Anda di halaman 1dari 3

Ada dua jenis cara menghitung peluang, yaitu peluang teoritis dan peluang empiris (empirik).

Peluang teoritas didasari dari perhitungan ideal sedangkan peluang empiris adalah peluang yang
dihitung dari hasil statistik pengamatan.

Contoh peluang teoritis adalah peluang munculnya angka 1 pada sebuah mata dadu yang
dilempar. Secara teori peluangnya adalah 1/6. Karena cuma ada 6 kemungkinan yang bisa terjadi
dan keenam kemungkinan kejadian itu memiliki peluang yang sama besar (equally probable).

Peluang empiris adalah peluang yang didasari dari hasil statistik percobaan. Dadu yang dilempar
bisa saja memiliki peluang yang berbeda antara empiris dan teoritis, misalnya kalau dadu
tersebut sudah tidak berbentuk sempurna sehingga ada kecenderungan menuju ke suatu angka.

Untuk mengetahui peluang empiris kita harus melakukan percobaan yang banyak, misalnya
untuk menentukan peluang keluar angka 1 pada mata dadu, kita coba lempar 1000 kali.
Kemudian kita hitung berapa kali angka 1 itu muncul. Jika dalam 1000 kali percobaan ternyata
muncul sebanyak 200 kali, maka peluang empiris munculnya mata dadu tersebut adalah
200/1000 = 1/5

Untuk dadu yang sempurna, seharusnya peluang teoritis akan sama dengan peluang empiris
kalau kita melakukan percobaan yang cukup banyak.

Pembelajaran Peluang Empirik di Sekolah

Salah satu bidang ilmu matematika dalam sekolah menengah yang paling menarik bagi saya

adalah ilmu peluang. Peluang atau lebih populernya disebut probabilitas adalah kemungkinan suatu
kejadian, suatu ukuran tentang kemungkinan atau derajat ketidakpastian suatu peristiwa
(event) yang akan terjadi di masa mendatang. (dikuti dari http://sainsmatika.blogspot.co.id ). Derajat

atau nilai maksimal dari peluang sebuah kejadian adalah 1 (satu) dan derajat atau nilai minimumnya

adalah 0 (nol). Peluang yang bernilai nol diartikan suatu kejadian yang mustahil terjadi, sedangkan

peluang yang bernilai 1 diartikan suatu kejadian yang pasti terjadi, dan peluang yang bernilai antara 0

dan 1 berarti kejadian yang mungkin dapat terjadi atau mungkin tidak terjadi. Perhatikan contoh ketiga

kejadian di bawah ini!                                                                                                                              

Malam itu Jadin dan Tono menonton pertandingan piala Eropa di televisi bersama dengan teman-

temannya, Negara yang bertanding saat itu adalah Kroasi melawan Spanyol. Hingga akhir babak

pertama, skor adalah 2-2. Berdasarkan ilustrasi tersebut, dapat dikatakan bahwa:                                  
1. Jadin dan Tono menonton pertandingan piala Eropa adalah kejadian yang pasti (benar benar

terjadi) dan peluangnya adalah 1.

2. Hasil akhir pertandingan merupakan kejadian yang belum terjadi, karena babak kedua belum

terjadi, sehingga jika ditanya apakah tim Spanyol yang akan menang, maka jawabnya adalah

bisa menang bisa juga kalah. (nilai peluang antara 0 dan 1).

3. Jika ditanya apakah Jerman bermain pada pertandingan tersebut? maka peluang Jerman

bermain pada pertandingan tersebut adalah 0 atau mustahil, karena kesebelasan yang

bertandingan adalah kesebelasan Kroasia dan Spanyol.                

Dalam ilmu peluang terdapat dua jenis pendekatan, yakni pendekatan klasik dan pendekatan empirik.

Dalam pendekatan klasik, peluang sebuah kejadian diperoleh dari pembagian antara titik sampel

(kejadian yang diharapkan untuk terjadi) dengan ruang sampel (seluruh kejadian yang dapat terjadi.

Dengan kata lain,

Contoh:

Jika Amir melempar sebuah koin dan dia menghendaki keluar adalah sisi koin yang bertuliskan angka,

maka banyak  titik sampel dari pelempar koin adalah 1 dan banyak ruang sampel dari koin tersebut

adalah 2 (koin memiliki 2 sisi). Sehingga peluang dari pelemparan tersebut adalah 

Sedangkan dalam peluang empirik, nilai peluang ditentukan melalui kegiatan eksperiment terhadap

sebuah objek. Sebagai contoh:

Untuk menentukan peluang keluarnya sisi angka dari sebuah koin logam, kita lakukan dengan

percobaaan melempar koin tersebut secara berulang ulang. hasil yang diperoleh tiap lemparan kita

catat. Setelah selesai melempar, kita jumlah banyak angka yang keluar dari semua pelemparan yang

sudah dilakukan. Kemudian kita tentukan nilai peluang dengan membagi antara banyak angka yang

keluar dengan banyak kejadian dalam pelemparan.Berdasarkan hasil percobaan itulah kita kemudian

tarik kesimpulan bahwa  peluang nilai yang didapat mengarah   (dalam teori peluang klasik).

Hingga kini, pendekatan pembelajaran yang digunakan  di tingkat sekolah menengah kebanyakan

menggunakan pendekatan klasik, yakni nilai dari peluang ditentukan oleh hasil bagi antara banyak titik

sampel dan banyak ruang sampel. Hal itu dikarenakan pada pembelajaran peluang ini seorang pengajar

tidak memerlukan alat peraga dan tidak memakan banyak waktu. Selain itu, pembelajaran peluang

empirik masih sangat asing.


Meskipun demikian, bukan berarti pendekatan empirik tidak perlu dilakukan. Pendekatan empirik sangat

penting bagi siswa. Melalui pendekatan empirik, siswa belajar peluang secara konkret. Siswa dapat

melakukan pengamatan terhadap alat peraga yang diberikan oleh guru yang kemudian dia tuliskan hasil

pengamatan tersebut dalam laporan mereka. Setelah mereka melakukan pengamatan dan penulisan

data, siswa dapat menyimpulkan hasil pengamatan dan membandingkan dengan peluang kejadian yang

lain. Melalui kegiatan tersebut manfaat yang didapatkan oleh siswa yakni siswa belajar melakukan

kegiatan saintifik sederhana. Selain itu, melalui kegiatan ini akan memunculkan gagasan-gagasan baru

pada diri siswa terkait masalah peluang.

Selain itu, manfaat lain yang diperoleh siswa melalui pembelajaran peluang empirik adalah , siswa dapat

menghubungkan pembelajaran matematika dan pembelajaran karakter, Misalnya jika didalam

pembelajaran peluang klasik, peluang keluarnya gambar dari pelemparan sebuah koin adalah  setengah,

artinya apapun situasi dan suasananya peluangnya pasti setengah. Namun tidak demikian untuk

peluang empirik. Jika kita melakukan percobaan melempar sebuah koin sebanyak n kali (misalnya 500

kali). Bisa saja lemparan pertama hingga lemparan ke-499 selalu muncul angka dan ketika lemparan

ke-500 barulah muncul gambar. Arti dari contoh tersebut adalah melukiskan seorang siswa yang

dianggap kurang pandai dan sering mendapatkan nilai yang kurang baik dalam ujian (diibaratkan

dengan sisi angka yang muncul hingga 499). Namun berkat ketekunan dan keseriusannya dalam

mengerjakan ujian, pada ujian akhir nasional dia berhasil mendapatkan nilai yang terbaik (seperti

halnya sisi gambar yang muncul pada pelemparan ke-500). Jika siswa kita memahami demikian, tentu

akan menjadi motivasi tersendiri bagi diri mereka. Sedangkan jika kita berpedoman pada peluang

klasik, seorang siswa yang selalu mendapatkan jelek dalam ujian, dia akan terus merasa mendapatkan

nilai ujian yang jelek untuk ujian berikutnya karena merasa peluangnya sangat kecil sekali untuk dia

mendapatkan nilai ujian yang bagus.

Anda mungkin juga menyukai