anak SD yang lebih
yang berkaitan dengan menulis, membaca, menyukai benda-benda nyata. Model yang
sains dan matematis. Literasi matematika mengangkat pada konteks kehidupan
sangat penting pada kehidupan individu nyata sebagai sumber belajar yaitu model
karena berkaitan dengan pekerjaan sehari- Realistic Mathematics Education(RME).
hari yang menggunakan penalaran yang Sejalan dengan pendapat Hadi (2017) di
menggunakan logika dalam setiap dalam model RME pembelajaran dilakukan
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, dimulai dari sesuatu yang nyata sehingga
proses penyelesaian masalah nyata menjadi siswa dapat terlibat dalam proses
komponen penting dalam literasi pembelajaran yang bermakna.
matematika. Model RME merupakan suatu
Literasi matematika menuntut siswa pendekatan dalam pembelajaran
memiliki kemampuan penalaran dan matematika yang menggunakan konteks
pemecahan masalah yang menekankan pada atau permasalahan realistik. Model RME
berbagai masalah dan situasi dalam mengacu pada pernyataan Freudenthal
kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dalam Shoimin (2014) yang mengatakan
dengan pendapat Fathani (2016) dalam bahwa matematika harus dikaitkan dengan
artikelnya “Pengembangan Literasi realitas dan matematika merupakan
Matematika Sekolah dalam Perspektif aktivitas manusia. Menurut Susanto (2013)
Multiple Intelligences” Literasi matematika RME merupakan suatu pendekatan yang
merupakan kemampuan seseorang untuk berorientasi pada siswa dengan prinsip
merumuskan, menggunakan dan utama siswa harus aktif berpartisipasi
menafsirkan matematika dalam berbagai dalam proses pembelajaran. Pendapat di
konteks masalah kehidupan sehari-hari atas menunjukan bahwa model RME
secara efisien. Tujuan pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa
matematika di sekolah dasar adalah agar untuk bernalar dengan menemukan sendiri

2
Jurnal MATH-UMB.EDU
Vol 7 (2), Tahun 2020

secara aktif konsep matematika dan Mathematics Education terhadap


pemecahan masalah yang ada pada situasi kemampuan literasi matematika komponen
nyata. konteks siswa kelas V SD Gugus XIV Kota
Pada dasarnya prinsip atau ide yang Bengkulu.
mendasari RME adalah situasi ketika siswa
diberi kesempatan untuk menemukan METODE
kembali ide-ide matematika menggunakan Penelitian ini merupakan penelitian
lingkungan sekitar dan dunia nyata. Dalam kuantitatif dengan metode eksperimen.
penelitian yang dilaksanakan oleh Karjiyati, Metode penelitian eksperimen yang
dkk (2014) dalam jurnal ilmiah PGSD digunakan adalah quasi eksperiment
UNIB Pembelajaran matematika dengan (eksperimen semu). Desain pada penelitian
model Quantum Teaching dengan RME ini adalah the matching only pretest-posttest
berdasarkan hasil uji coba terbatas group design. Desain ini membutuhkan
menunjukkan bahwa dapat meningkatkan dua kelompok subyek yang dipilih secara
pemahaman konsep, kreativitas dan acak di dalam kelompok tersebut. Masing-
pengembangan karakter siswa SD. Model masing kelompok diberikan tes sebanyak
RME memiliki keunggulan yaitu dua kali, yakni pretest dan posttest.
memberikan permasalahan kepadasiswa Populasi adalah keseluruhan subyek atau
yang erat kaitanya dengan kehidupan obyek penelitian. Menurut Sudaryono
sehari-hari siswa sehingga siswa dapat (2016) yang mengatakan bahwa populasi
dengan mudah memahami konsep yang adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
disampaikan (Wahyu, 2016:7). Dalam objek atau subjek yang mempunyai kualitas
pembelajaran RME guru juga dapat dan karakteristik yang telah tentukan oleh
menggunakan media yang berupa benda peneliti. Populasi pada penelitian ini adalah
konkret yang ada di lingkungan sekitar seluruh kelas IV SD pada gugus XIV kota
siswa atau berkaitan dengan kehidupan Bengkulu yang terdiri dari SDN 42 Kota
sehari-hari siswa. Bengkulu, SDN 45 Kota Bengkulu, SDN
Bedasarkan analisis kurikulum 2013, 52 Kota Bengkulu dan SDN 24 Kota
pada mata pelajaran matematika di kelas V Bengkulu.
semester II terdapat Kompetensi Dasar Sampel merupakan bagian kecil dari
(KD) 3.5 Menjelaskan, dan menentukan populasi. Menurut Sudaryono (2016: 120)
volume bangun ruang dengan menggunakan sampel adalah bagian dari jumlah dan
satuan volume (seperti kubus satuan) serta karakteristik yang dimiliki oleh populasi
hubungan pangkat tiga dengan akar pangkat tersebut. Teknik pengambilan sampel
tiga. Penguasaan materi dan konsep volume dengan cara cluster random sampling.
bangun ruang kubus dan balok sangat Menurut Winarni (2018) teknik ini
penting karena banyak digunakan untuk digunakan jika dijumpai populasi yang
memecahkan masalah dalam kehidupan heterogen karena sub populasi suatu
sehari-hari. Materi ini dalam aplikasiya kelompok (cluster) yang mempunyai sifat
diajarakan dengan menggunakan model heterogen. Selain itu, teknik ini digunakan
RME dengan belajar menggunakan konteks apabila daftar dari seluruh unit populasi
masalah dalam kehidupan sehari-hari siswa tidak diperoleh sehingga cukup dengan
dapat bernalar, menemukan konsep dan daftar cluster.
berpikir kreatif maka dari itu siswa dapat Sampel diambil secara acak dan
mengembangkan kemampuan literasi dilakukan dengan mengundi seluruh kelas
matematikanya. Literasi matematika V di SD Negeri dari seluruh populasi.
memiliki 3 komponen yaitu komponen Empat SD Negeri gugus XIV yang
proses, konten dan konteks. Komponen terakreditasi A di Kota Bengkulu diundi
literasi matematika yang diteliti oleh sehingga diperoleh dua kelas yang akan
peneliti yaitu komponen konteks. menjadi tempat percobaan yaitu kelas V B
Berdasarkan uraian di atas, maka SDN 42 Kota Bengkulu sebagai kelas
tujuan penelitian ini yaitu untuk eksperimen dan kelas V A SDN 24kota
menganalisis pengaruh model Realistic Bengkulu sebagai kelas kontrol.

3
Jurnal MATH-UMB.EDU
Vol 7 (2), Tahun 2020

eksperimen menggunakan model


HASIL PENELITIAN DAN pembelajaran RME dan pada kelas control
PEMBAHASAN menggunakan model pembelajaran
Sampel dalam penelitian ini yaitu SDN eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi (EEK).
42sebagai kelas eksperimen dan SDN 24 Setelah diberikan perlakuan kelas
sebagai kelas kontrol. Tahap awal eksperimen dan kelas kontrol melaksanakan
penelitian, yaitu melaksanakan pretest pada posttest. Dalam penelitian ini, data
kelas eksperimen dan kelas kontrol. diperoleh berdasarkan hasil pretest dan
Selanjutnya, kedua kelas diberikan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
perlakuan yang berbeda yaitu pada kelas

80 73,25
70 61,62
60
50 43,04
37,58
40
30
20
10
0
Pretest Posttest

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Gambar 1. Diagram rata-rata hasil pretest dan posttest

Adapun skor rata-rata pretest dari kedua kontrol fhitung sebesar 1,73 <ftabel sebesar
kelas yaitu pada kelas eksperimen 43,04, 1,98. Artinya status varian kelas
sedangkan kelas kontrol sebesar 37,58. eksperimen dan kelas kontrol berasal dari
Skor rata-rata posttest kelas eksperimen varian yang homogen.
sebesar 73,25 dan kelas control sebesar Langkah terakhir dilakukan pengujian
61,62. Hasil perhitungan pada kelas hipotesis penelitian yang dilakukan
eksperimen menunjukkan bahwa χ hitung menggunakan uji-t. apabila thitung<ttabel
<χ rabel pada taraf signifikan 5% sebesar berarti tidak terdapat pengaruh penggunaan
11,07 nilai χ hitung untuk pretest sebesar model Realistic Mathematics Education
10,75 dan posttest sebesar 1,52. Untuk Terhadap Kemampuan Literasi pada
kelas kontrol, hasil perhitungan juga Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V
menunjukkan bahwa χ hitung <χrabel pada taraf SDN Gugus XIV Kota Bengkulu dan
signifikan 5% sebesar 11,07 dengan nilai sebaliknya, jika thitung>ttabel berarti terdapat
χ hitung untuk pretest sebesar -14,27 dan pengaruh penggunaan model Realistic
posttest sebesar 7,45. Hasil ini memberikan terhadap Kemampuan Literasi pada
indikasi bahwa kelas eksperimen dan kelas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V
kontrol berdistribusi normal. SDN Gugus XIV Kota Bengkulu. Hasil
Setelah melakukan uji normalitas kedua pengujian hipotesis untuk data pretest
sampel. Selanjutnya dilakukan uji menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 1,48
homogenitas. Berdasarkan data hasil lebih kecil daripada ttabel sebesar 2,07.
perhitungan yang diperoleh menunjukkan Untuk thitung berada di daerah penerimaan H0
bahwa nilai fhitung<ftabel yaitu pada pretest dan penolakan Ha. Artinya sebelum
kelas eksperimen dan kelas control fhitung dilakukan perlakuan pada kelas eksperimen
sebesar 1,26 <ftabel sebesar 1,98. Sedangkan tidak terdapat pengaruh penggunaan model
pada posttest kelas eksperimen dan kelas pembelajaran Realistic Mathematics
Education terhadap Kemampuan Literasi

4
Jurnal MATH-UMB.EDU
Vol 7 (2), Tahun 2020

Matematika Komponen Konteks Siswa. dibandingkan dengan pengalaman langsung


Adapun skor rata-rata posttest menunjukkan menggunakan model RME. Sejalan dengan
bahwa nilai thitung sebesar 4,09 lebih besar pendapat Ajun (2013:74) pembelajaran
daripada ttabel sebesar 2,07. Untuk thitung RME dilakukan melalui permalasahan
berada di daerah penerimaan hipotesis (Ha) berbagai situasi dan persoalan-persoalan
dan penolakan hipotesis (H0 ) “realistik” yakni yang berkaitan dengan
Berdasarkan pengujian data di atas dapat situasi yang dapat dibayangkan siswa.
diketahui bahwa kedua sampel berdistribusi Dalam pembelajaran RME guru juga
normal dan homogen, maka pengujian ini menggunakan media yang berupa benda
dilanjutkan dengan menggunakan uji-t. konkret yang ada di lingkungan sekitar
Dalam perhitungan Uji-t, apabila thitung<ttabel siswa atau berkaitan dengan kehidupan
berarti tidak terdapat perbedaan signifikan sehari-hari siswa.
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Pada kelas eksperimen, proses
dan sebaliknya jika thitung>ttabel berarti pembelajaran menggunakan model RME.
terdapat perbedaan signifikan antara kelas Langkah-langkah model RME berpengaruh
eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan terhadap kemampuan literasi matematika
hasil uji-t menunjukkan bahwa nilai thitung komponen konteks siswa yaitu siswa lebih
untuk data posttest menunjukkan bahwa memahami konsep dan mengaplikasikannya
nilai thitung sebesar 4,09 lebih besar daripada dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
nilai ttabel sebesar 2,07. Terdapat pengaruh Langkah-langkah model RME yaitu
signifikan kemampuan literasi komponen langkah memahami masalah kontekstual,
konteks antara kelas eksperimen dan kelas langkah menyelesaikan masalah
kontrol, hal ini disebabkan adanya kontekstual, langkah membandingkan dan
perbedaan perlakuan antara kelas mendiskusikan jawaban, serta langkah
eksperimen dan kelas kontrol yaitu terakhir yaitu menarik kesimpulan
penggunaan model pembelajaran. Pada berpengaruh terhadap indicator komponen
kelas eksperimen model pembelajaran konteks memodelkan, memecahkan
digunakan yaitu model pembelajaran masalah dan menerapkan.
Realistic Mathematics Education, Langkah pertama dalam model RME
sedangkan pada kelas control tidak yaitu memahami masalah kontekstual.
menggunakan model EEK. Sehingga dapat Pada langkah ini siswa diarahkan kepada
disimpulkan bahwa model pembelajaran masalah berkaitan dengan bangun ruang
Realistic Mathematics Education menggunakan kotak teh dan tisu serta
berpengaruh terhadap kemampuan literasi model bangun ruang kubus dan balok
matematika komponen konteks siswa. dengan mengingat pengalamannya sendiri.
Perbedaan nilai rata-rata pada kelas Ketika siswa mampu menyebutkan unsur-
eksperimen dan control dikarenakan kelas unsur bangun ruang dan bertanya jawab
eksperimen yang menggunakan model mengenai cara menemukan volume bangun
pembelajaran RME dengan media benda- ruang mereka mengingat dan mengaitkan
benda yang ada disekitar siswa dan model pengalamannya dengan topik pembelajaran.
bangun ruang dalam proses pembelajaran Siswa menjadi lebih antusias dengan
lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol pemanfaatan benda konkrit yang ada di
yang menggunakan model pembelajaran sekitar siswa dan model bangun ruang
EEK. Hal ini dikarenakan pada kelas meningkatkan minat belajar siswa, sehingga
eksperimen siswa sendirilah yang siswa termotivasi dan bertanya mengenai
menemukan konsep volume bangun ruang materi pembelajaran. Sejalan dengan
sehingga hal itu akan mudah diingat oleh pendapat Tampubolon (2016) yang
siswa. Sedangkan pada kelas kontrol siswa mengatakan model Realistic Mathematics
hanya mengamati setiap konsep volume Education dengan memanfaatkan situasi
bangun ruang yang menggunakan media nyata dapat meningkatkan aktivitas siswa
gambar sehingga kemampuan siswa untuk sehingga dalam proses pembelajaran siswa
mengingat konsep tersebut lebih rendah jika lebih aktif bertanya jawab.

5
Jurnal MATH-UMB.EDU
Vol 7 (2), Tahun 2020

Gambar 2. Siswa diarahkan kepada beberapa masalah kontekstual

Langkah kedua yaitu menyelesaikan LKPD, siswa dapat mengembangkan


masalah kontekstual yang berkaitan tentang komponen konteks kemampuan literasi
volume bangun ruang kubus dan balok. yaitu memodelkan, memecahkan masalah
Siswa dibentuk menjadi4 kelompok yang dan menerapkan. Hal ini sejalan dengan
heterogen dan setiap kelompok diberi nama pendapat Wahyuni, dkk (2017) titik awal
unsur-unsur bangun ruang. Siswa secara pembelajaran pada model RME yaitu pada
berkelompok berdiskusi untuk situasi nyata dengan menggunakan benda
menyelesaikan masalah. Guru memberikan konkrit yang sehingga mendorong siswa
petunjuk penyelesaian LKPD untuk untuk mudah memahami situasi tersebut.
memudahkan siswa. Siswa diberikan model Fathurrohman (2017), model RME
bangun ruang. Selanjutnya, siswa menekankan pada keterampilan siswa
menemukan volume menggunakan model dalam proses (of doing mathematics),
bangun ruang dan menuliskan jawaban berdiskusi dan berkolaborasi sehingga dapat
pada lembar LKPD. Setelah mengerjakan menemukan sendiri.

Gambar 3. Menyelesaikan masalah kontekstual dengan kelompok

Langkah selanjutnya yaitu depan kelas. Pada tahap ini pengetahuan


membandingkan dan mendiskusikan dan pemahaman siswa mengenai
jawaban. Siswa diberikan kesempatan penyelesaian masalah berkaitan materi
untuk membandingkan dan mendiskusikan bertambah sehingga komponen konteks
jawaban masing-masing kelompok serta kemampuan literasi matematika siswa
melaporkan hasil diskusi kelompok ke berkembang. Sejalan dengan Sholahudin

6
Jurnal MATH-UMB.EDU
Vol 7 (2), Tahun 2020

(2018) yang menjelaskan bahwa, adanya matematika siswa yang memperoleh


peningkatan pada aspek kemampuan literasi pembelajaran matematika realistik.

Gambar 4. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban antar kelompok

Langkah terakhir yaitu menyimpulkan, ini sejalan dengan pendapat Suwarman, dkk
pada langkah ini guru memberikan (2017) melalui masalah yang bersifat
penguatan dan pemantapan materi dan kontekstual pada pembelajaran RME, siswa
melakukan tanya jawab mengenai dilatih untuk dapat memecahkan masalah
pembelajaran yang telah dipelajari. dengan caranya sendiri serta lebih
Kemudian, siswa menyimpulkan hasil memahami konsep yang telah dipelajari dan
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal tidak mudah dilupakan oleh siswa.

Gambar 5. Siswa bersama guru menarik kesimpulan

Pembelajaran pada kelas kontrol balok siswa menghitung banyak kubus


dilakukansebanyakdua kali pertemuan satuan pada gambar. Setelah itu siswa
dengan materi yang sama namun dengan melaporkan hasil diskusi dan memberikan
model yang berbeda yaitu model EEK. tanggapan mengenai materi.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan Terdapatnya pengaruh yang penggunaan
dengan menyampaikan tujuan pembelajaran model RME terhadap kemampuan literasi
terlebih dahulu. Selanjutnya guru matematika siswa dikarenakan dalam
menjelaskan konsep volume bangun ruang pembelajaran matematika menggunakan
kubus dan balok. Siswa dan guru model RME siswa terlibat secara aktif dan
melakukan tanya jawab mengenai gambar siswa menemukan secara langsung serta
bangun ruang yang ada di papan tulis, mengeksplorasi pengetahuannya, sumber
kemudian guru memberikan contoh soal belajar dihadirkan langsung di dalam kelas
dan soal latihan. Siswa mengerjakan LKPD sehingga siswa mampu membangun
secara berkelompok. Untuk menemukan kebiasaan berliterasi.
konsep volume bangun ruang kubus dan

7
Jurnal MATH-UMB.EDU
Vol 7 (2), Tahun 2020

Setelah pembelajaran di kelas Ajun, dkk. 2013. Development Of Long And


eksperimen dan kelas kontrol selesai, Square Learning Devices With A
kemudian diberikan posttest pada masing- Realistic Mathematical Approach Based
masing kelas. Hasil posttest menunjukkan On Bruner Theory. Jurnal Daya
bahwa data berdistribusi normal dan Matematis,Volume 1
homogen dengan rata-rata yaitu kelas Astuti, P. (2018). Kemampuan Literasi
eksperimen 73,25 dan kelas kontrol 61,62. Matematika dan Kemampuan Berpikir
Terdapat peningkatan nilai pada kelas Tingkat Tinggi. PRISMA 1 (Prisma
eksperimen sebesar 30,21 sedangkan Prosiding Seminar Nasional
kenaikan nilai rata-rata pada kelas kontrol Matematika)
sebesar 24,04. Kenaikan nilai pada kelas
eksperimen lebih besar dari pada kelas Diyarko., & Waluya, B. (2016), Analisis
kontrol terbukti perbedaan kenaikan Kemampuan Literasi Matematika
anatara kelas eksperimen dan kelas kontrol Ditinjau Dari Metakognisi Dalam
yaitu sebesar 6,19. Setelah dilakukan Pembelajaran Inkuiri Berbantu Lembar
posttest selanjutnya dilakukan uji hipotesis, Kerja Mandiri Mailing Marge, Unnes
data hasil hipotesis antara kelas eksperimen Journal of Mathematics Education
dan kelas kontrol menunjukkan thitung lebih Research 5 (1) - 2016 Hal: 70-80.
besar dari ttabel yaitu dengan thitung = 4,09 dan
ttabel = 2,07. artinya terdapat perbedaan yang Fathurrohman, M. (2015). Model-Model
signifikan hasil posttest antara kelas Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:AR-
eksperimen dan kelas kontrol maka Ha RUZZ MEDIA
diterima.
Berdasarkan hasil rata-rata indikator Fathani, A.H. Pengembangan Literasi
nilai pretest dan posttest menunjukan Matematika Sekolah dalam
peningkatan rata-rata pada kelas Perspektif Multiple Intelligences.
eksperimen lebih tinggi daripada kelas EduSains 2016 ISSN 2338-4387.
kontrol. Artinya kemampuan literasi Vol 4 No 2. 2016
matematika komponen konteks pada kelas
eksperimen lebih baik baik daripada kelas Hadi, S. 2017. Pendidikan Realistik
kontrol. Kelas eksperimen menggunakan Matematik. Jakarta: Rajawali Pers.
model Realistic Mathematics Education
memiliki berpengaruh terhadap kemampuan Han, W. Dkk., (2017) Materi Pendukung
literasi matematika daripada menggunakan Literasi Numerasi, Jakarta: Kementerian
model Ekplorasi, Elaborasi, Konfirmasi Pendidikan Dan Kebudayaan.
(EEK)
Karjiyati, V. Dkk. (2014) Model
SIMPULAN Pembelajaran Quantum Teaching &
Berdasarkan hasil penelitian dan Realistic Mathematics Education Dalam
pembahasan yang diuraikan dapat Pembelajaran Matematika di SD.
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang (Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah
signifikan model Realistic Mathematics Dasar, 7 (2) – 2014. Hal. 228-234
Education terhadap kemampuan literasi OECD, (2019), “PISA 2018 Assessment
matematika komponen konteks siswa kelas and Analiytical Framework:
V sekolah dasar gugus XIV Kota Bengkulu Mathematiics, Reading, Science,
. Problem Solving and Financial
REFERENSI Literacy”, Paris: Journal of OECH
Abidin, Y, dkk. 2018. Pembelajaran Publishing, hal 73-95.
Literasi: Strategi Meningkatkan Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran
Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Inovatif dalam Kurikulum
Membaca, dan Menulis. Jakarta: Bumi 2013.Yogyakarta: AR-RUZZ Media
Aksara

8
Jurnal MATH-UMB.EDU
Vol 7 (2), Tahun 2020

Sholahudin, U. (2018). Penerapan Tampubolon, PT. (2016). Penerapan


Pendidikan Matematika Realistik (Pmr) Model Pembelajaran Matematika
Untuk Meningkatkan Kemampuan Realisti Indonesia Untuk Meningkatkan
Literasi Matematika Siswa Kelas Iv Sdn Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas
03 Cimaung Serang. GAUSS: Jurnal Iv Sd. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Pendidikan Matematika Vol. 01 No. 01 Dasar, Vol. 1 No. 1, hlm. 190-198
Sudaryono. (2016). MetodePenelitian Wahyuni, N.D., Jailani, J. (2017). Pengaruh
Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Pendekatan Matematika Realistik
Group terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar
Suwarman, F.R., Wahyuni, D.S. (2018). Siswa SD. Jurnal Prima Edukasia, 5
Penerapan Model Pembelajaran (2), hal. 151-159
Realistic Mathematics Education (RME) Winarni, E.W. 2018. Teori dan Praktik
Untuk Meningkatan Penelitian Kuantitatif, Kualitatif PTK
KemampuanLiterasi Matematis Siswa. R&D. Jakarta: BumiAksara
Seminar Nasional Pendidikan Wijaya, A. (2012). Pendidikan
Matematika Universitas Suryakancana Matematika Realistik Suatu Alternatif
(MINATKU) 2018 Pendekatan Pembelajaran Matematika.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai