Anda di halaman 1dari 34

Sudaryatno Sudirham

Analisis
Rangkaian Listrik
Jilid 2

Darpublic
Hak cipta pada penulis, 2010

SUDIRHAM, SUDARYATNO
Analisis Rangkaian Listrik (2)
Darpublic, Bandung
are-0710
edisi Juli 2011

http://ee-cafe.org
Alamat pos: Kanayakan D-30, Bandung, 40135.
Fax: (62) (22) 2534117

ii Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


BAB 3
Transformasi Laplace

Kita telah melihat bahwa analisis di kawasan fasor lebih sederhana


dibandingkan dengan analisis di kawasan waktu karena tidak melibatkan
persamaan diferensial melainkan persamaan-persamaan aljabar biasa.
Akan tetapi analisis ini terbatas hanya untuk sinyal sinus dalam keadaan
mantap. Berikut ini kita akan mempelajari analisis rangkaian di kawasan
s, yang dapat kita terapkan pada analisis rangkaian dengan sinyal sinus
maupun bukan sinus, keadaan mantap maupun keadaan peralihan.
Dalam analisis di kawasan s ini, sinyal-sinyal fungsi waktu f(t),
ditransformasikan ke kawasan s menjadi fungsi s, F(s). Sejalan dengan
itu pernyataan elemen rangkaian juga mengalami penyesuaian yang
mengantarkan kita pada konsep impedansi di kawasan s. Perubahan
pernyataan suatu fungsi dari kawasan t ke kawasan s dilakukan melalui
Transformasi Laplace, yang secara matematis didefinisikan sebagai suatu
integral

F (s) = ∫0 f (t )e − st dt

dengan s merupakan peubah kompleks, s = σ + jω. Batas bawah integrasi


ini adalah nol yang berarti bahwa dalam analisis rangkaian di kawasan s
kita hanya meninjau sinyal-sinyal kausal.
Dengan melakukan transformasi sinyal dari kawasan t ke kawasan s,
karakteristik i-v elemenpun mengalami penyesuaian dan mengantarkan
kita pada konsep impedansi dimana karakteristik tersebut menjadi fungsi
s. Dengan sinyal dan karakteristik elemen dinyatakan di kawasan s, maka
persamaan rangkaian tidak lagi berbentuk persamaan integrodiferensial
melainkan berbentuk persamaan aljabar biasa sehingga penanganannya
menjadi lebih mudah. Hasil yang diperoleh sudah barang tentu akan
merupakan fungsi-fungsi s. Jika kita menghendaki suatu hasil di kawasan
waktu, maka kita lakukan transformasi balik yaitu transformasi dari
fungsi s ke fungsi t.

1
Di bab ini kita akan membahas mengenai transformasi Laplace, sifat
transformasi Laplace, pole dan zero, transformasi balik, solusi persamaan
diferensial, serta transformasi bentuk gelombang dasar.
Setelah mempelajari analisis rangkaian menggunakan transformasi
Laplace bagian pertama ini, kita akan
• memahami transformasi Laplace beserta sifat-sifatnya;
• mampu melakukan transformasi berbagai bentuk gelombang
sinyal dari kawasan t ke kawasan s.
• mampu mencari transformasi balik dari pernyataan bentuk
gelombang sinyal dari kawasan s ke kawasan t.

3.1. Transformasi Laplace


Melalui transformasi Laplace kita menyatakan suatu fungsi yang semula
dinyatakan sebagai fungsi waktu, t, menjadi suatu fungsi s di mana s
adalah peubah kompleks. Kita ingat bahwa kita pernah
mentransformasikan fungsi sinus di kawasan waktu menjadi fasor,
dengan memanfaatkan bagian nyata dari bilangan kompleks. Dengan
transformasi Laplace kita mentransformasikan tidak hanya fungsi sinus
akan tetapi juga fungsi-fungsi yang bukan sinus.
Transformasi Laplace dari suatu fungsi f(t) didefinisikan sebagai

F (s) = ∫0 f (t )e − st dt (3.1)

dengan notasi : L[ f (t )] = F ( s) = ∫0 f (t )e − st dt (3.2)
Dengan mengikuti langsung definisi ini, kita dapat mencari transformasi
Laplace dari suatu model sinyal, atau dengan kata lain mencari
pernyataan sinyal tersebut di kawasan s. Berikut ini kita akan
mengaplikasikannya untuk bentuk-bentuk gelombang dasar.

3.1.1. Pernyataan Sinyal Anak Tangga di Kawasan s.


Pernyataan sinyal anak tangga di kawasan t adalah v(t ) = Au (t ) .
Transformasi Laplace dari bentuk gelombang ini adalah

∞ ∞ Ae − (σ + jω)t
L[ Au(t)] = ∫0 Au (t ) e − st dt = ∫0 Ae − st dt = −
σ + jω
0
Batas atas, dengan α > 0, memberikan nilai 0, sedangkan batas bawah
memberikan nilai A/s.

2 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


Jadi L[ Au(t )] = A (3.3)
s

3.1.2. Pernyataan Sinyal Eksponensial di Kawasan s


Transformasi Laplace bentuk gelombang eksponensial beramplitudo A,
yaitu v(t) = Ae−atu(t) , adalah

∞ ∞ Ae − ( s + a )t
∫0 ∫0
− at − st − ( s + a )t
L[ Ae u (t )] = -at
A e u (t ) e dt = Ae =−
s+a
0
Dengan a > 0, batas atas memberikan nilai 0 sedangkan batas bawah
memberikan A/(s+a).
A
Jadi L[ Ae− at u(t )] = (3.4)
s+a
3.1.3. Sinyal Sinus di Kawasan s
Transformasi Laplace bentuk gelombang sinus v(t) = (A cos ωt) u(t)
adalah :
∞ ∞
L [( A cos ωt ) u (t )] = ∫0 ( A cos ωt )u(t ) e− st dt = ∫0 ( A cos ωt ) e− st dt
Dengan memanfaatkan hubungan Euler cos ω = (e jωt + e − jωt ) / 2 , ruas
kanan persamaan di atas menjadi
∞ e jωt + e − jωt − st ∞ A ∞ A
∫0 A e dt = e ( jω− s )t dt +
∫ e ( − jω− s )t dt ∫
2 0 2 0 2
As
=
s + ω2
2

Jadi L [( A cos ωt ) u(t )] = A s


(3.5)
s + ω2
2

Dengan cara yang sama, diperoleh


ω
L [( A sin ωt ) u(t )] = A (3.6)
s + ω2
2

3
3.2. Tabel Transformasi Laplace
Transformasi Laplace dari bentuk gelombang anak tangga, eksponensial,
dan sinus di atas merupakan contoh bagaimana suatu transformasi
dilakukan. Kita lihat bahwa amplitudo sinyal, A, selalu muncul sebagai
faktor pengali dalam pernyataan sinyal di kawasan s. Transformasi dari
beberapa bentuk gelombang yang lain termuat dalam Tabel-3.1. dengan
mengambil amplitudo bernilai satu satuan. Tabel ini, walaupun hanya
memuat beberapa bentuk gelombang saja, tetapi cukup untuk keperluan
pembahasan analisis rangkaian di kawasan s yang akan kita pelajari di
buku ini.
Untuk selanjutnya kita tidak selalu menggunakan notasi L[f(t)]
sebagai pernyataan dari “transformasi Laplace dari f(t)”, tetapi
kita langsung memahami bahwa pasangan fungsi t dan
transformasi Laplace-nya adalah seperti : f(t) ↔ F(s) , v1(t) ↔
V1(s) , i4(t) ↔ I4(s) dan seterusnya. Dengan kata lain kita
memahami bahwa V(s) adalah pernyataan di kawasan s dari
v(t), I(s) adalah penyataan di kawasan s dari i(t) dan
seterusnya.

CO'TOH-3.1: Carilah transformasi Laplace dari bentuk gelombang


berikut:
a). v1(t ) = 5 cos(10t )u (t ) ; b). v2 (t ) = 5 sin(10t )u (t ) ;
c). v3 (t ) = 3e− 2t u (t )
Penyelesaian : Dengan mnggunakan Tabel-3.1 kita peroleh :
5s 5s
a). v1 (t ) = 5 cos(10t )u (t ) → V1 ( s ) = =
s 2 + (10) 2 s 2 + 100
5 × 10 50
b). v2 (t ) = 5 sin(10t )u (t ) → V2 ( s ) = =
s 2 + (10) 2 s 2 + 100
3
c). v3 (t ) = 3e − 2t u (t ) → V3 ( s) =
s+2

4 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


Tabel 3.1. Pasangan Transformasi Laplace

Pernyataan Sinyal Pernyataan Sinyal di


di Kawasan t : f(t) Kawasan s : L[f(t)]=F(s)
impuls : δ(t) 1
anak tangga : u(t) 1
s
1
eksponensial : [e−at]u(t)
s+a
s
cosinus : [cos ωt] u(t)
s 2 + ω2
ω
sinus : [sin ωt] u(t)
s 2 + ω2
s+a
cosinus teredam : [e−atcos ωt] u(t)
(s + a )2 + ω2
ω
sinus teredam : [e−atsin ωt] u(t)
(s + a )2 + ω2
s cos θ − ω sin θ
cosinus tergeser : [cos (ωt + θ)] u(t)
s 2 + ω2
s sin θ + ω cos θ
sinus tergeser : [sin (ωt + θ)] u(t)
s 2 + ω2
ramp : [ t ] u(t) 1
s2
1
ramp teredam : [ t e−at ] u(t)
(s + a )2

5
3.3. Sifat-Sifat Transformasi Laplace
3.3.1. Sifat Unik
Sifat ini dapat dinyatakan sebagai berikut.
Jika f(t) mempunyai transformasi Laplace F(s) maka transformasi
balik dari F(s) adalah f(t).
Dengan kata lain
Jika pernyataan di kawasan s suatu bentuk gelombang v(t)
adalah V(s), maka pernyataan di kawasan t suatu bentuk
gelombang V(s) adalah v(t).
Bukti dari pernyataan ini tidak kita bahas di sini. Sifat ini memudahkan
kita untuk mencari F(s) dari suatu fungsi f(t) dan sebaliknya mencari
fungsi f(t) dari dari suatu fungsi F(s) dengan menggunakan tabel
transformasi Lapalace. Mencari fungsi f(t) dari suatu fungsi F(s) disebut
mencari transformasi balik dari F(s), dengan notasi L−1[F(s)] = f(t) . Hal
terakhir ini akan kita bahas lebih lanjut setelah membahas sifat-sifat
transformasi Laplace.

3.3.2. Sifat Linier


Karena transformasi Laplace adalah sebuah integral, maka ia bersifat
linier.
Transformasi Laplace dari jumlah beberapa fungsi t adalah
jumlah dari transformasi masing-masing fungsi.
Jika f (t ) = A1 f1 (t ) + A2 f 2 (t ) maka transformasi Laplace-nya adalah
∞ ∞ ∞
∫0 [A1 f1 (t ) + A2 f 2 (t )]e ∫0 f1 (t )dt + A2 ∫0 f 2 (t )dt
− st
F( s ) = dt = A1
(3.7)
= A1F1 ( s ) + A2 F2 ( s)

dengan F1(s) dan F2(s) adalah transformasi Laplace dari f1(t) dan f2(t).

CO'TOH-3.2: a). Carilah transformasi Laplace dari :


v1 (t ) = (1 + 3e −2t ) u (t )
b). Jika transformasi Laplace sinyal eksponensial
Ae−atu(t) adalah 1/(s+a), carilah transformasi dari
v2(t)=Acosωt u(t).

6 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


Penyelesaian :
1 3
a). v1 (t ) = (1 + 3e − 2t ) u (t ) → V1 ( s) = +
s s+2

e jωt + e − jωt
b). v 2(t) = A cos(ωt )u (t ) = A u (t )
2
=
2
(
A j ωt
e u (t ) + e − jωt u (t ) )
A 1 1  A  2s  As
V2 ( s ) =  + =   =
2  s − jω s + jω  2  s 2 + ω 2  s + ω2
2

3.3.3. Integrasi
Sebagaimana kita ketahui karakteristik i-v kapasitor dan induktor
melibatkan integrasi dan diferensiasi. Karena kita akan bekerja di
kawasan s, kita perlu mengetahui bagaimana ekivalensi proses integrasi
dan diferensiasi di kawasan t tersebut. Transformasi Laplace dari
integrasi suatu fungsi dapat kita lihat sebagai berikut.
t
Misalkan f (t ) = ∫0 f1( x)dx . Maka
∞ ∞ ∞ − st
 t   e − st  t  e
∫∫
F ( s ) =  f1 ( x)dx  e − st dt = 
 0   − s

 f1 ( x)dx  −
 0  0 0 − s
∫ f1 (t ) dt
0

Suku pertama ruas kanan persamaan di atas akan bernilai nol untuk t = ∞
karena e−st = 0 pada t→∞ , dan juga akan bernilai nol untuk t = 0 karena
integral yang di dalam tanda kurung akan bernilai nol (intervalnya nol).
Tinggallah suku kedua ruas kanan; jadi
∞ − st ∞
e 1 F ( s)
∫ ∫ f1(t )e
− st
F (s) = − f1 (t ) dt = dt = 1 (3.8)
−s s s
0 0

Jadi secara singkat dapat kita katakan bahwa :


transformasi dari suatu integrasi bentuk gelombang f(t) di kawasan t
dapat diperoleh dengan cara membagi F(s) dengan s.

7
CO'TOH-3.3: Carilah transformasi Laplace dari fungsi ramp r(t)=tu(t).
Penyelesaian :
Kita mengetahui bahwa fungsi ramp adalah integral dari fungsi anak
tangga.
t
r (t ) = tu (t ) = ∫0 u( x)dx
∞ t  − st 1
→ R( s ) = ∫0  ∫0 u( x)dx  e dt =
s2
Hasil ini sudah tercantum dalam Tabel.3.1.

3.3.4. Diferensiasi
Transformasi Laplace dari suatu diferensiasi dapat kita lihat sebagai
berikut.
df1 (t )
Misalkan f (t ) = maka
dt

F (s) = ∫ 0

df1 (t ) − st
dt
[ ∞
e dt = f1 (t )e − st 0 −

0
] ∫
f1 (t )( − s )e − st dt

Suku pertama ruas kanan bernilai nol untuk t = ∞ karena e−st = 0 untuk
t→ ∞ , dan bernilai −f(0) untuk t = 0. Dengan demikian dapat kita
tuliskan

L 
df1 (t ) 
=s ∫0 f (t )e − st dt − f (0) = sF1 ( s) − f1 (0) (3.9)
 dt 

Transformasi dari suatu fungsi t yang diperoleh melalui


diferensiasi fungsi f(t) merupakan perkalian dari F(s) dengan s
dikurangi dengan nilai f(t) pada t = 0.

CO'TOH-3.4: Carilah transformasi Laplace dari fungsi cos(ωt) dengan


memandang fungsi ini sebagai turunan dari sin(ωt).
Penyelesaian :

8 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


1 d sin(ωt )
f (t ) = cos(ωt ) =
ω dt
1 ω  s
→ F ( s) =  s − sin(0)  =
ω s + ω
2 2
 s + ω2
2

Penurunan di atas dapat kita kembangkan lebih lanjut sehingga kita


mendapatkan transformasi dari fungsi-fungsi yang merupakan fungsi
turunan yang lebih tinggi.
d 2 f1 (t )
jika f (t ) = → F ( s) = s 2 F1 (s) − sf1 (0) − f1′ (0)
dt 2 (3.10)
d 3 f1 (t ) 3 2
jika f (t ) = → F (s) = s F1 ( s) − s f1 (0) − sf1′ (0) − f1′′(0)
dt 3
3.3.5. Translasi di Kawasan t
Sifat transformasi Laplace berkenaan dengan translasi di kawasan t ini
dapat dinyatakan sebagai berikut
Jika transformasi Laplace dari f(t) adalah F(s), maka
transformasi Laplace dari f(t−a)u(t−a) untuk a > 0 adalah
e−asF(s).
Hal ini dapat kita lihat sebagai berikut. Menurut definisi, transformasi
Laplace dari f(t−a)u(t−a) adalah

∫0 f (t − a )u (t − a)e − st dt

Karena u(t−a) bernilai nol untuk t < a dan bernilai satu untuk t > a ,
bentuk integral ini dapat kita ubah batas bawahnya serta tidak lagi
menuliskan faktor u(t−a), menjadi
∞ ∞
∫0 f (t − a )u (t − a)e − st dt = ∫a f (t − a)e − st dt

Kita ganti peubah integrasinya dari t menjadi τ dengan suatu hubungan τ


= (t−a). Dengan penggantian ini maka dt menjadi dτ dan τ = 0 ketika t =
a dan τ = ∞ ketika t = ∞. Persamaan di atas menjadi

9
∞ ∞
∫0 f (t − a)u (t − a )e − st dt = ∫0 f (τ)e − s ( τ + a ) dτ
(3.11)

= e − as ∫0 f (τ)e − sτ dτ = e − as F ( s)

CO'TOH-3.5: Carilah transformasi


Laplace dari bentuk gelombang f(t)
sinyal seperti yang tergambar di A
samping ini.
Penyelesaian :
0 a →t
Model bentuk gelombang ini dapat
kita tuliskan sebagai
f (t ) = Au (t ) − Au (t − a) .

Transformasi Laplace-nya adalah :

A A A(1 − e − as )
F (s) = − e − as =
s s s
3.3.6. Translasi di Kawasan s
Sifat mengenai translasi di kawasan s dapat dinyatakan sebagai berikut.
Jika transformasi Laplace dari f(t) adalah F(s) , maka
transformasi Laplace dari e−αtf(t) adalah F(s + α).
Bukti dari pernyataan ini dapat langsung diperoleh dari definisi
transformasi Laplace, yaitu
∞ − αt ∞
∫0 e f (t )e − st dt = ∫0 f (t )e − ( s + α )t dt = F ( s + α) (3.19)

Sifat ini dapat digunakan untuk menentukan transformasi fungsi teredam


jika diketahui bentuk transformasi fungsi tak teredamnya.

CO'TOH-3.6: Carilah transformasi Laplace dari fungsi-fungsi ramp


teredam dan sinus teredam berikut ini :

a). v1 = tu (t )e −αt ; b). v2 = e −αt cos ωt u (t )

Penyelesaian :

10 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


1
a). Karena untuk v(t ) = tu (t ) → F ( s ) = ,
s2
1
maka jika v1 (t ) = tu (t )e − αt ⇒ V1 ( s) =
( s + α) 2
s
b). Karena untuk v(t ) = cos ωt u (t ) → V ( s) = ,
s + ω2
2

s+α
maka jika v2 (t ) = e − αt cos ωt u (t ) ⇒ V2 ( s ) =
( s + α ) 2 + ω2
3.3.7. Pen-skalaan (scaling)
Sifat ini dapat dinyatakan sebagai :
Jika transformasi Laplace dari f(t) adalah F(s) , maka untuk a
1 s
> 0 transformasi dari f(at) adalah F  .
a a

Bukti dari sifat ini dapat langsung diperoleh dari definisinya. Dengan
mengganti peubah t menjadi τ = at maka transformasi Laplace dari f(at)
adalah:
s
∞ 1 ∞ − τ 1 s
− st
∫0 f (at )e dt = ∫
a 0
f ( τ )e a dτ = F  
a a
(3.12)

Jadi, jika skala waktu diperbesar (a > 1) maka skala frekuensi s mengecil
dan sebaliknya apabila skala waktu diperkecil (a < 1) maka skala
frekuensi menjadi besar.
3.3.8. 'ilai Awal dan 'ilai Akhir
Sifat transformasi Laplace berkenaan dengan nilai awal dan nilai akhir
dapat dinyatakan sebagai berikut.
Nilai awal : lim f (t ) = lim sF ( s)
t →0 + s →∞
Nilai akhir : lim f (t ) = lim sF ( s)
t →∞ s →0
+
Jadi nilai f(t) pada t = 0 di kawasan waktu (nilai awal) sama dengan
nilai sF(s) pada tak hingga di kawasan s. Sedangkan nilai f(t) pada t = ∞

11
(nilai akhir) sama dengan nilai sF(s) pada titik asal di kawasan s. Sifat
ini dapat diturunkan dari sifat diferensiasi.

CO'TOH-3.7: Transformasi Laplace dari suatu sinyal adalah


s+3
V ( s) = 100
s( s + 5)( s + 20)

Carilah nilai awal dan nilai akhir dari v(t).


Penyelesaian :
Nilai awal adalah :

 s+3 
lim v(t ) = lim sV ( s ) = lim  s × 100 =0
t →0 + s →∞ s →∞  s( s + 5)( s + 20) 

Nilai akhir adalah :

 s+3 
lim v(t ) = lim sV ( s) = lim  s × 100  =3
t →∞ s →0 s →0  s( s + 5)(s + 20) 

Tabel 3.2. memuat sifat-sifat transformasi Laplace yang dibahas di atas


kecuali sifat yang terakhir yaitu konvolusi. Konvolusi akan dibahas di
bagian akhir dari pembahasan mengenai transformasi balik.

12 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


Tabel 3.2. Sifat-sifat Transformasi Laplace

Pernyataan f(t) Pernyataan F(s) =L[f(t)]


linier : A1 f1(t) + A2 f2(t) A1F1(s) + A2 F2(s)
t F ( s)
integrasi : ∫0 f ( x)dx s

diferensiasi :
df (t ) sF ( s) − f (0 − )
dt

d 2 f (t ) s 2 F ( s) − sf (0− ) − f ′(0− )
dt 2

d 3 f (t ) s 3 F ( s ) − s 2 f (0 − )
3
dt − sf (0 − ) − f ′′(0 − )
linier : A1 f1(t) + A2 f2(t) A1F1(s) + A2 F2(s)
translasi di t: [ f (t − a )]u (t − a) e − as F (s)

translasi di s : e− at f (t ) F ( s + a)

penskalaan : f (at ) 1 s


F 
a a

nilai awal : lim f (t ) lim sF ( s )


t →0 + s →∞

nilai akhir : lim f (t ) lim sF ( s)


t →∞ s →0

t
konvolusi : ∫0 f1 ( x) f 2 (t − x)dx F1( s) F2 ( s )

13
3.4. Transformasi Balik
Berikut ini kita akan membahas mengenai transformasi balik, yaitu
mencari f(t) dari suatu F(s) yang diketahui. Jika F(s) yang ingin dicari
transformasi baliknya ada dalam tabel transformasi Laplace yang kita
punyai, pekerjaan kita cukup mudah. Akan tetapi dalam analisis
rangkaian di kawasan s, pada umumnya F(s) berupa rasio polinomial
yang bentuknya tidak sesederhana dan tidak selalu ada pasangannya
seperti dalam tabel. Untuk mengatasi hal itu, F(s) kita uraikan menjadi
suatu penjumlahan dari bentuk-bentuk yang ada dalam tabel, sehingga
kita akan memperoleh f(t) sebagai jumlah dari bentuk-bentuk gelombang
sederhana. Dengan perkataan lain kita membuat F(s) menjadi
transformasi dari suatu gelombang komposit dan kelinieran dari
transformasi Laplace akan memberikan transformasi balik dari F(s) yang
berupa jumlah dari bentuk-bentuk gelombang sederhana. Sebelum
membahas mengenai transformasi balik kita akan mengenal lebih dulu
pengertian tentang pole dan zero.
3.4.1. Pole dan Zero
Pada umumnya, transformasi Laplace berbentuk rasio polinom
bm s m + bm −1s m −1 + L + b1s + b0
F ( s) = (3.13)
an s n + an −1s n −1 + L + a1s + a0
yang masing-masing polinom dapat dinyatakan dalam bentuk faktor
menjadi
( s − z1 )(s − z2 ) L ( s − zm )
F (s) = K (3.14)
( s − p1 )(s − p2 )L ( s − pn )

dengan K = bm/an dan disebut faktor skala.


Akar-akar dari pembilang dari pernyataan F(s) di atas disebut zero
karena F(s) bernilai nol untuk s = zk (k = 1, 2, …m). Akar-akar dari
penyebut disebut pole karena pada nilai s = pk (k = 1, 2, …n) nilai
penyebut menjadi nol dan nilai F(s) menjadi tak-hingga. Pole dan zero
disebut frekuensi kritis karena pada nilai-nilai itu F(s) menjadi nol atau
tak-hingga.
Peubah s merupakan peubah kompleks s = σ + jω. Dengan demikian kita
dapat memetakan pole dan zero dari suatu F(s) pada bidang kompleks
dan kita sebut diagram pole-zero. Titik pole diberi tanda ″× ″ dan titik
zero diberi tanda ″o ″. Perhatikan contoh 3.8. berikut.

14 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


CO'TOH-3.8: Gambarkan diagram pole-zero dari
1 A( s + a) 1
a). F ( s) = b). F ( s) = c). F ( s ) =
s +1 2
( s + a) + b 2 s

Penyelesaian :

a). Fungsi ini mempunyai pole di s = −1
tanpa zero × σ
tertentu. −1

b). Fungsi ini mempunyai zero di s = −a. +jb
Pole dapat dicari dari σ
−a
( s + a) 2 + b 2 = 0 → pole di s = −a ± jb −jb

c). Fungsi ini tidak mempunyai zero tertentu jω


sedangkan pole terletak di titik asal, s = 0 +
j0. σ

3.4.2. Bentuk Umum F(s)


Bentuk umum F(s) adalah seperti (3.14) yaitu
( s − z1 )(s − z2 ) L ( s − zm )
F (s) = K
( s − p1 )(s − p2 )L ( s − pn )

Jika jumlah pole lebih besar dari jumlah zero, jadi n > m, kita katakan
bahwa fungsi ini merupakan fungsi rasional patut. Jika fungsi ini
memiliki pole yang semuanya berbeda, jadi pi ≠ pj untuk i ≠ j , maka
dikatakan bahwa F(s) mempunyai pole sederhana. Jika ada pole yang
berupa bilangan kompleks kita katakan bahwa fungsi ini mempunyai
pole kompleks. Jika ada pole-pole yang bernilai sama kita katakan bahwa
fungsi ini mempunyai pole ganda.

15
3.4.3. Fungsi Dengan Pole Sederhana
Apabila fungsi rasional F(s) hanya mempunyai pole sederhana, maka ia
dapat diuraikan menjadi berbentuk
k1 k2 kn
F (s) = + +L+ (3.15)
( s − p1) ( s − p2 ) ( s − pn )

Jadi F(s) merupakan kombinasi linier dari beberapa fungsi sederhana;


konstanta k yang berkaitan dengan setiap fungsi pembangun F(s) itu kita
sebut residu. Kita ingat bahwa transformasi balik dari masing-masing
fungsi sederhana itu berbentuk ke−αt. Dengan demikian maka
transformasi balik dari F(s) menjadi

f (t ) = k1e p1t + k 2e p2t + L + k ne pn t (3.16)

Persoalan kita sekarang adalah bagaimana menentukan residu. Untuk


mencari k1, kita kalikan kedua ruas (3.15) dengan (s − p1) sehingga faktor
(s− p1) hilang dari ruas kiri sedangkan ruas kanan menjadi k1 ditambah
suku-suku lain yang semuanya mengandung faktor (s− p1). Kemudian
kita substitusikan s = p1 sehingga semua suku di ruas kanan bernilai nol
kecuali k1 dan dengan demikian diperoleh nilai k1. Untuk mencari k2, kita
kalikan kedua ruas (3.15) dengan (s − p2) kemudian kita substitusikan s =
p2; demikian seterusnya sampai semua nilai k diperoleh, dan transformasi
balik dapat dicari.
CO'TOH-3.9: Carilah f(t) dari fungsi transformasi berikut.
4 4( s + 2)
a). F ( s) = ; b). F ( s) = ;
( s + 1)( s + 3) ( s + 1)( s + 3)
6( s + 2)
c). F ( s) =
s( s + 1)( s + 4)

Penyelesaian :
4 k k
a). F (s) = = 1 + 2
( s + 1)(s + 3) s + 1 s + 3

16 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


4 k
→ F ( s) × ( s + 1) → = k1 + 2 ( s + 1)
( s + 3) s+3
4
→ substitusi s = −1 → = k1 → k1 = 2
−1+ 3
4
→ F ( s) × ( s + 3) dan substitusi s = −3 → = k 2 → k2 = −2
− 3+1
2 −2
⇒ F ( s) = + ⇒ f (t ) = 2e −t − 2e −3t
s +1 s + 3
4( s + 2) k k
b). F (s) = = 1 + 2
( s + 1)(s + 3) s + 1 s + 3

4(−1 + 2)
→ F ( s) × ( s + 1) dan substitusi s = −1 → = k1 → k1 = 2
−1+ 3
4(−3 + 2)
→ F ( s) × ( s + 3) dan substitusi s = −3 → = k2 → k2 = 2
− 3+1
2 2
⇒ F (s) = + ⇒ f (t ) = 2e −t + 2e −3t
s +1 s + 3
6( s + 2) k k k
c). F (s) = = 1+ 2 + 3
s( s + 1)(s + 4) s s + 1 s + 4

Dengan cara seperti di a) dan b) kita peroleh

6( s + 2) 6( s + 2)
→ k1 = = 3 ; k2 = = −2 ;
( s + 1)( s + 4) s =0
s( s + 4) s = −1
6( s + 2)
k3 = = −1
s( s + 1) s = −4
3 −2 −1
⇒ F( s ) = + + → f (t ) = 3 − 2e −t − e − 4t
s s +1 s + 4

3.4.4 Fungsi Dengan Pole Kompleks


Secara fisik, fungsi F(s) merupakan rasio polinomial dengan koefisien
riil. Jika F(s) mempunyai pole kompleks yang berbentuk p = −α + jβ,
maka ia juga harus mempunyai pole lain yang berbentuk p* = −α − jβ;

17
sebab jika tidak maka koefisien polinomial tersebut tidak akan riil. Jadi
untuk sinyal yang memang secara fisik kita temui, pole kompleks dari
F(s) haruslah terjadi secara berpasangan konjugat. Oleh karena itu uraian
F(s) harus mengandung dua suku yang berbentuk
k k*
F (s) = L + + +L (3.17)
s + α − jβ s + α + jβ

Residu k dan k* pada pole konjugat juga merupakan residu konjugat


sebab F(s) adalah fungsi rasional dengan koefisien rasional. Residu ini
dapat kita cari dengan cara yang sama seperti mencari residu pada uraian
fungsi dengan pole sederhana. Kita cukup mencari salah satu residu dari
pole kompleks karena residu yang lain merupakan konjugatnya.
Transformasi balik dari dua suku dengan pole kompleks akan berupa
cosinus teredam. Tansformasi balik dari dua suku pada (3.17) adalah

f k (t ) = ke −(α − jβ)t + k * e −(α + jβ)t


= k e jθ e −(α − jβ)t + k e − jθ e −(α + jβ)t
= k e −( α − j (β+ θ))t + k e −(α + j (β+θ))t (3.18)

e j (β+ θ)t + e − j (β+θ)t


= 2 k e − αt = 2 k e −αt cos(β + θ)
2
Jadi f(t) dari (3.17) akan berbentuk :

f (t ) = L + 2 k e −αt cos(β + θ) + L

CO'TOH-3.10: Carilah transformasi balik dari


8
F (s) = 2
s( s + 4s + 8)
Penyelesaian :
Fungsi ini mempunyai pole sederhana di s = 0, dan pole kompleks
yang dapat ditentukan dari faktor penyebut yang berbentuk kwadrat,
yaitu

− 4 ± 16 − 32
s= = −2 ± j 2
2

18 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


Uraian dari F(s) , penentuan residu, serta transformasi baliknya
adalah sebagai berikut.

8 k k2 k2∗
F (s) = = 1+ +
s ( s 2 + 4s + 8) s s + 2 − j 2 s + 2 + j 2
8 8
→ k1 = ×s = =1
2
s( s + 4s + 8) s =0
8

8
→ k2 = × ( s + 2 − j 2)
2
s( s + 4s + 8) s = −2 + j 2

8 8 2 j ( 3π / 4 )
= = = e
s ( s + 2 + j 2) s = − 2 + j 2 − 8 − j 8 2

2 − j ( 3π / 4 )
→ k 2∗ = e
2

2 j ( 3π / 4 ) − ( 2 − j 2 ) t 2 − j ( 3π / 4) − ( 2 + j 2 ) t
⇒ f(t) = u (t ) + e e + e e
2 2

= u (t ) +
2
e e [
2 − 2t j ( 3π / 4 + 2t )
+ e − j ( 3π / 4 + 2t ) ]
= u (t ) + 2e − 2t cos(2t + 3π / 4)

3.4.5. Fungsi Dengan Pole Ganda


Pada kondisi tertentu, fungsi F(s) dapat mempunyai pole ganda.
Penguraian F(s) yang demikian ini dilakukan dengan “memecah” faktor
yang mengandung pole ganda dengan tujuan untuk mendapatkan bentuk
fungsi dengan pole sederhana yang dapat diuraikan seperti biasanya.
Untuk jelasnya kita ambil suatu fungsi yang mengandung pole ganda
(dua pole sama) seperti pada (3.19) berikut ini.
K ( s − z1 )
F (s) = (3.19)
( s − p1 )(s − p2 ) 2
Dengan mengeluarkan salah satu faktor yang mengandung pole ganda
kita dapatkan

19
1  K ( s − z1 ) 
F (s) =   (3.20)
s − p2  ( s − p1 )(s − p2 ) 
Bagian yang didalam tanda kurung dari (3.20) mengandung pole
sederhana sehingga kita dapat menguraikannya seperti biasa.

 K ( s − z1 )  k1 k2
F1 ( s) =  = + (3.21)
 ( s − p1 )(s − p2 )  s − p1 s − p2
Residu pada (3.21) dapat ditentukan, misalnya k1 = A dan k2 = B , dan
faktor yang kita keluarkan kita masukkan kembali sehingga (3.20)
menjadi

1  A B  A B
F (s) =  + = +
s − p2  s − p1 s − p2  ( s − p2 )(s − p1 ) ( s − p2 ) 2

dan suku pertama ruas kanan diuraikan lebih lanjut menjadi


k11 k B
F (s) = + 12 + (3.22)
s − p1 s − p2 ( s − p2 ) 2

Transformasi balik dari (3.22) adalah

f (t ) = k11e p1t + k12e p2t + Bte p2t (3.23)

CO'TOH-3.11: Tentukan transformasi balik dari fungsi:


s
F (s) =
( s + 1)(s + 2) 2
Penyelesaian :

s 1  s 
F( s ) = =  
( s + 1)( s + 2) 2 ( s + 2)  ( s + 1)(s + 2) 
1  k1 k 
=  + 2 
( s + 2)  s + 1 s + 2 
s s
→ k1 = = −1 → k2 = =2
( s + 2) s = −1
( s + 1) s = −2

20 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


1  −1 2  −1 2
⇒ F( s ) =  +  = +
( s + 2)  s + 1 s + 2  ( s + 1)( s + 2) ( s + 2) 2
k k 2
= 11 + 12 +
s + 1 s + 2 ( s + 2) 2
−1 −1
→ k11 = = −1 → k12 = =1
s+2 s = −1 s + 1 s = −2
−1 1 2
⇒ F (s) = + + ⇒ f (t ) = −e −t + e − 2t + 2te − 2t
s + 1 s + 2 ( s + 2) 2

3.4.6. Konvolusi
Transformasi Laplace menyatakan secara timbal balik bahwa
jika f (t ) = f1(t ) + f 2 (t ) maka F (s) = F1( s) + F2 ( s)

jika F ( s) = F1( s) + F2 ( s) maka f (t) = f1(t ) + f 2 (t )

Kelinieran dari transformasi Laplace ini tidak mencakup perkalian. Jadi


jika F ( s) = F1( s) F2 ( s) maka f (t ) ≠ f1 (t ) f 2 (t )

Mencari fungsi f(t) dari suatu fungsi F(s) yang merupakan hasil kali dua
fungsi s yang berlainan, melibatkan sifat transformasi Laplace yang kita
sebut konvolusi. Sifat ini dapat dinyatakan sebagai berikut.
jika F ( s) = F1 ( s) F2 ( s) maka
t t (3.24)
L−1[F ( s)] = f (t ) = ∫ f1 (τ) f 2 (t − τ)dτ = ∫ f 2 (τ) f1 (t − τ)dτ
0 0

Kita katakan bahwa transformasi balik dari perkalian dua F(s) diperoleh
dengan melakukan konvolusi dari kedua bentuk gelombang yang
bersangkutan. Kedua bentuk integral pada (3.24) disebut integral
konvolusi.
Pandanglah dua fungsi waktu f1(τ) dan f2(t). Transformasi Laplace
masing-masing adalah
∞ ∞
F1 ( s) = ∫0 f1(τ)e − sτ dτ dan F2 ( s) = ∫0 f 2 (t )e − st dt .

21
Jika kedua ruas dari persamaan pertama kita kalikan dengan F2(s) akan
kita peroleh

F1( s) F2 ( s) = ∫0 f1(τ) e − sτ F2 ( s) dτ .

Sifat translasi di kawasan waktu menyatakan bahwa e−sτ F2(s) adalah


transformasi Laplace dari [ f2(t−τ) ] u(t−τ) sehingga persamaan tersebut
dapat ditulis
∞  ∞ 
F1 ( s) F2 ( s) = ∫0 f1 (τ)  ∫0 f 2 (t − τ)u (t − τ)e − st dt  dτ
 
Karena untuk τ > t nilai u(t−τ) = 0, maka integrasi yang berada di dalam
kurung pada persamaan di atas cukup dilakukan dari 0 sampai t saja,
sehingga
∞  t 
∫0 ∫0 f 2 (t − τ)e
− st
F1 ( s) F2 ( s) = f1 (τ)  dt  dτ
 
∞ t 
= ∫0 ∫0 f1 (τ) f 2 (t − τ)e − st dt  dτ

Dengan mempertukarkan urutan integrasi, kita peroleh
∞ t  − st  t 
F1 ( s) F2 ( s) = ∫0 ∫0 f1(τ) f 2 (t − τ)dτe dt = L 

∫0 f1(τ) f 2 (t − τ)dτ
CO'TOH-3.12: Carilah f(t) dari F(s) berikut.
1 1
a). F ( s) = b). F( s) =
( s + a) 2 ( s + a)( s + b)
1
c). F ( s) =
s 2 ( s + a)
Penyelesaian : a). Fungsi ini kita pandang sebagai perkalian dari
dua fungsi.

22 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


1
F( s) = F1 ( s)F2 ( s) dengan F1 ( s ) = F2 ( s) =
( s + a)
→ f1 (t ) = f 2 (t ) = e − at
t t − ax − a (t − x )
⇒ f (t ) = ∫0 f1( x) f 2 (t − x)dx = ∫0 e e dx
t − ax − at + ax t
= ∫0 e dx = e − at dx = te − at
∫0
b). Fungsi ini juga merupakan perkalian dari dua fungsi.
F( s) = F1 ( s)F2 ( s) dengan
1 1
F1 ( s) = dan F2 ( s) =
( s + a) ( s + b)
→ f1 (t ) = e − at dan f 2 (t ) = e − bt
t t − ax − b (t − x )
⇒ f (t ) = ∫0 f1( x) f 2 (t − x)dx = ∫0 e e dx
t
t  e ( − a + b) x 
0 ∫
= e −bt e ( −a + b) x dx = e −bt 
 −a+b  

0

=
(
e −bt e( −a +b)t − 1
=
)
e − at − e −bt
−a+b −a+b
c). Fungsi ketiga ini juga dapat dipandang sebagai perkalian dua
fungsi.
1 1
F ( s) = F1( s ) F2 ( s) dengan F1 ( s) = 2 dan F2 ( s) =
s s + a
→ f1(t ) = t dan f 2 (t ) = e − at
t t − a (t − x ) t
⇒ f (t ) = ∫0 f1( x) f 2 (t − x)dx = ∫0 xe dx = e − at ∫0 xe
ax
dx

 ax
t   at
t e ax ax 
t
− at  xe  − at  te − 0 e
=e − ∫
dx = e − 2 
 a 0 a   a a 0
 0   
 te − 0 e − 1  at − 1 + e
at at − at
= e − at  − =
 a a 2  a2

23
3.5. Solusi Persamaan Rangkaian Menggunakan Transformasi
Laplace
Dengan menggunakan transformasi Laplace kita dapat mencari solusi
suatu persamaan rangkaian (yang sering berbentuk persamaan
diferensial) dengan lebih mudah. Transformasi akan mengubah
persamaan diferensial menjadi persamaan aljabar biasa di kawasan s
yang dengan mudah dicari solusinya. Dengan mentransformasi balik
solusi di kawasan s tersebut, kita akan memperoleh solusi dari persamaan
diferensialnya.
CO'TOH-3.13: Gunakan transformasi Laplace untuk mencari solusi
persamaan berikut.
dv
+ 10v = 0 , v (0 + ) = 5
dt
Penyelesaian :
Transformasi Laplace persamaan diferensial ini adalah

sV ( s) − v(0 + ) + 10V ( s) = 0 atau


5
sV ( s) − 5 + 10V ( s) = 0 ⇒ V ( s) =
s + 10
Transformasi balik memberikan v(t ) = 5e −10t

Transformasi Laplace dapat kita manfaatkan untuk mencari solusi dari


persamaan diferensial dalam analisis transien. Langkah-langkah yang
harus dilakukan adalah :
1. Menentukan persamaan diferensial rangkaian di kawasan waktu.
2. Mentransformasikan persamaan diferensial yang diperoleh pada
langkah 1 ke kawasan s dan mencari solusinya.
3. Transformasi balik solusi yang diperoleh pada langkah 2 untuk
memperoleh tanggapan rangkaian.

24 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


CO'TOH-3.14: Saklar S pada rangkaian di samping ini ditutup pada t =
0. Tentukan tegangan kapasitor untuk t > 0 jika sesaat sebelum S
ditutup tegangan kapasitor 2 V.
Penyelesaian
: S
+ i 100Ω +
Langkah 12 V − vC
pertama 0,02F

adalah
menentukan
persamaan rangkaian untuk t > 0. Aplikasi HTK memberikan
dvC
− 6 + 100i + vC = 0 atau − 6 + 2 + vC = 0 .
dt
Langkah kedua adalah mentransformasikan persamaan ini ke
kawasan s, menjadi
6
− + 2sVC ( s) − vC (0) + VC ( s) = 0 atau
s
6
− + 2sVC ( s) − 2 + VC ( s) = 0
s
Pemecahan persamaan ini dapat diperoleh dengan mudah.
3+ s k k2
VC ( s) = = 1+
s( s + 0,5) s s + 0,5
3+ s 3+ s
→ k1 = = 6 dan k 2 = = −5
( s + 0,5) s = 0 s s = −0,5
6 5
⇒ VC ( s ) = −
s s + 0,5
Langkah terakhir adalah mentransformasi balik VC (s) :
−0,5t
vC (t ) = 6 − 5e V

25
CO'TOH-3.15: Pada rangkaian di samping ini, saklar S dipindahkan
dari posisi 1 ke 2 pada t = 0. Tentukan i(t) untuk t > 0, jika sesaat
sebelum saklar dipindah tegangan kapasitor 4 V dan arus induktor 2
A.
1 i
S
Bagian 2 1H
lain + 6Ω +
− 6 V 1/13 F vC
rangkaian

Penyelesaian :
Aplikasi HTK pada rangkaian ini setelah saklar ada di posisi 2 ( t > 0
) memberikan
di 1
− 6 + 6i + L +
dt C ∫
idt + vC (0) = 0 atau

di
− 6 + 6i +
dt ∫
+ 13 idt + 4 = 0

Transformasi Laplace dari persamaan rangkaian ini menghasilkan


−6 I (s) 4
+ 6 I ( s) + sI ( s) − i (0) + 13 + =0 atau
s s s
−6 I (s) 4
+ 6 I ( s) + sI ( s) − 2 + 13 + =0
s s s
Pemecahan persamaan ini adalah :
2s + 2
→ I(s) =
2
s + 6 s + 13
2s + 2 k1 k1∗
= = +
( s + 3 − j 2)( s + 3 + j 2) s + 3 − j 2 s + 3 + j 2

2s + 2
= 1 + j1 = 2e j 45 → k1∗ = 2e − j 45
o o
→ k1 =
s + 3 + j 2 s = −3+ j 2

2e − j 45
o o
2e j 45
⇒ I (s) = +
s + 3 − j2 s + 3 + j2

26 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


Transformasi balik dari I(s) memberikan

⇒ i (t ) = 2e j 45 e −(3− j 2)t + 2e − j 45 e −(3+ j 2)t


o o

= 2e −3t (cos 2t − sin 2t ) A

27
Soal-Soal
1. Carilah pernyataannya di kawasan s sinyal-sinyal berikut ini.
v1(t ) = 10[1 − e −2t ]u (t );
v2 (t ) = 10[1 + 4t ]u (t )
v3 (t ) = 10[e − 2t − e− 4t ]u (t );
v4 (t ) = 10[2e − 2t − 4e − 4t ]u (t )

2. Carilah pernyataannya di kawasan s sinyal-sinyal berikut ini.

v1(t ) = 15[sin(20t − 30o )]u (t );


v2 (t ) = 15[cos 20t − sin 20t ]u (t )
v3 (t ) = 15[cos 20t − cos10t ]u (t );
v4 (t ) = 15[1 − 2 sin 10t ]u (t )

3. Carilah pernyataannya di kawasan s sinyal-sinyal berikut ini.

v1(t ) = 20[e −2t sin(20t − 30o )]u (t );


v2 (t ) = 20[e − 2t (cos 20t − sin 20t )]u (t )
v3 (t ) = 20[e − 2t (cos 20t − cos10t )]u (t );
v4 (t ) = 20[e − 2t (1 − 2 sin 10t )]u (t )

4. Carilah pernyataannya di kawasan s sinyal-sinyal berikut ini.


v1(t ) = 15[cos 2 10t )]u (t );
v2 (t ) = 15[(cos 20t )(sin 20t )]u (t )
v3 (t ) = 20te − 2t u (t );
v4 (t ) = 20[e− 2t sin 10t ]u (t )

28 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


5. Berikut ini adalah pernyataan sinyal di kawasan s. Carilah
pernyataannya di kawasan waktu t.
1
V1( s) = ;
(s + 2)( s + 3)
s
V2 ( s) =
( s + 2)(s + 3)
s2
V3 ( s) = ;
( s + 2)(s + 3)
s2
V4 ( s) =
( s + 2)(s + 3)(s + 4)

6. Carilah pernyataan di kawasan waktu dari sinyal yang dinyatakan di


kawasan s berikut ini.
1
V1 ( s ) = ;
( s + 2) 2 + 9
s
V2 ( s ) = ;
( s + 2) 2 + 9
s2
V3 ( s ) =
( s + 2) 2 + 9

7. Berikut ini adalah pernyataan sinyal di kawasan s; carilah


pernyataannya di kawasan waktu.
1
V1( s) = ;
( s + 3)
1
V2 ( s) = ;
s( s + 3)
1
V3 (s ) =
s( s + 3)

29
8. Berikut ini adalah pernyataan sinyal di kawasan s; carilah
pernyataannya di kawasan waktu.
10
V1( s) = 2 ;
s + 10s + 16
10
V2 ( s) = 2 ;
s + 8s + 16
10
V3 (s) = 2
s + 6s + 25
9. Carilah pernyataannya di kawasan waktu sinyal-sinyal berikut ini.
6s + 14
V1( s ) = ;
( s + 2)(s + 3)
9s + 26
V2 ( s) = ;
( s + 2)(s + 3)( s + 4)
6s 2 + 34s + 46
V3 ( s) =
( s + 2)( s + 3)(s + 4)

10. Carilah pernyataannya di kawasan waktu sinyal-sinyal berikut ini.


s+2
V1( s) = ;
s( s 2 + 2s + 1)(s + 3)
(s + 1)(s + 4)
V2 (s) = 2 2 ;
s (s + 2s + 4)
(s + 10)(s + 200)
V3 (s) =
(s + 20)(s + 100)

30 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


Daftar Pustaka
1. Sudaryatno Sudirham, “Analisis Rangkaian Listrik”, Penerbit ITB
2002, ISBN 979-9299-54-3.
2. Sudaryatno Sudirham, “Pengembangan Metoda Unit Output Untuk
Perhitungan Susut Energi Pada Penyulang Tegangan Menengah”,
Monograf, 2005, limited publication.
3. Sudaryatno Sudirham, “Pengantar Rangkaian Listrik”, Catatan
Kuliah El 1001, Penerbit ITB, 2007.
4. Sudaryatno Sudirham, “Analisis Harmonisa Dalam Permasalahan
Kualitas Daya”, Catatan Kuliah El 6004, 2008.
5. P. C. Sen, “Power Electronics” McGraw-Hill, 3rd Reprint, 1990,
ISBN 0-07-451899-2.
6. Ralph J. Smith & Richard C. Dorf : “Circuits, Devices and Systems”
; John Wiley & Son Inc, 5th ed, 1992.
7. David E. Johnson, Johnny R. Johnson, John L. Hilburn : “Electric
Circuit Analysis” ; Prentice-Hall Inc, 2nd ed, 1992.
8. Vincent Del Toro : “Electric Power Systems”, Prentice-Hall
International, Inc., 1992.
9. Roland E. Thomas, Albert J. Rosa : “The Analysis And Design of
Linier Circuits”, . Prentice-Hall Inc, 1994.
10. Douglas K Lindner : “Introduction to Signals and Systems”,
McGraw-Hill, 1999.

31
Daftar 'otasi
v atau v(t) : tegangan sebagai fungsi waktu.
V : tegangan dengan nilai tertentu, tegangan searah.
Vrr : tegangan, nilai rata-rata.
Vrms : tegangan, nilai efektif.
Vmaks : tegangan, nilai maksimum, nilai puncak.
V : fasor tegangan dalam analisis di kawasan fasor.
V : nilai mutlak fasor tegangan.
V(s) : tegangan fungsi s dalam analisis di kawasan s.
i atau i(t) : arus sebagai fungsi waktu.
I : arus dengan nilai tertentu, arus searah.
Irr : arus, nilai rata-rata.
Irms : arus, nilai efektif.
Imaks : arus, nilai maksimum, nilai puncak.
I : fasor arus dalam analisis di kawasan fasor.
I : nilai mutlak fasor arus.
I(s) : arus fungsi s dalam analisis di kawasan s.
p atau p(t) : daya sebagai fungsi waktu.
prr : daya, nilai rata-rata.
S : daya kompleks.
|S| : daya kompleks, nilai mutlak.
P : daya nyata.
Q : daya reaktif.
q atau q(t) : muatan, fungsi waktu.
w : energi.
R : resistor; resistansi.
L : induktor; induktansi.
C : kapasitor; kapasitansi.
Z : impedansi.
Y : admitansi.
TV (s) : fungsi alih tegangan.
TI (s) : fungsi alih arus.
TY (s) : admitansi alih.
TZ (s) : impedansi alih.
µ : gain tegangan.
β : gain arus.
r : resistansi alih, transresistance.
g : konduktansi; konduktansi alih, transconductance.

32 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)

Anda mungkin juga menyukai