Analisis Analisis Analisis Analisis Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik
Analisis Analisis Analisis Analisis Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik
Analisis
Rangkaian Listrik
Jilid 2
Darpublic
Hak cipta pada penulis, 2010
SUDIRHAM, SUDARYATNO
Analisis Rangkaian Listrik (2)
Darpublic, Bandung
are-0710
edisi Juli 2011
http://ee-cafe.org
Alamat pos: Kanayakan D-30, Bandung, 40135.
Fax: (62) (22) 2534117
1
Di bab ini kita akan membahas mengenai transformasi Laplace, sifat
transformasi Laplace, pole dan zero, transformasi balik, solusi persamaan
diferensial, serta transformasi bentuk gelombang dasar.
Setelah mempelajari analisis rangkaian menggunakan transformasi
Laplace bagian pertama ini, kita akan
• memahami transformasi Laplace beserta sifat-sifatnya;
• mampu melakukan transformasi berbagai bentuk gelombang
sinyal dari kawasan t ke kawasan s.
• mampu mencari transformasi balik dari pernyataan bentuk
gelombang sinyal dari kawasan s ke kawasan t.
3
3.2. Tabel Transformasi Laplace
Transformasi Laplace dari bentuk gelombang anak tangga, eksponensial,
dan sinus di atas merupakan contoh bagaimana suatu transformasi
dilakukan. Kita lihat bahwa amplitudo sinyal, A, selalu muncul sebagai
faktor pengali dalam pernyataan sinyal di kawasan s. Transformasi dari
beberapa bentuk gelombang yang lain termuat dalam Tabel-3.1. dengan
mengambil amplitudo bernilai satu satuan. Tabel ini, walaupun hanya
memuat beberapa bentuk gelombang saja, tetapi cukup untuk keperluan
pembahasan analisis rangkaian di kawasan s yang akan kita pelajari di
buku ini.
Untuk selanjutnya kita tidak selalu menggunakan notasi L[f(t)]
sebagai pernyataan dari “transformasi Laplace dari f(t)”, tetapi
kita langsung memahami bahwa pasangan fungsi t dan
transformasi Laplace-nya adalah seperti : f(t) ↔ F(s) , v1(t) ↔
V1(s) , i4(t) ↔ I4(s) dan seterusnya. Dengan kata lain kita
memahami bahwa V(s) adalah pernyataan di kawasan s dari
v(t), I(s) adalah penyataan di kawasan s dari i(t) dan
seterusnya.
5
3.3. Sifat-Sifat Transformasi Laplace
3.3.1. Sifat Unik
Sifat ini dapat dinyatakan sebagai berikut.
Jika f(t) mempunyai transformasi Laplace F(s) maka transformasi
balik dari F(s) adalah f(t).
Dengan kata lain
Jika pernyataan di kawasan s suatu bentuk gelombang v(t)
adalah V(s), maka pernyataan di kawasan t suatu bentuk
gelombang V(s) adalah v(t).
Bukti dari pernyataan ini tidak kita bahas di sini. Sifat ini memudahkan
kita untuk mencari F(s) dari suatu fungsi f(t) dan sebaliknya mencari
fungsi f(t) dari dari suatu fungsi F(s) dengan menggunakan tabel
transformasi Lapalace. Mencari fungsi f(t) dari suatu fungsi F(s) disebut
mencari transformasi balik dari F(s), dengan notasi L−1[F(s)] = f(t) . Hal
terakhir ini akan kita bahas lebih lanjut setelah membahas sifat-sifat
transformasi Laplace.
dengan F1(s) dan F2(s) adalah transformasi Laplace dari f1(t) dan f2(t).
e jωt + e − jωt
b). v 2(t) = A cos(ωt )u (t ) = A u (t )
2
=
2
(
A j ωt
e u (t ) + e − jωt u (t ) )
A 1 1 A 2s As
V2 ( s ) = + = =
2 s − jω s + jω 2 s 2 + ω 2 s + ω2
2
3.3.3. Integrasi
Sebagaimana kita ketahui karakteristik i-v kapasitor dan induktor
melibatkan integrasi dan diferensiasi. Karena kita akan bekerja di
kawasan s, kita perlu mengetahui bagaimana ekivalensi proses integrasi
dan diferensiasi di kawasan t tersebut. Transformasi Laplace dari
integrasi suatu fungsi dapat kita lihat sebagai berikut.
t
Misalkan f (t ) = ∫0 f1( x)dx . Maka
∞ ∞ ∞ − st
t e − st t e
∫∫
F ( s ) = f1 ( x)dx e − st dt =
0 − s
∫
f1 ( x)dx −
0 0 0 − s
∫ f1 (t ) dt
0
Suku pertama ruas kanan persamaan di atas akan bernilai nol untuk t = ∞
karena e−st = 0 pada t→∞ , dan juga akan bernilai nol untuk t = 0 karena
integral yang di dalam tanda kurung akan bernilai nol (intervalnya nol).
Tinggallah suku kedua ruas kanan; jadi
∞ − st ∞
e 1 F ( s)
∫ ∫ f1(t )e
− st
F (s) = − f1 (t ) dt = dt = 1 (3.8)
−s s s
0 0
7
CO'TOH-3.3: Carilah transformasi Laplace dari fungsi ramp r(t)=tu(t).
Penyelesaian :
Kita mengetahui bahwa fungsi ramp adalah integral dari fungsi anak
tangga.
t
r (t ) = tu (t ) = ∫0 u( x)dx
∞ t − st 1
→ R( s ) = ∫0 ∫0 u( x)dx e dt =
s2
Hasil ini sudah tercantum dalam Tabel.3.1.
3.3.4. Diferensiasi
Transformasi Laplace dari suatu diferensiasi dapat kita lihat sebagai
berikut.
df1 (t )
Misalkan f (t ) = maka
dt
F (s) = ∫ 0
∞
df1 (t ) − st
dt
[ ∞
e dt = f1 (t )e − st 0 −
∞
0
] ∫
f1 (t )( − s )e − st dt
Suku pertama ruas kanan bernilai nol untuk t = ∞ karena e−st = 0 untuk
t→ ∞ , dan bernilai −f(0) untuk t = 0. Dengan demikian dapat kita
tuliskan
∞
L
df1 (t )
=s ∫0 f (t )e − st dt − f (0) = sF1 ( s) − f1 (0) (3.9)
dt
Karena u(t−a) bernilai nol untuk t < a dan bernilai satu untuk t > a ,
bentuk integral ini dapat kita ubah batas bawahnya serta tidak lagi
menuliskan faktor u(t−a), menjadi
∞ ∞
∫0 f (t − a )u (t − a)e − st dt = ∫a f (t − a)e − st dt
9
∞ ∞
∫0 f (t − a)u (t − a )e − st dt = ∫0 f (τ)e − s ( τ + a ) dτ
(3.11)
∞
= e − as ∫0 f (τ)e − sτ dτ = e − as F ( s)
A A A(1 − e − as )
F (s) = − e − as =
s s s
3.3.6. Translasi di Kawasan s
Sifat mengenai translasi di kawasan s dapat dinyatakan sebagai berikut.
Jika transformasi Laplace dari f(t) adalah F(s) , maka
transformasi Laplace dari e−αtf(t) adalah F(s + α).
Bukti dari pernyataan ini dapat langsung diperoleh dari definisi
transformasi Laplace, yaitu
∞ − αt ∞
∫0 e f (t )e − st dt = ∫0 f (t )e − ( s + α )t dt = F ( s + α) (3.19)
Penyelesaian :
s+α
maka jika v2 (t ) = e − αt cos ωt u (t ) ⇒ V2 ( s ) =
( s + α ) 2 + ω2
3.3.7. Pen-skalaan (scaling)
Sifat ini dapat dinyatakan sebagai :
Jika transformasi Laplace dari f(t) adalah F(s) , maka untuk a
1 s
> 0 transformasi dari f(at) adalah F .
a a
Bukti dari sifat ini dapat langsung diperoleh dari definisinya. Dengan
mengganti peubah t menjadi τ = at maka transformasi Laplace dari f(at)
adalah:
s
∞ 1 ∞ − τ 1 s
− st
∫0 f (at )e dt = ∫
a 0
f ( τ )e a dτ = F
a a
(3.12)
Jadi, jika skala waktu diperbesar (a > 1) maka skala frekuensi s mengecil
dan sebaliknya apabila skala waktu diperkecil (a < 1) maka skala
frekuensi menjadi besar.
3.3.8. 'ilai Awal dan 'ilai Akhir
Sifat transformasi Laplace berkenaan dengan nilai awal dan nilai akhir
dapat dinyatakan sebagai berikut.
Nilai awal : lim f (t ) = lim sF ( s)
t →0 + s →∞
Nilai akhir : lim f (t ) = lim sF ( s)
t →∞ s →0
+
Jadi nilai f(t) pada t = 0 di kawasan waktu (nilai awal) sama dengan
nilai sF(s) pada tak hingga di kawasan s. Sedangkan nilai f(t) pada t = ∞
11
(nilai akhir) sama dengan nilai sF(s) pada titik asal di kawasan s. Sifat
ini dapat diturunkan dari sifat diferensiasi.
s+3
lim v(t ) = lim sV ( s ) = lim s × 100 =0
t →0 + s →∞ s →∞ s( s + 5)( s + 20)
s+3
lim v(t ) = lim sV ( s) = lim s × 100 =3
t →∞ s →0 s →0 s( s + 5)(s + 20)
diferensiasi :
df (t ) sF ( s) − f (0 − )
dt
d 2 f (t ) s 2 F ( s) − sf (0− ) − f ′(0− )
dt 2
d 3 f (t ) s 3 F ( s ) − s 2 f (0 − )
3
dt − sf (0 − ) − f ′′(0 − )
linier : A1 f1(t) + A2 f2(t) A1F1(s) + A2 F2(s)
translasi di t: [ f (t − a )]u (t − a) e − as F (s)
translasi di s : e− at f (t ) F ( s + a)
t
konvolusi : ∫0 f1 ( x) f 2 (t − x)dx F1( s) F2 ( s )
13
3.4. Transformasi Balik
Berikut ini kita akan membahas mengenai transformasi balik, yaitu
mencari f(t) dari suatu F(s) yang diketahui. Jika F(s) yang ingin dicari
transformasi baliknya ada dalam tabel transformasi Laplace yang kita
punyai, pekerjaan kita cukup mudah. Akan tetapi dalam analisis
rangkaian di kawasan s, pada umumnya F(s) berupa rasio polinomial
yang bentuknya tidak sesederhana dan tidak selalu ada pasangannya
seperti dalam tabel. Untuk mengatasi hal itu, F(s) kita uraikan menjadi
suatu penjumlahan dari bentuk-bentuk yang ada dalam tabel, sehingga
kita akan memperoleh f(t) sebagai jumlah dari bentuk-bentuk gelombang
sederhana. Dengan perkataan lain kita membuat F(s) menjadi
transformasi dari suatu gelombang komposit dan kelinieran dari
transformasi Laplace akan memberikan transformasi balik dari F(s) yang
berupa jumlah dari bentuk-bentuk gelombang sederhana. Sebelum
membahas mengenai transformasi balik kita akan mengenal lebih dulu
pengertian tentang pole dan zero.
3.4.1. Pole dan Zero
Pada umumnya, transformasi Laplace berbentuk rasio polinom
bm s m + bm −1s m −1 + L + b1s + b0
F ( s) = (3.13)
an s n + an −1s n −1 + L + a1s + a0
yang masing-masing polinom dapat dinyatakan dalam bentuk faktor
menjadi
( s − z1 )(s − z2 ) L ( s − zm )
F (s) = K (3.14)
( s − p1 )(s − p2 )L ( s − pn )
Penyelesaian :
jω
a). Fungsi ini mempunyai pole di s = −1
tanpa zero × σ
tertentu. −1
jω
b). Fungsi ini mempunyai zero di s = −a. +jb
Pole dapat dicari dari σ
−a
( s + a) 2 + b 2 = 0 → pole di s = −a ± jb −jb
Jika jumlah pole lebih besar dari jumlah zero, jadi n > m, kita katakan
bahwa fungsi ini merupakan fungsi rasional patut. Jika fungsi ini
memiliki pole yang semuanya berbeda, jadi pi ≠ pj untuk i ≠ j , maka
dikatakan bahwa F(s) mempunyai pole sederhana. Jika ada pole yang
berupa bilangan kompleks kita katakan bahwa fungsi ini mempunyai
pole kompleks. Jika ada pole-pole yang bernilai sama kita katakan bahwa
fungsi ini mempunyai pole ganda.
15
3.4.3. Fungsi Dengan Pole Sederhana
Apabila fungsi rasional F(s) hanya mempunyai pole sederhana, maka ia
dapat diuraikan menjadi berbentuk
k1 k2 kn
F (s) = + +L+ (3.15)
( s − p1) ( s − p2 ) ( s − pn )
Penyelesaian :
4 k k
a). F (s) = = 1 + 2
( s + 1)(s + 3) s + 1 s + 3
4(−1 + 2)
→ F ( s) × ( s + 1) dan substitusi s = −1 → = k1 → k1 = 2
−1+ 3
4(−3 + 2)
→ F ( s) × ( s + 3) dan substitusi s = −3 → = k2 → k2 = 2
− 3+1
2 2
⇒ F (s) = + ⇒ f (t ) = 2e −t + 2e −3t
s +1 s + 3
6( s + 2) k k k
c). F (s) = = 1+ 2 + 3
s( s + 1)(s + 4) s s + 1 s + 4
6( s + 2) 6( s + 2)
→ k1 = = 3 ; k2 = = −2 ;
( s + 1)( s + 4) s =0
s( s + 4) s = −1
6( s + 2)
k3 = = −1
s( s + 1) s = −4
3 −2 −1
⇒ F( s ) = + + → f (t ) = 3 − 2e −t − e − 4t
s s +1 s + 4
17
sebab jika tidak maka koefisien polinomial tersebut tidak akan riil. Jadi
untuk sinyal yang memang secara fisik kita temui, pole kompleks dari
F(s) haruslah terjadi secara berpasangan konjugat. Oleh karena itu uraian
F(s) harus mengandung dua suku yang berbentuk
k k*
F (s) = L + + +L (3.17)
s + α − jβ s + α + jβ
f (t ) = L + 2 k e −αt cos(β + θ) + L
− 4 ± 16 − 32
s= = −2 ± j 2
2
8 k k2 k2∗
F (s) = = 1+ +
s ( s 2 + 4s + 8) s s + 2 − j 2 s + 2 + j 2
8 8
→ k1 = ×s = =1
2
s( s + 4s + 8) s =0
8
8
→ k2 = × ( s + 2 − j 2)
2
s( s + 4s + 8) s = −2 + j 2
8 8 2 j ( 3π / 4 )
= = = e
s ( s + 2 + j 2) s = − 2 + j 2 − 8 − j 8 2
2 − j ( 3π / 4 )
→ k 2∗ = e
2
2 j ( 3π / 4 ) − ( 2 − j 2 ) t 2 − j ( 3π / 4) − ( 2 + j 2 ) t
⇒ f(t) = u (t ) + e e + e e
2 2
= u (t ) +
2
e e [
2 − 2t j ( 3π / 4 + 2t )
+ e − j ( 3π / 4 + 2t ) ]
= u (t ) + 2e − 2t cos(2t + 3π / 4)
19
1 K ( s − z1 )
F (s) = (3.20)
s − p2 ( s − p1 )(s − p2 )
Bagian yang didalam tanda kurung dari (3.20) mengandung pole
sederhana sehingga kita dapat menguraikannya seperti biasa.
K ( s − z1 ) k1 k2
F1 ( s) = = + (3.21)
( s − p1 )(s − p2 ) s − p1 s − p2
Residu pada (3.21) dapat ditentukan, misalnya k1 = A dan k2 = B , dan
faktor yang kita keluarkan kita masukkan kembali sehingga (3.20)
menjadi
1 A B A B
F (s) = + = +
s − p2 s − p1 s − p2 ( s − p2 )(s − p1 ) ( s − p2 ) 2
s 1 s
F( s ) = =
( s + 1)( s + 2) 2 ( s + 2) ( s + 1)(s + 2)
1 k1 k
= + 2
( s + 2) s + 1 s + 2
s s
→ k1 = = −1 → k2 = =2
( s + 2) s = −1
( s + 1) s = −2
3.4.6. Konvolusi
Transformasi Laplace menyatakan secara timbal balik bahwa
jika f (t ) = f1(t ) + f 2 (t ) maka F (s) = F1( s) + F2 ( s)
Mencari fungsi f(t) dari suatu fungsi F(s) yang merupakan hasil kali dua
fungsi s yang berlainan, melibatkan sifat transformasi Laplace yang kita
sebut konvolusi. Sifat ini dapat dinyatakan sebagai berikut.
jika F ( s) = F1 ( s) F2 ( s) maka
t t (3.24)
L−1[F ( s)] = f (t ) = ∫ f1 (τ) f 2 (t − τ)dτ = ∫ f 2 (τ) f1 (t − τ)dτ
0 0
Kita katakan bahwa transformasi balik dari perkalian dua F(s) diperoleh
dengan melakukan konvolusi dari kedua bentuk gelombang yang
bersangkutan. Kedua bentuk integral pada (3.24) disebut integral
konvolusi.
Pandanglah dua fungsi waktu f1(τ) dan f2(t). Transformasi Laplace
masing-masing adalah
∞ ∞
F1 ( s) = ∫0 f1(τ)e − sτ dτ dan F2 ( s) = ∫0 f 2 (t )e − st dt .
21
Jika kedua ruas dari persamaan pertama kita kalikan dengan F2(s) akan
kita peroleh
∞
F1( s) F2 ( s) = ∫0 f1(τ) e − sτ F2 ( s) dτ .
=
(
e −bt e( −a +b)t − 1
=
)
e − at − e −bt
−a+b −a+b
c). Fungsi ketiga ini juga dapat dipandang sebagai perkalian dua
fungsi.
1 1
F ( s) = F1( s ) F2 ( s) dengan F1 ( s) = 2 dan F2 ( s) =
s s + a
→ f1(t ) = t dan f 2 (t ) = e − at
t t − a (t − x ) t
⇒ f (t ) = ∫0 f1( x) f 2 (t − x)dx = ∫0 xe dx = e − at ∫0 xe
ax
dx
ax
t at
t e ax ax
t
− at xe − at te − 0 e
=e − ∫
dx = e − 2
a 0 a a a 0
0
te − 0 e − 1 at − 1 + e
at at − at
= e − at − =
a a 2 a2
23
3.5. Solusi Persamaan Rangkaian Menggunakan Transformasi
Laplace
Dengan menggunakan transformasi Laplace kita dapat mencari solusi
suatu persamaan rangkaian (yang sering berbentuk persamaan
diferensial) dengan lebih mudah. Transformasi akan mengubah
persamaan diferensial menjadi persamaan aljabar biasa di kawasan s
yang dengan mudah dicari solusinya. Dengan mentransformasi balik
solusi di kawasan s tersebut, kita akan memperoleh solusi dari persamaan
diferensialnya.
CO'TOH-3.13: Gunakan transformasi Laplace untuk mencari solusi
persamaan berikut.
dv
+ 10v = 0 , v (0 + ) = 5
dt
Penyelesaian :
Transformasi Laplace persamaan diferensial ini adalah
25
CO'TOH-3.15: Pada rangkaian di samping ini, saklar S dipindahkan
dari posisi 1 ke 2 pada t = 0. Tentukan i(t) untuk t > 0, jika sesaat
sebelum saklar dipindah tegangan kapasitor 4 V dan arus induktor 2
A.
1 i
S
Bagian 2 1H
lain + 6Ω +
− 6 V 1/13 F vC
rangkaian
−
Penyelesaian :
Aplikasi HTK pada rangkaian ini setelah saklar ada di posisi 2 ( t > 0
) memberikan
di 1
− 6 + 6i + L +
dt C ∫
idt + vC (0) = 0 atau
di
− 6 + 6i +
dt ∫
+ 13 idt + 4 = 0
2s + 2
= 1 + j1 = 2e j 45 → k1∗ = 2e − j 45
o o
→ k1 =
s + 3 + j 2 s = −3+ j 2
2e − j 45
o o
2e j 45
⇒ I (s) = +
s + 3 − j2 s + 3 + j2
27
Soal-Soal
1. Carilah pernyataannya di kawasan s sinyal-sinyal berikut ini.
v1(t ) = 10[1 − e −2t ]u (t );
v2 (t ) = 10[1 + 4t ]u (t )
v3 (t ) = 10[e − 2t − e− 4t ]u (t );
v4 (t ) = 10[2e − 2t − 4e − 4t ]u (t )
29
8. Berikut ini adalah pernyataan sinyal di kawasan s; carilah
pernyataannya di kawasan waktu.
10
V1( s) = 2 ;
s + 10s + 16
10
V2 ( s) = 2 ;
s + 8s + 16
10
V3 (s) = 2
s + 6s + 25
9. Carilah pernyataannya di kawasan waktu sinyal-sinyal berikut ini.
6s + 14
V1( s ) = ;
( s + 2)(s + 3)
9s + 26
V2 ( s) = ;
( s + 2)(s + 3)( s + 4)
6s 2 + 34s + 46
V3 ( s) =
( s + 2)( s + 3)(s + 4)
31
Daftar 'otasi
v atau v(t) : tegangan sebagai fungsi waktu.
V : tegangan dengan nilai tertentu, tegangan searah.
Vrr : tegangan, nilai rata-rata.
Vrms : tegangan, nilai efektif.
Vmaks : tegangan, nilai maksimum, nilai puncak.
V : fasor tegangan dalam analisis di kawasan fasor.
V : nilai mutlak fasor tegangan.
V(s) : tegangan fungsi s dalam analisis di kawasan s.
i atau i(t) : arus sebagai fungsi waktu.
I : arus dengan nilai tertentu, arus searah.
Irr : arus, nilai rata-rata.
Irms : arus, nilai efektif.
Imaks : arus, nilai maksimum, nilai puncak.
I : fasor arus dalam analisis di kawasan fasor.
I : nilai mutlak fasor arus.
I(s) : arus fungsi s dalam analisis di kawasan s.
p atau p(t) : daya sebagai fungsi waktu.
prr : daya, nilai rata-rata.
S : daya kompleks.
|S| : daya kompleks, nilai mutlak.
P : daya nyata.
Q : daya reaktif.
q atau q(t) : muatan, fungsi waktu.
w : energi.
R : resistor; resistansi.
L : induktor; induktansi.
C : kapasitor; kapasitansi.
Z : impedansi.
Y : admitansi.
TV (s) : fungsi alih tegangan.
TI (s) : fungsi alih arus.
TY (s) : admitansi alih.
TZ (s) : impedansi alih.
µ : gain tegangan.
β : gain arus.
r : resistansi alih, transresistance.
g : konduktansi; konduktansi alih, transconductance.